Disusun Oleh:
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
genetik juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang
optimal.
a. Aspek Motorik
Tahun ketiga anak mampu berdiri diatas satu kaki untuk beberapa detik, menaiki
tangga dengan kaki bergantian,dan turun dengan dua kaki untuk melangkah, melompat
panjang. Anak mampu menyusun balok menara 9-10 kotak, membangun jembatan dengan 3
kotak, mampu memasukan biji-bijian kedalm kotak berleher sempit dengan benar dan dalam
menggambar anak dapat meniru lingkaran dana silangan serta menyebutkannya. Tahun
keempat anak sudah dapat melompat dan meloncat dengan satu kaki, menangkap bola dengan
tepat, berjalan menuruni tangga dengan kaki bergantian, anak sudah mampu menggunakan
6
gunting dengan baik untuk memotong gambar mengikuti garis, dapat memasang sepatu tetapi
belum dapat mengikuti talinya. Tahun kelima pada tahun kelima sampai tahun keenam anak
sudah mampu melompat dan meloncat pada kaki bergantian serta melempar dan menangkap
bola dengan baik. Anak sudah mapmpu menggunakan gunting dan alat sederhana seperti
pensil dengan sangat baik, mampu mengikat tali sepatu, anak juga sudah mampu mencetak
beberapa huruf, angka atau kata seperti nama panggilan.
b. Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari 900 kata,
menginjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun kelima
sampai keenam mencapai 2100 kata, menggunakan 6 sampai 8 kata , menyebut 4 warna atau
lebih , dapat menggambarkan dengan banyak komentar serta menyebutkan bagiannya,
mengetahui waktu seperti hari, minggu dan bulan, anak juga sudah mampu mengikuti 3
perintas sekaligus.
c. Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hampir mampu berpakaian dan makan sendiri, rentang
perhatian meningkat, mengetahui jenis kelaminnya sendiri, dalam permainan sering
mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi. Tahun keempat anak sudah
cenderung mandiri dan keras kepala atau tidak sabar, agresif secara fisik dan verbal,
mendapat kebanggaan dalam pencapaian , masih mempunyai banyak rasa takut. Pada akhir
usia prasekolah anak sudah jarang memberontak, lebih tenang, mandiri, dapat dipercaya,
lebih bertanggungjawab, mencoba untuk hidup berdasarkan aturan, bersikap lebih baik,
dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.
d. Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase perseptual, anak cenderung egosentrik dalam berpikir
dan berperilaku, mulai memahami waktu, mengalami perbaikan konsep tentang ruang, dan
mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berada pada fase inisiatif, memahami
waktu lebih baik, menilai sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan
persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran sosial lebih tinggi, mereka patuh kepada
orang tua karena mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada
akhir masa prasekolah anak sudah mampu memandang perspektif orang lain dan
mentoleransinya tetapi belum memahaminya,anak sangat ingin tahu tentang faktual dunia.
7
2.5 CIRI-CIRI ANAK USIA PRA SEKOLAH
Menurut Snowman (1993 dalam Patmonodewo, 2003) mengemukakan ciri-ciri anak
prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya ada TK. Ciri-ciri yang dikemukakan meliputi aspek fisik,
sosial, emosi dan kognitif anak.
8
4. Ciri Kognitif Anak Prasekolah
a. Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa
b. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan
kasih saying.
Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara mengembangkan
agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut:
a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak
hal.
d) Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri.
e) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku.
f) Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
g) Kagumilah apa yang dilakukan anak.
h) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan
hati
5. Perkembangan Motorik
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf membuat pola
(pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat bangun/bentuk sendiri.
Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya. Sedangkan pada keterampilan
motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya
untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga, melempar
bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus seperti melompat sambil melempar bola.
6. Perkembangan Kreativitas
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan anak dalam khayalannya)
dan animasi (kecenderungan mengganggap benda mati sebagai benda hidup) yang merupakan
kreativitas awal di masa batita sudah mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah
cenderung melakukan dusta putih (white lie) atau membual. Tujuannya bukan untuk menipu
orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin bualannya didengar. Perlu
diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah mulai menunjukkan ego dan otoritasnya. Misal,
ia melihat seekor naga hitam melintas di depan rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin orang
lain juga turut meyakininya.
9
Kelak, sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak mulai membedakan antara
khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang. Sebaliknya, orang dewasa juga
jangan membiarkan anak untuk terus-terusan membual berlebihan. Sebab, bila hal ini
dibiarkan, membual dan melebih-lebihkan yang dilakukan dengan tujuan mengesankan orang
lain, malah berbuah menjadi kebohongan yang mungkin menjadi kebiasaan.
7. Perkembangan Moral
Kemampuan sosialisasi yang berkembang membawa anak usia prasekolah masuk ke
dalam berbagai kelompok baru di luar rumah, yaitu sekolah dan lingkungan sekitarnya.
Sebagai bagian dari kelompok, anak prasekolah belajar mematuhi aturan kelompok dan
menyadari konsekuensinya bila tidak mengikuti aturan tersebut.
Anak usia prasekolah belajar perilaku moral lewat peniruan. Itulah sebabnya, orang-
orang dewasa harus menghindari melakukan hal-hal yang buruk, semisal bicara kasar,
memukul, mencela, dan lain-lainnya di depan anak.
Sosialisasi juga membawa anak pada risiko konflik, terutama dengan teman sebaya.
Oleh karenanya, kemampuan memecahkan konflik merupakan modal yang harus dimiliki
anak. Semakin baik kemampuannya dalam hal ini, maka kepribadiannya akan semakin stabil.
Anak yang pandai mengatasi konflik umumnya akan mudah pula mengatasi masalah dalam
hidupnya, entah di sekolah, di rumah, ataupun kelak di tempat bekerja.
8. Keterampilan Gender
Anak prasekolah sudah mampu membedakan pria dan wanita yang dilihat dari
penampilan yang berbeda, pakaian yang berbeda dan rambut yang berbeda. Beberapa anak
juga mulai memahami organ-organ tubuh yang berbeda pada pria dan wanita karena orang
tua mereka mulai memperkenalkannya, entah lewat pengamatan langsung atau lewat buku-
buku. Tetapi tidak semua anak di usia ini punya keterampilan membedakan melalui anatomi
fisik/organ intim karena beberapa orang tua masih enggan membicarakan soal peran seks
pada anak mereka di usia prasekolah. (Santi Hartono, 2010).
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Makalah yang telah disusun oleh kami merupakan program yang sangat membantu para
mahasiswa dalam pembahasan tentang Perkembangan Anak Usia PraSekolah. Perkembangan
adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik
pada diri anak, yang ditunjangi oleh factor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran
waktu tertentu menuju kedewasaan dari lingkungan yang banyak berpengruh dalam
kehidupan anak menuju dewasa. terdapat dua faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan faktor lingkungan (ekstrinsik).
Faktor – faktor pendukung perkembangan anak menurut Soetjiningsih, (1998), antara lain:
1) Terpenuhi kebutuhan gizi pada anak tersebut,
2) Peran aktif orang tua,
3) Lingkungan yang merangsang semua aspek perkembangan anak ,
4) Peran aktif anak,
5) Pendidikan orang tua.
Ada juga cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara
sebagai berikut:
a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam
banyak hal. Dan banyak lagi cara lainnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anakciremai.com/2009/03/makalah-psikologi-tentang-reaksi-dan.html
http://srikandybae.blogspot.com/2012/04/makalah-tentang-perkembangan-anak-pra.html
12