DURASI : 4 JP
PENYUSUN : M. Ikhfan
Uap yang terjadi dari hasil pemanasan boiler/ketel uap pada Pusat Listrik Tenaga Uap
(PLTU) digunakan untuk memutar turbin yang kemudian oleh generator diubah menjadi
energi listrik. Energi primer yang digunakan oleh PLTU adalah bahan bakar yang dapat
berwujud padat, cair maupun gas. Batubara adalah wujud padat bahan bakar dan
minyak merupakan wujud cairnya.
Terkadang dalam satu PLTU dapat digunakan beberapa macam bahan bakar.PLTU
menggunakan siklus uap dan air dalam pembangkitannya. Mula-mula air dipompakan
ke dalam pipa air yang mengelilingi ruang bakar ketel. Lalu bahan bakar dan udara
yang sudah tercampur disemprotkan ke dalam ruang bakar dan dinyalakan, sehingga
terjadi pembakaran yang mengubah bahan bakar menjadi energi panas/ kalor.
Setelah keluar dari turbin tekanan tinggi, uap akan masuk ke dalam Pemanas Ulang
yang akan menaikkan suhu uap sekali lagi dengan proses yang sama seperti di
Pemanas Lanjut. Selanjutnya uap baru akan dialirkan ke dalam turbin tekanan
menengah dan langsung dialirkan kembali ke turbin tekanan rendah. Energi gerak yang
dihasilkan turbin tekanan tinggi, menengah dan rendah inilah yang akan diubah
wujudnya dalam generator menjadi energi listrik.Dari turbin tekanan rendah uap
dialirkan ke kondensor untuk diembunkan menjadi air kembali. Pada kondensor
diperlukan air pendingin dalam jumlah besar. Inilah yang menyebabkan banyak PLTU
dibangun di daerah pantai atau sungai. Jika jumlah air pendingin tidak mencukupi,
maka dapat digunakan cooling tower yang mempunyai siklus tertutup. Air dari
kondensor dipompa ke tangki air/deareator untuk mendapat tambahan air akibat
kebocoran dan juga diolah agar memenuhi mutu air ketel berkandungan NaCl, Cl,O2
dan derajat keasaman (pH). Setelah itu, air akan melalui Economizer untuk kembali
dipanaskan dari energi gas sisa dan dipompakan kembali ke dalam ketel.
PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan, karena
efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU
merupakan mesin konversi energi yang mengubah energi kimia dalam bahan bakar
menjadi energi listrik.
Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu :
Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas
dalam bentuk uap bertekanan dan temperatur tinggi.
Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk
putaran.
Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik.
2. Siklus PLTU
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energy
kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik.Bentuk utama dari pembangkit listrik
jenis ini adalah Generator yang dihubungkan ke turbinyang digerakkan oleh tenaga
kinetik dari uap panas/kering. Pembangkit listrik tenaga uapmenggunakan berbagai
macam bahan bakar terutama batu bara dan minyak bakar serta MFOuntuk start
up awal.
Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas permukaan
pemindah panas. Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas panas hasil
pembakaran bahan bakar dengan udara sehingga berubah menjadi uap.
Kedua, uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu
diarahkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa
putaran.
Ketiga, generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan
energi listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam kumparan,
sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energi listrik dari terminal output
generator
Keempat, Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan
dengan air pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut air
kondensat. Air kondensat hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi
sebagai air pengisi boiler.
Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan berulang-ulang.
a - b : Air dipompa dari tekanan P2 menjadi P1. Langkah ini adalah langkah
kompresi isentropis, dan proses ini terjadi pada pompa air pengisi.
b - c : Air bertekanan ini dinaikkan temperaturnya hingga mencapai titik didih.
Terjadi di LP heater, HP heater dan Economiser. .
c - d : Air berubah wujud menjadi uap jenuh. Langkah ini disebut
vapourising(penguapan) dengan proses isobar isothermis, terjadi di boiler yaitu
di wall tube (riser) dan steam drum..
d - e : Uap dipanaskan lebih lanjut hingga uap mencapai temperatur kerjanya
menjadi uap panas lanjut (superheated vapour). Langkah ini terjadi di
superheater boiler dengan proses isobar.
e-f : Uap melakukan kerja sehingga tekanan dan temperaturnya turun.
Langkah ini adalah langkah ekspansi isentropis, dan terjadi didalam turbin.
f-a : Pembuangan panas laten uap sehingga berubah menjadi air
kondensat.Langkah ini adalah isobar isothermis, dan terjadi didalam kondensor.
Ditinjau dari bahan bakar yang digunakan, maka PLTU dapat dibedakan menjadi :
a. PLTU Batubara
b. PLTU Minyak
c. PLTU gas
d. PLTU nuklir atau PLTN
Jenis PLTU batubara masih dapat dibedakan berdasarkan proses pembakarannya,
yaitu PLTU dengan pembakaran batubara bubuk (PF boiler) dan PLTU dengan
pembakaran batubara curah (chain grate boiler).
Perbedaan antara PLTU Batubara dengan PLTU minyak atau gas adalah pada
peralatan dan sistem penanganan dan pembakaran bahan bakar serta limbah abunya.
PLTU batubara mempunyai peralatan bantu yang lebih banyak dan lebih komplek
dibanding PLTU minyak atau gas. PLTU gas merupakan PLTU yang paling sederhana
peralatan bantunya.
PLTU batubara, bahan bakar yang digunakan adalah batubara uap yang terdiri dari
kelas sub bituminus dan bituminus. Lignit juga mulai mendapat tempat sebagai bahan
bakar pada PLTU belakangan ini, seiring dengan perkembangan teknologi
pembangkitan yang mampu mengakomodasi batubara berkualitas rendah.
Pada PCC, batubara diremuk dulu dengan menggunakan coal pulverizer (coal mill)
sampai berukuran 200 mesh (diameter 74μm), kemudian bersama – sama dengan
udara pembakaran disemprotkan ke boiler untuk dibakar. Pembakaran metode ini
sensitif terhadap kualitas batubara yang digunakan, terutama sifat ketergerusan
(grindability), sifat slagging, sifat fauling, dan kadar air (moisture content). Batubara
yang disukai untuk boiler PCC adalah yang memiliki sifat ketergerusan dengan HGI
(Hardgrove Grindability Index) di atas 40 dan kadar air kurang dari 30%, serta rasio
bahan bakar (fuel ratio) kurang dari 2. Pembakaran dengan metode PCC ini akan
menghasilkan abu yang terdiri diri dari clinker ash sebanyak 15% dan sisanya berupa
fly ash.
Pada pembakaran dengan metode FBC, batubara diremuk terlebih dulu dengan
menggunakan crusher sampai berukuran maksimum 25mm. Tidak seperti pembakaran
menggunakan stoker yang menempatkan batubara di atas kisi api selama pembakaran
atau metode PCC yang menyemprotkan campuran batubara dan udara pada saat
pembakaran, butiran batubara dijaga agar dalam posisi mengambang, dengan cara
melewatkan angin berkecepatan tertentu dari bagian bawah boiler.
3.4 PFBC
Pada PFBC, selain dihasilkan panas yang digunakan untuk memanaskan air menjadi
uap untuk memutar turbin uap, dihasilkan pula gas hasil pembakaran yang memiliki
tekanan tinggi yang dapat memutar turbin gas, sehingga PLTU yang menggunakan
PFBC memiliki efisiensi pembangkitan yang lebih baik dibandingkan dengan AFBC
karena mekanisme kombinasi (combined cycle) ini. Nilai efisiensi bruto pembangkitan
(gross efficiency) dapat mencapai 43%.
Untuk lebih meningkatkan efisiensi panas, unit gasifikasi sebagian (partial gasifier) yang
menggunakan teknologi gasifikasi lapisan mengambang (fluidized bed gasification)
kemudian ditambahkan pada unit PFBC. Dengan kombinasi teknologi gasifikasi ini
maka upaya peningkatan suhu gas pada pintu masuk (inlet) turbin gas memungkinkan
untuk dilakukan.
Pada proses gasifikasi di partial gasifier tersebut, konversi karbon yang dicapai adalah
sekitar 85%. Nilai ini dapat ditingkatkan menjadi 100% melalui kombinasi dengan
pengoksidasi (oxidizer). Pengembangan lebih lanjut dari PFBC ini dinamakan dengan
Advanced PFBC (A-PFBC), yang prinsip kerjanya ditampilkan pada gambar 14 di
bawah ini. Efisiensi netto pembangkitan (net efficiency) yang dihasilkan pada A-PFBC
ini sangat tinggi, dapat mencapai 46%.
3.5 ICFBC
Ruang pembakaran utama (primary combustion chamber) dan ruang pengambilan
panas (heat recovery chamber) dipisahkan oleh dinding penghalang yang terpasang
miring. Kemudian, karena pipa pemanas (heat exchange tube) tidak terpasang
langsung pada ruang pembakaran utama, maka tidak ada kekhawatiran terhadap
keausan pipa sehingga pasir silika digunakan sebagai pengganti batu kapur untuk
media FBC. Batu kapur masih tetap digunakan sebagai bahan pereduksi SOx, hanya
jumlahnya ditekan sesuai dengan keperluan saja.
3.6 IGCC
pada sistem ini terdapat alat gasifikasi (gasifier) yang digunakan untuk menghasilkan
gas, umumnya bertipe entrained flow. Yang tersedia di pasaran saat ini untuk tipe
tersebut misalnya Chevron Texaco (lisensinya sekarang dimiliki GE Energy), E-Gas
(lisensinya dulu dimiliki Dow, kemudian Destec, dan terakhir Conoco Phillips ), dan
Shell. Prinsip kerja ketiga alat tersebut adalah sama, yaitu batubara dan oksigen
berkadar tinggi dimasukkan kedalamnya kemudian dilakukan reaksi berupa oksidasi
sebagian (partial oxidation) untuk menghasilkan gas sintetis (syngas), yang 85% lebih
komposisinya terdiri dari H2 dan CO. Karena reaksi berlangsung pada suhu tinggi, abu
pada batubara akan melebur dan membentuk slag dalam kondisi meleleh (glassy slag).
Adapun panas yang ditimbulkan oleh proses gasifikasi dapat digunakan untuk
menghasilkan uap bertekanan tinggi, yang selanjutnya dialirkan ke turbin uap.