FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
1
WHO mengatakan bahwa kesehatan adalah sebuah kondisi yang baik secara
fisik, mental, dan juga sosial, bukan sekedar ketiadaan sebuah penyakit atau
kelainan.1 Definisi kesehatan ini dituliskan dalam Deklarasi Alma Ata oleh WHO
dan menjadi tonggak dasar pengertian kesehatan saat ini. Namun banyak sekali
permasalahan kesehatan yang belum terpecahkan untuk mewujudkan kesehatan
manusia berdasarkan WHO. Salah satu permasalahan besar dari kesehatan yang
menjadi permasalahan saat ini adalah non-communicable diseases (NCDs), dan
permasalahan kesehatan ini semakin meningkat setiap tahunnya. NCD adalah
sebuah istilah yang diberikan untuk penyakit yang tidak menular, dan terdapat
empat golongan besar NCD yang menjadi permasalahan di dunia saat ini yaitu
penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, dan penyakit kronis pernapasan. NCD
menjadi salah satu penyebab terbesar kematian saat ini. Berdasarkan data WHO,
NCD diperkirakan mengakibatkan 70% dari seluruh kasus kematian global pada
tahun 2015 yang dimana 75% dari kematian NCD terjadi di negara dengan
pendapatan rendah dan menengah dan 48% dari kematian dari NCD terjadi pada
manusia dengan usia dibawah 70 tahun.2 Di Indonesia, dalam rentang tahun 2000-
2015, kasus kematian diakibatkan NCD semakin meningkat, dimana pada tahun
2000 terdapat 975.000 kematian, dan pada tahun 2015 menjadi 1,3 juta kasus
kematian.3 NCD juga mengakibatkan penurunan kualitas hidup manusia, dilihat
melalui Daily Adjusted Life Years (DALYs). Pada tahun 2012, penelitian yang
dilakukan di 21 region menunjukkan bahwa NCD mengakibatkan lebih dari 15 juta
DALYs pada tahun 2010, dan menunjukkan bahwa keluarga pasien NCD memiliki
pengeluaran dua sampai tiga kali lipat lebih besar dibanding keluarga yang tidak
memiliki pasien NCD.4-5
Permasalahan yang mungkin seringkali diabaikan oleh tenaga kesehatan
adalah dampak dari NCDs yaitu gangguan mental adalah sesuatu yang bersifat
komorbid.6 Berdasarkan WHO pada tahun 2014, sehat mental didefinisikan sebagai
2
suatu kondisi dimana setiap individu menyadari potensi dirinya, dapat bertahan dan
menghadapi stres dalam hidup, dapat bekerja dengan produktif dan menghasilkan,
dan mampu untuk berkontribusi bagi komunitas lingkungannya. Dimensi positif ini
pun ditekankan oleh WHO yang didasarkan menjadi konstitusi WHO bahwa sehat
adalah sebuah kondisi yang baik secara fisik, mental, dan juga sosial, bukan sekedar
ketiadaan sebuah penyakit atau kelainan.1 Namun sayangnya seringkali kesehatan
mental menjadi suatu hal yang diabaikan, terutama stigma terhadap orang dengan
gangguan jiwa. Hal yang sering tidak disadari bahwa gejala gangguan mental dapat
muncul bersamaan dengan gejala NCDs. Studi menunjukkan secara umum, bahwa
30% pasien NCDs yang sudah kronis mengalami gangguan mental, dan ditemukan
lebih tinggi pada pasien dewasa.7,8 Oleh sebab itu antara NCDs dan kesehatan
mental memiliki hubungan baik sebagai kausal, konsekuensi, ataupun komorbid.
Sayangnya, kondisi pelayanan kesehatan saat ini merupakan tipe pelayanan
yang bersifat independen dan mandiri, terlepas dari satu bagian dengan bagian yang
lain. Seringkali, pelayanan kesehatan tidak bersifat holistik, tidak efisien biaya
(biaya harus semakin meningkat), bahkan mengganggu anggaran belanja negara
pada bidang kesehatan, terutama pada kasus komorbid yang semakin kompleks, dan
mengakibatkan prosedur kesehatan yang harus dilakukan semakin panjang.9-11
Oleh sebab itu, mahasiswa kedokteran harus mampu belajar untuk menjadi
sumber daya yang berkualitas dan mampu untuk melakukan peningkatan kesehatan
secara holistik. Mahasiswa kedokteran diharapkan dapat melakukan suatu integrasi
pelayanan kesehatan primer, interprofesional, dan pada topik ini ditekankan
mengenai kolaborasi pelayanan kesehatan mental dan fisik. Tanpa integrasi dari
pelayanan kesehatan mental dan fisik pada pasien NCDs, maka penanganan pasien
NCDs akan bersifat inefektif dengan biaya yang lebih tinggi.12 Mahasiswa
kedokteran yang kedepannya menjadi seorang tenaga kesehatan umum harus
mampu menjadi garda utama dalam memberikan pelayanan kesehatan tingkat awal
dan melakukan pemeriksaan dan pemberian manajemen secara holistik baik
pengobatan mental dan fisik. Selain dokter umum, perawat memiliki peran penting
dalam pelayanan primer, dalam memberikan manajemen yang bersifat patient-
centered, dan mengikuti guideline prosedural perawatan mental dan NCDs. Perawat
juga mampu untuk mengedukasi pasien dalam meningkatkan self-care dan self-
3
DAFTAR PUSTAKA
11. Unützer J, Schoenbaum M, Katon WJ, Fan MY, Pincus HA, Hogan D, Taylor J.
Healthcare costs associated with depression in medically ill fee‐for‐service Medicare
participants. Journal of the American Geriatrics Society. 2009 Mar;57(3):506-10.
12. Kessler RC, Heeringa S, Lakoma MD, Petukhova M, Rupp AE, Schoenbaum M,
Wang PS, Zaslavsky AM. Individual and societal effects of mental disorders on
earnings in the United States: results from the national comorbidity survey
replication. American Journal of Psychiatry. 2008 Jun;165(6):703-11.
13. Katon WJ, Lin E, Von Korff M, Ciechanowski P, Ludman E, Young B et al.
Collaborative Care for Patients with Depression and Chronic Illnesses. New England
Journal of Medicine. 2010;363(27):2611-2620.
14. Ngo VK, Rubinstein A, Ganju V, Kanellis P, Loza N, Rabadan-Diehl C, Daar AS.
Grand challenges: integrating mental health care into the non-communicable disease
agenda. PLoS medicine. 2013 May 14;10(5):e1001443.
15. Patel V, Belkin GS, Chockalingam A, Cooper J, Saxena S, Unützer J. Grand
challenges: integrating mental health services into priority health care platforms.
PloS medicine. 2013 May 28;10(5):e1001448.