Anda di halaman 1dari 32

PARTOGRAF

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan (APN, 2008)

Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian pada
perjalanan persalinan (Farrer, 2001).

Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan
pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk membuat keputusan
klinis selama kala I persalinan (PUSDIKNAKES-WHO, 2003).

Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam
mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase
aktif) yang digunakan pada setiap ibu bersalin tanpa memandang apakah persalinan itu normal
atau komplikasi (Saifuddin, 2002).

Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin,
menemukan adanya persalinan abnormal, yang menjadi petunjuk untuk melakukan tindakan
bedah kebidanan dan menemukan disproporsi kepala panggul jauh sebelum persalinan menjadi
macet (Sumapraja, 1993).

A. Partograf Harus Digunakan Untuk:

1. Semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan
partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun dengan adanya penyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan,
swasta, Rumah sakit, dll)
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan,
asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis obgyn, bidan, Dr umum,
Residen, dan mahasiswa bidan serta mahasiswa kedokteran) wajib melaporkan
Partografnya.

(APN, 2008)

4. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan
asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang
dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).

B. Kegunaan Utama Dari Partograf Adalah :

1. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan berjalan normal dan mendeteksi dini
persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan
persalinan lama.
2. Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini peralinan lama
sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama.
(Depkes RI, 2007)
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru 1ahir.
4. Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan menbantu penolong
persalinan untuk :
o Mencatat kemajuan persalinan.
o Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
o Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
o Menggunakan informasi yang tercatat untuk seacara dini mengidentifikasi adanya
penyulit.
o Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu.

C. Partograf Mulai Diisi Bila :

1. Ibu yang masuk dalam persalinan :


o fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi min.2x/10’, lamanya<20″.
o fase aktif (pembukaan >3cm), his teratur, frekuensi min.1x/10’, lamanya<20″.
2. Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :
o bila infus oksitosin dimulai
o bila persalinan dimulai
3. Masuk untuk induksi persalinan :
o pemecahan ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus oksitosin
o induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian prostaglandin)
o bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah.

D. Partograf Tidak Dibuat Pada Kasus-Kasus :

1. Partus prematurus
2. Pada saat MRS pembukaan > 9 cm
3. Akan dilakukan seksio sesar elektif
4. Pada saat MRS akan dilakukan seksio sesar darurat
5. Bekas seksio sesar 2 kali
6. Bekas seksio sesar klasik
7. Kasus preeklampsia dan eklampsia

E. Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :

1. DJJ setiap ½ jam


2. Frekuensi dan lamanya kon taksi uterus setiap ½ jam
3. Nadi setiap ½ jam
4. Pembukaan serviks setiap 4 jam
5. Penurunan kepala setiap 4 jam
6. Tekanan darah setiap 4 jam
7. Produksi urin dan protein urin
F. Halaman Depan Partograf

Halaman depan Partograf mencantumkan hasil-hasil observasi atau pemeriksaan yang dilakukan
fase aktif persalinan yang mencakup :

1. Informasi tentang ibu


o Nama, umur
o Gravida ,para, partus
o Nomor, catatan medis/ nomor puskesmas
o Tempat dan waktu dimulainya dirawat
o Waktu pecahnya selaput ketuban
2. Kondisi Janin

 DJJ Normal antara 120-160 kali per menit. Denyut jantung janin dihitung dan dicatat
setiap 30 menit lalu menghubungkan setiap titik
 Warna dan adanya air ketuban

U: ketuban utuh, belum pecah

J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih


M: Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium

D: Ketuban sudah pecah dan bercampur darah

K: Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban

 Molase (Penyusupan kepala janin)

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat
penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi
kepala-panggul (CPD).

Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan


atau tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit
untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka penting untuk tetap
memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang
sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan
rujukan.

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin, catat temuan dikotak
yang sesuai. Gunakan lambang-lambang sebagai berikut :

0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi

1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih bisa dipisahkan

3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, dan tidak bisa dipisahkan.

3. Kemajuan Persalinan

a) Pembukaan serviks

Friedman membagi persalinan dalam 2 fase, yaitu :

 Fase I (fase laten) Biasanya berlangsung selama 8-10 jam, dimulai


dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm. Selama fase laten, semua asuhan,
pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di
catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal
dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan.
Semua asuhan dan intevensi juga harus dicatatkan.
 Fase II (fase aktif) Fase ini dimulai dari pembukaan serviks 3 cm
sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Pemeriksaan dalam vagina dilakukan saat pasien masuk rumah sakit,
dilanjutkan setiap 4 jam untuk menilai pembukaan serviks. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang persalinannya sudah
berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara.

b) Penurunan bagian terbawah janin

 Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan
tandatanda penyulit).
 Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang
menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
 Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan

serviks selalu diikuti dengan turunnya


bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi
setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.
 Tulisan “Turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama
dengan angka pembukaan serviks.
 Berikan tanda ‘0’ yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil
pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda “0” di
garis angka 4.
 Hubungkan tanda ‘0’ dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.

c) Garis waspada dan garis bertindak

 Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam.
 Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan
serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per
jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang
memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll)
 Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, rnisalnya :
persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang
memiliki kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri.
 Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika
pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka
hal ini menunjukkan perlu diakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.
Sebaiknya, ibu harus sudah berada ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

4. Kontraksi Uterus

Dibawah lajur waktu partograf terdapat lajur kotak dengan tulisan kontraksi per 10 menit
disebelah luar kolom paling kiri, setiap kotak menyatakan satu kontraksi setiap 30 menit, raba
dan catat jumlah dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.

5. Jam dan Waktu


o Waktu mulainya fase aktif persalinan
o Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
6. Obat-obatan dan cairan yuang diberikan
o Oksitosin
o Obat-obatan lain dan cairan infus
7. Kondisi Ibu
o Nadi, tekanan darah, temperatur tubuh
o Volume urine, protein dan asupan
 Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap
kali ibu berkemih).
 Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkernih, lakukan pemeriksaan
aseton dan protein dalam urin
 Jika memungkinkan, untuk tujuan praktis, gunakan kertas celup berbagai
indikator (strip-test) : dapat juga mendeteksi pH, glukosa, bilirubin,
leukosit-esterase dan sebagainya, dalam satu kali pemeriksaan kertas yang
dicelupkan.

8. Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom lainnya)

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf,
atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat
membuat catatan persalinan Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis mencakup:

1. Jumlah cairan yang diberikan per oral


2. Keluhan sakit kepala/ penglihatan kabur
3. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya
4. Persiapan sebelum melakukan rujukan
5. Upaya Rujukan

(APN, 2008)

G. Pencatatan Pada Lembar Belakang Partograf.

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama
proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I
sampai persalinan kala IV (termasuk Bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai
catatan persalinan. Niali dan catat asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama
selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya
penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.

Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama peamantauan kala IV
( mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan ). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah
diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai atau memantau sejauh mana
telah dilakukan pelaksanaan persalinan bersih dan aman.

Catatan persalinan terdiri dari unsur-unsur berikut :


1. Data dasar.

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan,
alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing
tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban
yang sesuai.

2. Kala I

Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada,
masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.

3. Kala II

Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah
penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.

4. Kala III

Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali,
pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat
yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.

5. Bayi baru lahir

Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian
kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih dan hasilnya.
Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang
sesuai.

6. Kala IV

Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung
kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai
apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian peman¬tauan kala IV
dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada
satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan
mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).
MENILAI DAN MEMBUAT DIAGNOSA DALAM KEPUTUSAN KLINIS KEBIDANAN

Dalam melakukan pelayanan kesehatan, setiap tenaga kesehatan dituntut mampu


memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar dan berdasarkan kebutuhan atau
permasalahan klien.

Untuk terwujudnya pelayanan di atas, WHO menganjurkan agar setiap tenaga kesehatan,
termasuk bidan melakukan pengambilan keputusan klinis yang benar dan tepat . Pengambilan
keputusan klinis yang benar dan tepat dapat terwujud bila menggunakan cara berfikir dan
bertindak yang kritis, analisis dan sistimatis. Pelayanan kebidanan sering bersifat emergensi yang
menuntut tindakan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayinya, sehingga pengambilan
keputusan klinis yang benar dan tepat menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan
(teori Varney), harus menjadi pola fikir bagi bidan dalam memberikan asuhannya.

Dalam manajemen asuhan kebidanan, keputusan klinis yang di ambil berdasarkan


diagnosa/masalah yang dihadapi harus selalu dipikirkan masalah yang perlu diantisipasi dan
tindakan yang harus segera dilakukan untuk mengatasi masalah yang mengancam ibu dan bayi.

Tindakan bidan harus berdasarkan prioritasdan antisipatif, kemudian dapat merencanakan


tindakan lainnya secara keseluruhan.Pengambilan keputusan klinis dengan menggunakan
manajemen asuhan kebidananakan membuat bidan mampu menangani segala kasus yang
sifatnya emergensiatau bukan. Hal ini akan mengurangi keterlambatan tindakan yang diberikan.

Sesuai anjuran WHO setiap bidan harus menggunakan pendekatan proses pengambilan
keputusan klinis berdasarkan evidance based dalam praktiknya.

Pengertian Pengambilan keputusan klinis


Adalah keputusan yang diambil berdasarkan kebutuhan dan masalah yang dihadapi klien,
sehingga semua tindakan yang dilakukan bidan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi
klien, yang bersifat emergensi, antisipasi atau yang rutin. Pengambilan keputusan klinis
mengikuti suatu proses yang sistemetis, logisdan jelas. Proses pengambilan keputusan klinis
dapat dijelaskan, diajarkan dan dipraktikkan. Kemampuan pengambilan keputusan klinis tidak
hanya bergantung pada ketersediaan informasi, tetapi juga kemampuan untuk menyusun,
menafsirkan dan mengambil tindakan atas dasar informasi yang didapat saat pengkajian.
Kemampuan dalam pengambilan keputusan klinis sangat tergantung pada pengetahuan, latihan
praktik dan pengalaman. Ketiga faktor ini sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
klinis yang dibuat sehingga menentukan tepat tidaknya tindakan yang diberikan pada klien.
Pengambilan keputusan klinis yang benar dan tepat dapat :

1.Menghindari pekerjaan atau tindakan rutin yang tidak sesuai dengan kebutuhan klien.

2.Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan yang diberikan.

3.Membiasakan bidan berfikir dan bertindak sesuai standar.

4.Memberikan kepuasaan pelanggan.

Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :

1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.


2. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada
sistematika tertentu :
a. Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil.
b. Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia
c. Falsafah yang dianut organisasi.
d. Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi
dan manajemen di dalam organisasi.
3. Masalah harus diketahui dengan jelas.
4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.
5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang
telah dianalisa secara matang.
Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan menimbulkan
berbagai masalah :

a. Tidak tepatnya keputusan.


b. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi
baik dari segi manusia, uang maupun material.
c. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara
kepentingan organisasi dengan orang-orang di dalam organisasi tersebut.
d. Timbulnya penolakan terhadap keputusan.

Sikap atau watak berfikir kritis dapat ditingkatkan dengan memantapkan secara positif
dan memotivasi lingkungan kerja. Kreativitas penting untuk membangkitkan motivasi secara
individu sehingga mampu memberikan konsep baru dengan pendekatan inovatif dalam
memecahkan masalah atau isu secara fleksibel dan bebas berpikir. Keterbukaan menerima kritik
akan mengakibatkan hal positif seperti; semakin terjaminnya kemampuan analisa seseorang
terhadap fakta dan data yang dihadapi dan akan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi
kelemahan.

Membuat Diagnosa Keputusan Klinik


Membuat Diagnosa Keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan
digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan suatu
proses sistematik dalam mengumpulkan dan analisis informasi, membuat diagnosis kerja
(menentukan kondisi yang dikaji adalah normal atau bermasalah), membuat rencana tindakan
yang sesuai dengan diagnosis, melaksanakan rencana tindakan dan akhirnya mengevaluasi hasil
asuhan atau tindakan yang telah diberikan kepada ibu dan bayi lahir.

Metode Proses Pemecah Masalah


Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah mengetahui fakta, kemudian
memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi data menjadi fakta objektif dan
menentukan luasnya masalah tersebut. Manajer membutuhkan kemampuan untuk menetapkan
prioritas pemecahan masalah. Umumnya untuk pemecahan masalah selalu menggunakan metoda
coba-coba dan salah, eksperimen, dan atau tidak berbuat apa-apa (“do nothing”). Pembuatan
keputusan dapat dipandang sebagai proses yang menjembatani hal yang lalu dan hal yang akan
datang pada saat manajer hendak mengadakan suatu perubahan.

Pemecahan masalah
Perencanaan kemungkinan
Memahami masalah yang lalu
Menduga masalah yang akan
datang

Pengambilan Keputusan

Mengenalkan Perubahan

Lampau Kini Akan datang

Bagan : Proses Pemecahan masalah

Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seperti pada gambar di bawah ini :

Masalah

Pengumpulan Data

Analisa Data
Mengembangkan pemecahan

Memilih alternatif

Implementasi

Evaluasi

Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah salah satu
penyelesaian yang dinamis. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah adalah kurang tepat
mengidentifikasi masalah. Oleh karena itu identifikasi masalah adalah langkah yang paling
penting. Kualitas hasil tergantung pada keakuratan dalam mengidentifikasi masalah.
Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai, sikap dan
pengalaman pembuat keputusan serta waktu penyelesaian masalah. Terutama waktu yang cukup
untuk mengumpulkan dan mengorganisir data

Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang dihadapi.


2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
3. Mengolah fakta dan data.
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.
7. Evaluasi.
Mendefinisikan Masalah
Untuk mengetahui hakekat suatu masalah tidaklah mudah, karena masalah yang
sebenarnya dihadapi sering terselubung dan tidak terlihat jelas. Oleh karena itu
diperlukan keahlian, pendidikan dan pengalaman untuk membuat diagnosa yang tepat.
Untuk itu manajer perawat dan bidan agar selalu mengembangkan kemampuannya dan
belajar dari pengalaman di masa lalu untuk mempelajari perubahan yang terjadi.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data atau informasi dikerjakan secara berkesinambungan melalui proses
yang sistematis, sehingga upaya untuk mengantisipasi keadaan/masalah yang mungkin
timbul akan lebih mudah dilaksanakan seperti ;

1. Apakah masalah yang dihadapi diketahui dengan jelas?


2. Apakah keadaan yang dihadapi merupakan masalah sebenarnya?
3. Apakah sistem pelaporan di dalam organisasi sudah memungkinkan untuk
prediksi secara tepat?

Analisa Fakta dan Data


Fakta-fakta dan data yang telah terkumpul dengan baik diolah secara sistematis yang
akhirnya akan merupakan suatu informasi yang akan digunakan sebagai bahan untuk
pengambilan keputusan. Analisa fakta dan data perlu dihubungkan dengan serangkaian
pertanyaan sebagai berikut :

1. Situasi yang bagaimanakah yang menimbulkan masalah?


2. Apa latar belakang dari masalah?
3. Apa pengaruh dan hubungan antara masalah yang dihadapi dengan tujuan,
rencana dan kebijakan organisasi?
4. Apa konsekuensi atas keputusan yang diambil?
5. Apakah pemecahan masalah sesuai dengan kapasitas organisasi?
6. Apakah waktu pengambilan tepat?
7. Siapa yang akan ditugaskan mengambil tindakan?

Penentuan Alternatif
Baik buruknya sesuatu keputusan yang diambil sangat tergantung atas kemampuan
menganalisa kekuatan dan kelemahan alternatif-alternatif yang dihadapi. Dalam usaha
menganalisa alternatif yang ada seseorang perlu memperhitungkan :

1. Siapa yang terlibat/dipengaruhi setiap alternatif ?


2. Tindakan apa yang diperlukan ?
3. Reaksi apa yang mungkin timbul ?
4. Dimana sumber reaksi tersebut ?
5. Interaksi apa yang diperlukan ?

Penentuan Pilihan yang Terbaik


Pada setiap pengambilan keputusan selalu disertai dengan pengambilan resiko. Pada
umumnya pilihan diambil dari beberapa alternatif jika diduga bahwa pilihan itu akan
memberikan manfaat yang paling besar baik untuk jangka panjang maupun jangka
pendek. Namun demkian perlu dipertimbang juga bahwa resiko yang menyertai bersifat
moderat.

Evaluasi
Untuk mengadakan penilaian yang baik, diperlukan obyektivitas dalam melakukan
penilaian atau evaluasi. Biasanya suatu hal yang sangat sukar bagi seseorang untuk
menilai dirinya sendiri secara obyektif. Oleh karena itu pelaksanaan penilaian dapat
diserahkan kepada pihak ketiga yang tidak terlibat langsung dalam proses pengambilan
keputusan untuk memperoleh tingkat obyektivitas setinggi mungkin. Untuk proses
evaluasi perlu diperhatikan mengenai tempat dan siapa yang bertanggung jawab serta
kapan hal tersebut dilaksanakan, contoh; sebelumnya manajer menetapkan suatu
kebijakan baru dalam merespon keluhan pengunjung. Untuk menjamin bahwa kegiatan
itu efektif perlu kerja sama dengan semua staf terkait. Kemudian bagaimana penemuan
itu akan dikomunikasikan kepada personal lainnya.
DUKUNGAN PERSALINAN

A. Definisi Dukungan Persalinan


Dukungan Persalinan adalah asuhan yang sifatnya mendukung yaitu asuhan yang bersifat
aktif dan ikut serta dalam kegiatan selama persalinan, dimana ibu dibebaskan untuk
memilih pendamping persalinan sesuai keinginannya, misalnya suami, keluarga atau
teman yang mengerti tentang dirinya. Idealnya pendampingan ini dilaksanakan semenjak
pra-persalinan yang dapat membantu memutuskan rencana tempat persalinan, dan
kejadian lain yang tidak diharapkan. Macam-macam dukungan persalinan yaitu:
1. Dukungan fisik
Dukungan fisik adalah dukungan langsung berupa pertolongan langsung yang
diberikan oleh bidan, keluarga atau suami kepada ibu bersalin.
2. Dukungan psikologis
Dukungan psikologis adalah dukungan berupa kehangatan, kepedulian maupun
ungkapan empati yang akan menimbulkan keyakinan bahwa ibu merasa dicintai dan
diperhatikan, yang pada akhirnya dapat berpengaruh kepada keberhasilan.
B. Dukungan Selama Persalinan
Dukungan selama persalinan meliputi:
a) Lingkungan
Suasana yang rileks dan bernuansa rumah akan sangat membantu ibu dan pasangan
untuk cepat merasa nyaman, namun sikap para staf sangatlah penting dibanding
dengan kondisi fisik ruangan. Ruang persalinan perlu dilengkapi dengan meubele
sedemikian rupa sehingga keadaan darurat dapat ditangani dengan cepat dan efisien,
oleh karena itu efek klinis tidak dapat dikesampingkan. Demikian juga wallpaper dan
gorden berwarna sejuk serta penggunaan tirai untuk menutup peralatan persalinan
akan mengurangi keangkeran ruangan. Penerangan yang efisien, mudah dipindah-
pindah, ibu bersalin senang dengan penerangan redup. Diupayakan agar keluarga
yang masuk kedalam ruang bersalin dibatasi untuk menjaga kebersihan.
b) Teman yang mendukung
Seorang teman yang mendukung merupakan sumber kekuatan yang besar dan
memberikan kesinambungan dukungan dimana teman yang mendukung tersebut tidak
bisa digantikan oleh siapapun. Bidan yang berarti “bersama wanita”, ia harus
berusaha untuk menjadi teman yang mendukung, bekerja dengan wanita tersebut
bersama keluarga. Bidan diharapkan terampil dan peka serta berfungsi untuk
mengembangkan hubungan dengan wanita asuhannya dan keluarga, hubungan
tersebut bersifat terapeutik
c) Mobilitas
Diusahakan ibu didorong untuk tetap tegak dan bergerak, persalinan akan berjalan
lebih cepat dan ibu akan merasa dapat menguasai keadaan, terutama jika ibu didorong
untuk berusaha berjalan bila kemungkinan dan berusaha merubah posisi tidur (miring
kekiri, jongkok atau merangkak).
d) Memberi informasi
Ibu dan keluarga harus diberi informasi selengkapnya tentang kemajuan persalinan
dan semua perkembangannya selama proses persalinan. Setiap tindakan atau
intervensi yang akan dilakukan harus diantisipasi dan dijelaskan. Ibu harus dilibatkan
dalam pengambilan keputusan klinis
e) Teknik relaksasi
Diharapkan ibu pernah mendapatkan penyuluhan tentang teknik relaksasi pada saat
ANC, bila ibu belum pernah maka harus diajarkan teknik relaksasi, penyuluhan itu
diberikan pada saat ANC dengan penyuluhan pada saat inpartu harus sama supaya ibu
tidak bingung. Bidan harus mengingatkan tentang teknik relaksasi terutama teknik
bernafas.
f) Percakapan
Seorang ibu dalam masa inpartu membutuhkan waktu untuk bercakap-cakap dan ada
waktunya untuk diam. Bagi ibu yang sedang dalam proses persalinan benar, maka
kesunyian yang bersikap akrab dan simpatik sudah pasti disukai. pada tahap ini ibu
akan merasakan lelah, setiap kontraksi akan memerlukan konsentrasi penuh dan
semua cadangan emosional dan fisik dikerahkannya, ibu mungkin akan menutup
semua pembicaraan yang tidak perlu dan berkosentrasi terhadap kemajuan persalinan.
Jika kesunyian dibutuhkan maka sentuhan dan ekspresi wajah dan orang-orang
disekitarnya sangat dibutuhkan.
g) Dorongan semangat
Sebagian besar ibu akan mencapai tahap dimana mereka merasa putus asa. Bidan
berusaha untuk memberikan dorongan semangat kepada ibu selama proses persalinan.
Dengan beberapa kata yang diucapkan secara lembut setelah kontraksi atau beberapa
pujian non verbal pada saat terjadi kontraksi akan sangat memberikan semangat atau
dorongan ibu. Ibu yang sudah dibuat merasa bahwa ia sanggup dan sudah membuat
kemajuan persalinan besar akan merespon dan terus berusaha. Bidan berusaha untuk
dapat berkomunikasi dengan memberi respon yang hangat dan antusias, maka
persalinan akan berhasil maju.
C. Dukungan Fisik dan Psikologis Pada Ibu Bersalin
Setiap ibu yang memasuki masa persalinan maka akan muncul perasaan takut, khawatir,
ataupun cemas terutama pada ibu primipara. Perasaan takut dapat meningkatkan nyeri,
otot-otot menjadi tegang dan ibu menjadi cepat lelah yang pada akhirnya akan
menghambat proses persalinan. Bidan adalah orang yang diharapkan ibu sebagai
pendamping persalinan yang dapat diandalkan serta mampu memberikan dukungan,
bimbingan, dan pertolongan persalinan. Asuhan yang sifatnya mendukung selama
persalinan merupakan suatu standar asuhan pelayanan kebidanan. Asuhan yang
mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung.
Dukungan dapat diberikan oleh orang-orang terdekat pasien karena pendamping dalam
persalinan orang yang sudah terlibat pada saat antenatal.

RELAKSASI DAN PAIN RELIEF DALAM PERSALINAN

1. Pengertian Relaksasi

Relaksasi adalah metode pengendalian nyeri nonfarmakologi yang paling sering


digunakan di Inggris. Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi
uterus yang dapat mengakibatkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, perubahan
tekanan darah, denyut jantung, pernafasan dengan warna kulit dan apabila tidak segera
diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan setress (priharjo,2006).

Nyeri persalinan dapat mempengaruhi kontraksi uterus melalui sekresi kadar


katekolamia dan kartisol yang menaikkan dan akibatnya mempengaruhi durasi
persalinan. Nyeri juga dapat memnyebabkan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi
yang akan mengakibatkan persalinan lam. Adapun nyeri persalinan yang berat dan lama
dapat mempengaruhi sverifikasi sirkulasi maupun metabolisme yang harus segera diatasi
karna dapat menyebabkan kematian gania (Rosemary Mander, 2005).

2. Teknik Relaksasi
Teknik relaksasi bernapas merupakan teknik pereda nyeri yang banyak
memberikan masukan terbesar karena teknik relaksasi dalam persalinan dapat mencegah
kesalahan yangberlebihan pasca persalinan. Adapun relaksasi bernafas selama proses
persalinan dapat mmepertahankan komponen sistem saraf simpatis (SSO) dalam keadaan
homeostatis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurangi kecemasan dan
ketakutan agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri selama proses persalinan.
Teknik relaksasi, teknik pernapasan, pergerakan dan perubahan posisi, massage,
hidroterapi, terapi panas/ dingin, musik, guided imagery, akupresur, aromaterapi
merupakan beberapa teknik nonfarmakologi yang dapat meningkatkan kenyamanan ibu
saat bersalin dan mempunyai pengaruh yang efektif terhadap pengalaman persalinan.

3. Metode Relaksasi
a. Metode Nonfarmakologi
Dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontrol
perasaan dan kekuatannya. Relaksasi, teknik pernapasan, pergerakan dan perubahan
posisi, massage, hidroterapi, terapi panas/ dingin, musik, guided imagery, akupresur,
aromaterapi merupakan beberapa teknik nonfarmakologi yang dapat meningkatkan
kenyamanan ibu saat bersalin dan mempunyai pengaruh yang efektif terhadap
pengalaman persalinan.
b. Farmakologi
Dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontrol
perasaan dan kekuatannya. Tetapi teknik ini kurang menjadikan pilihan bagi
pasien karena penggunaan obat atau zat kimia seperti obat obatan penenang. Yang
malah dapat berpengaruh pada keadaan ibu pada akhir persalinan dan dapat
berpengaruh pada keadaan ibu saat bersalin.
B. Pain Relief Dalam Persalinan/ Nyeri Dalam Persalinan
1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subjektif karena perasaan nyeri pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanyaorang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2006)
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik
yang terkait dengan kontraksi uterus dilatasi dan penipisan serviks serta
penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologi terhadap nyeri meliputi
peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasa, keringat, diameter pupil, dan
ketegangan otot (Arifin, 2008)

Nyeri Persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan


peningkatan aktivitas sistem syaraf simpatis. Nyeri yang hebat pada persalinan
dapat menyebabkan perubahan-perubahan fisiologi tubuh seperti; tekanan darah
menjadi naik, denyut jantung meningkat, laju pernafasan meningkat, dan apabila
tidak segera diatasi makaakan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan
stres. Peningkatan konsumsi glukosa tubuh pada ibu bersalin yang mengalami
stres menyebabkan kelelahan dan sekresi katekolamin yang menghambat
kontraksi uterus, hal tersebut menyebabkan persalinan lama yang akhirnya
menyebabkan cemas pada ibu, peningkatan nyeri dan stres berkepanjangan
(Bobak, 2005).
Rasa takut menyebabkan pembuluh-pembuluh arteri yang mengarah ke
rahim berkontraksi dan menegang, sehingga menimbulkan rasa sakit (nyeri).
Kalau tanpa adanya rasa takut, otot-otot melemas dan melentur, servik (leher
rahim) dapat menipis serta membuka secara alami sewaktu tubuh berdenyut
secara berirama dan mendorong bayi dengan mudah sehingga membuat
persalinan berlangsung secara lancar relatif lebih cepat dengan keluhan nyeri yang
sangat minimal. Dengan terbiasanya ibu melakukan relaksasi, jalan lahir untuk
janin akan lebih mudah terbuka sehingga ibu tidak akan terlalu kelelahan saat
melahirkan. Jadi dengan latihan relaksasi yang rutin, ibu akan terbiasa pada
kondisi ini dan akan sangat terbantu dalam proses persalinannya (Andriana, 2007)

2. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri dibagi menjadi dua yaitu nyeri secara umum dan nyeri dalam persalinan
sebagai berikut :
 Klasifikasi nyeri secara umum, antara lain adalah
a) Nyeri akut yaitu nyeri yang timbul segera setelah rangsangan dan hilang setelah
penyembuhan.
b) Nyeri kronik yaitu nyeri yang menetap selama lebih dari 3 bulan walaupun proses
penyembuhan sudah selesai (Setyohadi, dkk, 2007).

 Klasifikasi nyeri persalinan dibagi beberapa nyeri yaitu :


a) Nyeri Viseral bersifat lambat dalam yang tidak terlokalisir. Implus nyeri selama
kala I pada persalinan di trasmisi melalui T11-T12 segment saraf spinal dan
bagian bawah thorak dan bagian atas lumbal saraf simpatis, dimana uterus dan
serviks terjadi pada kala I akibat dari kontraksi uterus dan pembukaan serviks.
Lokasi nyeri ini meliputi bagian segmen abdomen dan menjalar kedaerah lumbal
bagian belakang dan turun sampai dengan paha.
b) Nyeri somatic bersifat lebih cepat dan tajam menusuk dan lokasi jelas. Implus
nyeri pada kala II ditransmisi melalui S1-S2 saraf spina dan parasimpatis dari
jaringan perinal. Nyeri ini pada akhirnya kala I dan selama kala II yang
merupakan akibat dari penurunan kepala janin yang menekan jaringan - jaringan
maternal dan tarikan perinium dan Utercocervical selama kontraksi.
c) After pain nyeri selama kala II dimana uterus mengecil, sobek dari hasil distensi
dan laserasi dari serviks, vagina dan jaringan perinal nyeri yang dirasakan seperti
awal kala I dan kala II (Regina, 2011)

4. Faktor - faktor yang mempengaruhi nyeri


Faktor yang mempengaruh nyeri ada 2 macam yaitu faktor nyeri secara umum dan faktor
nyeri dalam persalinan sebagai berikut :
 Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri sebagai berikut :
Arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain-
lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin,
latar belakang sosial, kultural, lingkungan dan pengalaman.
 Persepsi nyeri merupakan panilaian yang sangat subjektif tepatnya pada korteks
(pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat
memicu stimulasi nociceptor.
 Toleransi nyeri erat dihubungkan dengan adanya intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
adalah alkohol, obat-obatan, hipnosis, gesekan atau garukan, dan pengalihan
perhatian.
 Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. (Hidayat, 2006).
5. Beberapa faktor mempengaruhi nyeri pesalinan adalah
a) Faktor fisiologi nyeri
 Pembukaan dan penipisan serviks
 Segmen bawah rahim tegang
 Ligamen uterus meregang
 Periotonium tertarik
 Kandung kemih tertekan
 Hipoksia
 Vagina tertekan
 Multi/primpara
b) Faktor Psikologis
 Ketakutan
 Panik
 Harga diri rendah
 Marah pada bayi
 Takut hamil ganguan aktifitas seksual

MEMPERSIAPKAN RUANGAN UNTUK PERSALINAN DAN KELAHIRAN BAYI


Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi di rumah (rumah ibu atau rumah kerabat), di
tempat bidan, PUSKESMAS, POLINDES, atau Rumah Sakit. Pastikan ketersediaan bahan-
bahan dan sarana yang memadai. Laksanakan upaya Pencegahan Infeksi (PI) sesuai dengan
standart yang telah di tetapkan.

Dimanapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok sebagai berikut :

1. Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari
tiupan angin.
2. Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan
sesuddah melahirkan
3. Air desinfeksi tingkat tinggi (air yang di didihkan dan di dinginkan) untuk membersihkan
vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan membersihkan perineum ibu
setelah bayi lahir.
4. Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel, dan srung tangan karet
untuk memebersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses peralatan.
5. Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan. Pastikan
bahwa kamar kecil dan kamr mandi telah didekontaminasi dengan larutan klorin 0,5 %
dibersihkan dengan deterjen dan air sebelum persalinan dimulai (untuk melindungi ibu
dari resiko infeksi) dan setelah bayi lahir (untuk melindungi keluarga dari resiko infeksi
melalui darah dan sekresi tubuh ibu).
6. Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan, melahirkan
bayi dan untuk memberi asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan bahwa
ibu mendapatkan privasi yang diinginkannya.
7. Penerangan yang cukup, baik yang siang maupun malam hari.
8. Tempat tidur yang bersih untuk ibu. Tutupi kasur dengan plastik atau lembaran yang
mudah dibersihkan jika terkontaminasi selama persalinan atau kelahiran bayi.
9. Tempat yang bersih untuk memberi asuhan bayi baru lahir.
10. Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan
11. Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir (Depkes RI : 2008)

PERSIAPAN PENOLONG PERSALINAN

Salah satu persiapan penting bagi penolong adalah memastikan penerapan prinsip dan praktik
pencegahan infeksi (PI ) yang dianjurkan, termasuk mencuci tangan, memakai sarung tangan dan
perlengkapan perlindungan pribadi.

1. Sarung Tangan
Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus selalu dipakai selama melakukan periksa
dalam, membantu kelahiran bayi, episiotomi, penjahitan laserasi, dan asuhan segera bayi baru
lahir. Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus menjadi bagian dari perlengkapan
untuk menolong persalinan ( partus set ) dan prosedur penjahitan ( suturing atau heckting set ).
Sarung tangan harus diganti apabila terkontaminasi, robek atau bocor.

2. Perlengkapan Perlindungan Diri

Perlindungan diri merupakan penghalang atau barier antara penolong dengan bahan-bahan yang
berpotensi untuk menularkan penyakit. Oleh sebab itu, penolong persalian harus memakai
celemek yang besih dan penutup kepala atau ikat rambut pada saat menolong persalinan. Juga
gunakan masker penutup mulut dan perlindungan mata ( kacamata ) yang bersih dan nyaman.
Kenakan semua perlengkapan perlindungan pribadi selama membantu kelahiran bayi dan
placenta serta saat melakukan penjahitan laserasi atau luka episiotomi.

3. Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung. Ruangan
tersebut harus memiliki pencahyaan atau penerangan yang cukup (baik melalui jendela,lampu di
langit-langit kamar ataupun sumber cahaya lainnya). Ibu dapat menjalani persalinan di tempat
tidur dengan kasur yang di lapisi kain penutup yang bersih, kain tebal dan berlapis anti bocor
(plastik) apabila beralaskan kayu atau di atas kasur yang di letakkan di atas lantai (lapisi dengan
plastik dan kain bersih). Ruangan harus hangat(tetapi jangan panas) dan terhalang dari tiupan
angin secara langsung. Selain itu, harus tersedia meja atau permukaan yang bersih dan mudah di
jangkau untuk meletakkan peralatan yang di perlukan.

Pastikan bahwa semua perlengkpan dan bahan-bahan tersedia berfugsi dengan baik, termasuk
perlengkpan untuk menolong persalinan, menjahit laserasi atau luka episiotomi dan resusitasi
bayi baru lahir. Semua perlengkapan dan bahan-bahan dalam set tersebut harus dalam keadaan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Daftar tilik lengkapuntuk bahan-bahan, perlengkapan dan
obat-obatan esensial yang di butuhkan untuk persalinan, membantu kelahiran dan asuhan bayi
baru lahir.

4. Menyiapkan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi

Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilngan panas tubuh yang berlebihan pada bayi baru
lahir harus di mulai sebelum kelahiran bayi itu sendiri. Siapkan lingkungan yang sesuai bagi
proses kelahiran bayi atau bayi baru lahir dengan memastikan bahwa ruangan tersebut bersih,
hangat (minimal 250 C), pencahayaannya cukup, an bebas dari tiupan angin(mematikan kipas
angin atau pendingin udara bila sedang terpasang). Bila ibu bermukim di daerah pegunungan
atau beriklim dingin, sebaiknya di sediakan minimal 2 selimut, kain atau handuk yang kering dan
bersih untuk mengeringkan dan menjaga kehangatan tubuh bayi

Persiapan ibu dan keluarga


Asuhan sayang ibu

 Anjurkan agar ibu selalu di dampingi oleh keluarganya selam proses persalinan dan
kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan kerabat yang di sukai ibu sangat
diperlukan dalam menjalani proses persalinan.

Alasan :hasil pesalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan dengan keluarga
yang mendampingi ibu selama proses persalinan (Enkin, et el, 2000)

 Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, di antarnya membantu ibu untuk berganti
posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman, teman bicara,
dan memberikan dukungan serta semangat selama persalinan dan melahirkan bayinya.
 Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan anggota
kelurganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau kelahiran
bayi kepada mereka.
 Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala II persalinan. Lakuakan
bimbingan dan tawaran bantuan jika di perlukan.
 Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
 Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat dan
sepontan untuk menera. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan
menahan nafas. Anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi.

Alasan:meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernafas sehingga terjadi kelelahan
yang tidak perlu dan meningkatkan resiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunya pasokan
oksigen melalui plasenta (enkin,et al 2000)

 Anjurkan ibu untuk minum selama persalinan kala 2.

Alasan:ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut (enkin et al 2000)

 Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalni kala2 persalinan. Berikan rasa aman dan
semangat serta tentramkan hatinya selama proses berlangsung. Dukungan dan perhatian
akan mengurangi perasaan tegang, membantu proses pelancaran proses persalinan dan
kelahiran bayi.beri penjelasan tentang cara dan tujuan di setiap tindakan setiap kali
penolong akan melakukanya, jawab setiap pertanyaan yang di ajukan ibu, jelaskan apa
yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan(misalnya
tekanan darah, denyut jantung janin , priksa dalam)

1. Membersihakan Perineum Ibu

Praktik terbaik pencegahan infeksi pada persalinan kala dua diantaranya adalah melakukan
pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang (DTT). Gunakann gulungan kapas
atau kasa yang bersih, brsihkan mulut dari baggian atas kearah bawah ( dari bagian anterior
vulva kearah rectum ) untuk mencegah kontaminasi kontaminasi tinja. Letakkann kain bersih
dibawah bokong saat ibu mulai meneran. Sediakan kain bersih cadangan didekatnya . Jika
keluar tinja saat ibu meneran, jelaskan bahwahal itu biasa terjadi. Bersihkan tinja tersebut dengan
kain alas bokong atau tanggan yang sedang mengunakan sarung tangan . ganti kain alas bokong
dan sarung tanggan DTT. Jika tidak ada cukup waktu untuk membersihkan tinja karena bayi
akan segera lahir maka sisihkan dan tutupi tinja tersebut dengan kain bersih

2. Mengosongkan kandung kemih

Anjurkan ibu dapat bverkemi setiap dua jam atau lebih sering jika kandung kemih selalu tersa
p[enuh. Jika di perlukan, bantu ibu untuk kekamar mandi. Jika ibu tak dapat ke kamar mandi ,
bantu ibu agar dapat duduk dan berkemi di wadah penampung urin.

Alasan:kandung kemih yang penuh menggangu penurunan kepala bayi. Selain itu juga akan
menambah rasa nyeri pada perut bawah, menghambat piñata laksanaan distosia bahu ,
menghalagi lahirnya plasenta dan perdarahan paska persalinan .

Jangan melakukan kateterilisasi kandung kemih secara rutin sebelum atau setelah kelahiran bayi
dan plasenta. Kateterilisasi kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi retensi urin dan ibu tak
mampu berkemih sendiri. Alasan : selain menyakitkan, kateterilisasi akan meningkatkan resiko
infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu. (JNPK-KR,2008).

Hindarkan terjadinya kandung kemih yang penuh karena berpotensi untuk:

 Memperlambat turunnya janin dan mengganggu kemajuan persalinan


 Menyebabkan ibu tidak nyaman
 Meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan yang disebabkan oleh atonia uteri
 Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu

(Depkes RI : 2008)

Prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu adalah:

 Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang dan berikan
dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.
 Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarganya.
 Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungannya.
 Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan dan lakukan tindakan yang
sesuai jika diperlukan.
 Siap dengan rencana rujukan.
Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk:

 Memberikan dukungan emosional


 Membantu pengaturan posisi ibu
 Memberikan cairan dan nutrisi
 Keleluasan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur
 Pencegahan infeksi

(Depkes RI : 2008)

Dukungan Emosional

Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
persalinan dan proses kelahiran bayinya. Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam
mendukung dan mengenali berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu.
Hargai keinginan ibu untuk menghadirkan teman atau saudara yang secara khusus diminta untuk
menemaninya (Enkin, et al, 2000).

Bekerja bersama anggota keluarga untuk:

 Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu.


 Membantu ibu bernafas secara benar pada saat kontraksi.
 Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya.
 Menyeka muka ibu secara lembut dengan menggunakan kain yang dibasahi air hangat
atau dingin.
 Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.

Mengatur Posisi

Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan melahirkan bayi
serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh
berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan,
berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali memperpendek waktu
persalinan. Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan. Beritahukan pada ibu untuk
tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit.

Alasan: Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban,
plasenta, dll) akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan mengakibatkan turunnya aliran
darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan hipoksia atau
kekurangan pasokan oksigen pada janin. Selain itu, posisi terlentang berhubungan dengan
gangguan terhadap proses kemajuan persalinan (Enkin, et al, 2000).
Pemberian Cairan dan Nutrisi

Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan
proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan tetapi setelah
memasuki fase aktif, mereka hanya ingin mengkonsumsi cairan saja. Anjurkan agar anggota
keluarga sesering mungkin menawarkan minum dan makanan ringan selama proses persalinan.

Alasan: Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan memberi lebih
banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan/atau
membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.

MELAKUKAN EVALUASI ASUHAN

Evaluasi dalam asuhan ini merupakan gambaran evaluasi dari asuhan yang sudah dilakukan dan
rencana tindak lanjutnya.

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya. Langkah-
langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses
penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung
pada klien dan situasi klinik Pada evaluasi ini dapat kita gunakan dengan pendokumentasian
SOAP atau langkah 7 varney.

Jadi proses pengumpulan data, membuat diagnosa, penatalaksanaan intervensi atau tindakan dan
evaluasi merupakan proses sirkuler (melingkar) yang saling berhubungan.

d. Planning

Tanggal : 3 November 2010


Jam : 23.10 wib

1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah memasuki tahap
persalinan. Pembukaan servik 7 cm, ibu memerlukan waktu sekitar 2 – 3 jam menuju
pembukaan lengkap.
Evaluasi : ibu merasa senang dan bersemangat.

2. Mengajarkan ibu tentang relaksasi pernafasan saat ada his.


Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukannya.

3. Menyarankan ibu untuk berjalan-jalan disekitar ruangan apabila ibu masih bisa
melakukannya dan apabila akan berbaring sarankan agar baring ke sebelah kiri agar lebih
cepat penurunannya.
Evaluasi : ibu mengatakan akan melakukannya.

4. Menghadirkan pendamping untuk menemani ibu selama persalinan dan anjurkan


pendamping untuk melakukan pijat punggung.
Evaluasi : ibu mengatakan ingin didampingi oleh suaminya.

5. Menyarankan kepada ibu untuk selalu mengosongkan kandung kemih dan tidak menahan
jika ingin BAK.
Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukannya.

6. Mempersiapkan alat-alat partus.


Evaluasi : Partus set telah tersedia dan siap dipakai.

7. Mempersiapkan pakaian ganti ibu dan pakaian bayi.


Evaluasi : pakaian ganti telah dipersiapkan

8. Mengobservasi TTV dan kemajuan persalinan setiap 4 jam, His dan DJJ setiap 30 menit.

Waktu His Nadi Djj


23.30 wib 3x/10’ lamanya 45 detik 80x/menit 140x/menit
00.00 wib 4x/10’ lamanya 45 detik 84x/menit 144x/menit
00.30 wib 4x/10’ lamanya 45 detik 84x/menit 144x/menit
01.00 wib 4x/10’ lamanya 45 detik 86x/menit 140x/menit
01.30 wib 5×10’ lamanya 45 detik 86x/menit 146x/menit
02.00 wib 5×10’ lamanya 45 detik 84x/menit 144x/menit

Anda mungkin juga menyukai