Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERTENSI DENGAN


ANSIETAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN UNCERTAINTY IN ILLNESS
DAN COMFORT THEORY
Dwinara Febrianti1, Achir Yani S Hamid2, Ice Yulia Wardani3

1
Progam D III Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas MH Thamrin Jakarta Timur, Indonesia
2
Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
3
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
Alamat Korespondensi:
Program studi Keperawatan, Fakultas Kesehatan, Universitas MH.Thamrin
Jl.Raya Pondok Gede No.23-25 Kramat Jati, Jakarta Timur
Email : sayantiara@gmail.com

ABSTRAK

Ansietas adalah suatu kondisi perasaan yang berkaitan dengan ketakutan, disertai gejala fisik seperti jantung berdebar,
nafas pendek atau nyeri dada, keringat dingin, tangan gemetaran, yang dapat disebabkan oleh genetik, biokimia otak,
dan mekanisme fight-flight. Ansietas dapat menyertai beberapa gangguan fisik seperti gangguan kardiovaskuler yang
salah satunya adalah hipertensi. Hipertensi menurut WHO (2013) adalah ketika seseorang mempunyai tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan
gambaran asuhan keperawatan pada klien hipertensi dengan ansietas menggunakan pendekatan Uncertainty In Illness
dan Comfort Theory. Jumlah responden sebanyak 21 orang. Penelitian ini menggunakan desain Quasi experimental
pre-post test without control group, dengan menampilkan data berupa mean dan distribusi frekuensi. Hasil yang
diperoleh terjadinya penurunan ansietas pada klien hipertensi sebesar 51,43%. Pendekatan Uncertainty In Illness dan
Comfort Theory dapat digunakan selama memberikan asuhan keperawatan pada pasien ansietas.

Kata Kunci : Ansietas, Hipertensi, Uncertainty In Illness dan Comfort Theory

PENDAHULUAN Ansietas dapat digunakan sebagai alat peringatan


Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang yang memberikan tanda bahaya kepada individu tersebut
positif dimana seseorang dapat bertanggung jawab, (Videbeck, 2011). Sedangkan menurut Keliat, Wiyono,
menampilkan kesadaran diri, bebas dari rasa khawatir, Susanti (2011) ansietas adalah suatu kondisi perasaan
dapat mengatasi ketegangan biasa dalam kehidupannya yang berkaitan dengan ketakutan, disertai gejala fisik
sehari-hari, dapat berfungsi baik dalam masyarakat, seperti jantung berdebar, nafas pendek atau nyeri dada,
diterima dalam suatu kelompok dan secara umum merasa keringat dingin, tangan gemetaran, yang dapat
puas dengan kehidupannya, mampu menyelesaikan disebabkan oleh genetik, biokimia otak, dan mekanisme
masalah dan krisis tanpa bantuan dari luar dan dapat fight-flight.
menikmati hidup (Shives, 2012). Bila melihat definisi Kesehatan umum seseorang memiliki pengaruh
tersebut maka kesehatan jiwa seseorang merupakan suatu besar untuk terjadinya ansietas. Ansietas dapat menyertai
keadaan yang dinamik dan selalu berubah, bila ada beberapa gangguan fisik seperti gangguan kardiovaskuler
stressor dan individu tidak mampu menanggapinya yang salah satunya adalah hipertensi (Stuart, 2013).
dengan positif maka dapat terjadi masalah kesehatan Hipertensi menurut WHO (2013) adalah ketika
jiwa. seseorang mempunyai tekanan darah sistolik ≥ 140
Prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini mmHg dan atau tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg.
menurut survey kesehatan yang telah dilakukan oleh The Penyebab hipertensi umumnya karena usia, jenis
U.S. Centers for Disease Control and Prevention kelamin, dan pola hidup. Insiden hipertensi makin
(CDC) pada tahun 2004 diperkirakan 25% orang dewasa meningkat karena meningkatnya usia, secara umum
di AS memiliki masalah kejiwaan pada tahun insiden hipertensi lebih tinggi pada pria, namun pada usia
sebelumnya dan tingkat prevalensi menderita penyakit pertengahan dan lansia > 65 tahun insiden hipertensi
mental seumur hidup sekitar 50%, dan diperkirakan lebih tinggi pada wanita. Penghasilan rendah, tingkat
dalam keluarga yang memiliki 4 anggota, salah satunya pendidikan rendah, dan kehidupan yang penuh dengan
dapat mengalami masalah gangguan kesehatan mental stress berhubungan dengan meningkatnya insiden
(Grohol, 2011). Menurut data statistik dari Uni Eropa hipertensi (Tambayong, 2000).
terdapat 27% populasi orang dewasa (usia 18-65 tahun) Penelitian yang menunjukan adanya hubungan
mengalami setidaknya satu dari serangkaian gangguan antara hipertensi dengan kecemasan yaitu penelitian
mental pada tahun sebelumnya termasuk masalah yang Grimsrud, Stein, Seedat, Williams, Myer (2009) tentang
timbul dari penggunaan narkoba, psikosis, depresi, hubungan antara hipertensi, depresi dan kecemasan di
kecemasan, dan gangguan makan (WHO, 2014). Afrika Selatan dan diperoleh keseluruhan 16,7%

113
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
melaporkan mengalami hipertensi, dan 8,1% dan 4,9% Pelaksanaan tindakan keperawatan juga
ditemukan memiliki kecemasan atau gangguan depresi. menggunakan pendekatan teori ini dengan
Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan menggolongkan tindakan berdasarkan comfort theory
sebelumnya terlihat bahwa dampak yang muncul dari yaitu standard comfort interventions untuk
seseorang yang mengalami sakit tidak hanya fisiknya saja mempertahankan homeostasis atau manajemen nyeri
tetapi juga terkait kualitas hidupnya. Dampak yang seperti mengukur tanda-tanda vital, pengkajian pasien,
mungkin terjadi pada klien hipertensi dengan ansietas pengobatan dan perawatan; coaching untuk mengurangi
antara lain perubahan peran dalam keluarga, terjadinya ansietas, memberikan informasi dan jaminan,
gangguan psikologis, dan masalah keuangan. menanamkan harapan, mendengar aktif, pendidikan
Penelitian Pradono, Hapsari dan Sari (2009) kesehatan, serta membantu merencanakan kesembuhan
menunjukan bahwa penduduk yang tidak menderita klien; comfort food for the soul, perawat membuat klien
penyakit tidak menular hampir 1.5 kali mempunyai merasa diperhatikan dan menerima dukungan seperti
kualitas hidup yang baik (79%) dibandingkan dengan sentuhan atau guided imagery; terapi musik (Peterson &
penduduk yang menderita penyakit tidak menular Bredow, 2004; Tomey & Alligood, 2010; Kolcaba,
(49,4%), dan penduduk yang tidak menderita gangguan 2011), sehingga pada hasil akhir diharapkan dapat
mental emosional 2,5 kali mempunyai kualitas hidup diperoleh kenyamanan pasien yang ditandai dengan
baik (73,2%) dibandingkan yang menderita gangguan berkurangnya tanda gejala ansietas dan meningkatnya
mental emosional (33%). Ini menunjukan bahwa klien kemampuan mengontrol ansietas.
hipertensi dengan ansietas beresiko mengalami
penurunan dalam kualitas hidupnya. Penelitian yang METODE
dilakukan oleh Wang, et all (2009) di Shanghai, Cina Penelitian ini menggunakan desain Quasi
menunjukan bahwa klien hipertensi mempengaruhi experimental pre-post test without control group.
kualitas hidup klien baik fisik maupun mental. Responden berjumlah 21 orang yang dirawat di rumah.
Pendekatan teori yang digunakan oleh penulis Hasil evaluasi diperoleh dengan melakukan pengukuran
terhadap klien hipertensi dengan ansietas menggunakan pre dan post test dari tanda dan gejala ansietas. Post test
pendekatan Uncertainty In Illmess Theory dan Comfort dilakukan setelah klien diberikan terapi generalis ansietas
Theory dimana kedua teori ini termasuk dalam midlle dan terapi spesialis yaitu penghentian pikiran dan latihan
range teori. Penulis menggunakan teori Uncertainty In relaksasi progresif. Variabel diukur dengan
Illmess Theory atau teori ketidakpastian ini menggunakan instrument kuesioner yang di checklist
menggambarkan suatu teori dimana individu belum antara jawaban ya dan tidak. Tanda dan gejala ansietas
mampu menentukan arti dari suatu peristiwa yang terkait terdapat 20 item. Analisis data dilakukan dengan
dengan penyakitnya. Pendekatan yang digunakan pada menyajikan data mean untuk usia dan kemampuan,
teori ini meliputi pengamatan, persepsi dan regulasi, serta sedang data lainnya ditampilkan dalam bentuk frekuensi.
dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman Analisis data hasil pre dan post test ditampilkan dalam
terhadap fenomena bagaimana klien berespon terhadap bentuk frekuensi, sedangkan untuk melihat hasil
suatu peristiwa, yang dapat diterapkan oeh perawat penurunan tanda dan gejala ansietas dilihat dari nilai rata-
dalam memberikan asuhan dengan memberikan rata (mean).
informasi yang jelas, memberikan dukungan sehingga
klien dapat mengambil kesimpulan untuk melakukan HASIL
sesuatu dan akhirnya dapat beradaptasi dengan situasi Karakteristik responden sebagian besar berada
yang dihadapinya (Tomey & Alligood, 2010). Pada kasus pada rentang usia 43 – 61 tahun sebanyak 10 orang
ini klien dengan hipertensi dapat beradaptasi selain ( 47.6%) dan memiliki rata-rata usia 50.86 tahun, lebih
terhadap gejala yang muncul juga bisa beradaptasi banyak berjenis kelamin perempuan sebesar 19 orang
dengan ansietas yang dialaminya. (90,5%). Pendidikan responden lebih banyak tamat SD
Sedangkan untuk ketidaknyamanan yang (52,4%). Pekerjaan klien sebagian besar sebagai ibu
dirasakan oleh klien hipertensi dengan ansietas penulis rumah tangga (tidak bekerja sebesar 17 orang (81%).
menggunakan pendekatan Comfort Theory, yang Status klien yang sudah menikah sebanyak 16 orang
dikembangkan oleh Katharine Kolcaba yang memberikan (76,2%).
kerangka kerja konseptual ilmiah pemberian layanan Faktor predisiposisi menurut model stres adaptasi
keperawatan kepada kliennya, dimana tujuan intervensi Stuart dapat dilihat berdasarkan biologis, psikologis dan
keperawatan berdasarkan teori ini meliputi pencapaian sosial. Berdasarkan faktor biologis, ansietas yang dialami
kesejahteraan, ketenangan, atau kenyamanan manusia. responden lebih banyak karena penyakit fisik sebesar 14
Struktur taksonomi ini membantu perawat dalam orang (66,7%), yaitu hipertensi, adapula yang disertai
pengorganisasian dan pendokumentasian data yang dengan stoke, diabetes melitus, dan gastritis. Secara
diperoleh yang dikelompokkan kedalam 4 konteks psikologis kejadian ansietas lebih banyak disebabkan
kenyamanan dalam comfort theory yaitu fisik, adanya pengalaman ansietas sebelumnya sebesar 13
psikospiritual, sosial, dan lingkungan (Peterson & orang (61,9 %), dan secara faktor sosial munculnya
Bredow, 2004); Alligood, 2014) sehingga dapat ansietas karena penghasilan yang rendah atau bahkan ada
memperjelas tanda dan gejala terjadinya yang tidak memiliki penghasilan sebesar 17 orang (81%).
ketidaknyamanan pada klien.
114
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
Stressor presipitasi menurut model stres adaptasi Stuart psikospiritual yang membahas kesadaran internal diri
dapat dilihat dari sifat masalah berdasarkan biologis, termasuk harga diri, konsep seksualitas, dan makna
psikologis dan sosial, asal stressor, waktu munculnya dalam kehidupan seseorang yang dikelompokan didalam
stressor dan jumlah stressor. penilaian stressor respon afektif pada model adaptasi
Ansietas yang terjadi pada responden Stuart. Selama ini pendekatan Stuart yang digunakan
berdasarkan adanya stressor presipitasi biologis yaitu untuk penilaian stressor respon afektif masih berupa
penyakit fisik hipertensi sebanyak 21 orang (100%). respon emosi terkait stressor, sehingga dirasa perlu
Faktor presipitasi selanjutnya stressor psikologis dimana menambahkan konsep spiritual seperti yang diterapkan
responden merasakan kenyataan tidak sesuai dengan pada comfort theory sehingga pengkajian yang diperoleh
harapan yaitu sebanyak 28,6%. Selanjutnya stressor diharapkan lebih lengkap. Sedangkan untuk penerapan
sosial budaya yang tertinggi adalah masalah ekonomi konteks ketiga dan keempat dari comfort theory yaitu
sebanyak 20 orang (95,2%), hal ini disebabkan karena terkait lingkungan dan sosial kultural bisa diperoleh dari
dalam keluarga responden yang mempunyai penghasilan respon sosial model stress adaptasi Stuart (Peterson dan
hanya kepala keluarga dengan pendapatan yang rendah. Bredow, 2004; Alligood, 2014). Penggunaan 4 konteks
Sumber permasalahan responden semuanya berasal dari comfort theory ini dapat membantu perawat untuk
internal sebanyak 21 orang (100%). Lamanya terpapar memperoleh data terkait ketidaknyamanan yang
oleh stressor sebagian besar lebih dari 6 bulan sebanyak dirasakan klien hipertensi dengan ansietas sehingga
13 orang (61,9%) dan 21 orang (100%) klien mengalami diharapkan dapat lebih akurat dan tepat dalam
tiga atau lebih stressor. menegakkan diagnosa keperawatan ansietas.
Respon kognitif yang muncul sebagai akibat dari Sumber koping meliputi kemampuan personal,
ansietas adalah klien lebih berfokus pada hal-hal yang dukungan sosial, material asset, dan keyakinan positif.
penting saja yaitu sebanyak 20 orang (95.2%). Respon Dalam hal kemampuan individu, 100% responden
afektif yang muncul adalah klien yang tidak sabar mengatakan belum tahu tentang ansietas dan belum tahu
sebanyak 19 orang (90.5%). Respon fisiologis yang cara mengontrolnya.
dialami responden semua mengalami peningkatan Sumber dukungan dapat diperoleh dari dukungan
tekanan darah sebanyak 21 orang (100%). Respon keluarga, semua responden memliki dukungan keluarga
perilaku menunjukan adanya produktivitas yang menurun yang berperan sebagai care giver tetapi belum mampu
pada 13 orang (61.9%) dan respon sosial menunjukan 21 merawat klien dengan ansietas. Keluarga klien ada yang
orang (100%) memerlukan orang lain dalam mengatasi sudah membawa anggota keluarganya berobat tetapi
ansietasnya. masih ada 28,6% yang belum berobat. Material aset
adalah salah satu sumber koping yang dapat digunakan
Skema 1.1 Hasil Evaluasi Tanda dan Gejala ansietas klien dalam menyelesaikan masalahnya. Sebanyak 66,7%
responden tidak mempunyai asuransi kesehatan sehingga
klien harus mempunyai dana tersendiri untuk berobat.
Sumber koping lain yang dapat membantu klien
dalam menghadapi masalahnya adalah adanya keyakinan
klien untuk sembuh sebanyak 95.2%, dan 100% klien
memiliki keyakinan terhadap petugas kesehatan.
Mekanisme koping yang digunakan oleh 100% klien
hipertensi dengan ansietas pada klien kelolaan di RW 01
kelurahan sukadamai dengan berdoa yang merupakan
salah satu tehnik negosiasi yang dapat dilakukan.

PEMBAHASAN
Klien hipertensi dengan ansietas yang menjadi
Gambar menunjukan bahwa dari 21 klien yang responden memiliki rata-rata usia 50.86 tahun. Rentang
mengalami ansietas mengalami penurunan tanda dan usia tersebut menurut Erikson termasuk dalam
gejala ansietas dari sebelum diberikan terapi generalis perkembangan psikososial usia dewasa (Keliat, Daulima
dan terapi spesialis ditemukan tanda dan gejala ansietas & Nurhaeni, 2011). Ansietas pada orang dewasa menurut
58.1%, sedangkan setelah diberikan terapi generalis dan Videbeck (2011) muncul akibat kebutuhan untuk
spesialis tanda dan gejala ansietas menurun menjdi menyesuaikan diri dengan norma dan nilai kelompok
6.67% atau mengalami penurunan rata –rata tanda dan budayanya sehingga bila orang dewasa tersebut tidak
gejala sebesar 51.43%. dapat menyesuaikan diri dengan baik maka dapat
Pengkajian penilaian stressor pada responden memicu untuk terjadinya ansietas. Sesuai dengan
dengan ansietas menggunakan pendekatan comfort penelitian yang dilakukan oleh NIMH (2009) bahwa
theory. Penerapan teori ini melihat respon klien gangguan kecemasan di Amerika terjadi pada orang
berdasarkan 4 konteks kenyamanan yaitu pertama, dewasa sekitar 6,8 juta.
konteks fisik yang berkaitan dengan sensasi tubuh Klien lebih banyak berjenis kelamin perempuan
mengacu pada data yang ditemukan pada respon sebanyak 90,5%. Hal ini didukung oleh penelitian yang
fisiologis menurut model adaptasi Stuart, kedua konteks dilakukan oleh NIMH (2009) bahwa gangguan
115
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
kecemasan di Amerika memiliki rasio kejadian dialami Faktor predisiposisi psikologis terjadinya
perempuan dua kali lebih banyak dibandingkan laki-laki kecemasan pada responden banyak disebabkan karena
(NIMH, 2009; Shives, 2012). Kecemasan yang dialami pengalaman ansietas sebelumnya sebesar 61.9%, dan
oleh perempuan disebabkan karena dua faktor yaitu disusul dengan adanya pengalaman yang tidak
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal menyenangkan sebesar 38.1% seperti masalah
meliputi peran dan tugas wanita, yang salah satunya perceraian, konflik dengan keluarga seperti pertengkaran,
berperan sebagai ibu rumah tangga dengan berbagai merasa tidak diperhatikan oleh anaknya, merasa
permasalahannya. Bila melihat pekerjaan ibu rumah dibohongi. Pengalaman ansietas sebelumnya dan
tangga yang tidak ada habisnya, hal tersebut dapat pengalaman yang tidak menyenangkan ini menyebabkan
menimbulkan beban dan stressor bagi individu tersebut klien mudah untuk merasakan kecemasan. Hal ini
yang menimbulkan tekanan sehingga muncullah kemungkinan disebabkan oleh adanya trauma yang
kecemasan (Sahara, 2009). Perbedaan jenis kelamin dirasakan oleh klien akibat pengalaman sebelumnya, di
memiliki hubungannya dengan cara mengolah emosi, mana pengalaman sebelumnya sebenarnya dapat menjadi
dimana perempuan memiliki kecenderungan untuk suatu pengalaman yang berharga bagi seseorang untuk
menarik diri dan mengolah emosinya secara internal menjadi pembelajaran untuk adaptasi di kemudian hari,
ketika menghadapi suatu permasalahan. Akibatnya semakin banyak stressor dan pengalaman yang dialami
karena inilah perempuan lebih mudah untuk mengalami dan mampu menghadapinya, maka semakin baik dalam
kecemasan bahkan depresi. mengatasi masalahnya sehingga kemampuan adaptif pun
Pendidikan responden lebih banyak hanya tamat diharapkan akan menjadi semakin baik pula ( Hidayat,
sekolah dasar sebesar 52.4%. Hal ini menunjukan bahwa 2008), tetapi ada juga seseorang yang pernah mengalami
klien memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan ini sesuatu yang tidak menyenangkan apalagi terjadi secara
dapat mempengaruhi klien dalam berpikir dan terus menerus dapat menimbulkan trauma tersendiri bagi
berperilaku seperti yang diungkapkan oleh Asmadi klien.
(2008) bahwa pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir Faktor predisposisi sosial terjadinya ansietas
individu, dan pola pikir berpengaruh terhadap perilaku pada responden sebagian besar disebabkan karena
seseorang. masalah ekonomi yaitu penghasilan yang rendah atau
Sebagian besar responden (81%) adalah ibu tidak mempunyai penghasilan sendiri sebesar 81%.
rumah tangga dengan berbagai aktifitas dan Angka tersebut termasuk tinggi untuk mendukung
kesibukannya yang menyebabkan mereka mengalami terjadinya kecemasan pada klien hipertensi, dengan
overload bahkan terkadang tidak memiliki waktu untuk kondisi fisik yang bermasalah dan memerlukan biaya
dirinya sendiri akibatnya ibu mudah merasa tertekan, secara rutin. Klien yang tidak mempunyai asuransi
cemas, marah dan frustasi karena pilihan hidupnya kesehatan hal ini dapat mendukung untuk menjadi
(Sahara, 2009). Bila melihat pekerjaan ibu rumah tangga stressor terjadinya ansietas.
yang tidak ada habisnya dapat menjadi stressor bagi Berdasarkan biologis yang menjadi pencetus
dirinya yang menimbulkan tekanan sehingga muncullah terjadinya kecemasan pada klien adalah hipertensi.
kecemasan. Sedangkan secara psikologis faktor pencetus terjadinya
Status pernikahan responden banyak yang sudah kecemasan pada klien adalah kenyataan tidak sesuai
menikah sebesar 76,2% dan sisanya adalah berstatus dengan harapan, seperti klien berharap masih sehat dalam
janda atau duda. Pernikahan dapat menjadi salah satu usianya saat ini tetapi menderita hipertensi. Selain itu ada
sumber dukungan dalam menyelesaikan masalah tetapi juga yang memikirkan kondisi anaknya yang ternyata
dapat juga menjadi stressor yang membuat klien dapat tidak sesuai dengan harapannya. Harapan adalah bagian
mengalami kecemasan. sikap positif yang harus dimiliki siapa pun yang ingin
Faktor predisiposisi biologis terjadinya ansietas maju (Januar, 2005). Bila ada ketidakseimbangan antara
yang terbanyak karena hipertensi sebesar 66.7% (14 harapan dan kenyataan maka dapat menimbulkan stressor
orang). Klien banyak yang mengatakan bahwa penyebab bagi seseorang untuk mengalami kecemasan
dirinya cemas karena gejala hipertensi yang tidak Stressor presipitasi sosial yang ditemui pada
menunjukan penurunan, sehingga klien merasakan responden banyak yang terjadi karena masalah ekonomi.
kecemasan bila kondisi ini terus terjadi akan Klien yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga,
menimbulkan dampak yang sebenarnya belum jelas bagi suaminya yang rata-rata bekerja sebagai buruh dengan
klien sehingga muncul rasa ketidakpastian terhadap penghasilan yang rendah dapat menjadi salah satu
gejala hipertensi yang dirasakannya. stressor munculnya ansietas. Ekonomi saat ini memegang
Hipertensi yang menjadi penyakit kronis peranan penting dalam kehidupan, terutama klien
nantinya dapat mempengaruhi kualitas hidup klien. hipertensi yang memerlukan pengobatan secara rutin
Penelitian sudah membuktikan bahwa kecemasan yang sehingga bila klien tidak memiliki jaminan kesehatan
terjadi berhubungan dengan beberapa kondisi fisik, seperti asuransi kesehatan maka masalah ekonomi yang
dalam penelitian Sareen, Jacobi, Cox, Belik, Clara, Stein kurang tersebut dapat menyebabkan klien berpikir dua
(2006) menunjukan bahwa gangguan kecemasan secara kali untuk pengobatan rutin tersebut.
independen terkait dengan beberapa kondisi penyakit Bila melihat asal stressor pada responden, 100%
fisik di masyarakat, dan secara signifikan berhubungan memiliki asal stressor dari internal, seperti keluhan sakit
dengan kualitas hidup yang buruk dan ketidakmampuan. kepala pada klien hipertensi dengan ansietas sering
116
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
menjadi indikasi pertama bahwa integritas fisik klien stimulus yang ada. Kerangka ini dibentuk terkait dengan
sedang terancam. Sakit kepala ini dapat menyebabkan kemampuan klien menginterpretasikan perawatan dan
ansietas yang kemudian sering memotivasi orang untuk penyakitnya.
mencari pelayanan kesehatan. Sumber internal lain yang Langkah selanjutnya adalah persepsi yang
muncul termasuk masalah interpersonal di rumah atau di merupakan cara yang ditempuh klien dalam
tempat kerja. menginterpretasikan suatu keadaan, dengan
Pengkajian pada penilaian stressor menggunakan menggunakan pikiran sehat. Mishel menyebutkan adanya
pendekatan comfort theory. Penerapan comfort theory ini persepsi pada klien yang mempengaruhi terjadinya
melihat respon klien berdasarkan 4 konteks kenyamanan ketidakpastian yang dialami. Jika klien hipertensi dengan
yaitu pertama, konteks fisik yang berkaitan dengan ansietas mempunyai persepsi yang berbeda tentang diri
sensasi tubuh mengacu pada data yang ditemukan pada mereka terkait gejala yang muncul maka kemungkinan
respon fisiologis menurut model adaptasi Stuart, kedua akan lebih banyak muncul ketidakpastian, yang dapat
konteks psikospiritual yang membahas kesadaran internal mempengaruhi klien dalam persepsinya. Selanjutnya
diri termasuk harga diri, konsep seksualitas, dan makna bagian regulasi yang merupakan tanggapan fisiologis
dalam kehidupan seseorang yang dikelompokan didalam yang nyata bagi suatu penyakit. Mishel mengatakan jika
penilaian stressor respon afektif pada model adaptasi suatu gejala pasien konsisten, ia akan lebih mampu
Stuart. Selama ini pendekatan Stuart yang digunakan mengatur gejala yang muncul dan mengesampingkan
untuk penilaian stressor respon afektif masih berupa efeknya. Hal ini dapat membantu mengurangi rasa
respon emosi terkait stressor, sehingga dirasa perlu ketidakpastian pada diri seseorang.
menambahkan konsep spiritual seperti yang diterapkan Penatalaksanaan klien hipertensi dengan ansietas
pada comfort theory sehingga pengkajian yang diperoleh diawali dengan mengenalkan klien pada kecemasan yang
diharapkan lebih lengkap. Sedangkan untuk penerapan sedang dihadapinya, mulai dari pengertian, penyebab,
konteks ketiga dan keempat dari comfort theory yaitu tanda dan gejala serta cara mengontolnya. Klien dilatih
terkait lingkungan dan sosial kultural bisa diperoleh dari tehnik relaksasi mulai dari melakukan tarik nafas dalam,
respon sosial model stress adaptasi Stuart (Peterson & pengalihan situasi, tehnik hipnosis lima jari dan
Bredow, 2004; Alligood, 2014). Penggunaan 4 konteks mengontrol secara spiritual dengan cara berdoa dan
comfort theory ini dapat membantu perawat untuk beribadah sesuai agamanya masing-masing. Bila melihat
memperoleh data terkait ketidaknyamanan yang implementasi yang dilakukan pada klien, penerapan
dirasakan klien hipertensi dengan ansietas sehingga comfort theory telah dilakukan pada saat pemberian
diharapkan dapat lebih akurat dan tepat dalam informasi dengan telah menerapkan coaching untuk
menegakkan diagnosa keperawatan ansietas. mengurangi ansietas dengan memberikan informasi,
Mekanisme koping adalah mekanime yang menanamkan harapan, dan pendidikan kesehatan.
digunakan individu untuk menghadapi setiap perubahan Implementasi yang telah dilakukan sudah
yang diterimanya, dan bila individu tersebut berrhasil mengacu pada penggolongan intervensi yang ada dalam
menghadapinya maka klien dapat beradaptasi terhadap comfort theory yaitu standard comfort interventions
perubahan yang terjadi. (Nursalam & Kurniawati, 2007). untuk mempertahankan homeostasis atau manajemen
Mekanisme koping yang digunakan oleh 100% nyeri seperti mengukur tanda tanda vital, pengkajian
responden adalah dengan berdoa yang merupakan salah pasien, pengobatan dan perawatan, coaching untuk
satu tehnik negosiasi yang dapat dilakukan. mengurangi ansietas, memberikan informasi dan
Penggunaan mekanisme koping yang digunakan klien jaminan, menanamkan harapan, mendengar aktif,
dapat dijelaskan menurut Uncertainty In Illness theory pendidikan kesehatan, dan membantu merencanakan
diawali dengan bagaimana usaha klien hipertensi untuk kesembuhan klien dan comfort food for the soul, perawat
menentukan dasar pertimbangan untuk setiap masalah membuat klien merasa diperhatikan dan menerima
yang dihadapi oleh mereka dan akibatnya bagi mereka dukungan seperti sentuhan atau guided imagery; terapi
secara keseluruhan. musik (Peterson & Bredow, 2004; Tomey & Alligood,
Ketidakpastian terhadap gejala yang dialami 2010; Kolcaba, 2011).
klien akan membuat klien belajar untuk lebih mampu
menyesuaikan diri terhadap penyakitnya. Adaptasi KESIMPULAN
memungkinkan klien hipertensi untuk menggunakan Karakteristik responden dengan ansietas di RW
perilaku biopsikososial dengan hasil yang diharapkan 01 Kelurahan Sukadamai memiliki rata-rata usia 50.86
dengan keefektifan koping sehingga dapat menurunkan tahun, lebih banyak berjenis kelamin perempuan.
perasaan ketidakpastian sebagai suatu bahaya yang Pendidikan lebih banyak yang hanya tamat SD.
menimbulkan ansietas menjadi ketidakpastian sebagai Pekerjaan lebih banyak sebagai ibu rumah tangga dan
suatu tantangan. status semua sudah menikah.
Teori rekonseptual menurut Mishel (1988) dalam Ansietas responden mengalami penurunan tanda
Aligood (2014) ketidakpastian diterapkan dengan dan gejala setelah diberikan terapi generalis dan spesialis
pengamatan, persepsi dan regulasi. Pengamatan dapat rata –rata sebesar 51.43%. Pendekatan uncertainty in
digambarkan sebagai cara yang ditempuh oleh seseorang illness dan comfort theory dapat diterapkan dalam
dalam hal ini pada klien hipertensi dengan ansietas untuk mengatasi klien dengan ansietas. Pendekatan comfort
berpikir, menilai dan menginterpretasikan situasi atau theory membantu klien dan perawat dalam menetapkan
117
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
respon yang dirasakan oleh klien, serta membantu dalam Pradono, J., Hapsari, D., Sari, P. (2009). Kualitas Hidup
menjelaskan saat penerapan therapi yang menghasilkan Penduduk Indonesia Menurut International
outcome rasa nyaman dan aman. Sedangkan uncertainty Classification of Functioning, Disability and Health
in illness membantu menerangkan ketidakpastian yang
dialami klien sehingga klien dapat beradaptasi dengan (ICF) dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi (Analisis
kondisinya, dan diperolehnya mekanisme koping yang lanjut data Riskesdas 2007). Diambil dari Buletin
adaptif. peneliti kesehatan, Suplement 2009: 1-10

KEPUSTAKAAN Sahara Theo. (2009). Kecemasan menurut para ahli.


Diambil dari http://pembaharuankeluarga.
Alligood, Martha Raile. (2014). Nursing theorists and wordpress.com /2009/01/02/ kecemasan-1/
their work. Eighth Edition.
USA: Mosby Elsevier Sareen, J., Jacobi, F., Cox, B. J., Belik, S., Clara, I.,
Stein, M. (2006). Disabilityand Poor Quality of Life
Asmadi (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta:EGC Associated With Comorbid Anxiety Disorders and
Physical Conditions. Diambil dari Arch Intern
Grohol, J. (2011). CDC Statistics: Mental Illness in the Med/Vol 166, Oct 23, 2006
US. Psych Central. Retrieved on June 25, 2014,
from Shives, L., R,. (2012). Basic Concepts of Psychiatric–
http://psychcentral.com/blog/archives/2011/09/03/c Mental Health Nursing. Eighth Edition.
dc-statistics-mental-illness-in-the-us/ Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Grimsrud, A., Stein, D.J., Seedat, S., Williams, D., & Stuart, G. W. (2013). Principle and practice of
Myer, L. (2009). The Association between psychiatric nursing. (10th ed). Philadelphia, USA:
Hypertension and Depressionand Anxiety Mosby, Inc.
Disorders: Results from a Nationally-
Representative Sample of South African Adults. Tambayong, J. (2000). Patofisiologi untuk keperawatan.
Plos one Vol. 4.issues 5. Jakarta: EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Pengantar konsep Tomey, Ann Mariner & Alligood, Martha Raile (2010).
dasar keperawatan. Jakarta: Salemba medika Nursing Theory and Their Work 7th edition. USA:
Mosby Elsevier
Januar, M. Iwan. (2005). Menjadi bahagia dengan
berpikir positif. Jakarta: Gema Insani Wang, et all. (2009). Impact of hypertension on health-
related quality of life in a population-based study in
Keliat, B. A., Daulima, N. H. C, & Farida, P. (2011). Shanghai, China. Diambil dari Public Health
Manajemen keperawatan psikososial & kader 123(2009) 534–539. journal homepage:
kesehatan jiwa. Jakarta: EGC. www.elsevierhealth.com/journals/pubh

Keliat, B.A., Wiyono, A.P., & Susanti, H.(2011). Videbeck, S.L. (2011) Psychiatric mental health nursing.
Manajemen kasus gangguan jiwa CMHN (5th ed). Philadelphia: Lippincott Williams &
(Intermediate Course). Jakarta: EGC Wilkins

Kolcaba Katharine (2011). Comfort theory. Diambil dari WHO. (2013). Hypertension. Diambil dari
http://currentnursing. com/nursing_theory http://www.who.int/features/qa/82/en/
/comfort_theory_Kathy_Kolcaba.htmltopics/gene
ralized-anxiety-disorder-gad/index.shtml WHO. (2014). Prevalence of mental disorders. Diambil
dari http://www.euro.who.int/en/health-
Nursalam & Kurniawati N.D. (2007). Asuhan topics/noncommunicablediseases/ mental-
keperawatan pada pasien terinfeksiHIV/AIDS. health/data-and-statistic.
Jakarta: Salemba Medika

NIMH. (2009). What Is Generalized Anxiety Disorder.


Diambil dari http://www. nimh.nih.gov/health/

Peterson & Bredow. (2004). Middle range theories:


application to nursing research. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.

118

Anda mungkin juga menyukai