Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Jhonson (1997), kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat
emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang
memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan
kestabilan emosional. Kesehatan jiwa juga dapat diartikan sebagai keadaan
sejahtera yang dikaitkan dengan kebahagiaan, kegembiraan, asan, pencapaian,
optimisme, dan harapan. Sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mendefeniskan kesehatan itu sendiri sebagai sehat fisik, mental dan sosial
bukan sematamata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Jadi Seseorang
dapat dianggap sehat jiwa jika mereka mampu bersikap positif terhadap diri
sendiri, memiliki kestabilan emosi, memiliki konsep diri yang positif dan
memiliki rasa bahagia dan puas (Dalam Videbeck, 2008).
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi
kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi.
Penyebab gangguan jiwa yang banyak diderita terjadi karena frustasi, napza
(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan,
organik dan ekonomi. Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi
yaitu karena frustasi. Di Indonesia sendiri berdasarkan (Rikesda tahun 2007)
bahwa prevelansi gangguan jiwa berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat
sampai lima penduduk dari 1000 penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa
berat. Angka gangguan jiwa di Indonesia telah mencapai 10% dari populasi
penduduknya.
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda
terhadap apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan jiwa itu
terjadi. Perbedaan pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model konseptual
kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda dengan pandangan

1
model social, model perilaku, model eksistensial, model medical, berbeda pula
dengan model stress – adaptasi. Masing-masing model memiliki pendekatan
unik dalam terapi gangguan jiwa. Berbagai pendekatan penanganan klien
gangguan jiwa inilah yang dimaksud dengan terapi modalitas yang bertujuan
mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya
menjadi perilaku yang adaptif.
Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi
ini diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang
maladaptif menjadi perilaku yang adaptif ( Prabowo, 2014). Terapi Modalitas
adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi
yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. Ada beberapa
terapi yang dapat dilakukan oleh perawat pada pasien dengan masalah kejiwaan
yaitu, terapi aktivitas kelompok dan terapi keluarga.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok sebagai target asuhan.
Terapi Aktivitas Kelompok dilakukan untuk meningkatkan kematangan
emosional dan psikologis pada pasien yang mengidap gangguan jiwa pada
waktu yang lama. Didalam kelompok terjadi dinamika dimana setiap anggota
kelompok saling bertukar informasi dan berdiskusi tentang pengalaman serta
membuat kesepakatan untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Terapi
Aktivitas Kelompok memberikan hasil yang lebih besar terhadap perubahan
perilaku pasien, meningkatkan perilaku adaptif serta mengurangi perilaku
maladaptif. Bahkan Terapi Aktivitas Kelompok memberikan modalitas
terapeutik yang lebih besar dari pada hubungan terapeutik antara dua orang
yaitu perawat dan klien (Direja, 2011).
Sedangkan terapi keluarga merupakan suatu psikoterapi modalitas dengan
fokus pada penanganan keluarga sebagai unit sehingga dalam pelaksanaannya
terapis membantu keluarga dalam mengidentifikasi dan memperbaiki keadaan

2
yang maladaptif, kontrol diri pada anggota yang kurang serta pola
hubunganyang tidak konstruktif. Terapi keluarga lebih menggunakan
pendekatan terupeutik untuk melihat masalah individu dalam konteks
lingkungan khususnya keluarga dan proses interpersonal (Prabowo, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari terapi modalitas?
2. Bagaimana tujuana dari terapi modalitas?
3. Apa saja Peran perawat dalam terapi modalitas?
4. Apa saja jenis-jenis terapi modalitas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari terapi modalitas
2. Untuk mengetahui tujuan dari terapi modalitas
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi modalitas
4. Untuk mengetahui jenis-jenis terapi modalitas dalam keperawatan jiwa

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Terapi Modalitas


Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi
ini diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang
maladaptif menjadi perilaku yang adaptif ( Prabowo,2014).
Terapi modalitas keperawatan jiwa merupakan bentuk terapi non-
farmakologis yang dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap
klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengann lingkungan masyarakat
sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap berhubungan dengan
keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada ketika menjalani terapi (Nasir
dan Muhits, 2011).
Terapi modalitas adalah sebagai pendekatan penanganan gangguan jiwa
yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan
gangguan jiwa dengan perilaku mal adaptif menjadi adaptif (Perko & kreigh,
2000).

B. Tujuan terapi modalitas


Tujun dilaksanakannya terapi modalitas dalam keperawatan jiwa adalah:
1. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku pasien
2. Mengurangi gejala gangguan jiwa
3. Memperlambat kemunduran
4. Membantu adaptasi terhadap situasi sekarang
5. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti
6. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri
7. Meningkatkan aktivitas

4
8. Meningkatkan kemandirian (Prabowo,2014).

C. Peran perawat dalam terapi modalitas


Secara umum penan perawat dalam pelaksanaan terapi modalitas
bertindak sebagai leader, fasilitator, evaluator, dan motivator (Nasir dan
Muhits, 2011).
Tindakan tersebut meliputi:
1. Mendidik dan mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga,
misalnya perawat menjelaskan mengapa komunikasi itu penting ,apa
visi seluruh keluarga,kesamaan harapan apa yang dimiliki semua
anggota keluarga
2. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien
untuk mencapai tujuan dan usaha untuuk berubah. Perawat
menyakinkan bahwa anggota keluarga klien mampu memecahkan
masalah yang dihadapi anggota keluarganya.
3. Mengkoodinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan.
Perawat menunjukkan institusi kesehatan mana yang harusbekerja sama
dengan keluarga dan siapa yang bisa diajak konsultasi
4. Memberi pelayanan prevensi primer, sekunder dan tersier melalui
penyuluhan, perawatan dirumah, pendidikan dan sebagainnya. Bila ada
anggota keluarga yang kurang memahami perilaku sehat didiskusikan
atau bila ada keluarga yang membutuhkan perawatan.

5
D. Jenis-jenis terapi modalitas
Ada beberapa macam jenis terapi modalitas, di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Terapi Aktivitas Kelompok
a. Pengertian
Terapi kelompok adalah terapi psikologis yang dialakukan secra
kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan
interpersonal (Yosep,2008).
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi yang
kegiatannya diikuti oleh beberapa pasien yang mempunyai masalah yang
sama atau sejenis dan dipandu oleh satu atau lebih terapis pada saat yang
sama dengan cara berdiskusi satu sama lain. (Susana,2011).
Menurut Depkes RI terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu
upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada
waktu yang sama untukm memantau dan meningkatkan hubungan antar
anggota (Prabowo,2014).
b. Kerangka teoritis Terapi Aktivitas Kelompok
1) Model lokal konflik
Model Terapi Aktivitas Kelompok ini pimpinan kelompok harus
memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk
mengekspresikan perasaan dan mendiskusikan perasaaan untuk
penyelesaian masalah atau konflik.
2) Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi
dan komunikasi teraupetik. Dengan model ini leader memfasilitasi
komunikasi efektif yang bertujuan untuk membantu meningkatkan
keterampilan intepersonal dan sosial anggota kelompok.
3) Model interpersonal

6
Pada model ini terapis bekerja sama dengan individu dan kelompok.
Anggota kelompok dapat belajar dari interaksi antar anggota dan
terapis. Melalui kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku
sosial yang efektif dipelajari.
4) Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah
terjadi sebelumnya. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang
pernah dialami. (Direja,2011)
c. Jenis/macam Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok terdiri dari empat jenis purwaningsih (2010).
1) Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi/kognitif
Merupakan terapi yang bertujuan untuk membantu pasien
menstimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan
afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.
2) Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
Merupakan terapi aktivitas yang digunakan untuk menstimulasi pada
sensasi pasien, kemudian diobservasi reaksi sensori pasien berupa
ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka
dan ucapan. Terapi aktivitas ini untuk menstimulasi sensori pasien
yang mengalami kemunduran fungsi sensoris.
3) Terapi aktivitas kelompok orientasi realita
Merupakan pendekatan yang dilakukan untuk mengorientasikan
pasien terhadap situasi nyata. Biasanya dilakukan pada kelompok yang
mengalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat.
Pasien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar pasien yaitu
diri sendiri, orang lain yang dekat dengan pasien, lingkungan yang
pernah mempunyai hubungan dengan pasien dan waktu saat ini
maupun yang lalu.

7
4) Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
Merupakan terapi yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pasien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam
lingkungan sosial. Pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan
individu yang ada disekitar pasien.
d. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok
Tujuan terapi aktivitas kelompok menurut purwaningsih (2010).
1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi/kognitif
a) Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kemampuan intelektual
d) Mengungkapkan perasaannya
e) Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
a) Meningkatkan kemampuan sensori
b) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kesegaran jasmani
d) Mengekspresikan perasaan
3. Terapi aktivitas kelompok orientasi realita
a) Pasien mampua mengidentifikasi stimulus internal dan eksternal
b) Pasien dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan
c) Pembicaraan pasien sesuai realita
4. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
a) Pasien mampu meningkatkan hubungan interpersonal
b) Pasien dapat memberi tanggapan terhadap orang lain
c) Pasien dapat mengungkapkan idenya dan saling bertukar
persepsi dengan orang lain
d) Pasien menerima stimulus eksternal yang berasal dari
lingkungan

8
e. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Purwaningsih (2010) Terapi Aktivitas Kelompok mempunyai
beberapa manfaat:
1. Umum
- meningkatkankemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan baik dengan atau dari orang lain
- melakukan sosialisasi
- membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan
afektif
2. Khusus
- Meningkatkan identitas diri
- Menyalurkan emosi secara konstruktif
- Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial
3. Rehabilitasi
- Meningkatkan keterampilan ekspresi diri
- Meningkatkan kemampuan sosial
- Meningkatkan kemampuan empati
- Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah
f. Tahapan dalamTerapi Aktivitas Kelompok
Fase-fase dalam terapi aktivitas kelompok menurut purwaningsih
(2010) adalah sebagai berikut:
1) Pre kelompok
Pada fase ini dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa
yang menjadi leader, anggota, tempat dan waktu kegiatan kelompok
dilaksanakan serta proposal lengkap dengan media apa saja yang
digunakan beserta dana yang dibutuhkan.
2) Fase awal
Pada fase awal ini ada tiga tahapan yang tejadi yaitu:

9
a) Orientasi yaitu anggota mulai mengembangkan sistem sosial
masing-masing, leader mulai menunjukkan rencana terapi dan
mengambil kontrak dengan anggota.
b) Konflik merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota
mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok,
bagaimana peran anggota, tugas anggotanya dan saling
ketergantungan yang akan tejadi.
c) Kebersamaan yaitu anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi
masalah dan anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3) Fase kerja
Pada fase ini kelompok sudah menjadi sebuah tim, pada fase ini akan
terjadi:
a) Fase yang menyenangkan bagi leader dan anggotannya
b) Perasaan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan hubungan
saling percaya yang telah terbina
c) Semua anggota bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati
d) Tanggung jawab setiap anggota sama, kecemasan menurun,
kelompok lebih stabil dan realistis
e) Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan
dan tugas kelompok dalam menyelesaikan tugasnya.
f) Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif
4) Fase terminasi
Ada 2 jenis teminasi, yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara.
Anggota kelompok mungkin akan mengalami terminasi premature,
sukses atau tidak sukses. Terminasi dapat menyebabkan
kecemasa,regresi atau kecewa. Untuk hal itu terapis perlu
mengevaluasi kegiatan dan menujukkan sikap betapa bermaknnya
kegiatan tersebut, menganjurkan anggota untuk memberi umpan balik

10
pada tiap anggota. Akhir terapi aktivitas kelompok harus dievaluasi,
bisa melalui pre atau post test.
g. Peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok
Peran perawat dalam memberikan terapi aktivitas kelompok menurut
purwaningsih (2010) sebagai berikut:
1) Tugas sebagai leader dan co leader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi
dalam kelompok,membantu kelomopok untuk menyadari
dinamisnyakelomok, menjadi motivator, membantu kelompok
menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta memimpin dan
mengarahkan jalannya terapi aktivitas kelompok.
2) Tugas sebagai fasilitator
Perawat sebagai fasilitator adalah perawat harus ikut serta dalam
kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan
memberikan stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat
mengikuti jalannya kegiatan terapi aktivitas kelompok.
3) Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer adalah mengamati serta mencatat respon
pasien, mengamati jalannya proses terapi aktivitas kelompok dan
menangani anggota kelompok yang drop out.

2. Terapi keluarga
a. Pengertian
Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat masalah
individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik
beratkan pada proses interpersonal.Tetapi keluarga merupakan intervensi
spesifik dengan tujuan membina komunikasi secara terbuka dan interaksi
keluarga secara sehat (Nasir dan Muhits, 2011).

11
Terapi keluarga merupakan salah satu bentuk psikoterapi kelompok
yang berdasarkan pada kenyataan bahwa manusia adalah mahluk sosial
dan bukan suatu mahluk yang terisolir.
b. Kerangka teoritis Terapi keluarga
1. Model struktural (Minuchin)
Model ini dikembangkan oleh Minuchin, konsepnya adalh keluarga
adalah suatu sistem sosiokultural terbuka sebagai sarana dalam
memenuhi kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berkurang apabila
kebutuhan individu dan anggota lainnya dijumpai maladaptive dan
tidak bisa saling menyesuaikan. Fokus terapinya adalah perubahan
adaptasi dari maladaptif menjadi adaptif untuk memudahkan
perkembangan keluarga. Usaha terapi meliputi hubungan keluarga,
evaluasi struktur dasar keluarga, kemampuan dan upaya seluruh
anggota keluarga untuk saling menerima perbedaan dan saling
memahami karakter.
2. Model terapi Bowenian
Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem
yang terdiri dari berbagai subsistem, seperti pernikahan, orang tua-
anak & saudara kandung (sibling) dimana setiap subsistem tersebut
dibagi kedalam subsistem individu dan jika terjadi gangguan pada
salah satu subsistemnya maka akan menyebabkan perubahan pada
bagian lainnya bahkan bisa sampai ke suprasistem keluarga tersebut
yaitu masyarakat.
c. Tujuan :
1) Menurunkan konflik kecemasan keluarga.
2) Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing
anggota keluarga.
3) Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis.
4) Mengembangkan hubungan peran yang sesuai

12
5) Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar
anggota keluarga
6) Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat
perkembangan anggota keluarga
d. Manfaat Terapi Keluarga :
1) Klien
1. Mempercepat proses penyembuhan
2. Memperbaiki hubungan interpersonal.
3. Menurunkan angka kekambuhan
2) Keluarga
1. Memperbaiki fungsi & struktur keluarga
2. Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien
sehingga lebih dapat . menerima, toleran & menghargai klien
sebagai manusia
3. Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu klien
dalam proses rehabilitasi
e. Peran Perawat Dalam Terapi Keluarga
Untuk peran perawat sendiri dalam terapi keluarga adalah melakukan
asuhan keperawatan yang relevan dimana untuk perawat yang tidak
memiliki sertifikasi dalam melaksanakan terapi adalah memberikan psiko
edukasi pada keluarga sedangkan bagi yang memiliki sertifikasi adalah
memberikan terapi sesuai dengan kondisi pasien. Sementara itu, menurut
Newman intervensi yang dilakuakn perawat mencakup intervensi primer
dan tersier yaitu :
1) Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota
keluarga.
2) Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung
klien untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah
3) Mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan

13
4) Memberi penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi,dll
f. Peran Keluarga Dalam Terapi keluarga
1. Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat
bahaya terhadap diri klien dan aktivitasnya.
2. Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka.
3. Membantu anggota bagaimana memandang orang lain.
4. Tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah dipahami
klien.
5. Membangun self esteem.
6. Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi.
7. Menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis.
8. Pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab

3. Psikoanalisis psikoterapi
Terapi ini di kembangkan oleh Sigmund freud, seorang dokter yang
mengembangkan “Talking Cure”. Terapi ini di dasarkan pada keyakinan
bahwa seorang terapis dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan klien
untuk menceritakan tentang masalah pribadinya. Perubahan perilaku dapat
terjadi jika klien dapat menemukan kejadian-kejadian yang tersimpan dalam
bawah sadarnya.
a. Tujuan terapi psikoanalisis adalah :
b. Menurunkan rasa takut klien
c. Mengembalikan proses pikir yang luhur
d. Membantu klien menghadapi realitas
e. Menurunkan kecemasan
f. Memperbaiki komunikasi interpersonal

14
b. Impelmentasi dari terapi psikoanalisis adalah sebagai berikut :
a. Melibatkan dua orang. Interaksi yang terbentuk bersifat rahasia, dan
klien mendiskusikan aspek kehidupannya yang paling pribadi bukan
mendiskusikan hubungannya dengan orang lain.
b. Klien menceritakan fikiran, perasaan, pengalaman, dan persepsinya.
Terapis mendengar, mendorong dan klarifikasi.
c. Interaksi berlangsung lama. Klien menemukan hal baru tentang diri
dan melakukan pendekatan pada dunia, berusaha untuk mendukung
dengan pemahaman baru.
d. Hubungan antara terapis dan klien adalah hubungan berseri yang
terencana untuk mengubah prilaku klien.

4. Terapi modifikasi prilaku


Terapi prilaku didasarkan pada keyakinan bahwa prilaku di pelajari, dengan
demikian perilaku yang tidak diinginkan atau maladaptiv dapat di ubah
menjadi perilaku yang di inginkan atau adaptif. Proses mengubah prilaku ini
adalah engan menggunakan teknik yang di sebut conditioning yaitu suatu
peroses dimana klien belajar mengubah perilaku. Cara melakukan
conditioning adalah sebagai berikut :
a. Reciprocal inhibition
Cara mengurangi ansietas yang di rasakan dengan mengendalikan situasi
yang dapat mengendalikan ansietas yang dirasakan.
b. Positive conditioning
Dengan memberikan hadiah (reward) pada setiap prilaku yang di
inginkan dan tidak memberikan reward atau menghukum pada perilaku
yang tidak di inginkan.
c. Eksperimental axtinction

15
d. Upaya menurunkan suatu perilaku dengan cara tidak memberikan reward
berulang-ulang.
a. Penerapan teori modifikasi perilaku ini adalah sebagai berikut :
a) Pendekatan terapis kepada klien bersifat objektif, tidak menghakimi.
b) Klien diyakinkan bahwa reaksi menyakitkan akan pulih.
c) Informasi yang tidak akurat di koreksi segera.
d) Klien dikuatkan untuk dapat mengendalikan prilakunya.

b. Kriteria evaluasi
a) Menurunya perilaku maladaptif
b) Meningkatnya produktifitas kerja
c) Membaiknya hubungan interpersonal
d) Meningkatnya kemampuan penyelesaian masalah yang disebabkan
oleh stressor lingkungan dan situasi

5. Terapi lingkungan
a. Definisi
Terapi lingkungan (milieu therapy) berasal dari bahasa perancis yang
berarti perencanaan ilmiah dari lingkungan untuk tujuan yang bersifat
teraupetik atau mendukung kesembuhan. Perencanaan Terapi lingkungan
adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan gangguan jiwa
melalui manipulasi unsur yang ada dilingkungan dan berpengaruh
terhadap peroses penyembuhan. Upaya terapi terus bersifat koperhensif,
holistic, dan multi displiner. Selain terapi fisik (farmakoterapi), juga perlu
mengupayakan optimalisasi aspek lingkungan melalui penerapan konsep-
konsep psikologi lingkungan (Keliat Budi Anna, 2005).
Konsep pada terapi lingkungan menurut murray, lingkungan eksternal
juga mencakup: stimulus, objek, dan orang lain secara pribadi.

16
Lingkungan di artikan secara fisik dan psikologi termasuk masyarakat.
Lingkungan secara umum akan berkaitan erat dengan tujuan keperawatan
karna memyangkut status kesehatan seorang yang tidak dapat dipisahkan
dari kondisi lingkunganya sedangkan, berdasarkan Florence nightingale,
aspek penting pemulihan kesembuhan seseorang adalah udara yang
bersih, sinar matahari yang cuckup, serta lingkungan yang bersih. Tubuh
manusia memiliki daya penyembuhan dan tugas perawat beserta tim
kesehatan hanyalah menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung
penyembuhan dengan memodivikasi lingkungan fisik yaitu sebagai
berikut:
a) Udara yang bersih (pure air)
b) Air yang jernih dan sehat (pure water)
c) Pembuangan yang aman dan memadai (efficient drainage)
d) Keadaan lingkungan yang bersih (cleanline)
e) Sinar matahari/ cahaya yang cukup (light)
Selain yang disebutkan nightingale terapi lingkungan harus memiliki
karakteristik berikut ini.
a) Memudahkan perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu dan
kelompok selama 24 jam
b) Adanya proses pertukaran informasi
c) Pasien merasakan keakraban dengan lingkungan.
d) Pasien merasa tenang, senang, nyaman, dan aman, serta tidak merasa
takut dari ancaman psikologis maupun ancaman fisik.
e) Penekanan pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan fokus
komunikasi teraupetik.
f) Staf membagi tanggung jawab kepada klien.
g) Personal diri lingkungan menghargai klien sebagai individu yang
memiliki hak, kebutuhan dan tanggung jawab.
h) Kebutuhan fisik klien mudah terpenuhi

17
b. Tujuannya adalah:
a) Membantu individu untuk mengembangkan rasa harga diri
b) Mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain
c) Membantu belajar untuk mempercayai orang lain
d) Mempersiapkan diri untuk kembali kemasyarakat
e) Mencapai perubahan yang positif
c. Karakteristik terapi lingkungan
Lingkungan harus bersifat teraupetik yaitu: mendorong terjadinya
proses penyembuhan, lingkungan tersebut harus memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a) Pasien merasa akrab dengan lingkungan
b) Pasien merasa senang/nyaman, dan tidak merasa takut dengan
lingkungan.
c) Kebutuhan-kebutuhan fisik klien mudah terpenuhi.
d) Lingkungan perawatan yang bersih.
e) Lingkungan menciptakan rasa aman dari terjadinya luka akibat dari
implus-implus pasien.
f) Personal dari lingkungan perawatan menghargai klien sebagai individu
yang memilki hak, kebutuhan dan pendapat serta menerima perilaku
pasien sebagai respon adanya stress.
g) Lingkungan yang dapat mengurangi pembatasan-pembatasan atau
larangan dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menentukan pilihanya dan membentuk perilaku yang baru.
Disamping hal tersebut terapi lingkungan harus memiliki
karakteristik:
1. Memudahkan perhatian terhadap apa yang terjadipada individu dan
kelompok selama 24 jam.
2. Adanya peroses pertukaran informasi.
3. Pasien merasa keakraban dengan lingkungan.

18
4. Pasien merasa senang, nyaman, aman, dan tidak merasa takut baik
dari ancaman psikologis ataupun fisik.
5. Penekanan pada sosialisasi dan interaksi kelompok dan fokus
komunikasi teraupetik.
6. Staf membagi tanggung jawab bersama klien.
7. Personal dari lingkungan menghargai klien sebagai individu yang
memiliki hak, dan tanggung jawab.
8. Kebutuhan fisik klien mudah terpenuhi.
d. Lingkungan fisik
Aspek lingkungan terapi lingkungan meliputi semua gambaran yang
konkrit yang merupakan bagian eksternal kehidupan rumah sakit, setting-
nya meliputi:
a) Bentuk dan struktur bangunan.
b) Pola interaksi antara masyarakat dan rumah sakit.
e. Peran perawat dalam terapi lingkungan
a) Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman.
 Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang
akrab menyenangkan saling manghargai diantara sesame perawat,
petugas dan pasien.
 Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda
atau kedaan-keadaan yang menimbulkan terjadinya
kecelakaan/luka terhadap pasien dan perawat.
 Menciptakan suasana yang nyaman.
 Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya
sendiri dan orang lain seperti yang biasa dilakukan dirumahnya,
misalnya membersihkan kamar.
b) Penyelenggara peroses sosial

19
 Membantu klien belajar berinteraksi dengan orang lain,
mempercayai orang lain sehingga meningkatkan harga diri dan
berguna bagi orang lain.
 Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan
dan perilakunya secara terbuka sesuai aturan didalam kegiatan-
kegiatan tertentu.
 Melalui sosialisasi klien belajar tentang kegiatan atau kemampuan
yang baru, dan dapat dilakukanya sesuai dengan kemampuan dan
minatnya pada waktu yang luang.
c) Sebagai teknis perawatan
Fungsi perawat adalah memberikan kebutuhan dari pasien,
memberikan obat-obatan yang telah ditetapkan, mengamati efek obat,
dan perilaku-perilaku yang menonjol/menyimpang serta
mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut.
d) Sebagai leader atau pengelolah
Perawat harus mampu mengelolah sehingga tercipta lingkungan
teraupetik yang mendukung penyembuhan dan memberikan dampak
baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pasien.
f. Jenis-jenis kegiatan terapi lingkungan adalah sebagai berkut:
a) Terapi rekreasi
Dengan menggunakan kegiatan yang dilakukan pada waktu luang
dengan kegiatan konstruktif dan menyenangkan, serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial. Contoh: berenang, main kartu, karambol,
dan sebagainya.
b) Terapi kreasi seni
Memberikan kesempatan pada klien untuk
menyalurkan/mengekspresikan parasnya. Contoh: menari dan
menyanyi sesuai dengan suasana hati pasien.

20
c) Terapi dengan menggambar dan melukis
Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan tentang
apa yang sedang terjadi dengan dirinya dengan menggambar, untuk
menurunkan ketegangan dan memusatkan pikiran pada kegiatan.
d) Literature/biblio therapy
Terapi dengan membaca seperti novel, majalah dan buku-buku
lainya, dimana pasien diharapkan untuk mendiskusikan pendapatnya
setelah membaca.
e) Pet therapy
Terapi untuk menstimulus respons pasien yang tidak mampu
berhubungan/ berinteraksi dengan orang lain (kebiasaan menyendiri),
yaitu dengan menggunakan objek binatang untuk bermain.
f) Plant therapy
Mengajarkan klien untuk mengajarkan segala sesuatu/ makhluk
hidup dengan memelihara tumbuhan, mulai dari menanam dan
memelihara, serta menggunakanya saat tanaman itu dipetik.
Syarat-syarat menciptakan terapi lingkungan pada kondisi khusus
adalah sebagai berikut.
 Pada pasien harga diri rendah, depresi, dan bunuh diri
Lingkungan secara fisik: ruangan aman, nyaman, terhindar dari
alat-alat yang dapat digunakan untuk menciderai diri atau orang lain,
lemari dalam keadaan terkunci, berada pada lantai satu, ruangan
mudah dipantau perawat/petugas, tata ruangan menarik dan
menempel poster, warna dinding cerah, ada ruangan baca, terhadap
musik dan TV.
 Pada pasien amuk
Lingkungan secara fisik: ruang aman, nyaman, mendapatkan
cahaya cukup, satu kamar satu orang, jendela dari besi terkunci,

21
terdapat protokol pengikatan dan pengasingan secara aman, serta
pelepasanya.
(Keliat Budi Anna, 2005)

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dan perilaku maladaptif
menjadi perilaku adaptif. (Kusumawati F & Hartono Y, 2011).
Terapi modalitas adalah suatu bentuk terapi yang diberikan dalam upaya
mengubah perilaku pasien dan perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif
baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka terapi
modalitas dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan. Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa.
Jenis-jenis terapi modalitas diantaranya adalah Terapi Aktivitas Kelompok,
Terapi keluarga, Terapi Psikoanalisis psikoterapi, Terapi modifikasi perilaku,
Terapi lingkungan.
Prosedur pelaksanaan terapi ini adalah menjadikan perawat sebagai terapis
mendasarkan potensi yang dimiliki klien sebagai titik tolak terapi untuk
penyembuhan. Untuk bentuk terapi modalitas klien dapat dilakukan dengan
pendekatan sesuai dengan karakteristik setiap klien serta strategi pelaksanan,
baik untuk klien maupun untuk keluarga. Manfaat dari terapi ini adalah
mengembalikan perilaku klien dari yang mal adaptif menjadi adaptif.

B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan pada makalah ini antara lain dalam
manajemen terapi modalitas perlu strategi yang mungkin dapat dilakukan untuk
dijadikan alternatif dalam merawat klien dengan gangguan jiwa, serta
mengaplikasikan strategi pelaksanaan bagi klien dan keluarga sehingga
nantinya penyakit gangguan jiwa dapat diminalisir serta keluarga mampu turut

23
dalam perawatan sehingga sebisa mungkin faktor predisposisi serta presipitasi
untuk menimbulkan gangguan jiwa tidak terjadi dan dapat dimalisir.

24
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman Surya. (2011). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Nasir, Abdul Dan Abdul Muhith. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa:
Pengantar Dan Teori. Jakarta: Salemba Medika
Prabowo, Eko.(2014). Konsep Dan Apliikasi : Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Purawaningsih, W & Karlina, I. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa , Yogyakarta:
Nuha Medika
Susana, S.A, & Hendarsih, S. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan Jiwa,
Jakarta: EGC
Yosep.Iyus. (2008) . Keperawatan Jiwa. Bandung : Pt Rafika Aditama
Keliat Budi Anna, (2005). Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Gangguan Jiwa.
Jakarta: Egc.

25

Anda mungkin juga menyukai