Apendisitis Page 1
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
3. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen
apendiks oleh hiperplasia folokel limfoid, fekalit, benda asing, striktutur
karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma.Obstruksi
tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas
dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri,
dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat.
Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan
bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritonium setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah
kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuraktif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
apendiks yang diikuti dengan gengren. Stadium disebut dengan
apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang rapuh itu pecah, akan terjadi
apendisitis perforasi. Bila proses di atas berjalan lambat, omentum dan
usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul
suatu massa localnyang di sebut infiltrat apendikularis. Oleh karena itu
tindakan yang paling tepat adalah apendiktomi, jika tidak dilakukan
tindakan segera mungkin maka peradangan apendiks tersebut dapat
menjadi abses atau menghilang (mansjoer, 2000, h. 307)
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat
terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari
faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan
intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan
Apendisitis Page 2
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus
(Munir,2011).
4. Manifestasi Klinis
Sjamsuhidajat ( 2004, h. 641 ) mengatakan manifestasi klinis dari
apendisitis adalah:
a. Tanda awal
Nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai mual dan
anoreksia.
b. Nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukan tanda rangsangan
peritoneum lokal dititik Mc Burney
c. Nyeri tekan
d. Nyeri lepas
e. Defans muskuler
f. Nyeri rangsangan peritonium tidak langsung
g. Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing)
h. Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg)
i. Nyeri kanan bawah bila peritonium bergerak seperti
nafas dalam,berjalan, batuk, mengedan.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Diagnosis berdasarkan klinis, namun sel darah putih (hampir selalu
leukositosis) dan CRP (biasanya meningkat) sangat membantu
b. Ultrasonografi untuk massa apendiks dan jika masuh ada keraguan
untuk menyingkirkan kelainan pelvis lainnya (misalnya kista ovarium)
c. Laparoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan
ovarium sebelum dilakukan apendisektomi pada wanita muda
d. CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau di mana penyebab lain
masih mungkin (Grace, & Borley, 2006, h. 107).
Apendisitis Page 3
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pasca oprasi menurut Mansjoer arif
(2000, h.309)
a. Perforasi apendiks
b. Peritonitis
c. Abses
7. Penatalaksanan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk masalah
appendisitis adalah dengan cara pembedahan. Antibiotik dan cairan IV
diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan
setelah diagnosa ditegakkan. Dalam penanganan kasus appendisitis,
dilakukan tindakan appendiktomi yaitu tindakan pembedahan yang
dilakukan untuk memotong jaringan appendiks yang mengalami
peradangan. (Smeltzer dan Bare, 2002).
Appendiktomi dilakukan dengan menginsisi transversal atau oblik
di atas titik maksimal nyeri tekan atau massa yang dipalpasi pada fosa
iliaka kanan. Otot dipisahkan ke lateral rektus abdominalis. Mesenterium
apendikular dan dasar appendiks diikat dan appendiks diangkat. Tonjolan
ditanamkan ke dinding sekum dengan menggunakan jahitan purse string
untuk meminimalkan kebocoran intra abdomen dan sepsis. Kavum
peritoneum dibilas dengan larutan tetrasiklin dan luka ditutup. Diberikan
antibiotik profilaksis untuk mengurangi luka pasca operasi yaitu
metronidazol supositoria (Syamsuhidayat, 2004).
Apendisitis Page 4
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
B. Konsep Keperawatan Apendisitis
1. Fokus Pengkajian
a. Pengkajian pasien (post operasi) apendiktomi yaitu :
1) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal
atau jam masuk rumah sakit, nomer register, diagnosa, nama orang
tua, umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan suku bangsa.
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayar penyakit sekarang klien dengan post appendiktomi
mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi abdomen.
3) Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien
seperti hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah
masuk rumah sakit, obat-obatan yang pernah digunakan apakah
mempunyai riwayatalergi dan imunisasi apa yang pernah
didapatkan.
4) Riwayat keperawatan keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes
mellitus, hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya
upaya yang dilakukan dan bagaimana genogramnya.
5) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan,
alkohol dan kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana
status ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam
mempengaruhi penyembuhan luka.
b) Pola tidur dan istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat
Apendisitis Page 5
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
sehingga dapat menggganggu kenyamanan pola tidur klien.
c) Pola aktivitas
Aktivitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak
karena rasa nyeri luka operasi, aktivitas biasanya terbatas karena
harus badrest berapa waktu lama seterlah pembedahan.
d) Pola hubungan dan peran.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak
bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam
masyarakat. Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
e) Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan,
peran serta pendengaran, kemampuan, berfikir, mengingat masa
lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
f) Pola penanggulangan stres
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi
masalah.
g) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan
bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama
sakit.
h) Pemeriksaan fisik.
(1) Status kesehatan umum.
Kesadaran biasanya compos mentis, ekspresi wajah
menahan sakit ada tidaknya kelemahan.
(2) Integumen
Ada tidaknya oedema, sianosis, pucat, pemerahan luka
pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah.
(3) Kepala dan Leher
Apendisitis Page 6
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
Ekspresi wajah kesakitan, pada konjungtiva apakah ada
warna pucat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan; insisi bedah
b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan muntah pra operasi pembatasan pasca operasi (puasa), status
hipermetabolik (demam, proses penyembuhan), inflamasi peritonium
dengan cairan asing.
c. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, laporan nyeri,
wajah mengkerut, otot tegang, perilaku distraksi.
Apendisitis Page 7
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
1. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan agens cedera 1. Kontrol nyeri Manajemen Nyeri :
biologis. 2. Tingkat nyeri 1. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Setelah dilakukan tindakan selama.... pasien meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi,
dapat mengungkapkan secara verbal dengan frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan
kriteria hasil : nyeri dan factor presipitasinya.
1. Memperlihatkan pengendalian nyeri. 2. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan,
2. Menunjukkan tingkat nyeri. khususnya pada mereka yang tidak mampu
3. Memperlihatkan teknik relaksasi nyeri. berkomunikasi efektif
4. Melaporkan nyeri kepada perawat. 3. Berikan informasi tentang nyeri, seperti
5. Melaporkan pola tidur yang baik. penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung,
dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi
(relaksasi, distraksi, terapi)
5. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum
nyeri menjadi lebih berat
6. Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak
Apendisitis Page 8
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan
perubahan yang bermakna dari pengalaman
nyeri pasien dimasa lalu
NIC :
Manajemen sensasi perifer
1. Pantau perbedaan ketajaman atau ketumpulan,
panas atau dingin
2. Pantau parestesia, kebas, kesemutan,
hiperestesia dan hipoestesia
3. Pantau tromboflebitis dan thrombosis vena
profunda
4. Pantau kesesuaian alat penyangga, prosthesis,
sepatu dan pakaian.
Perawatan sirkulasi
1. Lakukan pengkajian komprehensif terhadap
sirkulasi perifer
2. Pantau tingkat ketidaknyamanan atau nyeri saat
melakukan latihan fisik
Apendisitis Page 9
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
3. Pantau status cairan termasuk asupan dan
haluaran
Apendisitis Page 10
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
7. Tingkatkan asupan oral, Jika perlu
8. Pasang kateter urin, jika perlu
9. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan
Apendisitis Page 11
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya : Intervensi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi
serta dokumentasi intervensi dan respon pasien. Pada tahap implementasi
ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi yang telah
dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul
pada pasien
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan
terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi berfokus
pada ketepatan perawatan yang diberikan dan kemajuan pasien atau
kemunduran pasien terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi merupakan
proses yang interaktif dan kontinu karena setiap tindakan keperawatan
dilakukan, respon klien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan
hasil yang yang diharapkan. Kemudian berdasarkan respon klien, direvisi
intervensi keperawatan atau hasil yang diperlukan. Ada 2 komponen untuk
mengevaluasi kualitas tindakan computer keperawatan, yaitu :
1. Proses (sumatif)
Fokus tiopeini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan
sesudah perencanaan keperawatan, dilaksanakan untuk membantu keefektifan
terhadap tindakan.
2. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir tindakan keperawatan klien.
Apendisitis Page 12
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
3. Intervensi Keperawatan
4. Intervensi Keperawatan
Apendisitis Page 13
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perewatan luka
aseptik Rasional : menurunkan resiko penyebaran infeksi
3. Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik drainase
luka/drain (bila dimasukkan), eritema
Rasional : memberikan deteksi dini terjadinya proses
infeksi, dan pengawasan penyembuhan peritonitis yang
telah ada sebelumnya.
4. Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien atau orang
terdekat Rasional : pengetahuan tentang kemajuan situasi
memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan
ansietas.
5. Kolaborasi berikan antibiotik sesuai indikasi
Apendisitis Page 14
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
ii. Intervensi
Apendisitis Page 15
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
Rasional : tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi
volume intravaskuler
2. Lihat membran mukosa; kaji turgor kulit dan pengisian
kapiler Rasional : indikator keadekuatan sirkulasi perifer
dan hidrasi seluler
3. Awasi masukan dan haluaran; catat warna urine/konsentrasi,
berat jenis.
Rasional : penurunan haluaran urine pekat dengan
peningkatan berat jenis diduga dehidrasi atau kebutuhan
peningkatan cairan
4. Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus
Rasional : indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk
pemasukan peroral
5. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan
peroral dimulai, dan lanjutkan diet sesuai toleransi
Rasional : menurunkan iritasi gaster atau muntah untuk
meminimalkan kehilangan cairan
6. Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus
pada perlindungan bibir
Rasional : dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering
dan pecah-pecah
7. Beriakn cairan IV dan elektrolit
Apendisitis Page 16
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
menurunkan
Apendisitis Page 17
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia,
dehidrasi dan dapat terjadi ketidak seimbngan elektrolit.
c. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah,
laporan nyeri, wajah mengkerut, otot tegang, perilaku
distraksi.
i. Kriteria hasil yang diharapkan melaporkan nyeri
hilang/terkontrol, tampak rileks, mempu tidur atau
istirahat dengan cepat.
ii. Intervensi
Apendisitis Page 18
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep
Rasional: fokus perhatian kembali, meningkatkan
relaksasi, dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgesik
sesuai indikasi.
Rasional : menghilangkan nyeri.
Apendisitis Page 19
Cahya Rahyuni Rustam, S.Kep