Anda di halaman 1dari 2

PERILAKU LALAT RUMAH

Lalat merupakan salah satu insekta atau serangga yang termasuk dalam ordo diptera. Lalat
sangat menyenangi tempat-tempat yang basah, benda-benda organik, tinja, sampah basah,
tumbuh-tumbuhan busuk, selain itu dengan kebiasaan lalat menyukai dan tertarik dengan
makanan yang dimakan oleh manusia sehari-hari dan tempat istirahat lalat dan tempat
perkembang biakannya. Selain itu dari segi estetika terkesan jorok. Pertumbuhan dan
perkembangan larva M. domestica paling efektif adalah pada kotoran ayam. Lalat betina akan
meletakkan 500-150.000 butir telur pada tempat yang disenangi dan sangat selektif dalam
mencari tempat untuk meletakkan telurnya. Suhu optimum pada telur adalah 25-300C.

Lalat merupakan serangga yang bersifat fototrofik (tertarik pada cahaya). Lalat rumah
mengandalkan refleksi sinar matahari untuk mendeteksi objek di lingkungannya ketika terbang,
mencari makanan, dan mencari tempat istirahat. Refleksi cahaya masuk ke dalam komponen
mata atau ocelli dan menstimulus sel fotosensitif yang memicu phototransduction, yaitu konversi
cahaya foton menjadi sinyal elektik untuk dideteksi oleh sistem syaraf, dan mengirim sinyal ke
lobus optik serangga untuk diinterpretasi.

Serangga lebih tertarik pada spektrum warna kuning-hijau dengan panjang gelombang 500-
600 nm. Aktifitas maksimal Ialat terjadi pada suhu 200C - 25˚C, berkurang (hinggap) pada suhu
35˚C - 40˚C atau 15˚C - 20˚C, dan mnghilang (tidak terdeteksi) pada suhu di bawah 10˚C atau di
atas 40˚C.(13) Suhu optimum untuk aktifitas kehidupan lalat adalah 21 ˚C dan lalat mulai
terbang pada suhu 15 ˚C. Lalat lebih menyukai keadaan yang lebih lembab karena akan dapat
mempercepat siklus hidupnya.

Lalat rumah (Musca domestica) berperan dalam penularan penyakit secara mekanis pada
manusia maupun hewan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaannya berkembang biak dan perilaku
makan lalat yang sangat luas sebarannya. Lalat rumah berkembang biak pada media berupa tinja,
karkas, sampah, kotoran hewan dan limbah buangan yang banyak mengandung agen penyakit.
Dcngan demikian lalat dengan mudah tercemari oleh agen tersebut baik di dalam perut, bagian
mulut dan tungkainya. Patogen ini kemudian ditularkan ke manusia dan memuntahkan
makanannya (regurgitasi yang secara alami dilakukan sebelum menelan makanan).
Ketika populasi lalat meningkat, lalat dapat menjadi pengganggu baik orang yang sedang
bekerja maupun sedang dalam istirahat. Gangguan lalat dapat menimbulkan dampak bagi
industri pariwisata, karena memberikan kesan kondisi yang tidak sehat dan tidak nyaman. Pada
industri petemakan sapi perah, sapi yang terganggu lalat akan menurunkan produksi susu.

DAFTAR PUSTAKA

Mawarni, Ana. 2016. Potensi lalat (musca domestica) di tpa jatibarang semarang sebagai vektor
cacing parasit. Tugas Akhir. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Puspitarani, F., Sukendra, D., & Siwiendrayanti, A. 2017. Penerapan lampu ultraviolet pada alat
perangkap lalat terhadap jumlah lalat rumah terperangkap. Higeia Journal Of Public
Health Research And Development, 1(3): 151-160.

Wifiastuti, Dyah., & Shinta. 2008. Uji efikasi ekstrak daun babadotan sebagai insektisida nabati
terhadap lalat rumah (musca domestica) di laboratorium. BALABA, 7(2): 7-14.

Wulandari, D., Saraswati, L., & Martini. 2015. Pengaruh variasi warna kuning pada fly grill
terhadap kepadatan lalat (studi di Tempat Pelelangan Ikan Tambak Lorok Kota Semarang).
Jurnal Kesehatan Masayarakat, 3(8): 130-141.

Anda mungkin juga menyukai