Anda di halaman 1dari 6

“ESAI ILMIAH POPULER”

PERAN MAHASISWA KEDOKTERAN UNTUK


INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN FISIK DAN
MENTAL DALAM MEWUJUDKAN KESEHATAN
BERDASARKAN WHO DALAM DEKLARASI ALMA
ATA

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER


INFECTIOUS DISEASE
27

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
1

Peran Mahasiswa Kedokteran Untuk Integrasi Pelayanan


Kesehatan Mental dan Fisik Dalam Mewujudkan Kesehatan
Berdasarkan WHO dalam Deklarasi Alma Ata
Dengue Hemorrhagic Fever/27

WHO mengatakan bahwa kesehatan adalah sebuah kondisi yang baik secara
fisik, mental, dan juga sosial, bukan sekedar ketiadaan sebuah penyakit atau
kelainan.1 Definisi kesehatan ini dituliskan dalam Deklarasi Alma Ata oleh WHO
dan menjadi tonggak dasar pengertian kesehatan saat ini. Namun banyak sekali
permasalahan kesehatan yang belum terpecahkan untuk mewujudkan kesehatan
manusia berdasarkan WHO. Salah satu permasalahan besar dari kesehatan yang
menjadi permasalahan saat ini adalah non-communicable diseases (NCDs), dan
permasalahan kesehatan ini semakin meningkat setiap tahunnya. NCD adalah
sebuah istilah yang diberikan untuk penyakit yang tidak menular, dan terdapat
empat golongan besar NCD yang menjadi permasalahan di dunia saat ini yaitu
penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, dan penyakit kronis pernapasan. NCD
menjadi salah satu penyebab terbesar kematian saat ini. Berdasarkan data WHO,
NCD diperkirakan mengakibatkan 70% dari seluruh kasus kematian global pada
tahun 2015 yang dimana 75% dari kematian NCD terjadi di negara dengan
pendapatan rendah dan menengah dan 48% dari kematian dari NCD terjadi pada
manusia dengan usia dibawah 70 tahun.2 Di Indonesia, dalam rentang tahun 2000-
2015, kasus kematian diakibatkan NCD semakin meningkat, dimana pada tahun
2000 terdapat 975.000 kematian, dan pada tahun 2015 menjadi 1,3 juta kasus
kematian.3 NCD juga mengakibatkan penurunan kualitas hidup manusia, dilihat
melalui Daily Adjusted Life Years (DALYs). Pada tahun 2012, penelitian yang
dilakukan di 21 region menunjukkan bahwa NCD mengakibatkan lebih dari 15 juta
DALYs pada tahun 2010, dan menunjukkan bahwa keluarga pasien NCD memiliki
pengeluaran dua sampai tiga kali lipat lebih besar dibanding keluarga yang tidak
memiliki pasien NCD.4-5
Permasalahan yang mungkin seringkali diabaikan oleh tenaga kesehatan
adalah dampak dari NCDs yaitu gangguan mental adalah sesuatu yang bersifat
komorbid.6 Berdasarkan WHO pada tahun 2014, sehat mental didefinisikan sebagai
2

suatu kondisi dimana setiap individu menyadari potensi dirinya, dapat bertahan dan
menghadapi stres dalam hidup, dapat bekerja dengan produktif dan menghasilkan,
dan mampu untuk berkontribusi bagi komunitas lingkungannya. Dimensi positif ini
pun ditekankan oleh WHO yang didasarkan menjadi konstitusi WHO bahwa sehat
adalah sebuah kondisi yang baik secara fisik, mental, dan juga sosial, bukan sekedar
ketiadaan sebuah penyakit atau kelainan.1 Namun sayangnya seringkali kesehatan
mental menjadi suatu hal yang diabaikan, terutama stigma terhadap orang dengan
gangguan jiwa. Hal yang sering tidak disadari bahwa gejala gangguan mental dapat
muncul bersamaan dengan gejala NCDs. Studi menunjukkan secara umum, bahwa
30% pasien NCDs yang sudah kronis mengalami gangguan mental, dan ditemukan
lebih tinggi pada pasien dewasa.7,8 Oleh sebab itu antara NCDs dan kesehatan
mental memiliki hubungan baik sebagai kausal, konsekuensi, ataupun komorbid.
Sayangnya, kondisi pelayanan kesehatan saat ini merupakan tipe pelayanan
yang bersifat independen dan mandiri, terlepas dari satu bagian dengan bagian yang
lain. Seringkali, pelayanan kesehatan tidak bersifat holistik, tidak efisien biaya
(biaya harus semakin meningkat), bahkan mengganggu anggaran belanja negara
pada bidang kesehatan, terutama pada kasus komorbid yang semakin kompleks, dan
mengakibatkan prosedur kesehatan yang harus dilakukan semakin panjang.9-11
Oleh sebab itu, mahasiswa kedokteran harus mampu belajar untuk menjadi
sumber daya yang berkualitas dan mampu untuk melakukan peningkatan kesehatan
secara holistik. Mahasiswa kedokteran diharapkan dapat melakukan suatu integrasi
pelayanan kesehatan primer, interprofesional, dan pada topik ini ditekankan
mengenai kolaborasi pelayanan kesehatan mental dan fisik. Tanpa integrasi dari
pelayanan kesehatan mental dan fisik pada pasien NCDs, maka penanganan pasien
NCDs akan bersifat inefektif dengan biaya yang lebih tinggi.12 Mahasiswa
kedokteran yang kedepannya menjadi seorang tenaga kesehatan umum harus
mampu menjadi garda utama dalam memberikan pelayanan kesehatan tingkat awal
dan melakukan pemeriksaan dan pemberian manajemen secara holistik baik
pengobatan mental dan fisik. Selain dokter umum, perawat memiliki peran penting
dalam pelayanan primer, dalam memberikan manajemen yang bersifat patient-
centered, dan mengikuti guideline prosedural perawatan mental dan NCDs. Perawat
juga mampu untuk mengedukasi pasien dalam meningkatkan self-care dan self-
3

conciousness dalam menjalankan prosedur perawatan yang ada dalam tingkatan


primer. Kolaborasi antara perawat dan dokter umum dalam memberikan
manajemen dan melakukan supervisi merupakan garis utama penting dalam
intervensi kesehatan mental dan NCDs dalam tingkat primer13.
Dari pemaparan diatas, kualitas sumber daya manusia merupakan kualitas
utama untuk mewujudkan kesehatan WHO, yang menyeluruh dari kesehatan fisik
dan mental. Sumber daya manusia menjadi komponen utama dalam penerapan
sistem ini. Pada integrasi tingkat primer, diperlukan tenaga kesehatan yang terlatih
dalam penanganan fisik dan juga mental. Minimnya pelatihan penanganan
kesehatan mental bagi tenaga layanan kesehatan primer dapat menjadi tantangan
tersendiri dalam integrasi pelayanan kesehatan mental dan fisik.14 Namun, terlepas
dari tantangan yang ada, penerapan sistem integrasi pelayanan kesehatan mental
dan fisik merupakan solusi dari permasalahan kesehatan mental NCDs yang saling
terkait. Dibutuhkan suatu sistem kesehatan yang kuat agar dapat melakukan
pendekatan dan perawatan masalah kesehatan dalam aspek yang lebih luas. Sistem
integrasi ini juga memberikan keuntungan bagi tenaga kesehatan agar bisa
berkontribusi lebih dalam menangani permasalahan kesehatan, tidak terorientasi
pada dokter saja, namun dengan gabungan komponen lain seperti perawat dan
psikolog.15
4

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Mental health: a state of well-being. 2014. [online]


Available at: http://www.who.int/features/factfiles/mental_health/en/ [Accessed 3
Feb. 2018].
2. World Health Organization. NCD mortality and morbidity. 2015. [online] Available
at: http://www.who.int/gho/ncd/mortality_morbidity/en/ [Accessed 31 Jan. 2018].
3. World Health Organization. Total NCD Mortality - Data by country. 2015. [online]
Available at: http://apps.who.int/gho/data/node.main.A860 [Accessed 31 Jan. 2018].
4. Murray C, Vos T, Lozano R, Naghavi M, Flaxman A, Michaud C et al. Disability-
adjusted life years (DALYs) for 291 diseases and injuries in 21 regions, 1990–2010:
a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2010. The Lancet.
2012;380(9859):2197-2223.
5. Kankeu HT, Saksena P, Xu K, Evans DB. The financial burden from non-
communicable diseases in low-and middle-income countries: a literature review.
Health Research Policy and Systems. 2013 Dec;11(1):31.
6. DeJean D, Giacomini M, Vanstone M, Brundisini F. Patient experiences of
depression and anxiety with chronic disease: a systematic review and qualitative
meta-synthesis. Ontario health technology assessment series. 2013;13(16):1.
7. Cimpean D, Drake RE. Treating co-morbid chronic medical conditions and
anxiety/depression. Epidemiology and psychiatric sciences. 2011 Jun;20(2):141-50.
8. McManus S, Meltzer H, Brugha TS, Bebbington PE, Jenkins R. Adult psychiatric
morbidity in England, 2007: results of a household survey. The NHS Information
Centre for health and social care; 2009.
9. Hochlehnert A, Niehoff D, Wild B, Jünger J, Herzog W, Löwe B. Psychiatric
comorbidity in cardiovascular inpatients: costs, net gain, and length of
hospitalization. Journal of psychosomatic research. 2011 Feb 1;70(2):135-9.
10. Hutter N, Schnurr A, Baumeister H. Healthcare costs in patients with diabetes
mellitus and comorbid mental disorders—a systematic review. Diabetologia. 2010
Dec 1;53(12):2470-9.
5

11. Unützer J, Schoenbaum M, Katon WJ, Fan MY, Pincus HA, Hogan D, Taylor J.
Healthcare costs associated with depression in medically ill fee‐for‐service Medicare
participants. Journal of the American Geriatrics Society. 2009 Mar;57(3):506-10.
12. Kessler RC, Heeringa S, Lakoma MD, Petukhova M, Rupp AE, Schoenbaum M,
Wang PS, Zaslavsky AM. Individual and societal effects of mental disorders on
earnings in the United States: results from the national comorbidity survey
replication. American Journal of Psychiatry. 2008 Jun;165(6):703-11.
13. Katon WJ, Lin E, Von Korff M, Ciechanowski P, Ludman E, Young B et al.
Collaborative Care for Patients with Depression and Chronic Illnesses. New England
Journal of Medicine. 2010;363(27):2611-2620.
14. Ngo VK, Rubinstein A, Ganju V, Kanellis P, Loza N, Rabadan-Diehl C, Daar AS.
Grand challenges: integrating mental health care into the non-communicable disease
agenda. PLoS medicine. 2013 May 14;10(5):e1001443.
15. Patel V, Belkin GS, Chockalingam A, Cooper J, Saxena S, Unützer J. Grand
challenges: integrating mental health services into priority health care platforms.
PloS medicine. 2013 May 28;10(5):e1001448.

Anda mungkin juga menyukai