Abstract. The aim of this study was to measure the role of sexual self-esteem, the general and the
specific one which describe the sexual competence, and sexual compulsivity to risky sexual
behavior. The participants of this research are 84 men and women with HIV/AIDS. This is a
quantitative research using path analysis. The result shows that the empirical model has goodness
of fit which is mean fit with the data collected. This finding shows the role of sexual self-esteem
and sexual compulsivity to risky sexual behavior. Another finding is fact that sexual self-esteem
that describe in sexual competence has more significant influence on risky sexual behavior.
Keywords: sexual self-esteem, sexual kompulsivity, risky sexual behavior
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh harga diri seksual, baik
yang sifatnya umum maupun yang spesifik mengenai kompetensi seksual, dan juga kompulsivitas
seksual terhadap perilaku seks berisiko seperti hubungan seks usia dini, jumlah pasangan seks,
dan seks dengan orang asing yang dilakukan oleh orang dengan HIV/AIDS. Partisipan penelitian
ini berjumlah 84 orang pria dan wanita dengan HIV/AIDS. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitaif dengan menggunakan analisis jalur. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa model
empiris yang didapatkan memiliki goodness of fit atau cocok dengan data. Artinya, harga diri
seksual dan kompulsivitas seksual memiliki peran terhadap dilakukannya perilaku seks berisiko
pada orang dengan HIV/AIDS. Temuan lainnya adalah bahwa harga diri seksual dalam hal
kompetensi seksual memiliki peran lebih banyak dalam memengaruhi individu melakukan
perilaku seks berisiko.
Kata kunci: harga diri seksual, kompulsivitas seksual, perilaku seks berisiko
52 JURNAL PSIKOLOGI
HARGA DIRI SEKSUAL, KOMPULSIVITAS SEKSUAL
virus tersebut. Sementara itu, perilaku menjadi kian permisif, terutama dalam
seks berisiko sendiri pada dasarnya melakukan perilaku seks berisiko sehingga
dilakukan oleh banyak kelompok, bukan memunculkan efek domino seperti perma-
hanya mereka yang sudah terinfeksi salahan kesehatan psikososial dan pening-
HIV/AIDS saja. Hal ini terjadi karena katan kasus paparan HIV/AIDS (Parsons,
banyak yang memandang rendah perilaku Grov, & Golub, 2012). Kompulsivitas
seks aman (Lewis, Litt, Cronce, Blayne, & seksual sendiri, di dalam memengaruhi
Gilmore, 2014). Pada titik ini, tentu perilaku seks berisiko bukan hanya terjadi
menjadi penting artinya untuk memahami pada pria yang dipandang permisif dalam
perilaku seks berisiko yang mungkin seksualitas, namun juga pada wanita
masih dilakukan oleh banyak orang (Stupiansky, Reece, Middlestat, Finn, &
dengan HIV/AIDS. Sherwood-Laughlin, 2009).
Perilaku seks berisiko adalah aktivitas
seksual yang dilakukan dengan konse- Kompulsivitas Seksual
ksuensi bukan hanya kehamilan yang Kompulsivitas seksual pada dasarnya
tidak diinginkan tetapi juga terpapar merupakan permasalahan klinis individu.
HIV/AIDS. Beberapa aktivitas seks yang Kompulsivitas seksual merupakan keada-
tergolong ke dalam perilaku seks berisiko an di mana individu mengalami perma-
adalah hubungan seks usia dini, banyak- salahan dalam mengendalikan pikiran,
nya pasangan seks yang dimiliki, inkonsis- perasaan, dan perilaku seksualnya
tensi penggunaan kondom, dan hubungan (Berberovic, 2013). Pada titik ini, kendali
seks dengan orang asing atau orang yang diri dikatakan memiliki peran yang krusial
belum diketahui secara pasti status dalam konsep kompulsivitas seksual
kesehatan seksualnya (Rahardjo, 2013). (Giugliano, 2008; Kalichman & Cain, 2004).
Beberapa hal dianggap memengaruhi Secara lebih lanjut juga ditekankan oleh
individu dalam melakukan perilaku seks Berberovic (2013) bahwa berkurangnya
berisiko, di mana dua di antaranya adalah kendali atas perilaku seks yang dilakukan
harga diri seksual dan kompulsivitas mengakibatkan individu terus terlibat
seksual. Harga diri secara umum telah dalam perilaku tersebut meskipun menge-
lama dianggap memengaruhi perilaku tahui konsekuensi negatifnya.
seks berisiko. Secara spesifik, harga diri Konsekuensi dari kompulsivitas
seksual merupakan penilaian positif indi- seksual yang dirasakan tentu bukan hanya
vidu tentang seksualitas yang dimiliki fisik seperti terinfensi penyakit menular
individu (Snell, 1998). Harga diri seksual seksual karena permisivitas seksual yang
berkaitan dengan kepuasan seks (McCabe dilakukan, tetapi juga pada aspek sosial
& Taleporos, 2003), hal ini kerap mem- dan emosi, dan bahkan spiritual serta
bawa individu untuk terdorong lebih eks- keuangan (McBride, Reece, & Sanders,
presif dalam melakukan aktivitas seksual. 2008). Temuan Reece dan Dodge (2004)
Di sisi lain, kompulsivitas seksual di memperlihatkan bahwa permisivitas sek-
dalam beberapa penelitian empiris telah sual yang muncul karena kompulsivitas
terbukti berpengaruh secara langsung seksual tersebut membuat individu terin-
terhadap perilaku seks berisiko (Shuper, tervensi kehidupan sosialnya, termasuk
Joharchi, & Rehm, 2014; Smolenski, Ross, penurunan tanggung jawab dan berku-
Risser, & Rosser, 2009). Kompulsivitas rangnya aktivitas keseharian.
seksual dianggap menyebabkan individu
JURNAL PSIKOLOGI 53
RAHARDJO & HUTAGALUNG
54 JURNAL PSIKOLOGI
HARGA DIRI SEKSUAL, KOMPULSIVITAS SEKSUAL
JURNAL PSIKOLOGI 55
RAHARDJO & HUTAGALUNG
Tabel 1
Rerata Empirik untuk Semua Variabel
56 JURNAL PSIKOLOGI
HARGA DIRI SEKSUAL, KOMPULSIVITAS SEKSUAL
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat hidup, dan pelarian dari masalah hidup.
bahwa rangsangan pasangan seks adalah Berdasarkan Tabel 2 juga dapat dilihat
alasan yang paling banyak disebut sebagai bahwa kebutuhan menyalurkan gairah
hal yang menyebabkan individu mela- seks menjadi alasan yang paling sering
kukan hubungan seks pertama kali. disebut mengapa individu tetap mela-
Alasan-alasan lain yang mengikuti adalah kukan perilaku seks berisiko.
ketidakmampuan menahan gairah seks, Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa
rasa ingin tahu terhadap seksualitas, hal yang paling sering disebut oleh parti-
kemauan sendiri, ajakan dan pengaruh sipan mengenai alasan mengapa pernah
teman, pengaruh alcohol, pengaruh obat- tidak menggunakan kondom saat berhu-
obatan terlarang, dan cinta. Sementara itu bungan seks adalah karena kondom
jika dilihat alasan mengapa tetap melaku- dianggap mengurangi kenikmatan saat
kan perilaku seks berisiko dalam keadaan berhubungan seks. Alasan-alasan lainnya
sudah tahu bahwa dirinya terpapar adalah karena malas menggunakan,
HIV/AIDS, maka hal yang paling banyak dianggap mengganggu proses hubungan
disebut adalah untuk menyalurkan gairah seks yang sedang dilakukan, pasangan
seks, diikuti oleh sebagai ekspresi cinta seks tidak menghendaki pemakaian kon-
dan kasih sayang, rangsangan pasangan dom, persepsi agar lebih menyatu dengan
seks, prinsip bahwa seks merupakan pasangan, dan persepsi supaya pasangan
sesuatu yang harus dinikmati, pengaruh tidak kehilangan kepercayaan terhadap
teman, eksperimen seksualitas, gaya individu.
Tabel 2
Paparan Alasan Partisipan Pertama Kali Berhubungan Seks dan Mengapa Tetap Melakukan
Perilaku Seks Berisiko Hingga Saat Ini
Disebut Alasan Tetap Melakukan Perilaku Disebut
Alasan Pertama Kali
Sebanyak (n)/ Seks Berisiko Sebanyak (n)
Berhubungan Seks
Persentase Hingga Saat Ini / Persentase
Rangsangan pasangan seks 26 / 30.95% Menyalurkan gairah seks 40 / 47.61%
Tidak bisa menahan gairah seks 25 / 29.76% Ekspresi cinta dan kasih sayang 20 / 23.80%
Rasa ingin tahu 12 / 14.28% Rangsangan pasangan seks 12 / 14.28%
Kemauan sendiri 7 / 8.33% Prinsip bahwa seks harus dinikmati 4 / 4.76%
Ajakan dan pengaruh teman 6 / 7.14 % Pengaruh teman 2 / 2.38%
Pengaruh alkohol 5 / 5.95% Eksperimen seksualitas 2 / 2.38%
Pengaruh obat-obatan terlarang 2 / 2.38% Gaya hidup 2 / 2.38%
Cinta 1 / 1.19% Pelarian masalah 2 / 2.38%
Tabel 3
Alasan Mengapa Pernah Tidak Menggunakan Kondom Saat Berhubungan Seks
Alasan Disebut Sebanyak (n) Persentase
Mengurangi kenikmatan saat berhubungan seks 35 41.66%
Malas menggunakan 19 22.61%
Mengganggu proses hubungan seks yang sedang 14 16.66%
dilakukan
Pasangan seks tidak menghendaki 10 11.90%
Supaya lebih menyatu dengan pasangan 5 5.95%
Supaya pasangan tidak kehilangan kepercayaan 1 1.19%
JURNAL PSIKOLOGI 57
RAHARDJO & HUTAGALUNG
Adapun analisis jalur memperlihatkan dan seks dengan orang asing, dan harga
bahwa model yang dibangun fit dengan diri spesifik mengenai kompetensi seksual
data. Chi-Square yang diperoleh oleh terhadap kompulsivitas seksual dan usia
model analisis jalur ini adalah sebesar hubungan seks pertama kali.
7.545 dan probabilitas sebesar 0.056 (p > Sementara itu, beberapa pengaruh
.05). Artinya, harga diri seksual secara yang signifikan adalah (1) harga diri sek-
umum maupun yang berkaitan dengan sual secara umum kepada kompulsivitas
kompetensi seksual, beserta kompulsivitas seksual dan jumlah pasangan seks yang
seksual berpengaruh terhadap usia hu- dimiliki dalam kurun waktu enam bulan
bungan seks pertama kali, jumlah terakhir, (2) harga diri seksual dalam hal
pasangan seks dalam kurun waktu enam kompetensi seksual terhadap jumlah
bulan terakhir, dan seks dengan orang pasangan seks dan seks dengan orang
asing. Penjelasan yang lebih jelas dapat asing, dan (3) kompulsivitas seksual
dilihat pada Gambar 1. terhadap usia hubungan seks pertama
Ketika dipaparkan mengenai penga- kali, jumlah pasangan seks dalam kurun
ruh masing-masing variabel maka dapat waktu enam bulan terakhir, dan seks
terlihat bahwa tidak semua garis dalam dengan orang asing. Guna mendapatkan
model memperlihatkan pengaruh yang penjelasan yang lebih kongkrit dapat
signifikan. Beberapa yang tidak signifikan dilihat paparan data pada Tabel 4 dan
adalah pengaruh harga diri secara umum Tabel 5.
terhadap usia hubungan seks pertama kali
58 JURNAL PSIKOLOGI
HARGA DIRI SEKSUAL, KOMPULSIVITAS SEKSUAL
Tabel 4
Deskripsi Bobot Regresi Antar Variabel terutama untuk Signifikansi
Tabel 5
Bobot Regresi Terstandardisasi Antar Variabel
Estimate
KS <--- HDSa -.242
KS <--- HDSb .144
usiaMLpertama <--- HDSa -.037
jumpaseks <--- HDSa -.178
paseks <--- HDSa -.109
usiaMLpertama <--- KS -.383
jumpaseks <--- KS .232
paseks <--- KS .151
paseks <--- HDSb .700
jumpaseks <--- HDSb .785
usiaMLpertama <--- HDSb .051
Hasil penelitian juga memperlihatkan pertama kali tersebut dilakukan pada usia
ada perbedaan kompulsivitas seksual sekolah menengah atas. Hal ini cukup
berdasarkan jenis kelamin (t = 6.223; p < senada dengan temuan penelitian-
.00) di mana partisipan pria memiliki skor penelitian sebelum di Indonesia yang
kompulsivitas seksual lebih tinggi (M = merujuk pada angka 16-18 tahun
36.07; SD = 7.02) dibandingkan partisipan (Rahardjo, 2009; 2011; 2011a; Rahardjo &
wanita (M = 26.45; SD = 6.15). Salve, 2014). Sebagai temuan, angka ini
berfluktuasi dari satu penelitian ke
penelitian lainnya, hanya saja masih
Diskusi
berada dalam ruang lingkup usia sekolah
Rerata usia hubungan seks pertama dan mahasiswa tingkat awal. Hal ini jelas
kali yang berada di angka 18.39 tahun menandakan bahwa bagi pelaku perilaku
mengindikasikan bahwa hubungan seks seks aktif, sudah menjadi kelaziman ketika
JURNAL PSIKOLOGI 59
RAHARDJO & HUTAGALUNG
usia hubungan seks pertama kali terjadi di merusak suasana hati individu serta ritme
masa di mana terdapat puncak kema- hubungan seks karena tuntutan jeda
tangan seks dan kuatnya peran teman pemakaian (Fernandez-Esquer et al., 2004).
sebaya. Secara lebih lanjut, model analisis
Alasan berhubungan seks pertama jalur pada penelitian ini memperlihatkan
kali karena rangsangan pasangan seks bahwa harga diri seksual, baik secara
sebagai jawaban yang paling sering mun- umum dan khusus dalam hal kompetensi
cul menarik untuk dicermati. Temuan ini seksual, beserta kompulsivitas seksual
sedikit berbeda dengan penelitian dapat memengaruhi perilaku seks berisiko
sebelumnya yang menyatakan bahwa yang dilakukan orang dengan HIV/AIDS
keinginan untuk menyalurkan gairah seks, dalam hal hubungan seks usia dini, jumlah
kemauan sendiri, dan rasa ingin tahu pasangan seks dalam kurun waktu enam
adalah beberapa alasan yang paling sering bulan terakhir, dan hubungan seks dengan
disebut (Rahardjo, 2008; 2013). Hal ini orang asing.
mungkin terjadi jika individu memiliki Jika dilihat pengaruh pada setiap
pasangan seks yang juga memiliki gairah variabel maka dapat dilihat beberapa hasil
seks yang juga tinggi sehinggi menjadi yang menarik. Harga diri seksual secara
pemicu terjadinya hubungan seks pertama umum yang melihat pada bagaimana
kali. individu mempersepsikan keberhargaan
Sementara itu munculnya pernyataan seksualitasnya, bagaimana persepsi dalam
mengenai kebutuhan penyaluran gairah menangani permasalahan seksualitas,
seks sebagai jawaban yang paling banyak memiliki pengaruh yang negatif terhadap
disebut atas pertanyaan mengapa parti- kompulsivitas seksual. Hal ini berarti, jika
sipan masih melakukan perilaku seks individu memandang dirinya secara utuh
berisiko juga menarik untuk dicermati. berharga dalam hal seksualitas maka
Hal ini semakin menguatkan peran dapat mengurangi kompulsivitas seksual
kompulsivitas seksual di mana individu yang dirasakan.
memiliki kebutuhan yang besar untuk Hal yang relatif sama juga ditemui
melakukan hubungan seks secara rutin pada pengaruh negatif harga diri seksual
dan repetitif karena kurangnya kendali secara umum terhadap jumlah pasangan
diri (Barberovic, 2013). seks yang dimiliki dalam kurun waktu
Hasil penelitian ini mengenai alasan enam bulan terakhir. Artinya, ketika
mengapa individu pernah tidak menggu- individu memandang dirinya sebagai
nakan kondom saat berhubungan seks sosok yang berharga secara seksualitas
senada dengan temuan Rahardjo (2013) maka cenderung lebih mudah menahan
yang juga mengungkapkan bahwa kon- diri untuk melampiaskan dorongan seks
dom masih dianggap sebagai sesuatu yang yang dirasakan melalui perilaku berganti-
mengurangi kenikmatan seks sehingga ganti pasangan seks. Temuan yang nyaris
banyak individu menjadi malas menggu- senada diungkapkan oleh Schick,
nakannya. Alasan ini merupakan alasan Calabrese, Rima, dan Zucker (2010) yang
yang sangat lazim disebutkan oleh banyak menyatakan bahwa harga diri seksual
pelaku perilaku seks berisiko (Simbayi et secara umum dapat meningkatkan moti-
al., 2004). Sikap malas menggunakan kon- vasi untuk melakukan seks aman. Artinya,
dom terutama ditengah proses hubungan jika seseorang menganggap dirinya
seks terjadi karena hal itu dianggap dapat berharga secara seksual maka cenderung
60 JURNAL PSIKOLOGI
HARGA DIRI SEKSUAL, KOMPULSIVITAS SEKSUAL
berusaha untuk tidak terlalu jauh terlibat seks usia dini, banyaknya pasangan seks
dalam perilaku seks berisiko. yang dimiliki dalam kurun waktu enam
Sementara itu, harga diri seksual yang bulan terakhir, dan kecenderungan mela-
berkaitan dengan kompetensi seksual kukan hubungan seks dengan orang asing.
memiliki pengaruh secara langsung Studi Schnarrs et al. (2010) menjelaskan
terhadap perilaku seks berisiko. Artinya bahwa kompulsivitas seksual berpengaruh
semakin merasa hebat individu terhadap positif terhadap banyaknya pasangan seks
kemampuan seksualnya maka akan yang dimiliki baik pada pria maupun
semakin banyak jumlah pasangan seks wanita. Ketidakmampuan mengendalikan
yang dimiliki dan semakin tinggi risiko dorongan seks menyebabkan individu
keterlibatan individu untuk berhubungan berusaha melampiaskan melalui aktivitas
seks dengan orang asing atau orang yang seksual tertentu yang sifatnya eksesif,
tidak diketahui secara pasti status seperti kepemilikan pasangan seks dalam
kesehatan seksualnya. jumlah yang banyak, terutama dengan
orang yang tidak diketahui secara pasti
Permasalahan pada harga diri seksual
status kesehatan seksnya, tidak konsisten
dapat menyebabkan kemampuan individu
menggunakan kondom, hingga penggu-
dalam mengalami suatu pengalaman yang
naan obat-obatan terlarang saat berhu-
memuaskan menjadi terbatas (Mayers,
bungan seks (Woolf-King et al., 2013).
Heller, & Heller, 2003). Hal ini mendorong
individu untuk berusaha lebih keras agar Pria memang terbukti memiliki kom-
kebutuhan seksualitasnya menjadi ter- pulsivitas seksual lebih kuat dibandingkan
puaskan dengan aktivitas seksual yang wanita (Dodge, Reece, Cole, & Sandfort,
sifatnya repetitif dan berisiko seperti 2004). Hal ini bisa terjadi salah satunya
banyaknya pasangan seks yang juga ber- dikarenakan peran hormon testosteron
pengaruh terhadap banyaknya hubungan pada pria yang memang sangat meme-
seks yang dilakukan dalam kurun waktu ngaruhi dorongan seks atau libido pria
enam bulan terakhir dengan penggunaan (Aluja & Garcia, 2005). Tingginya
kondom yang tidak konsisten. dorongan seks inilah yang kemudian
terkait dengan kompulsivitas seksual
Harga diri seksual memengaruhi
sehingga sebagai konsekuensinya maka
skrip seksual dalam benak individu
individu harus menyalurkannya melalui
sehingga memandang beberapa aktivitas
aktivitas seksual tertentu secara berulang
seksual sebagai sesuatu yang sifatnya
kali (Parsons et al., 2008; Torres & Gore-
normatif dan juga permisif (Kvalem,
Felton, 2007).
Traeen, Lewin, & Stulhofer, 2014).
Individu yang memiliki harga diri yang
rendah akan merasa hebat secara seksual Kesimpulan
jika bisa memiliki pasangan seks dalam
Ada beberapa kesimpulan yang dapat
jumlah banyak. Individu yang merasa
dilihat dari penelitian ini. Pertama, harga
memiliki kemampuan seks yang hebat
diri seksual dan kompulsivitas seksual
juga memiliki kecenderungan untuk
memiliki pengaruh bagi orang dengan
berhubungan seks dengan banyak orang
HIV/AIDS untuk melakukan perilaku seks
sebagai penegasan mengenai keberhar-
berisiko seperti hubungan seks usia dini,
gaan seksual yang dimiliki.
banyaknya pasangan seks yang dimiliki
Di sisi lain, kompulsivitas seksual dalam kurun waktu enam bulan terkhir,
memiliki pengaruh terhadap hubungan
JURNAL PSIKOLOGI 61
RAHARDJO & HUTAGALUNG
dan hubungan seks dengan orang asing. Berberovic, D. (2013). Sexual compulsivity
Kedua, harga diri seksual yang terkait comorbidity with depression, anxiety
dengan kompetensi seksual individu and substance use in students from
memainkan peranan yang lebih penting Serbia and Bosnia and Herzegovina.
bagi individu untuk terlibat dalam peri- Europe’s Journal of Psychology, 9, 517-
laku seks berisiko. Ketiga, kompulsivitas 530. http://dx.doi.org/10.5964/
seksual, meskipun masih berada dalam ejop.v9i3.595
taraf sedang, juga memainkan peranan Binggeli, A. L. (2005). How risky behaviors,
penting hingga individu melakukan protective factors and selected theory of
perilaku seks berisiko. planned behavior constructs influence age
of sexual debut among high school stu-
Saran dents in the city of San Bernardino,
Terdapat beberapa saran terkait California. (Dissertation, unpublished).
dengan hasil penelitian ini. Pertama, San Bernardino: Loma Linda Univer-
penting artinya mempertimbangkan kebe- sity.
radaan variabel kepribadian sebagai salah Binson, D., Woods, W. J., Pollack, L., Paul,
satu aspek internal yang mungkin J., Stall, R., & Catania, J. A. (2001).
memengaruhi individu hingga terlibat Differential HIV risk in bathhouses
dalam perilaku seks berisiko. Kedua, and public cruising areas. American
penelitian selanjutnya dapat Journal of Public Health, 91, 1482-1486.
mempertimbangkan penerimaan diri dan Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.
adaptasi individu sebagai orang dengan nih.gov/pubmed/ 11527785
HIV/AIDS dengan status kesehatan Boden, J. M., & Horwood, L. J. (2006). Self-
seksnya tersebut sebagai salah satu faktor esteem, risky sexual behavior, and
yang mungkin juga memengaruhi pregnancy in New Zealand birth
perilaku seks berisiko yang dilakukan. cohort. Archive Sexual Behavior, 35(5),
Ketiga, memperluas jangkauan kota asal 549-560. Diunduh dari: http://www.
partisipan yang juga dapat menambah ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17053998
jumlah partisipan sehingga hasil yang Brassard, A., Dupuy, E., Bergeron, S., &
didapat menjadi lebih komprehensif, dan Shaver, P. R. (2015). Attachment
keempat, penambahan materi sosialisasi insecurities and women’s sexual
pendampingan serta tritmen khusus function and satisfaction: The
terhadap komunitas orang dengan mediating roles of sexual self-esteem,
HIV/AIDS berkaitan dengan peran faktor sexual anxiety, and sexual
internal yang kuat seperti harga diri assertiveness. Journal of Sex Research,
seksual dan kompulsivitas seksual terha- 52, 110-119. http://dx.doi.org/10.1080/
dap dilakukannya perilaku seks berisiko. 00224499.2013.838744.
Cooperman, N. A., Arnsten, J. H., & Klein,
Kepustakaan R. S. (2007). Current sexual activity
and risky sexual behavior in older
Aluja, A., & Garcia, L. F. (2005). Sensation men with or at risk for HIV infection.
seeking, sexual curiosity, and testos- AIDS Education and Prevention, 19, 321-
terone in inmates. Neuropsychobiology, 333. Diunduh dari: http://www.ncbi.
51, 28-33. Diunduh dari: http://www. nlm.nih.gov/pubmed/ 17685845
ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15627810
62 JURNAL PSIKOLOGI
HARGA DIRI SEKSUAL, KOMPULSIVITAS SEKSUAL
Dodge, B., Reece, M., Cole, S. L., & Kalichman, S., & Rompa, D. (1995). Sexual
Sandfort, T. G. M. (2004). Sexual sensation seeking and sexual compul-
compulsivity among heterosexual sivity scales: Reliability, validity, and
college students. Journal of Sex predicting HIV risk behavior. Journal of
Research, 41, 343-350. Diunduh dari: Personality Assessment, 65, 586-601.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.
/15765274 nih.gov/pubmed/ 8609589
Fernandez-Esquer, M. E., Atkinson, J., Kalichman, S., & Cain, D. (2004). The
Diamond, P., Useche, B., & Mendiola, relationship between indicators of
R. (2004). Condom use self-efficacy sexual compulsivity and high risk
among U.S.- and foreign-born Latinos sexual practices among men and
in Texas. Journal of Sex Research, 41(4), women receiving services from a
390-399. Diunduh dari: http:// sexually transmitted infection clinic.
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ Journal of Sex Research, 41, 235-241.
15765279 Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.
Giugliano, J. R. (2008). Sexual impulsivity, nih.gov/pubmed/15497052
compulsivity or dependence: An Kebijakan AIDS Indonesia. (2015). Outlook
investigative inquiry. Sexual Addiction 2015: Kebijakan penanggulangan HIV &
& Compulsivity, 15, 139-157. http:// AIDS di Indonesia. http://www.
dx.doi.org/ 10.1080/10720160802035600 kebijakanaidsindonesia.net/id/beranda
Grello, C. M., Welsh, D. P., & Harper, M. S. /49-general/1062-outlook-2015-
(2006). No strings attached: The nature kebijakan-penanggulangan-hiv-aids-
of casual sex in college students. The di-indonesia. tanggal 2 November
Journal of Sex Research, 43, 255-267. 2015.
Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm. Kvalem, I. L., Traeen, B., Lewin, B., &
nih.gov/pubmed/17599248 Stulhofer, A. (2014). Self-perceived
Guin, A. H. (2005). Sexual risk behavior in effects of internet pornography use,
college students: Does the parent-college genital appearance satisfaction, and
student relationship impact students’ sexual self-esteem among young
condom use? (Dissertation, Scandinavian adults. Cyberpsychology:
unpublished). Raleigh: North Carolina Journal of Psychosocial Research on
State University. Cyberspace, 8, 5-22. http://dx.doi.org/
He, N., Detels, R., Chen, Z., Jiang, Q., Zhu, 10.5817/CP2014-4-4
J., Dai, Y., Wu, M., Zhong, X., Fu, C., & Lewis, M. A., Litt, D. M., Cronce, J. M.,
Gui, D. (2006). Sexual behavior among Blayney, J. A., & Gilmore, A. K. (2014).
employed male rural migrants in Underestimating protection and
Shanghai, China. AIDS Education and overestimating risk: Examining
Prevention, 18(2), 176-186. Diunduh descriptive normative perceptions and
dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ their association with drinking and
pubmed/16649962 sexual behaviors. Journal of Sex
Kalichman, S. (2011). Sexual compulsivity Research, 51, 86-96. http://dx.doi.org/
scale. Dalam Fisher, T.D., Davis, C.M., 10.1080/00224499.2012.710664
Karber, W. L., dan Davis, S. L. (Eds.), Mayers, K. S., Heller, D. K., & Heller, J. A.
Handbook of sexuality-related measures (2003). Damaged sexual self-esteem: A
(third edition). New York: Routledge.
JURNAL PSIKOLOGI 63
RAHARDJO & HUTAGALUNG
64 JURNAL PSIKOLOGI
HARGA DIRI SEKSUAL, KOMPULSIVITAS SEKSUAL
Reece, M., & Dodge, B. (2004). Exploring Snell, W. E., Jr. (1998). The Multidimen-
indicators of sexual compulsivity sional Sexual Self-Concept Ques-
among men who cruise for sex on tionnaire. Dalam C.M. Davis, W.L.
campus. Sexual Addiction & Compul- Yarber, R. Baurerman, G. Schreer, dan
sivity, 11, 87-113. http://dx.doi.org/ S.L. Davis (Eds.), Sexuality-related
0.1080/10720160490521222 measures: A compendium (2nd ed.).
Schick, V. R., Calabrese, S. K., Rima, B. N., Thousand Oaks: Sage.
& Zucker, A. N. (2010). Genital Snell, W. E. Jr., Fisher, T. D., & Schuh, T.
appearance dissatisfaction: Implica- (1992). Reliability and validity of the
tions for women’s genital image self- Sexuality Scale: A measure of sexual-
conciousness, sexual esteem, sexual esteem, sexual-depression, and sexual-
satisfaction, and sexual risk. Psychology preoccupation. Journal of Sex Research,
of Women Quarterly, 34, 394-404. 29, 261-275. Diunduh dari: https://
http://dx.doi.org/10.1111/j.1471- www.jstor.org/stable/ 3812632?seq=
6402.2010.01584.x 1#page_scan_tab_contents
Schnarrs, P. W., Rosenberger, J. G., Stupiansky, N. W., Reece, M., Middlestat, S.
Satinsky, S., Brinegar, E., Stowers, J., E., Finn, P., & Sherwood-Laughlin, C.
Dodge, B., & Reece, M. (2010). Sexual (2009). The role of sexual compulsivity
compulsivity, the internet, and sexual in casual sexual partnerships among
behaviors among men in a rural area college women. Sexual Addiction &
of the United States. AIDS Patient Care Compulsivity, 16, 241-252.
and STDs, 9, 563-569. Diunduh dari: http://dx.doi.org/10.1080/1072016090320
2760
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
/20731609 Torres, H. L., & Gore-Felton, C. (2007).
Compulsivity, substance use, and
Shuper, P. A., Joharchi, N., & Rehm, J.
loneliness: The loneliness and sexual
(2014). Personality as predictor of
risk model (LSRM). Sexual Addiction &
unprotected sexual behavior among
Compulsivity, 14, 63-75. Diunduh dari:
people living with HIV/AIDS: A http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.
systematic review. AIDS Behavior, 18, 1080/10720160601150147#.V1uIeI9OKP8
398-410. http://dx.doi.org/10.1007/
van Bruggen, L. K., Runtz, M. G., & Kadlec,
s10461-013-0554-5 H. (2006). Sexual revictimization: The
Simbayi, L. C., Kalichman, S.C., Jooste, S., role of sexual self-esteem and
Cherry, C., Mfecane, S., & Cain, D. dysfunctional sexual behaviors. Child
(2004). Risk-factors for HIV-AIDS Maltreatment, 11, 131-145. http://
among youth in Cape Town, South dx.doi.org/10.1177/1077559505285780
Africa. AIDS and Behavior, 9, 53-61. Woolf-King, S. E., Rice, T. M., Truong, H. H.
Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm. M., Woods, W. J., Jerome, R. C., &
nih.gov/pubmed/15812613 Carrico, A. W. (2013). Substance use and
Smolenski, D. J., Ross, M. W., Risser, J. M. HIV risk behavior among men who have
H., & Rosser, B. R. S. (2009). Sexual sex with men: The role of sexual
compulsivity and high-risk sex among compulsivity. Journal of Urban Health:
Latino men: The role of internalized Bulletin of the New York Academy of
homonegativity and gay organiza- Medicine, 90, 948-952. http://
dx.doi.org/0.1007/s11524-013-9820-0.
tions. AIDS Care, 21, 42-49. http://
dx.doi.org/10.1080/ 09540120802068803
JURNAL PSIKOLOGI 65
Jurnal Psikologi
Volume 43, Nomor 1, 2016: 52 – 65
52 JURNAL PSIKOLOGI