Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispersi terdiri dari partikel
kecil yang dikenal sebagai fase dispersi, terdistribusi keseluruh medium
kontinu atau medium dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya
ditambahkan bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi atau
suspending agent. Syarat & syarat suspensi yang terdapat dalam Farmakope
indonesia edisi IV adalah Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh
cepat mengendap, jika dikocok perlahan dan lahan endapan harus segera
terdispersi kembali, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang.
Dalam pembuatan suspensi skala besar, zat pembasah dicampur
dengan partikel-partikel menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid
(coloid mill), pada skala kecil, bahan-bahan tersebut dicampur dengan mortir
dan stamper. Begitu serbuk dibasahi, medium dispersi (yang telah ditambah
semua komponen-komponen formulasi yang larut seperti pewarna, pemberi
rasa, dan pengawet) ditambah sebagian-sebagian ke serbuk tersebut, dan
campuran itu dipadu secara merata sebelum penambahan pembawa
berikutnya. Sebagian dari pembawa tersebut digunakan untuk mencuci alat-
alat pencampur agar bebas dari suspenoid, dan bagian ini digunakan untuk
mencukupi volume suspensi dan menjamin bahwa suspensi tersebut
mengandung konsentrasi zat padat yang diinginkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari suspensi?
2. Apa macam-macam suspensi?
3. Apa saja syarat-syarat dari sediaan suspensi?
4. Apa saja keuntungan dan kerugian dari sediaan suspensi?

1
5. Apa faktor- faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi?
6. Apa macam-macam suspending agent?
7. Bagaimana cara mengerjakan obat dalam suspensi?
8. Bagaimana penilaian stabilitas suspensi?
9. Bagaimana preformulasi, formulasi dan evaluasi pembuatan suspensi?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari suspensi
2. Untuk mengetahui macam-macam suspense
3. Untuk mengetahui syarat syarat dari sediaan suspensi
4. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dari sediaan suspensi
5. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi
6. Untuk mengetahui macam-macam suspending agent
7. Untuk mengetahui cara mengerjakan obat dalam suspensi
8. Untuk mengetahui penilaian stabilitas suspensi
9. Untuk mengetahui preformulasi, formulasi dan evaluasi pembuatan
suspensi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dari Suspensi


Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair (Ilmu resep syamsuni hal 135)
Siatem terdispers terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase
dispers, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium dispersi.Untuk
menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan bahan tambahan yang
disebut bahan pensuspensi atau suspending agent.
B. Macam-Macam Suspensi
1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditujukkanuntuk penggunaan oral.
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada
kulit.
3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk
penggunaan pada mata.
4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-
partikelhalus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam
mediumcair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau
kedalam saluran spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan
bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi
semua persyaratanuntuk suspensi steril setelah penambahan bahan
pembawa yang sesuai (Ilmu resep Syamsuni,2006)

3
C. Syarat-Syarat Sediaan Suspensi
Syarat suatu sediaan suspensi yang baik harus memenuhi syarat, yaitu :
1. Stabil dan homogen.
2. Bahan padat yang tidak larut dalam pembawa mempunyai ukuran partikel
yang kecil dan sama besar(seragam)
3. Tidak boleh cepat mengendap.
4. Partikel-partikel yang mengendap tidak boleh menjadi massa yang keras
dan harus dapat disuspensikan kembali dengan sedikit pengocokan.
5. Tidak terlalu kental dan tidak terlalu cair untuk mempermudah saat
penuangan (Ilmu resep Syamsuni, 2006)
Syarat khusus suspensi FI IV
1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus
mengandung zat antimikroba.
3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
D. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suspensi
Keuntugan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :
- Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat
memperlambat terlepasnya obat.
- Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan. Obat
dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan,
karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :
- Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
- Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya
pulveres, tablet, dan kapsul.
- Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar
kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator (Ilmu
resep Syamsuni, 2006)

4
E. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Suspensi
1. Ukuran partikel
Ukuran pertikel erat hubungannya dengan luas penampang dan daya
tekan ke atas cairan suspensi tersebut.Hubungan antara ukuran partikel
berbanding terbalik dengan luas penampang. Sedangkan luas penampang
dan daya tekan ke atas merupakan hubungan yang linear. Artinya
semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya,
sedangkan semakin besar luas penampang maka daya tekan keatas cairan
akan semakin menghambat gerakan partikel untuk mengendap.
2. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, makin kental suatu cairan maka kecepatan alirannya
makin turun. Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi
pula gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan
menambah viskositas cairan gerakan turun yang dikandungnya akan
diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh
terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “STOKES”
d2 (∆ − ∆0)g
𝑣=
η
Keterangan : v = kecepatan aliran
d = diameter dari partikel
Δ = berat jenis dari partikel
Δ0 = berat jenis cairan
g = gravitasi
η = viskositas cairan
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam ruangan berisi partikel dengan jumlah besar, maka
partikel akan susah melakukan gerakan bebas karena terjadi benturan
antara partikel tersebut.

5
4. Sifat atau muatan
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada
kemungkinan terjadi interaksi antar bahan yang menghasilkan bahan yang
sukar larut dalam cairan tersebut.Karena bahan tersebut sudah merupakan
sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinikan sebagai kondisi suspensi
dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata.
Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan
pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan
dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan
selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
Dilihat dari faktor tersebut diatas, faktor konsentrasi dan sifat dari
partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi
karena konsentrasi merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat
diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam
resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau
disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan
mixer, homogeniser, colloid mill, dan mortier. Sedangkan viskositas fase
eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental (suspending
agent) yang dapat larut dalam cairan tersebut, umumnya bersifat mudah
berkembang dalam air (hidrokoloid).
F. Macam-Macam Suspending Agent
Suspending agent adalah bahan tambahan yang berfungsi
mendispersikan partikel tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan
viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat. Mekanisme kerja
suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tetapi
kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan
pengocokan (Ansel, 1989)

6
Suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1. Bahan pensuspensi dari alam
Biasanya menggunakan jenis gom/ hidrokoloid. Gom dapat
larut/mengembang/mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk
mucilago/lendir.Dengan terbentuk mucilago maka viskositas bertambah
dan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago dipengaruhi oleh
panas, PH, dan proses fementasi bakteri.
a. Termasuk golongan gom :
1) Acasia (pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut
dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam.Viskositas
optimum dari mucilagonya antara pH 5-9. Dengan penambahan
suatu zat yang menyebabkan Ph tersebut menjadi diluar 5-9 akan
menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom
arab dengan kadar 35% kekentalannya kira-kira sama dengan
gliserin. Gom ini mudah dirusak bakteri sehingga harus
ditambahkan zat pengawet (preservattive).
2) Chondrus
Diperoleh dari tanaman Choundrus crispus atau Gigartina
mamilosa , dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat
alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai
oleh industri makanan.Caragen merupakan derivat dari saccharida,
mudah dirusak bakteri, jadi perlu penambahan bahan pengawet.
3) Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman Astragalus gumnifera.
Tragacanth sangat lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat
hidrasi biasanya dilakukan pemanasan. Mucilago tragacanth lebih
kental dari mucilago gom arab. Mucilago tragacanth baik sebagai
stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.
4) Algin

7
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Dalam
perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium
Alginat.Algin adalah senyawa organik yang mudah mengalami
fermentasi bakteri sehingga suspensi ini memerlukan bahan
pengawet.Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya
1-2%.
b. Dari alam bukan gom
Adalah tanah liat.Tanah liat yang sering dipergunakan untuk
tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonite,
hectorite, dan veegum. Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air,
mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan
penggojokan, peristiwa ini disebut tiksotrofi.
2. Bahan pensuspensi sintesis
a. Derivat selulosa
Golongan ini meliputi metil selulosa (methosol, tylose),
karboksimetil selulosa (CMC), hidroksil metil selulosa. Dibelakang
nama tersebut biasanya terdapat angka/ nomor, misalnya methosol
1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas dari
cairan yang digunakan untuk melarutannya.Semakin besar angkanya
berarti kemampuannya semakin tinggi.Golongan ini tidak diabsorbsi
oleh usus halus dan tidak beracun.Dalam farmasi juga digunakan
sebagai laksansia dan bahan pengahncur dalam tablet.
b. Golongan polimer organic
Yang paling terkenal adalah carbophol 934, merupakan serbuk
putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak
mengiritasi kulit.Sehingga banyak digunakan sebagai bahan
pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik, diperlukan
kadar ± 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit.Hal
tersebut mengakibatkan penurunan viskositas larutan.

8
G. Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi
1. Metode pembuatan suspensi
a. Metode dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam
mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan. Perlu
diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat
mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara,
lemak, atau kontaminan pada serbuk.Serbuk yang sangat halus mudak
kemasukkan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya
serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat
terdispersi dengan medium. Bila sudut kontak ± 900 serbuk akan
mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki
sifat hidrofob.Untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel
zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau
wetting agent.
b. Metode praecipitasi
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut
organik yang hendak dicampur dengan air.Setelah larut dalam pelarut
organik diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air.Akan terjadi
endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Contoh
cairan orgnanik : etanol, propilenglikol, dan polietilenglikol (Ansel,
1989)
2. Sistem pembentukan suspense
a. Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,
cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah
tersuspensi kembali.
b. Sistem deflokulasi

9
Dalam sistem deflokulasi pertikel deflokulasi mengendap
perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi
akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi :
Flokulasi :
1. Partikel merupakan agregat yang bebas
2. Sedimentasi terjadi cepat
3. Sedimentasi terbentuk cepat
4. Sedimentasi tidak membentuk cake yang keras dan padat serta
mudah terdispersi kembali seperti semula
5. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi
tejadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan
nyata
Deflokulasi :
1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain
2. Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel
mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal
3. Sedimentasi terbentuk lambat
4. Akhirnya sedimentasi akan membentuk cake yang keras dan
sukar terdipersi lagi
5. Ujud suspesi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam
waktu relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas
berkabut
H. Penilaian Stabilitas Suspensi
1. Volume sedimentasi
Adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu)terhadap volume
mula-mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
vu
𝐹=
v0

10
2. Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi
(Vu)terhadap volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Vo).

vu
𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡𝑓𝑙𝑜𝑘𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 =
voc

3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sediementasi dan redidpersibilitas,
membantu menentukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan
susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara freeze- thaw cycling yaitu temperatur diturunkan
sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini
dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi
perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.
I. Preformulasi, Formulasi Dan Evaluasi Pembuatan Suspensi
1. Data Preformulasi
a. Zat Aktif
Paracetamol
Nama resmi : Acetaminophen
Sinonim : Paracetamol
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat molekul : 151,16
Pemerian : Berupa hablur atau serbuk hablur putih, rasa
pahit,
berbau, serbuk kristal dengan sedikit rasa
pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol

11
(95%)P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40
bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P; larut dalam larutan
alkalihidroksida.
Inkompatibilitas : Ikatan hidrogen pada mekanismenya pernah
dilaporkan oleh karena itu parasetamol
dihubungkan dengan permukaan dari nilon
dan rayon.
Farmakodinamik : Efek analgesik parasetamol yaitu
menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang.
Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan
mekanisme yang diduga berdasarkan efek
sentral. Efek anti inflamasinya sangat lemah.
Farmakokinetik : Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna
melalui
saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam
plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa
paruh plasma antara 1-3 jam.
b. Zat Tambahan
1. Sorbitol (Handbook of Pharmaceutical of Excipient hal. 679)
Rumus Molekul : C6H14O6
Berat Molekul : 182,17
Pemerian : Serbuk, butiran atau kepingan; putih ; rasa
manis ;
higroskopis.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut
dalam
etanol, dalam metanol dan dalam asam asetat.
Berat Jenis : 1,49 g/ml

12
pH : 4,5-7,0
Kegunaan : Bahan pembasah
Konsentrasi : 70%
Stabilitas : Relatif inert dan kompatibel dengan sebagian
besar
bahan tambahan; stabil di udara.
OTT : Tidak bercampur dengan larutan asam
berkonsentrasi
tinggi dan larut dengan garam besi juga
beberapa logam seperti aluminium, merkuri,
dan zink.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
2. Propilen Glikol (FI. Edisi III Hal. 534)
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama sinonim : Propilenglikol
Rumus molekul : C3H8O2
Berat molekul : 76,10
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, rasa agak manis, higroskopik
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan
etanol (95%)p, dan dengan kloroform p, larut dalam 6 bagian eter
p, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah p, dan dengan
minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan, pelarut
3. Sakarin (FI ed. IV hal. 748)
Rumus Empiris : C7H5NO3S
Berat Molekul : 183,18
Pemerian : Serbuk atau hablur putih, tidak berbau
atau

13
berbau aromatic lemah. Larutan encer
sangat manis. Larutan asam bereaksi
terhadap lakmus
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam
kloroform,
dan dalam eter, larut dalam air
mendidih, sukar dalam etanol
Konsentrasi : 0,02 – 0,5%
Kegunaan : Pemanis
Stabilitas : Terjadi dekomposisi hanya pada suhu
1250 C
dan dalam pH yang rendah ( pH 2 )
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup dan simpan
ditempat
yang sejuk dan kering
4. Asam Sitrat
Nama Resmi : Acidum Citricum
Sinonim : 2-hydroxy propane-1,2,3-tricarboxyclic
acid
monohydrate. 2-hidroksi-1 ,2,3-asam
propanetricarboxyli
Rumus Molekul : C6H8O7 (anhydrous), C6H8O7,H2O
(monohydrate)
Bobot Molekul : 192,1 (anhidrat); 210,1 (monohidrat).
Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau
serbuk
hablur granul sampai halus,putih; tidak
berbau atau praktis tidak berbau; rasa
sangat asam. Bentuk hidrat mekar
dalam udara kering.

14
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah
larut
dalam etanol; agak sukar larut dalam
eter.
Persyaratan : Asam sitrat mengandung tidak kurang
dari
99,5% dan tidak lebih dari setara
dengan 101,0% dari C6H8O7,
dihitung dengan mengacu pada
substansi anhidrat.
5. NaCl (Natrium klorida) (FI IV hal. 584, Martindale 28 hal.
635, Excipient hal. 440)
Rumus molekul : NaCl
Bobot molekul : 58,44
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna
atau
serbuk kristal putih, tiap 1g setara
dengan 17,1 mmol NaCl. 2,54g NaCl
ekivalen dengan 1 g Na
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10
bagian
gliserol
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi (Martindale 28
hal: 635)
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan
stabil
dapat menyebabkan pengguratan
partikel dari tipe gelas
pH : 4,5 –7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3 (
Excipient

15
hal 672)
OTT : logam Ag, Hg, Fe
E NaCl : 1 (Sprowls hal 189)
Kesetaraan E elektrolit : 1 g ≈ 17,1 mEq
Konsentrasi/dosis : lebih dari 0,9% (Excipient hal 440).
Injeksi IV
3-5% dalam 100ml selama 1 jam (DI
2003 hal 1415). Injeksi NaCl
mengandung 2,5-4 mEq/ml. Na+
dalam plasma = 135-145 mEq/L (
steril dosage form hal 251 )
Khasiat/kegunaan : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh
Efek samping : Keracunan NaCl disebabkan oleh
induksi yang
gagal dapat menyebabkan
hipernatremia yang memicu terjadinya
trombosit dan hemorrage. Efek
samping yang sering terjadi nausea,
mual, diare, kram usus, haus,
menurunkan salivasi dan lakrimasi,
berkeringat, demam, hipertensi,
takikardi, gagal ginjal, sakit kepala,
lemas, kejang, koma dan kematian.
Kontraindikasi : Untuk pasien penyakit hati perifer
udem atau
pulmonali udem, kelainan fungsi
ginjal.
Farmakologi : Berfungsi untuk mengatur distribusi
air, cairan

16
dan keseimbangan elektrolit dan
tekanan osmotik cairan tubuh.
6. Tragakan (FI III, 612; US Dispensatory 27th,1204-1205;
Martindale 28th,962; Excipients, 331;Exipients 02,603; RPS,
1247; Husa’s, 163-164, Cooper & Gunn 12th, 104-105; Aulton
Pharm. Practice, 100; Aulton The Science of.., 275)
Tragakan adalah eksudat gom kering yang diperoleh
dengan penorehan batang Asragalus gummifer Labill dan spesies
Astragalus lain. Tragakan memiliki kemampuan membentuk gel,
maka tragakan lebih baik daripada akasia sebagai pengental.
Digunakan dalam bentuk serbuk atau mucilago atau campuran
serbuk Tragakan BP untuk mensuspensikan serbuk yang sukar
berdifusi. Jumlah yang cocok untuk 100 ml suspensi adalah 0,2 g
serbuk tragakan, 2-4 serbuk campuran atau kira-kira 25 ml
musilago. Bila digunakan dengan dikombinasi dengan akasia,
maka pembawanya hanya boleh air atau air kloroform.
Tragakan menghasilkan mucilago yang kurang lengket
dibandingkan dengan akasia, karena itu lebih cocok untuk
penggunaan obat luar, seperti : jelly, lotion, pasta, krim.
Tragakan yang tidak larut terhidratasi agak lambat oleh karena itu
lebih baik jika didiamkan dahulu selama beberapa hari sebelum
digunakan untuk meningkatkan viskositasnya. Untuk mempercepat
hidratasi, maka bentuk granul tragakan harus dititrasi dalam
mortir.
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang
menjadi massa yang homogen, lengket dan seperti gelatin. Jika
dikocok dengan berlebih, massa ini akan membentuk campuran
yang seragam , tetapi jika didiamkan satu atau dua hari akan terjadi
pemisahan yang akan memberikan bagian yang terlarut pada
lapisan supernatan. Tragakan praktis tidak larut dalam alkohol.

17
Sifat fisika: 1 g serbuk ditambahkan dalam 50 ml air akan
mengembang menjadi bentuk yang halus, hampir seragam,
berbentuk mucilago yang bening, 0,5% larutan menunjukkan range
viskositas 120-600 cps tergantung kepada tipe tragakan.
Stabilitas dan penyimpanan : bentuk serbuk dan bentuk tetesan
tragakan, stabil jika disimpan dalam wadah kedap udara. Gel
tragakan dapat disterilkan dengan otoklaf. Dapat dikontaminasikan
dengan spesies enterobacter. Oleh karena itu larutannya harus
diberi pengawet yang sesuai.
OTT : dapat menurunkan kemampuan antimikroba pengawet
benzalkonium klorida, klorbutanol, dan metilparaben, beberapa
fenol, dan fenilmerkuri asetat. Pada pH<5 , tragakan kompatibel
dengan pengawet asam benzoat, klorbutanol, metilparaben.
Penambahan mineral kuat dan asam organik dapat menurunkan
viskositas dispersi tragakan. Viskositasnya diturunkan pula dengan
adanya alkali atau NaCl jika dispersi dipanaskan. Tragakan
kompatibel dengan garam konsentrasi tinggi dan banyak
suspending agent lain saperti akasia, CMC, starch, dan sukrosa.
Dengan adanya 10% FeCl3 akan menyebabkan pengendapan,
perubahan warna menjadi kuning.
Sterilisasi : otoklaf
pH : musilago tragakan memiliki pH 5-6 untuk 1% b/v dispersi.
Penggunaan : tragakan membentuk larutan yang kental atau gel
dengan adanya air. Kekentalan tergantung pada konsentrasi yang
digunakan. Dalam bentuk terdispersi, bubuk tragakan mula-mula
akan terdispersi dalam “distributing agent” seperti alkohol, minyak
dan gliserol.
Digunakan sebagai suspending agent dalam lotion, mikstura, dan
sediaan tidak larut lainnya.

18
7. Metil Paraben/Nipagin (Farmakope Indonesia IV hal 551 ,
Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 390)
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau
atau berbau
khas lemah, hablur kecil, tidak berwarna atau
serbuk hablur putih, mempunyai sedikit rasa
terbakar.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sukar larut dalam
benzena, sukar
larut dalam tetraklorida, mudah larut dalam
etanol, dan eter.
Titik lebur : 1250 dan 1280
pKa / pKb : pKa = 8,4 pada 220 C
pH larutan :3–6
Stabilitas : Mudah terurai oleh cahaya
Inkompatibel : Dengan senyawa bentonit, mangnesium
trisiklat, talk,
tragakan, sorbitol, dan atropin
Kegunaan : Pengawet
8. Propil Paraben (Farmakope Indonesia IV hal 527, Handbook
of Pharmaceutical Excipients hal 526 )
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau,
serbuk
putih atau hablur kecil, tidak berwarna.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut
dalam etanol
dan eter, sukar larut dalam air mendidih.
Titik lebur : antara 950 dan 980
pKa / pKb : pKa 8,4 pada 22 C
Bobot jenis : 180,21 g/mol

19
pH larutan : 4-8
Stabilitas : Kelarutan dalam air pada pH 3-6 bisa
disterilkan
dengan autoclaving tanpa mengalami
penguraian, pada pH 3-6 kelarutan dalam air
stabil (penguraian kecil dari 10%)
Inkompatibilitas : Dengan senyawa magnesium trisiklat,
magnesium
silikat.
Kegunaan : Sebagai pengawet

a. Air suling/aquadest (Farmakope Indonesia III halaman 96)


BM : 18,02.
Rumus molekul : H₂O.
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau,
tidak
berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil
dalam
bentuk Fisik (es, air, dan uap). Air harus
disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat
penyimpanan dan penggunaannya harus
terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel
ion dan bahan organik yang dapat menaikan
konduktivitas dan jumlah karbon organik.
Serta harus terlindungi dari partikel - partikel
lain dan mikroorganisme yang dapat tumbuh
dan merusak fungsi air.
OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan

20
bahan eksipient lainya yang mudah
terhidrolisis.
2. Formulasi
Tiap 5 ml mengandung 120 mg paracetamol, sebanyak 600 ml
R/ Sorbitol 90 ml
Propilenglikol 120 ml
Sakarin 60 mg
Asam sitrat 30 mg
NaCl 12 mg
Tragakan 6g
Nipagin 1,08 g
Nipasol 0,12 g
Aquadest ad 600 ml
3. Evaluasi Suspensi
a. Organoleptis
Suspensi yang kami buat mempunyai mempunyai hasil :
- Warna : Putih keruh
- Bau : Baunya khas
- Rasa : pahit
b. Tampilan
Sediaan dimasukkan dalam gelas ukur dan disaat
kesetimbangan warna dan tampilan sedimen terlihat sama yaitu tetap
putih keruh, tidak terjadi retakan dan terdapat kantong udara pada
awalnya dan tidak ada sisa residu penuangan di gelas ukur
c. Volume terpindahkan
Sediaan emulsi dimasukkan ke dalam 10 botol dengan volume
awal 30 ml. lalu dipindahkan secara berturut-turut masing-masing ke
gelas ukur, dan didapat volume akhir yaitu :
Botol 1 : 29/30 x100 % = 96,67%
Botol 2 : 28,5/30 x100 % = 95%

21
Botol 3 : 30/30 x100 % = 100 %
Botol 4 : 29,5/30 x100 % = 98,3%
Botol 5 : 29/30 x100 % = 96,67%
Botol 6 : 29/30 x100 % = 96,67 %
Botol 7 : 29.5/30 x100 % = 98,3 %
Botol 8 : 28,5/30 x100 % = 95%
Botol 9 : 30/30 x100 % = 100 %
Botol 10 : 30/30 x100 % = 100%
d. Penentuan kecepatan sedimentasi, volume sediaan
Volume awal = 100 ml
Volume Sedimen = 7 ml
7
F = 100 = 0,07 Jadi volume sedimentasi sediaan emulsi adalah

0,07
e. Redispersi
Sediaan diputar 180 derajat dan terlihat sedimennya terdispersi
kembali, cepat mengendap dan tidak terbentuk cake.
f. Viskositas
Sediaan sebanyak 500 ml diuji dalam viscometer Brookfield
hingga spandel terendam.
Rpm Persentase Cp
30
60
100

g. Bobot jenis
Piknometer kosong (a) = 10,1 g
Piknometer + air (b) = 20,88 g
Piknometer + suspense (c) = 21,44 g
𝑐−𝑎 21,44−10,1
ρ = 𝑏−𝑎 = 20,88−10,1 = 1,0612 g/l

22
h. Pengukuran partikel
Suspensi diteteskan pada objek glass dan diamati dibawah
mikroskop, terbentuk gambar yang merata

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair.
2. Salah satu keuntungan suspensi adalah tertutupnya rasa tidak enak atau
rasa pahit obat yang kebanyakan kurang disukai oleh anak-anak
sehingga memungkinkan untuk diberikan pada anak-anak.sedangkan
kerugiannya adalah pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi
perubahan sistem dispersi.
3. Suspensi yang ideal setidaknya haruslah dibuat dengan tepat,
mengendap secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca, agar makalah ini lebih baik untuk
kedepannya

24
DAFTAR PUSTAKA
Anief,M.2000.“Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek”.Yogyakarta : Gadjah Mada
Universty
Anonim.1979.“Farmakope Indonesia ed lll”.Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Anonim.1995.“Farmakope Indonesia ed lV”.Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Anonim.1978 “Formularium Nasinal ed ll”.Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Ansel, C Howard.1989.Pengantar Bentuk Sediaan farmasi.Jakarta : UI Press
Lachman, L., Liebermann, H.A dan J.I. Kaning.1994.“Teori dan Praktek Farmasi
edisi lll”.Jakarta :UI Press
Syamsuni,A.H.2006.Ilmu Resep.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Voight,R.1994.“Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V”.Yogyakarta : Gadjah
Mada University

25
26

Anda mungkin juga menyukai