Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan (APN, 2008)
Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian pada
perjalanan persalinan (Farrer, 2001).
Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan
pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk membuat keputusan
klinis selama kala I persalinan (PUSDIKNAKES-WHO, 2003).
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam
mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase
aktif) yang digunakan pada setiap ibu bersalin tanpa memandang apakah persalinan itu normal
atau komplikasi (Saifuddin, 2002).
Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin,
menemukan adanya persalinan abnormal, yang menjadi petunjuk untuk melakukan tindakan
bedah kebidanan dan menemukan disproporsi kepala panggul jauh sebelum persalinan menjadi
macet (Sumapraja, 1993).
1. Semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan
partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun dengan adanya penyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan,
swasta, Rumah sakit, dll)
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan,
asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis obgyn, bidan, Dr umum,
Residen, dan mahasiswa bidan serta mahasiswa kedokteran) wajib melaporkan
Partografnya.
(APN, 2008)
4. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan
asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang
dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).
1. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan berjalan normal dan mendeteksi dini
persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan
persalinan lama.
2. Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini peralinan lama
sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama.
(Depkes RI, 2007)
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru 1ahir.
4. Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan menbantu penolong
persalinan untuk :
o Mencatat kemajuan persalinan.
o Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
o Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
o Menggunakan informasi yang tercatat untuk seacara dini mengidentifikasi adanya
penyulit.
o Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu.
1. Partus prematurus
2. Pada saat MRS pembukaan > 9 cm
3. Akan dilakukan seksio sesar elektif
4. Pada saat MRS akan dilakukan seksio sesar darurat
5. Bekas seksio sesar 2 kali
6. Bekas seksio sesar klasik
7. Kasus preeklampsia dan eklampsia
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :
Halaman depan Partograf mencantumkan hasil-hasil observasi atau pemeriksaan yang dilakukan
fase aktif persalinan yang mencakup :
DJJ Normal antara 120-160 kali per menit. Denyut jantung janin dihitung dan dicatat
setiap 30 menit lalu menghubungkan setiap titik
Warna dan adanya air ketuban
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat
penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi
kepala-panggul (CPD).
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin, catat temuan dikotak
yang sesuai. Gunakan lambang-lambang sebagai berikut :
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih bisa dipisahkan
3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, dan tidak bisa dipisahkan.
3. Kemajuan Persalinan
a) Pembukaan serviks
Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan
tandatanda penyulit).
Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang
menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan
serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per
jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang
memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll)
Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, rnisalnya :
persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang
memiliki kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri.
Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika
pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka
hal ini menunjukkan perlu diakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.
Sebaiknya, ibu harus sudah berada ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
4. Kontraksi Uterus
Dibawah lajur waktu partograf terdapat lajur kotak dengan tulisan kontraksi per 10 menit
disebelah luar kolom paling kiri, setiap kotak menyatakan satu kontraksi setiap 30 menit, raba
dan catat jumlah dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
8. Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom lainnya)
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf,
atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat
membuat catatan persalinan Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis mencakup:
(APN, 2008)
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama
proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I
sampai persalinan kala IV (termasuk Bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai
catatan persalinan. Niali dan catat asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama
selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya
penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama peamantauan kala IV
( mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan ). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah
diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai atau memantau sejauh mana
telah dilakukan pelaksanaan persalinan bersih dan aman.
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan,
alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing
tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban
yang sesuai.
2. Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada,
masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.
3. Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah
penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.
4. Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali,
pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat
yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian
kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih dan hasilnya.
Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang
sesuai.
6. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung
kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai
apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian peman¬tauan kala IV
dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada
satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan
mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).
MENILAI DAN MEMBUAT DIAGNOSA DALAM KEPUTUSAN KLINIS KEBIDANAN
Untuk terwujudnya pelayanan di atas, WHO menganjurkan agar setiap tenaga kesehatan,
termasuk bidan melakukan pengambilan keputusan klinis yang benar dan tepat . Pengambilan
keputusan klinis yang benar dan tepat dapat terwujud bila menggunakan cara berfikir dan
bertindak yang kritis, analisis dan sistimatis. Pelayanan kebidanan sering bersifat emergensi yang
menuntut tindakan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayinya, sehingga pengambilan
keputusan klinis yang benar dan tepat menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan
(teori Varney), harus menjadi pola fikir bagi bidan dalam memberikan asuhannya.
Sesuai anjuran WHO setiap bidan harus menggunakan pendekatan proses pengambilan
keputusan klinis berdasarkan evidance based dalam praktiknya.
1.Menghindari pekerjaan atau tindakan rutin yang tidak sesuai dengan kebutuhan klien.
Sikap atau watak berfikir kritis dapat ditingkatkan dengan memantapkan secara positif
dan memotivasi lingkungan kerja. Kreativitas penting untuk membangkitkan motivasi secara
individu sehingga mampu memberikan konsep baru dengan pendekatan inovatif dalam
memecahkan masalah atau isu secara fleksibel dan bebas berpikir. Keterbukaan menerima kritik
akan mengakibatkan hal positif seperti; semakin terjaminnya kemampuan analisa seseorang
terhadap fakta dan data yang dihadapi dan akan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi
kelemahan.
Pemecahan masalah
Perencanaan kemungkinan
Memahami masalah yang lalu
Menduga masalah yang akan
datang
Pengambilan Keputusan
Mengenalkan Perubahan
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seperti pada gambar di bawah ini :
Masalah
Pengumpulan Data
Analisa Data
Mengembangkan pemecahan
Memilih alternatif
Implementasi
Evaluasi
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah salah satu
penyelesaian yang dinamis. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah adalah kurang tepat
mengidentifikasi masalah. Oleh karena itu identifikasi masalah adalah langkah yang paling
penting. Kualitas hasil tergantung pada keakuratan dalam mengidentifikasi masalah.
Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai, sikap dan
pengalaman pembuat keputusan serta waktu penyelesaian masalah. Terutama waktu yang cukup
untuk mengumpulkan dan mengorganisir data
Pengumpulan Data
Pengumpulan data atau informasi dikerjakan secara berkesinambungan melalui proses
yang sistematis, sehingga upaya untuk mengantisipasi keadaan/masalah yang mungkin
timbul akan lebih mudah dilaksanakan seperti ;
Penentuan Alternatif
Baik buruknya sesuatu keputusan yang diambil sangat tergantung atas kemampuan
menganalisa kekuatan dan kelemahan alternatif-alternatif yang dihadapi. Dalam usaha
menganalisa alternatif yang ada seseorang perlu memperhitungkan :
Evaluasi
Untuk mengadakan penilaian yang baik, diperlukan obyektivitas dalam melakukan
penilaian atau evaluasi. Biasanya suatu hal yang sangat sukar bagi seseorang untuk
menilai dirinya sendiri secara obyektif. Oleh karena itu pelaksanaan penilaian dapat
diserahkan kepada pihak ketiga yang tidak terlibat langsung dalam proses pengambilan
keputusan untuk memperoleh tingkat obyektivitas setinggi mungkin. Untuk proses
evaluasi perlu diperhatikan mengenai tempat dan siapa yang bertanggung jawab serta
kapan hal tersebut dilaksanakan, contoh; sebelumnya manajer menetapkan suatu
kebijakan baru dalam merespon keluhan pengunjung. Untuk menjamin bahwa kegiatan
itu efektif perlu kerja sama dengan semua staf terkait. Kemudian bagaimana penemuan
itu akan dikomunikasikan kepada personal lainnya.
DUKUNGAN PERSALINAN
1. Pengertian Relaksasi
2. Teknik Relaksasi
Teknik relaksasi bernapas merupakan teknik pereda nyeri yang banyak
memberikan masukan terbesar karena teknik relaksasi dalam persalinan dapat mencegah
kesalahan yangberlebihan pasca persalinan. Adapun relaksasi bernafas selama proses
persalinan dapat mmepertahankan komponen sistem saraf simpatis (SSO) dalam keadaan
homeostatis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurangi kecemasan dan
ketakutan agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri selama proses persalinan.
Teknik relaksasi, teknik pernapasan, pergerakan dan perubahan posisi, massage,
hidroterapi, terapi panas/ dingin, musik, guided imagery, akupresur, aromaterapi
merupakan beberapa teknik nonfarmakologi yang dapat meningkatkan kenyamanan ibu
saat bersalin dan mempunyai pengaruh yang efektif terhadap pengalaman persalinan.
3. Metode Relaksasi
a. Metode Nonfarmakologi
Dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontrol
perasaan dan kekuatannya. Relaksasi, teknik pernapasan, pergerakan dan perubahan
posisi, massage, hidroterapi, terapi panas/ dingin, musik, guided imagery, akupresur,
aromaterapi merupakan beberapa teknik nonfarmakologi yang dapat meningkatkan
kenyamanan ibu saat bersalin dan mempunyai pengaruh yang efektif terhadap
pengalaman persalinan.
b. Farmakologi
Dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontrol
perasaan dan kekuatannya. Tetapi teknik ini kurang menjadikan pilihan bagi
pasien karena penggunaan obat atau zat kimia seperti obat obatan penenang. Yang
malah dapat berpengaruh pada keadaan ibu pada akhir persalinan dan dapat
berpengaruh pada keadaan ibu saat bersalin.
B. Pain Relief Dalam Persalinan/ Nyeri Dalam Persalinan
1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subjektif karena perasaan nyeri pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanyaorang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2006)
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik
yang terkait dengan kontraksi uterus dilatasi dan penipisan serviks serta
penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologi terhadap nyeri meliputi
peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasa, keringat, diameter pupil, dan
ketegangan otot (Arifin, 2008)
2. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri dibagi menjadi dua yaitu nyeri secara umum dan nyeri dalam persalinan
sebagai berikut :
Klasifikasi nyeri secara umum, antara lain adalah
a) Nyeri akut yaitu nyeri yang timbul segera setelah rangsangan dan hilang setelah
penyembuhan.
b) Nyeri kronik yaitu nyeri yang menetap selama lebih dari 3 bulan walaupun proses
penyembuhan sudah selesai (Setyohadi, dkk, 2007).
Dimanapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok sebagai berikut :
1. Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari
tiupan angin.
2. Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan
sesuddah melahirkan
3. Air desinfeksi tingkat tinggi (air yang di didihkan dan di dinginkan) untuk membersihkan
vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan membersihkan perineum ibu
setelah bayi lahir.
4. Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel, dan srung tangan karet
untuk memebersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses peralatan.
5. Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan. Pastikan
bahwa kamar kecil dan kamr mandi telah didekontaminasi dengan larutan klorin 0,5 %
dibersihkan dengan deterjen dan air sebelum persalinan dimulai (untuk melindungi ibu
dari resiko infeksi) dan setelah bayi lahir (untuk melindungi keluarga dari resiko infeksi
melalui darah dan sekresi tubuh ibu).
6. Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan, melahirkan
bayi dan untuk memberi asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan bahwa
ibu mendapatkan privasi yang diinginkannya.
7. Penerangan yang cukup, baik yang siang maupun malam hari.
8. Tempat tidur yang bersih untuk ibu. Tutupi kasur dengan plastik atau lembaran yang
mudah dibersihkan jika terkontaminasi selama persalinan atau kelahiran bayi.
9. Tempat yang bersih untuk memberi asuhan bayi baru lahir.
10. Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan
11. Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir (Depkes RI : 2008)
Salah satu persiapan penting bagi penolong adalah memastikan penerapan prinsip dan praktik
pencegahan infeksi (PI ) yang dianjurkan, termasuk mencuci tangan, memakai sarung tangan dan
perlengkapan perlindungan pribadi.
1. Sarung Tangan
Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus selalu dipakai selama melakukan periksa
dalam, membantu kelahiran bayi, episiotomi, penjahitan laserasi, dan asuhan segera bayi baru
lahir. Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus menjadi bagian dari perlengkapan
untuk menolong persalinan ( partus set ) dan prosedur penjahitan ( suturing atau heckting set ).
Sarung tangan harus diganti apabila terkontaminasi, robek atau bocor.
Perlindungan diri merupakan penghalang atau barier antara penolong dengan bahan-bahan yang
berpotensi untuk menularkan penyakit. Oleh sebab itu, penolong persalian harus memakai
celemek yang besih dan penutup kepala atau ikat rambut pada saat menolong persalinan. Juga
gunakan masker penutup mulut dan perlindungan mata ( kacamata ) yang bersih dan nyaman.
Kenakan semua perlengkapan perlindungan pribadi selama membantu kelahiran bayi dan
placenta serta saat melakukan penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung. Ruangan
tersebut harus memiliki pencahyaan atau penerangan yang cukup (baik melalui jendela,lampu di
langit-langit kamar ataupun sumber cahaya lainnya). Ibu dapat menjalani persalinan di tempat
tidur dengan kasur yang di lapisi kain penutup yang bersih, kain tebal dan berlapis anti bocor
(plastik) apabila beralaskan kayu atau di atas kasur yang di letakkan di atas lantai (lapisi dengan
plastik dan kain bersih). Ruangan harus hangat(tetapi jangan panas) dan terhalang dari tiupan
angin secara langsung. Selain itu, harus tersedia meja atau permukaan yang bersih dan mudah di
jangkau untuk meletakkan peralatan yang di perlukan.
Pastikan bahwa semua perlengkpan dan bahan-bahan tersedia berfugsi dengan baik, termasuk
perlengkpan untuk menolong persalinan, menjahit laserasi atau luka episiotomi dan resusitasi
bayi baru lahir. Semua perlengkapan dan bahan-bahan dalam set tersebut harus dalam keadaan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Daftar tilik lengkapuntuk bahan-bahan, perlengkapan dan
obat-obatan esensial yang di butuhkan untuk persalinan, membantu kelahiran dan asuhan bayi
baru lahir.
Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilngan panas tubuh yang berlebihan pada bayi baru
lahir harus di mulai sebelum kelahiran bayi itu sendiri. Siapkan lingkungan yang sesuai bagi
proses kelahiran bayi atau bayi baru lahir dengan memastikan bahwa ruangan tersebut bersih,
hangat (minimal 250 C), pencahayaannya cukup, an bebas dari tiupan angin(mematikan kipas
angin atau pendingin udara bila sedang terpasang). Bila ibu bermukim di daerah pegunungan
atau beriklim dingin, sebaiknya di sediakan minimal 2 selimut, kain atau handuk yang kering dan
bersih untuk mengeringkan dan menjaga kehangatan tubuh bayi
Anjurkan agar ibu selalu di dampingi oleh keluarganya selam proses persalinan dan
kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan kerabat yang di sukai ibu sangat
diperlukan dalam menjalani proses persalinan.
Alasan :hasil pesalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan dengan keluarga
yang mendampingi ibu selama proses persalinan (Enkin, et el, 2000)
Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, di antarnya membantu ibu untuk berganti
posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman, teman bicara,
dan memberikan dukungan serta semangat selama persalinan dan melahirkan bayinya.
Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan anggota
kelurganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau kelahiran
bayi kepada mereka.
Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala II persalinan. Lakuakan
bimbingan dan tawaran bantuan jika di perlukan.
Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat dan
sepontan untuk menera. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan
menahan nafas. Anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi.
Alasan:meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernafas sehingga terjadi kelelahan
yang tidak perlu dan meningkatkan resiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunya pasokan
oksigen melalui plasenta (enkin,et al 2000)
Alasan:ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut (enkin et al 2000)
Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalni kala2 persalinan. Berikan rasa aman dan
semangat serta tentramkan hatinya selama proses berlangsung. Dukungan dan perhatian
akan mengurangi perasaan tegang, membantu proses pelancaran proses persalinan dan
kelahiran bayi.beri penjelasan tentang cara dan tujuan di setiap tindakan setiap kali
penolong akan melakukanya, jawab setiap pertanyaan yang di ajukan ibu, jelaskan apa
yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan(misalnya
tekanan darah, denyut jantung janin , priksa dalam)
Praktik terbaik pencegahan infeksi pada persalinan kala dua diantaranya adalah melakukan
pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang (DTT). Gunakann gulungan kapas
atau kasa yang bersih, brsihkan mulut dari baggian atas kearah bawah ( dari bagian anterior
vulva kearah rectum ) untuk mencegah kontaminasi kontaminasi tinja. Letakkann kain bersih
dibawah bokong saat ibu mulai meneran. Sediakan kain bersih cadangan didekatnya . Jika
keluar tinja saat ibu meneran, jelaskan bahwahal itu biasa terjadi. Bersihkan tinja tersebut dengan
kain alas bokong atau tanggan yang sedang mengunakan sarung tangan . ganti kain alas bokong
dan sarung tanggan DTT. Jika tidak ada cukup waktu untuk membersihkan tinja karena bayi
akan segera lahir maka sisihkan dan tutupi tinja tersebut dengan kain bersih
Anjurkan ibu dapat bverkemi setiap dua jam atau lebih sering jika kandung kemih selalu tersa
p[enuh. Jika di perlukan, bantu ibu untuk kekamar mandi. Jika ibu tak dapat ke kamar mandi ,
bantu ibu agar dapat duduk dan berkemi di wadah penampung urin.
Alasan:kandung kemih yang penuh menggangu penurunan kepala bayi. Selain itu juga akan
menambah rasa nyeri pada perut bawah, menghambat piñata laksanaan distosia bahu ,
menghalagi lahirnya plasenta dan perdarahan paska persalinan .
Jangan melakukan kateterilisasi kandung kemih secara rutin sebelum atau setelah kelahiran bayi
dan plasenta. Kateterilisasi kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi retensi urin dan ibu tak
mampu berkemih sendiri. Alasan : selain menyakitkan, kateterilisasi akan meningkatkan resiko
infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu. (JNPK-KR,2008).
(Depkes RI : 2008)
Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang dan berikan
dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.
Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarganya.
Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungannya.
Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan dan lakukan tindakan yang
sesuai jika diperlukan.
Siap dengan rencana rujukan.
Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk:
(Depkes RI : 2008)
Dukungan Emosional
Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
persalinan dan proses kelahiran bayinya. Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam
mendukung dan mengenali berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu.
Hargai keinginan ibu untuk menghadirkan teman atau saudara yang secara khusus diminta untuk
menemaninya (Enkin, et al, 2000).
Mengatur Posisi
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan melahirkan bayi
serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh
berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan,
berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali memperpendek waktu
persalinan. Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan. Beritahukan pada ibu untuk
tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit.
Alasan: Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban,
plasenta, dll) akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan mengakibatkan turunnya aliran
darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan hipoksia atau
kekurangan pasokan oksigen pada janin. Selain itu, posisi terlentang berhubungan dengan
gangguan terhadap proses kemajuan persalinan (Enkin, et al, 2000).
Pemberian Cairan dan Nutrisi
Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan
proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan tetapi setelah
memasuki fase aktif, mereka hanya ingin mengkonsumsi cairan saja. Anjurkan agar anggota
keluarga sesering mungkin menawarkan minum dan makanan ringan selama proses persalinan.
Alasan: Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan memberi lebih
banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan/atau
membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
Evaluasi dalam asuhan ini merupakan gambaran evaluasi dari asuhan yang sudah dilakukan dan
rencana tindak lanjutnya.
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya. Langkah-
langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses
penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung
pada klien dan situasi klinik Pada evaluasi ini dapat kita gunakan dengan pendokumentasian
SOAP atau langkah 7 varney.
Jadi proses pengumpulan data, membuat diagnosa, penatalaksanaan intervensi atau tindakan dan
evaluasi merupakan proses sirkuler (melingkar) yang saling berhubungan.
d. Planning
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah memasuki tahap
persalinan. Pembukaan servik 7 cm, ibu memerlukan waktu sekitar 2 – 3 jam menuju
pembukaan lengkap.
Evaluasi : ibu merasa senang dan bersemangat.
3. Menyarankan ibu untuk berjalan-jalan disekitar ruangan apabila ibu masih bisa
melakukannya dan apabila akan berbaring sarankan agar baring ke sebelah kiri agar lebih
cepat penurunannya.
Evaluasi : ibu mengatakan akan melakukannya.
5. Menyarankan kepada ibu untuk selalu mengosongkan kandung kemih dan tidak menahan
jika ingin BAK.
Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukannya.
8. Mengobservasi TTV dan kemajuan persalinan setiap 4 jam, His dan DJJ setiap 30 menit.