Anda di halaman 1dari 12

KANKER PADA SISTEM REPRODUKSI WANITA

PENGERTIAN
Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas
yang menimbulkan kemampuan sel untuk:
 Tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal).
 Menyerang jaringan biologis di dekatnya.
 Bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem
limfatik, disebut metastasis.
Kanker pada sistem reproduksi adalah penyakit pada sistem reproduksi akibat pertumbuhan
tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah jadi sel kanker. Dalam perkembangannya,
sel-sel kanker ini dapat menyebar kebagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan kematian.

Macam--Macam Kanker Pada Sistem Reproduksi Wanita :


1. Kanker Rahim
2. Kanker Serviks
3. Kanker Avarium
4. Kanker saluran tuba
5. Kanker Vulva
6. Kanker Vagina

1. Kanker Rahim

Kanker rahim adalah kanker yang berkembang dalam lapisan rahim. Rahim terletak di
antara kandung kemih dan rektum, termasuk leher rahim dan rahim. Leher rahim
berhubungan dengan vagina, sementara badan rahim berhubungan dengan tuba falopi.
Selain itu, kanker dapat berkembang dari lapisan jaringan rahim. Tumor yang langka ini
adalah kanker dari jaringan ikat rahim.

Saat ini, jumlah kasus kanker rahim meningkat. Kanker rahim lebih sering terjadi pada
wanita setelah menopause. Selain itu, ilmuwan mengatakan orang yang mengidap obesitas
berisiko lebih tinggi terkena kanker rahim.

Tanda-tanda & gejala


Pasien dapat merasakan sejumlah gejala atau sama sekali tidak. Kadang-kadang gejala
tersebut dapat muncul karena penyakit lain.
Gejala awal dapat berupa:

 Perdarahan, terutama setelah berhubungan seksual atau setelah menopause


 Nyeri perut yang sering
 Cairan atau darah keluar dari vagina
 Rahim dapat membesar hingga dapat teraba pada panggul
Gejala ini biasanya terjadi setelah kanker telah menyebar ke organ lain, khususnya nyeri
perut, dada dan penurunan berat badan.

Faktor-faktor risiko

Ada banyak faktor risiko untuk kanker rahim, yaitu:

 Perubahan keseimbangan hormon wanita. Ovarium menghasilkan 2 hormon utama


wanita – estrogen dan progesteron. Fluktuasi hormon ini dapat mengubah endotel. Ada
peningkatan kadar estrogen namun kadar progesteron tidak meningkat, meningkatkan
risiko kanker endometrium. Misalnya, fenomena ovulasi yang tidak normal pada wanita
dengan polycystic ovarian syndrome, obesitas, dan diabetes. Minuman yang
mengandung hormon estrogen namun tidak mengandung progesteron setelah
menopause juga meningkatkan risiko penyakit ini
 Menstruasi bertahun-tahun. Menstruasi pertama sebelum usia 12, atau justru terlambat
menopause meningkatkan risiko akibat peningkatan waktu paparan dengan estrogen
 Tidak pernah hamil
 Lansia
 Obesitas: berat badan berlebih akan mengubah keseimbangan hormon pada tubuh
 Terapi kanker payudara dengan terapi hormon (tamoxifen)
 Menderita Hereditary Non-Polyposis Colorectal Cancer (HPNCC)

2. Kancer Serviks

Kanker serviks adalah kanker yang terjadi saat ada sel-sel di leher Rahim/serviks yang tidak
normal, dan berkembang terus dengan tidak terkendali.

Sel-sel abnormal tersebut bisa berkembang dengan cepat sehingga mengakibatkan tumor
pada serviks. Tumor yang ganas nantinya berkembang jadi penyebab kanker serviks.

Leher rahim sendiri adalah organ yang berbentuk seperti tabung silinder. Fungsinya yaitu
menghubungkan vagina dengan rahim.

Kanker ini adalah salah satu jenis kanker yang paling banyak terjadi pada wanita di seluruh
dunia. Namun, tes pap smear yang rutin dapat membantu mengetahui adanya kanker
serviks secara dini.

Kanker serviks sering kali masih bisa disembuhkan jika ditemui sejak awal. Selain itu, ada
beberapa metode untuk mengendalikan risiko kanker serviks, yang membuat angka kasus
kanker serviks menurun.

Kanker serviks sangat umum ditemui di seluruh dunia. Menurut catatan Badan Kesehatan
Duniaatau WHO, kanker serviks merupakan jenis kanker nomor empat yang paling sering
menyerang wanita. Lebih jauh, WHO juga mengamati bahwa angka kejadian kanker leher
rahim lebih besar di negara-negara berkembang daripada di negara-negara maju.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan bahkan mencatat bahwa kanker serviks menempati


peringkat kedua untuk jenis kanker yang paling banyak ditemui setelah kanker payudara.
Setiap tahunnya, ada sekitar 40.000 kasus baru kanker serviks yang terdeteksi pada
perempuan Indonesia.

Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun. Namun, semakin bertambah
usia, risiko seseorang mengalami kanker leher rahim semakin besar.Kanker serviks dapat
ditangani dengan mengurangi fator-faktor risiko.

Tanda-tanda & gejala

 Perdarahan yang tidak wajar dari vagina. Misalnya perdarahan padahal Anda tidak
sedang haid, menstruasi yang lebih panjang, perdarahan setelah atau saat
berhubungan seks, setelah menopause, setelah buang air besar, atau setelah
pemeriksaan panggul.
 Siklus menstruasi jadi tidak teratur.
 Nyeri pada panggul (di perut bagian bawah).
 Nyeri saat berhubungan seks atau berhubungan seks.
 Nyeri di pinggang (punggung bawah) atau kaki.
 Badan lemas dan mudah lelah.
 Berat badan menurun padahal tidak sedang diet.
 Kehilangan nafsu makan.
 Cairan vagina yang tidak normal, seperti berbau menyengat atau disertai darah.
 Salah satu kaki membengkak.

Ada beberapa kondisi lainnya, seperti infeksi, yang dapat menyebabkan berbagai ciri-ciri
kanker serviks tersebut. Namun, apa pun penyebabnya, Anda tetap harus mengunjungi
dokter untuk memeriksakannya. Mengabaikan kemungkinan gejala kanker serviks hanya
akan membuat kondisi memburuk dan kehilangan kesempatan perawatan yang efektif.

Penyebab

Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus atau disingkat
HPV. Ada lebih dari seratus jenis HPV, tapi sejauh ini hanya ada kira-kira 13 jenis virus yang
bisa jadi penyebab kanker serviks. Virus ini sering ditularkan melalui hubungan seksual.

Di dalam tubuh wanita, virus ini menghasilkan dua jenis protein, yaitu E6 dan E7. Kedua
protein ini berbahaya karena bisa menonaktifkan gen-gen tertentu dalam tubuh wanita
yang berperan dalam menghentikan perkembangan tumor.
Kedua protein ini juga memicu pertumbuhan sel-sel dinding rahim secara agresif.
Pertumbuhan sel yang tidak wajar ini akhirnya menyebabkan perubahan gen (disebut juga
sebagai mutasi gen). Mutasi gen inilah yang kemudian menjadi penyebab kanker serviks
berkembang dalam tubuh.

Faktor-faktor risiko

 Infeksi human papilloma virus. Melakukan hubungan seksual dengan banyak


pasangan dapat meningkatkan risiko terkena HPV 16 dan 18. Begitu juga dengan
perilaku seksual berisiko seperti seks tanpa kondom atau berbagi mainan seks (sex
toys) yang sama. Selain itu, wanita yang tidak pernah mendapatkan vaksin (imunisasi)
HPV tentu lebih rentan terinfeksi HPV yang bisa jadi penyebab kanker serviks.
 Merokok. Tembakau mengandung banyak zat kimia yang tidak baik untuk tubuh.
Wanita yang merokok memiliki risiko hingga dua kali lebih besar dibanding wanita non-
perokok dalam terkena kanker serviks.
 Imunosupresi. Pengobatan atau kondisi yang mempengaruhi sistem imun,
seperti human immunodeficiency virus (HIV), virus yang menyebabkan AIDS, bisa
meningkatkan risiko terkena infeksi HPV dan jadi penyebab kanker serviks.
 Infeksi klamidia. Beberapa penelitian menunjukkan risiko yang lebih tinggi dari kanker
serviks pada wanita dengan hasil tes darah yang menunjukkan pernah atau sedang
memiliki infeksi salah satu penyakit menular seksual, yaitu klamidia.
 Kurangnya konsumsi buah dan sayur. Wanita yang memiliki pola makan kurang sehat,
misalnya jarang makan buah dan sayur, mungkin memiliki risiko lebih tinggi terhadap
kanker serviks.
 Berat badan berlebih (obesitas). Wanita dengan kelebihan berat badan lebih mudah
memiliki adenocarcinoma pada serviks.
 Penggunaan kontrasepsi minum (pil KB) jangka panjang. Sejumlah penelitian telah
menunjukkan bahwa minum kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu yang lama, yaitu
lebih dari sekitar lima tahun, dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Kalau Anda
sudah lama minum pil KB untuk mencegah kehamilan, segera pertimbangkan untuk
memilih kontrasepsi lain dan bicarakan dengan dokter kandungan Anda. Penelitian
terbaru menemukan bahwa wanita yang menggunakan intrauterine device (IUD,
perangkat yang dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan) memiliki
risiko lebih rendah terhadap kanker. Karena itu, alat kontrasepsi jenis IUD bisa jadi
alternatif buat Anda yang belum ingin hamil.
 Sudah beberapa kali hamil dan melahirkan. Wanita yang pernah mengalami
kehamilan hingga melahirkan (tidak keguguran) 3 kali atau lebih memiliki risiko yang
lebih tinggi terkena kanker serviks.
 Hamil atau melahirkan di usia sangat muda. Sangat muda berarti berusia di bawah 17
tahun saat kehamilan hingga melahirkan pertama kalinya. Wanita yang berusia lebih
muda dari 17 tahun saat hamil pertama (tidak keguguran) dua kali lebih rentan terkena
kanker serviks.
 Kemiskinan. Meskipun keadaan ekonomsi seseorang tidak serta-merta jadi penyebab
kanker serviks, kemiskinan sangat mungkin menghalangi akses wanita terhadap
layanan serta pendidikan kesehatan yang memadai, termasuk tes pap smear.
 Diethylstilbestrol (DES). DES adalah obat hormonal yang diberikan pada wanita untuk
mencegah keguguran. Ibu yang menggunakan obat ini saat kehamilan memiliki risiko
lebih besar terhadap kanker serviks. Anak perempuan yang dilahirkan juga memiliki
risiko yang lebih besar. Obat ini sudah tidak diresepkan lagi untuk ibu hamil sejak
tahun 1980-an. Akan tetapi, buat Anda yang pernah hamil atau dilahirkan sebelum
1980 masih berisiko mengalami kanker.
 Faktor keturunan. Apabila dalam keluarga Anda, misalnya nenek, ibu, atau sepupu
wanita yang pernah kena kanker serviks, Anda pun jadi dua hingga kali lebih rentan
mengalami kanker serviks dibandingkan orang yang tidak punya faktor keturunan
kanker. Masalahnya, mutasi gen yang jadi penyebab kanker serviks bisa diturunkan ke
generasi selanjutnya.
 Usia. Perempuan di bawah usia lima belas tahun memiliki risiko paling rendah
terhadap kanker ini. Sedangkan risiko semakin meningkat pada wanita berusia di atas
40 tahun.

3. Kanker Ovarium

Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh pada indung telur atau ovarium. Penyakit ini
menduduki posisi ketujuh di antara jenis-jenis kanker yang paling umum menyerang
wanita. Setiap tahunnya, ada sekitar 250.000 kasus kanker ovarium di seluruh dunia, yang
menyebabkan 140.000 kematian per tahun.
Kanker ini dapat muncul pada segala kelompok usia, tapi umumnya terjadi pada wanita
yang sudah masuk masa menopause atau berusia di atas 50 tahun.

Jenis-jenis Kanker Ovarium

Kanker ovarium dikelompokan menjadi 3 jenis, berdasarkan lokasi awal perkembangan


kanker.

 Tumor epitelial, sel kanker muncul pada jaringan pembungkus ovarium. Ini merupakan
jenis kanker ovarium yang paling banyak terjadi.
 Tumor stromal, kanker muncul pada lapisan di mana terletak sel-sel penghasil hormon.
Jenis kanker ini termasuk jarang. Hanya sekitar 7 di antara 100 kasus kanker ovarium
yang merupakan jenis ini.
 Tumor sel germinal, kanker berkembang pada sel-sel penghasil telur. Jenis kanker
ovarium ini cenderung terjadi pada wanita usia muda.
Gejala Kanker Ovarium

Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal. Kalaupun ada, kanker
ovarium biasanya baru terdeteksi ketika kanker sudah menyebar dalam tubuh.
Beberapa gejala yang umumnya dialami oleh penderita kanker ovarium adalah:

 Perut selalu terasa kembung.


 Pembengkakan pada perut.
 Sakit perut.
 Penurunan berat badan.
 Cepat kenyang.
 Mual.
 Perubahan pada kebiasaan buang air besar, misalnya konstipasi (sulit buang air besar).
 Frekuensi buang air kecil yang meningkat.
 Sakit saat berhubungan seksual.

Penyebab dan Faktor Risiko Kanker Ovarium

Sama seperti kanker pada umumnya, penyebab kanker ovarium juga belum diketahui
secara pasti. Ada beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko seorang wanita
untuk terkena kanker ini. Faktor-faktor tersebut meliputi:

 Usia. Kanker ovarium cenderung terjadi pada wanita berusia 50 tahun ke atas.
 Genetik. Risiko untuk terkena kanker ovarium akan meningkat jika memiliki anggota
keluarga yang mengidap kanker ovarium atau kanker payudara. Begitu juga pada wanita
yang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2, yang merupakan mutasi genetic yang dapat
diturunkan.
 Terapi pengganti hormon estrogen (Esterogen Hormone Replacement Therapy),
terutama bila dilakukan dalam jangka waktu lama dan dengan dosis tinggi.
 Menderita sindrom ovarium polikistik (PCOS).
 Tidak pernah hamil.
 Mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
 Mengalami siklus menstruasi sebelum usia 12 tahun dan menopause setelah usia 50
tahun.
 Menjalani terapi kesuburan.
 Merokok.
 Menggunakan alat kontrasepsi IUD.

Diagnosis Kanker Ovarium

Diagnosis awal dibuat berdasarkan gejala yang dialami, riwayat kesehatan keluarga, dan
hasil pemeriksaan fisik. Kemudian pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menegakkan
diagnosa, meliputi USG, pemeriksaan darah, atau biopsi.
 Pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang dilakukan untuk memeriksa perut bagian
bawah serta organ reproduksi. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui bentuk, ukuran,
dan struktur ovarium.
 Pemeriksaan darah yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan protein CA 125 dalam
darah. Kadar CA 125 yang tinggi bisa mengindikasikan kanker ovarium. Tetapi tes ini
tidak bisa dijadikan patokan tunggal karena CA 125 bukan tes yang spesifik, kadarnya
bisa meningkat pada kondisi lain yang bukan kanker, dan tidak semua penderita kanker
ovarium mengalami peningkatan kadar CA 125 dalam darah.

4. Kanker saluran tuba

Tuba falopi adalah tabung di mana telur perjalanan dari


ovarium ke rahim untuk pembuahan. Kanker tuba fallopi
terjadi ketika massa sel abnormal tumbuh di dalam tuba
falopi.

Kadang-kadang massa jinak (non-kanker). Ketika massa adalah


kanker dapat menyebabkan tabung untuk meregangkan dan
menjadi sangat menyakitkan. Kanker di tuba falopi dapat
tumbuh di luar dan menyebar ke seluruh tubuh

Mendiagnosis Kanker tuba Falopi

 Ultrasound / CT Scan / MRI scan

 Pengujian darah / CA-125

5. Kanker Vulva

Kanker vulva adalah kanker yang menyerang permukaan luar daerah kemaluan wanita.
Vulva adalah bagian organ seksual eksternal wanita yang merupakan area yang
mengelilingi lubang kencing (urethra opening) dan vagina. Organ seksual eksternal
wanita lainnya meliputi labia minora dan majora (“bibir” dalam dan luar yang menutupi
vagina), klitoris, dan kelenjar Bartholin yang ada di kedua sisi vagina.

Kanker vulva muncul dalam bentuk benjolan atau luka di area vulva. Kanker ini lebih
sering menyerang wanita yang lebih tua, umumnya yang telah mengalami menopause.
Terdapat dua jenis kanker vulva berdasarkan jenis sel yang terkena dampaknya.
 Vulva melanoma, yaitu sel kanker yang terbentuk di sel penghasil pigmen yang terdapat
pada kulit vulva.
 Vulva karsinoma sel skuamus (vulvar squamous cell carcinoma), yaitu sel kanker yang
terbentuk pada sel tipis, berpermukaan datar yang melapisi permukaan vulva. Sebagian
besar kasus kanker vulva berasal dari jenis ini.

Beberapa tipe lainnya, yaitu:

 Sel basal karsinoma, yaitu luka pada labia majora atau pada area lain di vulva, yang
lama-lama berkembang menjadi kanker. Jika tidak segera diobati, luka ini dapat dengan
mudah muncul kembali.
 Karsinoma kelenjar Bartholin, yaitu tumor langka pada kelenjar Bartholin yang biasa
menyerang wanita di usia pertengahan 60-an.
 Tipe kanker lainnya pada vulva, misalnya adenocarcinoma dan sarcoma.

Penyebab Kanker Vulva

Penyebab kanker secara umum masih belum diketahui dengan jelas, demikian juga dengan
kanker vulva. Walau belum diketahui penyebabnya, beberapa faktor berikut adalah kondisi
yang dapat meningkatkan timbulnya kanker vulva, yaitu:

 Merokok.
 Pertambahan usia. Risiko kanker vulva umumnya meningkat pada usia 65 tahun ke atas
dan mereka yang berada pada masa menopause. Kasus ini jarang ditemui pada wanita
berusia di bawah 50 tahun yang belum mengalami menopause.
 Terpapar infeksi HPV (human papillomavirus), salah satu penyakit menular seksual yang
banyak ditemui pada wanita yang aktif secara seksual. Umumnya infeksi HPV dapat
mereda dengan sendirinya. Pada sebagian kasus lainnya penyakit ini, sel yang terinfeksi
dapat bermutasi dan berkembang menjadi sel kanker.
 Terinfeksi HIV (human immunodeficiency virus) yang melemahkan sistem kekebalan
tubuh dan menjadikan penderita rentan terhadap infeksi HPV.
 Menderita gangguan pada kulit di area vulva, misalnya penyakit Lichen Sclerosus.
 Pernah berada dalam kondisi prakanker vulva, atau vulvar intraepithelial
neoplasia (VIN), yang bisa berkembang menjadi kanker vulva. VIN adalah kondisi ketika
sel mengalami perubahan yang tidak menjurus kepada kanker. Meski pada kebanyakan
kasus yang pernah terjadi, kondisi ini dapat menghilang dengan sendirinya, namun pada
kenyataannya dapat juga berkembang menjadi sel kanker.
Gejala Kanker Vulva

Kanker vulva bisa menyebabkan gatal-gatal yang sangat mengganggu di area vulva. Berikut ini
adalah gejala-gejala lain dari kanker vulva.

 Perdarahan yang bukan berasal dari menstruasi.


 Perubahan pada kondisi kulit, seperti warna dan ketebalan kulit. Kulit dapat berwarna
merah, putih, atau menggelap.
 Terdapat tahi lalat di area vulva yang berubah bentuk atau warna.
 Benjolan yang menyerupai jerawat, bisul, atau luka terbuka.
 Nyeri atau sensitif terhadap rasa sakit di area panggul, terutama ketika berhubungan
seksual.
 Terasa perih, khususnya ketika sedang kencing.

Beberapa tes dan prosedur yang digunakan untuk mendiagnosis kanker vulva, antara lain:

 Pemeriksaan lebih mendetail pada vulva menggunakan alat kaca pembesar untuk
mencari tanda-tanda kanker vulva pada area ini. Pemeriksaan ini disebut kolposkopi.
 Pemeriksaan sistoskopi yang dilakukan menggunakan sebuah tabung kecil disertai
kamera dan lampu yang dimasukkan ke kandung kemih.
 Melakukan biopsi kemudian memeriksa sampel yang telah diambil dari vulva, atau
kelenjar getah bening, untuk mencari tanda-tanda kanker. Penderita biasanya diberikan
bius lokal di daerah yang akan dibiopsi. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan atau tanpa
jahitan, tergantung dari ukuran sampel yang diambil.
 Pemeriksaan pada area panggul, untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar ke
area ini.
 Pemeriksaan dengan menggunakan X-ray, CT scan, MRI scan, dan PET scan, pada area
dada, paru-paru, kelenjar getah bening, perut atau organ lain, untuk mengetahui
penyebaran kanker di area ini.

Pengobatan Kanker Vulva

Salah satu langkah pengobatan kanker vulva adalah prosedur pengangkatan kanker dan
sejumlah jaringan sehat di sekitar vulva (biasanya sekitar 1 sentimeter) atau bedah radial eksisi
luas. Namun ada juga kasus kanker vulva yang mengharuskan vulva diangkat seluruhnya,
termasuk klitoris dan jaringan di bawahnya yang bernama vulvektomi radikal.
Prosedur pengangkatan vulva memiliki risiko mengalami infeksi hingga kemunculan rasa tidak
nyaman saat duduk untuk waktu yang lama. Anda mungkin tidak akan bisa merasakan area
kemaluan dan tidak bisa mencapai orgasme ketika melakukan hubungan seksual.
Makin awal kanker vulva bisa terdiagnosis, makin kecil juga kemungkinan diperlukannya
prosedur ini. Berikut adalah beberapa prosedur pengangkatan kanker vulva lainnya.
 Vulvektomi parsial. Pada prosedur ini, hanya sebagian vulva dan jaringan di bawahnya
yang diangkat.
 Prosedur pelvic exenteration untuk kanker stadium lanjut. Prosedur ini dilakukan jika
kanker telah menyebar ke luar dari vulva kepada organ lainnya, dengan cara
mengangkat seluruh bagian vulva dan organ yang terkait, misalnya usus besar. Sebuah
lubang akan dibuat di perut (stoma) agar kotoran atau urine bisa dimasukkan ke dalam
kantong ostomi. Tindakan ini termasuk ke dalam operasi besar yang saat ini sudah tidak
banyak dilakukan lagi.
 Prosedur rekonstruksi. Prosedur pengangkatan kanker pada area yang lebih luas
biasanya meninggalkan luka lebar yang tidak bisa menutup dengan sendirinya. Hal ini
terjadi pada kanker yang telah menyebar hingga jaringan di sekitarnya. Pada kasus ini,
dokter akan melakukan bedah rekonstruksi dengan mengambil kulit dari bagian tubuh
lain untuk menutup area tersebut.

Selain pengangkatan vulva, prosedur pengangkatan kelenjar getah bening juga dapat dilakukan
pada saat yang sama jika kanker telah menyebar ke area ini. Proses ini menyebabkan cairan
tertahan dan terjadi pembengkakan pada kaki yang disebut limfedema.
Kelenjar getah bening juga bisa diangkat melalui operasi kelenjar getah bening sentinel
(sentinel node biopsy) dengan cara mengambil contoh kelenjar getah bening yang mudah
terinfeksi, lalu mengetesnya atas keberadaan sel kanker. Jika tidak ada sel kanker yang
ditemukan, maka ada kemungkinan kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening lainnya.
Seperti pengobatan kanker lainnya, kanker vulva juga bisa ditangani dengan kemoterapi, terapi
radiasi, atau gabungan dari keduanya.
Kemoterapi. Penderita kanker vulva dengan penyebaran sel kanker di area tubuh lain dapat
memilih langkah ini untuk membantu membunuh sel kanker. Obat-obatan bisa dikonsumsi atau
dimasukkan melalui pembuluh darah di lengan. Kemoterapi yang dikombinasikan dengan terapi
radiasi umumnya bertujuan memperkecil kanker demi mempermudah prosedur pembedahan.
Terapi radiasi. Selain mengecilkan sel kanker, terapi radiasi juga digunakan pada kasus sel
kanker yang telah menyebar ke kelenjar getah bening setelah menjalani operasi. Terapi
dilakukan dengan cara memaparkan energi berkekuatan tinggi, seperti X-ray, ke area yang telah
ditentukan di permukaan kulit.
Pemeriksaan kesehatan rutin setelah penanganan kanker vulva akan tetap diperlukan untuk
memantau kondisi pasien dan memastikan sel kanker tidak terbentuk kembali. Oleh karena itu
sangat penting untuk memeriksakan diri secara teratur pasca pengobatan.

Pencegahan Kanker Vulva

Beberapa langkah pencegahan yang juga bisa dilakukan untuk mengurangi risiko kanker vulva
maupun penyakit menular seksual seperti HPV atau HIV adalah:

 Menggunakan kondom tiap melakukan hubungan seksual.


 Membatasi jumlah atau tidak bergonta-ganti pasangan seksual.
 Memperoleh vaksin HPV. Vaksin ini dapat mengurangi risiko perkembangan kanker
vulva dan direkomendasikan bagi anak perempuan yang berusia 12-13 tahun.

6. Kanker Vagina

Kanker vagina adalah jenis kanker yang pertama kali muncul di vagina, bukan dari organ
lain seperti serviks, rahim, atau indung telur yang menyebar ke vagina. Vagina adalah
saluran yang menghubungkan serviks (leher rahim) dengan bagian luar tubuh dan jalan
keluar bayi saat persalinan normal.
Kanker vagina dapat dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan jenis sel tempat kanker
bermula, yaitu:

 Karsinoma sel skuamosa vagina. Kanker vagina yang bermula di sel-sel tipis dan datar
yang melapisi permukaan vagina. Jenis ini merupakan jenis yang paling sering terjadi,
walaupun kanker vagina sendiri merupakan kanker yang jarang terjadi.
 Adenokarsinoma vagina. Kanker vagina yang bermula di sel-sel kelenjar pada
permukaan vagina.
 Melanoma vagina. Kanker yang berkembang pada sel-sel penghasil pigmen (melanosit)
pada vagina.
 Sarkoma vagina. Kanker vagina yang berkembang pada sel-sel jaringan penghubung
atau sel-sel otot pada dinding vagina.

Kanker vagina bisa muncul tanpa gejala atau tanda, oleh karena itu perlu dilakukan
pemeriksaan daerah kandungan dan pap smear secara berkala.
Gejala Kanker Vagina
Beberapa tanda dan gejala umum kanker vagina adalah:

 Perdarahan dari vagina. Perdarahan ini terjadi di antara waktu menstruasi, setelah
berhubungan seksual, atau setelah menopause.
 Muncul rasa gatal atau terdapat benjolan pada vagina.
 Keputihan yang mengandung darah dan berbau.
 Sulit buang air besar.
 Rasa nyeri saat berhubungan intim dan buang air kecil.
 Sering buang air kecil.
 Urine bercampur darah.
 Nyeri pada rongga panggul.

Penyebab dan Faktor Risiko Kanker Vagina


Penyebab munculnya kanker pada vagina masih belum diketahui dengan pasti. Secara umum,
kanker muncul ketika sel-sel pada bagian tubuh berubah atau mengalami mutasi, yang
membuat sel tersebut membelah serta memperbanyak diri terlalu cepat dan tidak terkendali.
Beberapa faktor yang diduga berisiko memicu sel normal di vagina bermutasi dan menjadi
kanker adalah:

 Wanita yang terpapar hormon estrogen sintetik diethylstilbestrol (DES) saat kehamilan.
 Berusia lebih dari 60 tahun.
 Terinfeksi HPV (human papilloma virus).
 Melakukan hubungan seksual pada usia dini.
 Terdiagnosa kelainan pre kanker vaginal intraepithelial neoplasia (VAIN), yaitu
perubahan sel vagina yang menjadi tidak normal. Biasanya hal ini disebabkan oleh
infeksi HPV.
 Merokok.
 Berganti-ganti pasangan seksual.
 Pernah menjalani prosedur histerektomi.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah :


 Pap smear. Selain kanker serviks, pap smear juga bisa dilakukan untuk deteksi dini
kanker vagina

 Kolposkopi. Ini merupakan tindakan pemeriksaan dengan menggunakan instrumen


khusus bernama kolposkop.
 Biopsi. Bila saat pemeriksaan kolposkopi ditemukan ada kelainan, akan mengambil
sampel jaringan tersebut untuk diperiksa di bawah mikroskop. Berbeda dengan pap
smear, biopsi lebih spesifik langsung mengambil jaringan yang mengalami kelainan,
bukan hanya mengikis permukaan jaringan.

Anda mungkin juga menyukai