Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH FORMULASI DAN TEKNOLOGI

SEDIAAN SEMI SOLID


BASIS DAN BAHAN PENOLONG DALAM SEDIAAN
SEMI PADAT

Dosen Pembimbing :
Ika Andriana, S.Farm, M.Farm, Apt.

Disusun oleh:
Melani Putri Melati NIM : 1704101001
Yovita Aprilia Putri NIM : 1704101019

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS


PROGRAM STUDI : S-1 FARMASI
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaiakan tugas
makalah dengan judul “Basis dan Bahan Penolong Sediaan Semi Solida”. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Formulasi dan
Teknologi Sediaan Semisolid.
Atas bimbingan ibu dosen dan saran dari teman-teman maka disusunlah
makalah ini.Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi
kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Makalah ini
diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak memperoleh bantuan dari berbagai
pihak, maka kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam
menyusun makalah ini kami telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk
membuat makalah yang sebaik-baiknya. Sebagai
pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh
karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi lebih
baik. Demikianlah pengantar
makalah ini dan kami berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana
mestinya.Amin.

Madiun , 30 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Sediaan Semisolid................................................................................ 4
1. Salep
a. Pengertian Salep.............................................................................. 4
b. Syarat pembuatan salep................................................................... 4
c. Aturan pembuatan salep .................................................................. 5
d. Pengolongan salep .......................................................................... 5
e. Eksipien salep ................................................................................. 5
2. Krim
a. Pengertian krim ............................................................................... 10
b. Fungsi krim ..................................................................................... 11
c. Basis krim ....................................................................................... 11
d. Bahan-bahan penyusun krim........................................................... 12
e. Pembuatan krim .............................................................................. 13
3. Pasta
a. Pengertian pasta .............................................................................. 14
b. Komposisi formula pasta ................................................................ 14
c. Pengolongan .................................................................................... 14
d. Basis ................................................................................................ 15
e. Cara pembuatan .............................................................................. 16
4. Gel
a. Definisi Gel ..................................................................................... 18

iii
b. Basis gel .......................................................................................... 19
c. Bahan penolong .............................................................................. 20
d. Eksipien........................................................................................... 22
e. Pembuatan ....................................................................................... 24
f. Kelebihan dan kekurangan .............................................................. 25
5. Lotion
a. Pengertian lotion ............................................................................. 26
b. Kegunaan lotion .............................................................................. 26
c. Jenis lotion ...................................................................................... 27
d. Pembuatan ....................................................................................... 27
e. Bahan tambahan .............................................................................. 28
f. Keuntungan dan kerugian ............................................................... 31
g. Eksipien........................................................................................... 31

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 34
B. Saran .................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 36

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi, perkembangan di


dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam
penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai
macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan
oleh ahli farmasi dan industri.

Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat,


yang bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di
konsumsi oleh masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian
luar seperti krim, salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum.
Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai,
mudah pada pengabsorbsiannya. Juga untuk memberikan perlindungan pengobatan
terhadap kulit.

Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu


diantaranya yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan
tersebut, para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan
secara tepat. Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah- langkah yang tepat
untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan,
menentukan formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik
bahan yang digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
1. Salep
a. Bagaimana pengertian salep?
b. Bagaiamana syarat pembuatan salep?
c. Bagaimana aturan pembuatan salep?

1
d. Bagaimana pengolongan salep?
e. Apa eksipien dari salep?
2. Krim
a. Bagaimana pengertian krim?
b. Apa fungsi dari krim?
c. Apa saja basis krim?
d. Apa bahan-bahan penyusun krim?
e. Bagaimana pembuatan krim?
3. Pasta
a. Apa pengertian dari sediaan pasta?
b. Apa komposisi formula pasta?
c. Apa pengolongan pasta?
d. Basis apa dari pasta?
e. Cara pembuatan pasta?
4. Gel
a. Apa definisi dari gel?
b. Basis apa saja dari sedian gel?
c. Bahan penolong apa yang terdapat dalam gel?
d. Eksipien apa yang terdapat dalam sedian gel?
e. Bagaiaman cara pembautan gel?
f. Apa kelebihan dan kekurangan gel?
5. Lotion
a. Apa pengertian dari lotion?
b. Apa kegunaan lotion?
c. Apa jenis lotion?
d. Bagaimana cara pembuatan lotion?
e. Apa bahan tambahan dari lotion?
f. Apa keuntungan dan kerugian lotion?
g. Apa eksipien lotion?

2
C. Tujuan
1. Salep
a. Mengetahui pengertian salep.
b. Mengetahui syarat pembuatan salep.
c. Mengetahui bagaimana aturan pembuatan salep.
d. Mengetahui pengolongan salep.
e. Mengetahui eksipien dari salep.
2. Krim
a. Mengetahui pengertian krim.
b. Mengetahui fungsi dari krim.
c. Mengetahui saja basis krim.
d. Mengetahui bahan-bahan penyusun krim.
e. Mengetahui pembuatan krim.
3. Pasta
a. Mengetahui pengertian dari sediaan pasta.
b. Mengetahui komposisi formula pasta.
c. Mengetahui pengolongan pasta.
d. Mengetahui Basis dari pasta.
e. Mengetahui cara pembuatan pasta.
4. Gel
a. Mengetahui definisi dari gel.
b. Mengetahui Basis apa saja dari sedian gel.
c. Mengetahui Bahan penolong yang terdapat dalam gel.
d. Mengetahui Eksipien yang terdapat dalam sedian gel.
e. Mengetahui cara pembautan gel.
f. Mengetahui kelebihan dan kekurangan gel.
5. Lotion
a. Mengetahui pengertian dari lotion.
b. Mengetahui kegunaan lotion.
c. Mengetahui jenis lotion.

3
d. Mengetahui cara pembuatan lotion.
e. Mengetahui bahan tambahan dari lotion.
f. Mengetahui keuntungan dan kerugian lotion.
g. Mengetahui eksipien lotion.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sediaan Semisolid
Sediaan semisolid adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk tujuan
pengobatan topikal melalui kulit. Bentuk sediaan ini dapat bervariasi tergantung bahan
pembawa (basis) yang digunakan. Sediaan
semisolid adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk tujuan pengobatan topikal
melalui kulit. Bentuk sediaan ini dapat bervariasi tergantung bahan pembawa (basis)
yang digunakan, yaitu salep, krim, gel atau pasta. Untuk mengembangkan bentuk
sediaan semisolida yang baik harus diperhatikan beberapa faktor antara lain : struktur,
berat molekul dan konsentrasi obat yang dapat melalui kulit, jumlah obat yang
dilepaskan dari pembawa pada permukaan kulit: jumlah obat yang terdifusi melalui
stretum korneum; stabilitas fisika dan kimia sediaan selama penyimpanan dan
penerimaan pasien terhadap formula yang dibuat.Faktor yang harus diperhatikan dalam
melakukan formulasi sediaan semisolida adalah Struktur kulit dan Formulasi sediaan
semisolida.

1. SALEP
a. Pengertian salep / ointment
FI III : sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. FI IV: sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput.

b. Syarat pembuatan salep.


 Pemerian : Tidak boleh berbau tengik
 Kadar : Kecuali dinyatakan lain utk salep yg mengandung obat keras/narkotik,
kadar obat adl 10%.
 Dasar salep : kecuali dinyatakan lain, basis salep adalah vaselin putih
(vaselin album).

5
 Homogenitas, jika dioleskan pd sekeping kaca atau bahan transparan
lain yg cocok harus menunjukkan susunan yg homogeny.

c. Aturan umum pembuatan salep


1) Bagian – bagian yang dapat larut dalam sejumlah campuran lemak yang
diperuntukkan bilamana perlu dilarutkan dengan pemanasan di dalamnya.
2) Zat-zat yang mudah larut dalam air kecuali ditentukan lain ,bila banyak nya air
yang dipergunakan untuk pelarutan dapat dipungut oleh jumlah campuran lemak yang
telah ditentukan, mula-mula dilarutkan dalam air; banyaknya air yang dipergunakan
mula-mula dikurangi dari jumlah yang telah ditentukan dari campuran lemak.
3) Zat-zat yang dalam lemak dan dalam air atau kurang cukup dapat larut harus
sebelumnya dijadikan serbuk, dan diayak melalui dasar ayakan B40. Pada pembuatan
unguenta ini zat yang padat sebelumnya dicampur rata dengan lemak, yang beratnya
sama atau setengahnya,bilamana perlu sebelumnya dilelehkan dan kemudian sejumlah
sisa lemaknya telah atau tidak dilelehkan ditambahkan sebagian demi sebagian.
4) Apabila unguenta dibuat dengan perlelehan, maka campurannya harus diaduk
sampai dingin.

d. Penggolongan salep menurut sifat farmakologi / teraupetik & penetrasinya


1) Salep epidermis/S.penutup
o Utk melindungi kulit & menghasilkan efek lokal, tdk diabsorbsi
o Kadang di+ antiseptik, astringen, anastesi lokal
o DS yg baik DS. Senyawa hidrokarbon
2) Salep endodermis
o Salep yg bhn obatnya menembus ke dlm kulit ttp tdk melalui kulit,
o terabsorbsi sebagian
o Digunakan utk melunakkan kulit/selaput lendir
o Ds yg baik : minyak lemak (adeps lanae, lanolin, minyak
o tumbuh2an)
3) Salep diadermis

6
o Salep yg bhn obatnya menembus ke dlm tubuh mll kulit &
o mencapai efek yg diinginkan (merkuri iodida, beladona)
o DS : larut dalam air, emulsi based

e. Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut:


1) Dasar salep hidrokarbon
Basis salep hidrokarbon diklasifikasikan sebagai basis oleagenous (basis
berminyak), bersama dengan minyak tumbuhan dan lemak hewan. Basis hidrokarbon
bersifat melunakkan lapisan kulit (emollient) karena occlusive (meninggalkan lapisan
dipermukaan kulit) sehingga akan meningkatkan hidratasi kulit dengan
menghambat penguapan air pada lapisan kulit. Akibat hidratasi lapisan kulit,
mungkin juga akan meningkatkan aktivitas obat. Dan hasil penelitian memperlihatkan
bahwa aktivitas steroid meningkat akibat hidratasi lapisan kulit. Basis hidrokarbon
juga dapat digunakan untuk skin-moisturizing effect. Basis salep hidrokarbon yaitu
terdiri dari antara lain:
o Soft Paraffin Basis diperoleh melalui pemurnian hidrokarbon semisolid dari
minyak bumi digunakan untuk zat aktif yang tidak berwarna, berwarna putih, atau
berwarna pucat.
o Hard Paraffin Merupakan campuran bahan-bahan hidrokar-bon solid yang
diperoleh dari minyak bumi. Biasanya digunakan untuk memadatkan basis salep.
o Liquid Paraffin merupakan campuran hidrokarbon cair dari minyak bumi
digunakan untuk menghaluskan basis salep dan mengurangi viskositas sediaan krim.
o Vaselin Putih adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah
padat, diperoleh dari minyak bumi dan keseluruhan atau hamper keseluruhan
dihilangkan warnanya. Dapat mengandung stabilisator yang sesuai.
o Vaselin Kuning Vaselin kuning adalah campuran yang dimurnikan dari
hidrokarbon setengah padat yang diperoleh dari minyak bumi. Dapat mengandung zat
penstabil yang sesuai. Campuran Vaselin Dengan Malam Putih & Malam Kuning Salep
kuning: terdiri dari 50 g lilin kuning dan 950 g vaselin putih untuk tiap 1000 g. Salep
putih: Tiap 1000 g mengandung 50 g lilin putih dan 950 g vaselin putih.

7
 Pertimbangan pemilihan basis hidrokarbon
 Basis hidrokarbon bersifat kompatibel dengan banyak zat aktif karena inert,
 Sedikit atau tidak mengandung air,
 Serta tidak mengabsorbsi air dari lingkungannya.
 Kandungan airnya yang sangat sedikit dapat mencegah hidrolisis zat aktif
seperti beberapa antibiotic.
 Kemampuan menyerap air yang rendah menyebabkan basis ini dapat digunakan
pada eksudat (luka terbuka).meskipun demikian, basis ini tetap meningkatkan hidrasi
kulit sehingga meningkatkan absorbsi zat aktif secara perkutan.
 Oleh karena itu, basis hidrokarbon merupakan basis dari salep dasar dan jika
tidak disebutkan apa-apa maka basis hidrokarbon yang digunakan sebagai salep dasar
adalah vaselin putih.
 Contoh salep basis hidrokarbon :

Acid Salicylici Unguentum (Salep Asam Salisilat) dan Acid Salicylici Sulfuris

Unguentum (Salep Asam Salisilat Belerang).

 Kelebihan basis hidrokarbon :


 Sifat minyak yang hampir anhidrat juga menguntungkan karena memberikan
kestabilan optimum pada beberapa zat aktif seperti antibiotik.
 Basis ini juga mampu meningkatkan hidrasi pada kulit.
 Mampu mempertahankan kelembaban kulit sehingga basis ini juga memiliki
sifat moisturizer dan emollient
Kelemahan basis hidrokarbon
 sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit
tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.

2) Dasar salep serap/Absorbsi, yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain:
Basis salep ini mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air, basis ini juga
dapat berupa bahan anhidrat atau basis hidrat yang memiliki kemampuan
menyerap kelebihan air.

8
 Sumber Basis
 Pada umumnya bahan-bahan tersebut merupakan campuran dari sterol-sterol
binatang atau zat yang bercampur dengan senyawa hidrokarbon dan zat yang
memiliki gugus polar seperti sulfat, sulfonat, karboksil, hidroksil atau suatu
ikatan ester
 Contoh : Lanolin, ester lanolin, campuran steroid dan triterpene alkohol dll
 Tipe basis serap :
 Tipe 1 dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi
air dalam minyak. Contohnya adalah Parafin hidrofilik dan Lanolin
anhidrat.
 Tipe 2 emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah
larutan air tambahan. Contoh tipe ini adalah Lanolin.
 Kelebihan & kekurangan basis serap
 Keuntungan dasar salep absorpsi ini, walaupun masih mempunyai sifat-
sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang
lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep berminyak.
 Kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai sebagai
pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang
stabil dengan adanya air.
 Komponen dalam Basis Salep Absorbsi

1. Anhydrous Lanolin (Wool Fat USP XVI; Adeps Lanae)

 Pemerian : Lanolin anhidrat berwarna kuning pucat, lengket, berupa


bahan seperti lemak, dengan bau yang khas dan mencair pada suhu 38-
44 oC. Lanolin anhidrat cair berwarna jernih atau hampir jernih berupa
cairan berwarna kuning. Anhydrous lanolin atau lanolin anhidrat
merupakan lanolin yang mengandung air tidak lebih dari 0.25%.
 Kelarutan: Lanolin anhidrat tidak larut dalam air tapi dapat larut dalam
air dengan jumlah dua kali berat lanolin, sedikit larut dalam etanol

9
(95%) dingin, lebih larut dalam etanol (95%) panas dan sangat larut
dalam eter, benzene, dan kloroform.
 Kestabilan dan Syarat Penyimpanan: Lanolin dapat mengalami
autooksidasi selama dalam penyimpanan.
 Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi: Lanolin anhidrat
selain digunakan dalam formulasi topikal dan kosmetik, dapat sebagai
basis salep, juga sebagai emulsifying agent. Lanolin anhidrat digunakan
sebagai basis salep terutama jika ingin dilakukan pencampuran larutan
yang berair. Lanolin anhidrat ini dapat meningkatkan absorpsi terhadap
zat aktif dan mempertahankan keseragaman konsistensi salep. Namun,
Lanolin anhidrat juga dapat mempengaruhi stabilitas zat aktif karena
mengandung pro-oksidan.

2. Lanolin (Hydrous Wool Fat, Adeps lanae cum aqua)

 Pemerian : Lanolin berbentuk setengah padat, seperti lemak diperolah


dari bulu domba (Ovis aries) merupakan emulsi air dalam minyak yang
mengandung air antara 25% sampai 30%. Berwarna kuning dengan bau
yang khas. Jika dipanaskan, lanolin akan terpisah menjadi dua bagian,
dimana bagian atas merupakan minyak dan bagian bawah berupa air.
 Kelarutan : Lanolin tidak larut dalam air, larut dalam kloroform atau
eter dengan pemisahan bagian airnya akibat hidrasi.
 Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi: Banyak digunakan
sebagai basis pada salep karena kompatibilitasnya dengan lemak pada
kulit. Lanolin merupakan emulsi air dalam minyak. Derivat dan fraksi-
fraksi dari lanolin yang ada sekarang antara lain lanolin alcohol, lanolin
terhidrogenasi, ester lanolin dan produk lainnya. Sebagian besar dari
derivat ini diproduksi untuk tujuan memperbaiki sifat emulsifikasi atau
mengurangi reaksi alergi. Sebagian besar dari fraksi-fraksi lanolin ini
mempermudah pembentukkan emulsi air di dalam minyak.

3 Petrolatum Hidrofilik

10
 Petrolatum hidrofilik dari kolesterol, alkohol stearat, lilin putih dan
petrolatum putih. Dasar salep ini memiliki kemampuan mengabsorpsi
air dengan membentuk emulsi air dalam minyak.

4 Cold Cream

 Cold cream (krim pendingin) merupakan emulsi air dalam minyak,


setengah padat, putih, dibuat dengan lilin setil ester, lilin putih, minyak
mineral, natrium borat dan air murni. Natrium borat dicampur dengan
asam lemak bebas yang ada dalam lilin-lilin membentuk sabun natrium
yang bekerja sebagai zat pengemulsi. Krim pendingin digunakan
sebagai emolient dan dasar salep

3) Dasar salep dapat dicuci dengan air


 Sifat-sifat basis tipe ini, yaitu:
 Komposisi : minyak, air ( 45% w/w ), surfaktan minyak dalam air ( HLB
>9 )
 Hidrat
 Hidrofilik
 Mudah dicuci dengan air
 Tidak stabil, khususnya dengan basa, koloid, dan nonionic
 Campuran obat yang potensial adalah dalam bentuk padat
 Kegunaan : emollient, zat pembawa untuk obat padat, cair, atau non-
hydrolyzable
 Basis yang dapat dicuci dengan air yakni basis miyak dalam air (O/W)
 Fase minyak (fase internal) terdiri dari petrolatum bersamaan dengan satu
atau lebih alkohol BM tinggi, seperti cetyl atau stearyl alcohol.
 Asam stearat mungkin termasuk dalam fase minyak jika emulsi tersebut
dalam bentuk sabun, contohnya trietanolamin stearat. Pemberian asam
stearat dalam jumlah yang berlebihan dalam formulasi akan menghasilkan
salep yang mengkilap seperti mutiara.

11
 Petrolatum dalam fase minyak juga dapat mempertahankan kestabilan air
dalam keseluruhan formulasi
 Fase air (fase eksternal) dari basis tipe ini terdiri dari:
1. Bahan pengawet : metilparaben, propilparaben, benzil alkohol, dan
asam sorbat
2. Humektan : gliserin, propilen glikol, atau polietilen glikol
3. Emulsifier (biasanya menjadi bagian yg paling banyak), bisa non-ionik,
kationik, anionik, atau amfoter. juga terdiri dari komponen yg larut
dalam air, stabilizer, pengontrol pH, atau bahan lain yang berhubungan
dgn sistem cair.
 Emulsi yang terdiri dari emulsifier nonionik biasanya terdispersi ke
komponen lipofilik pada fase minyak dan komponen hidrofilik pada
fase air.
 Isi dari emulsifier nonionik dari jumlah total emulsi adalah 10% dari
total berat atau volume. Emulsi dengan emulsifier nonionik
umumnya memiliki potensi mengiritasi yang rendah, stabil, dan
memiliki karakteristik kompatibilitas yang baik.
 Surfaktan anionik dan kationik dapat menyebabkan kerusakan
stratum korneum dan berbanding langsung dengan konsentrasi dan
durasi kontak.
 Surfaktan nonionik memiliki efek yang lebih sedikit terhadap stratum
korneum.

 Contoh basis dapat dicuci dengan air


 Dasar Salep Emulsi M/A (vanishing cream)
 Emulsifying Ointment B.P.
 Hidrophilic ointment

4) Dasar salep larut dalam air Sifat basis larut air:


 Sifat basis larut air:

12
 Larut dalam air
 Dapat dicuci
 Tidak berminyak
 Bebas lipid
 Tidak mengiritasi
 Komponen utama : polietilen glikol
 Terdapat gugus polar dan ikatan eter yang banyak. Salep yang baik bisa
diperoleh dengan menggunakan campuran polietilen glikol BM kecil dan
besar
 Contoh Formulasi Salep Larut Air
Pembuatan salep kloramfenikol dengan dasar salep polietilen glikol
(dasar larut dalam air). Formula salep kloramfenikol dengan dasar polietilen
glikol yang dimodifikasi :

 Kloramfenikol 2g
 Propilen glikol 50 g
 Polietilen glikol 6000 49 g
 Cara Pembuatan :
Dalam cawan porselin ditimbang propilen glikol dan polietilen glikol
6000, lalu dipanaskan pada penangas uap pada 65°C, kemudian dibiarkan
dingin sambil diaduk sampai membeku. Setelah itu, ditambahkan
kloramfenikol, dan digerus sampai homogen.

f. Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut :


1. ZAT-ZAT YANG DAPAT DILARUTKAN DALAM DASAR SALEP
Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam
vaselin.
Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih mudah
dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar
salep mengandung vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan

13
sebagian (+ sama banyak) Vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin
dan bagian dasar salep yang lain.
Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter
secukupnya sampai larut setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit,
diaduk sampai spiritus fortiornya menguap.
Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep, lebih mudah dicampur dan
digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.
(IMO,hal 55)
2. ZAT-ZAT YANG MUDAH LARUT DALAM AIR
Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia
maka obatnya dilarutkan dulu dalam sebagian dulu dalam air dan dicampur dengan
bagian dasar salep yang dapat menyerap air, setelah seluruh obat dalam air terserap,
baru ditambahkan bagian-bagian lain dasar salep, digerus dan diaduk hingga
homogen.
Dasar salep yang dapat menyerap air antara lain ialah Adeps lanae, Unguentum
Simplex, hydrophilic ointment. Dan dasar salep yang sudah mengandung air antara
lain Lanoline (25% air), Unguentum Leniens (25%), Unguentum Cetylicum
hydrosum (40%).(IMO, hal 57)
3. ZAT-ZAT YANG KURANG LARUT ATAU TIDAK LARUT DALAM
DASAR SALEP
Zat-zat ini diserbukkan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no.100.
setelah itu serbuk dicampur baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan
salah satu bahan dasar salep. Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan
terlebih dahulu, setelah itu sisa bahan-bahan yang lainditambahkan sedikit demi
sedikit sambil digerus dan diaduk hingga homogen. Untuk pencegahan
pengkristalan pada waktu pendinginan, seperti Cera flava, Cera alba,
Cetylalcoholum dan Paraffinum solidum tidak tersisa dari dasar salep yang cair
atau lunak.(IMO,hal 59)
4. BAHAN YANG DITAMBAHKAN TERAKHIR PADA SUATU MASSA
SALEP

14
Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsam merupakan campuran dari damar dan
minyak atsiri, jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak
atsirinya akan menguap (Ilmu Resep Teori,hal 48).

g. Kualitas salep yang baik adalah


1) Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh
oleh suhu dan kelembaban kamar.
2) Lunak,semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan seluruh
produk harus lunak dan homogen.
3) Mudah dipakai atau mudah dioleskan.
4) Dasar salep yang cocok.
5) Dapat terdistribusi merata.

h. Eksipien salep
 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda atau memperkecil laju reaksi
oksidasi pada bahan-bahan yang mudah teroksidasi, terutama pada sediaan yang
mengandung lemak/minyak dengan asam lemak tidak jenuh. Antioksida.
 Pengawet ditambahkan pada sediaan semi solid untuk mencegah komtaminasi,
perusakan, dan pembusukan oleh bakteri atau fungi.Pemilihan bahan pengawet harus
memperhatikan stabilitasnya terhadap komponen bahan yang ada dan terhadap wadah
serta pengaruhnya terhadap kulit dan aplikasi.
Pengawet antimikroba yang ideal memiliki sifat-sifat antara lain:
 Aktif pada konsentrasi rendah dengan aktivitas bakterisidal dan fungisidal
yang cepat.
 Kompatibel dengan komponen-komponen lain dalam formulasi.
 Aktif dan stabil pada rentang suhu yang luas.
 Aktif dan stabil pada rentang pH yang luas.
 Mudah larut pada konsentrasi yang dibutuhkan.

15
 Kompatibel dengan senyawa-senyawa yang ada pada wadah kemasan.
 Bebas dari bau yang tidak sedap.
 Tidak toksik pada konsentrasi yang dibutuhkan sebagai antimikroba.
 Tidak menyebabkan iritasi dan tidak menimbulkan sensitivitas pada
konsentrasi yang digunakan.

2. KRIM
a. Pengertian Krim :
1.Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat,
berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar.
2.Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai.
3.Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi
kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
4.Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m)
atau minyak dalam air (m/a).
5.Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi
filtrat cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.
Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi
minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai
panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan
kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).
6.Krim adalah sediaan setengah padat yang berupa emulsi yang mengandung satu
atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai
dan mengandung air tidak kurang dari 60 % (Syamsuni,H.2002).

16
b. Fungsi Krim
Krim berfungsi sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit,
sebagai bahan pelumas untuk kulit, dan sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah
kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsangan kulit (Anief,
2000).Selain itu, menurut British Pharmacopoeia, krim diformulasikan untuk
sediaan yang dapat bercampur dengan sekresi kulit.Sediaan krim dapat diaplikasikan
pada kulit atau membran mukosa untuk pelindung, efek terapeutik, atau profilaksis
yang tidak membutuhkan efek oklusif (Marriot, John F., et al., 2010).

Kualitas Dasar Krim (Anief, 2005) Kualitas dasar krim, yaitu:


1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari
inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak
dan homogen.
3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling muda dipakai
dan dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat
atau cair pada penggunaan.

c. Basis

Krim itu adalah salep dengan basis emulsi. Emulsi sendiri ada 2 tipe, tipe
minyak dalam air (m/a) yaitu mengandung banyak air dan minyak terbagi rata di dalam
air, dan tipe air dalam minyak (a/m) yaitu mengandung banyak minyak dan butir-butir
air terbagi di dalam minyak.

1) Tipe M/A
Biasanya digunakan pada kulit, mudah dicuci, sebagai pembawa dipakai
pengemulsi campuran surfaktan. Sistem surfaktan ini juga bisa mengatur konsistensi.
Sifat Emulsi M/A:

17
Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci dan tidak berbekas. Untuk mencegah
terjadinya pengendapan zat maka ditambahkan zat yang mudah bercampur dengan air
tetapi tidak menguap (propilen glikol). Formulasi yang baik adalah cream yang dapat
mendeposit lemak dan senyawa pelembab lain sehingga membantu hidrasi kulit.
Contohnya : sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera.
2) Tipe A/M
Mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lanae, wool
alcohol, atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam
bervalensi dua.
Sifat Emulsi A/M:
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak
merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang
kurang dari 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat
diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit bercampur/dicuci
dengan air.
Contohnya :Sabun monovalen (TEA, Na stearat, K stearat, Amonium stearat), Tween,
Na lauril sulfat, kuning telur, Gelatin, Caseinum, CMC, Pektin,Emulgid.

d. Bahan-bahan Penyusun Krim

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat
pengemulsi, zat pengawet (Ditjen POM, 1985).
1. Emolien
Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin
dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.
2. Zat sawar
Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.
3. Humektan
Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban di
antara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya bahan yang
digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar

18
tidak menguap.
4. Zat pengemulsi
Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-
bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin
(Wasitaatmadja, 1997).
5. Pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka
waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama.Pengawet dapat bersifat
antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga
kosmetika menjadi stabil.Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat
menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997).

e. Pembuatan Krim
Pembuatan krim dapat dilakukan dengan dua metode berbeda. Metode pertama
yaitu bahan-bahan yang larut dalam minyak (fase minyak) dilebur bersama di atas
penangas air pada suhu 70 0C sampai semua bahan lebur, dan bahan-bahan yang larut
dalam air (fase air) dilarutkan terlebih dahulu dengan air panas juga pada suhu 70 0C
sampai semua bahan larut, kemudian baru dicampurkan, digerus kuat sampai terbentuk
massa krim.
Sedangkan dengan metode kedua, semua bahan, baik fase minyak maupun fase
air dicampurkan untuk dilebur di atas penangas air sampai lebur, baru kemudian
langsung digerus sampai terbentuk massa krim. Baik metode pertama maupun metode
kedua, sama-sama menghasilkan sediaan krim yang stabil, bila proses penggerusan
dilakukan dengan cepat dan kuat dalam mortar yang panas sampai terbentuk massa
krim. Tetapi dengan metode kedua, kita dapat menggunakan peralatan yang lebih
sedikit daripada metode pertama.
 Masalah sediaan krim
Kerusakan yang terjadi pada sediaan krim:
 Cracking: pemisahan fase terdispersi

19
 Creaming : terbentuk emulsi yang terkonsentrasi sehingga membentuk krim
pada permukaan emulsi
 Flokulasi/Agregasi: agregasi yang bersifat reversible (partikel partikel saling
berkumpul)
 Coalesence : bersatunya aglomerat menjadi globul yang lebih besar.
 Syarat-Syarat Dasar Krim Yang Baik
 Tidak toksik
 stabil secara fisik dan kimia
 mudah dioleskan, lunak, dan mudah mencair pada suhu tubuh
 pH sama dengan pH kulit
 tidak bereaksi dengan zat aktif
 mudah dicuci
 kemampuan melepskan zat khasiat

3. PASTA
a. Pengertian pasta
Pasta adalah sediaan berupa massa lunak yang dimaksudkan untuk pemakaian
luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam
jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak
yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik atau
pelindung kulit.
b. Komposisi Formula
Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk
dalam jumlah besar dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan bahan dasar tidak
berlemak yang dibuat dengan gliserol, musilago, atau sabun.
c. Penggolongan
Pasta kering
 Suatu pasta bebas lemak mengandung + 60% zat padat (serbuk)
 R/ Bentonit 1

20
Sulfur praecip 2
Zinci Oxydi 10
Talci 10
Ichthamoli 0,5
Glycerin
Aqua aa 5
S.ad.us.ext
D. Pasta dari gel fase tunggal mengandung air
 Pasta Na- karboksimetil selulosa (Na-CMC)
E. Pasta pendingin
 Merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair, dikenal
salep tiga dara.
 R/ Zinci oxydi
Olei olivae
Calcii Hidroxydi Sol aa 10
F. Pasta berlemak
 Merupakan salep padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh
 berfungsi sebagai lapisan pelindung pd bagian yg diolesi
 Pasta Zn-oksida
G. Pasta gigi (pasta dentifriciae)
 Campuran kental terdiri dari serbuk dan glycering
 digunakan utk pelekatan pd selaput lendir agar memperoleh efek lokal
sebagai pembersih gigi
 Pasta gigi Triamsinolon asetonida

d. Basis
Basis yang digunakan untuk pasta adalah basis berlemak atau basis air. Macam
basis yang dapat digunakan:
i. Basis hidrokarbon
o Tidak diabsorbsi oleh kuli

21
o Tertinggal diatas kulit berupa lapisan dan bersifat oklusif
o Tdk campur air
o Sukar dibersihkan
o Lengket
o Waktu kontak kulit lama
o Inert
o Daya absorbsi rendah
ii. Basis absorbs

Bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air. Terbagi 2 kelas:

a) Basis non emulsi


o Dapat menyerap air membentuk emulsi A/M.
o Kelebihan dibanding hidrokarbon: – Kurang oklusif namun emolien
bagus – Membantu obat larut minyak untuk penetrasi kulit – Lebih mudah
menyebar/mudah dioles.
b) Basis emulsi A/M
o Menyerap air lebih banyak dari basis non emulsi.
o Terdiri dari:lanolin, oily cream
c) Basis air-miscible
 Keuntungan:
 Bercampur dengan eksudat luka
 Mengurangi gangguan fungsi kulit
 Kontak baik dengan kulit karena surfaktannya
 Penerimaan secara kosmetik yang baik
 Mudah dibersihkan untuk area berambut
d) Basis larut air
 Keuntungan :
 Larut air –
 Absorbsi baik oleh kulit –
 Mudah melarutkan bahan lain

22
 Bebas dari rasa lengket
 Nyaman digunakan
 Kompatibel dengan berbagai obat dermatologi
 Kerugian :
 Uptake air terbatas
 Kurang lunak dibanding paraffin
 Mengurangi aktivitas beberapa antimikroba
e. Cara pembuatan pasta
Bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih dulu, baru dicampur
dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.

Pembuatan pasta baik dalam ukuran besar maupun kecil dibuat dengan dua metode:

1) Pencampuran
Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai
sediaan yang rata tercapai.
2) Peleburan
Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan melebur
bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai
mengental.Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada
campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk.

f. Kelebihan dan kekurangan Pasta

Kelebihan

 Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut
dengan tendensi mengeluarkan cairan.
 Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya
kerja local.
 Konsentrasi lebih kental dari salep.

23
 Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan
dengan sediaan salep.

Kekurangan Pasta

 Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya
tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
 Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis. Dapat
menyebabkan iritasi kulit.

4. GEL
a.Definisi
Gel merupakan system semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Gel kadang – kadang disebut jeli. Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi
yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau makromolekul senyawa organik,
masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan. Gel adalah sediaan
bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau
makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh
cairan.
b. Basis Gel dan Faktor yang Mempengaruhi (Anwar, 2012)
Gel sering digunakan dalam penghantaran obat yang mengandung polimer yang
dapat menjerap sejumlah air yang dikenal dengan hidrogel. Penyerapan cairan
berlangsung melalui pengembangan.Hal ini diikuti dengan peningkatan volume dan
membesarnya tekanan (tekanan pembengkakan sampai 100 Mpa, 103 at), dan peristiwa
tersebut berkaitan erat dengan dihasilkannya panas positif. Koloid linier yang
digunakan untuk membentuk gel dapat mengembang tanpa batas, artinya kondisi gel
dapat diubah menjadi sol dengan penambahan pelarut yang lebih banyak. Dengan
demikian jumlah air yang digunakan untuk pengembangan sangat menentukan sifat
rheology sediaan yang terbentuk. Komposisi
sediaan gel umumnya terdiri dari komponen bahan yang dapat mengembang dengan

24
adanya air, humektan, dan pengawet, terkadang diperlukan dispersi koloid oleh karena
masing-masing mengandung partikel-partikel dengan ukuran koloid (Anwar, 2012).
Gel adalah
pembawa yang digunakan dengan tujuan pemberian obat pada bahan yang dapat
meningkatkan penetrasi bahan berkhasiat. Gel tautan-silang
(cross-link) secara kimia Pada sistem ini,
pemisahan fase makroskopik dicegah dengan adanya tautan-silang, dan semakin tinggi
densitas/massa jenis dari senyawa penaut-silang, maka semakin kecil kontraksi polimer
dengan pelarut, dan gel yang terbentuk semakin kuat.Kekuatan gel dapat diukur dengan
Texture analyzer. Surfaktan ionik dapat terikat
dengan polimer nonionik, sehingga cara yang efektif untuk memasukkan muatan ke
dalam gel polimer nonionik adalah dengan menambahkan surfaktan ionik. Karena
muatan tersebut bergantung pada ikatan kooperatif dari surfaktan pada rantai backbone
polimer, maka pengembangan dari gel bergantung pada parameter yang
mengendalikan ikatan pada surfaktan. Saat panjang rantai alkil pada surfaktan
meningkat, afinitas ikatan pada polimer pun akan meningkat, sehingga secara efektif
meningkatkan „densitas muatan polimer‟. Derajat pengembangan secara langsung
mempengaruhi pelepasan senyawa yang bergabung dalam gel cross-linked. Sehingga
dengan meningkatkan pengembangan, difusi dari senyawa yang tergabung meningkat.
Gel yang terbentuk oleh
polimer polisakarida Gel polisakarida bersifat
temperature-reversible, terbentuk pada konsentrasi polimer yang realtif rendah
umumnya dari turunan selulosa, struktur gel dapat dibentuk pada konsentrasi antara 2-
6%. Gel polisakarida dapat dibentuk dengan memodifikasi ikatan selang secara kimia,
yang dipengaruhi oleh pH.

Pembentuk Gel Alami


Pembentuk gel alami yang umum digunakan adalah xanthan gum, gellan gum,
pectin, dan gelatin. Xanthan gum dan gellan gum adalah polisakarida dengan berat
molekul besar yang diperoleh dari fermentasi menggunakan mikroba. Larutan xanthan
gum memliliki viskositas yang tinggi pada tekanan geser (shear rate) yang rendah yang

25
dapat menjaga partikel padat tetap tersuspensi dan mencegah emulsi mengalami
koalesens. Gellan gum adalah pembentuk gel, efektif pada penggunaan dengan jumlah
yang sedikit, membentuk gel yang padat pada konsentrasi rendah.

c. Bahan Penolong
1. Humektan
Humektan digunakan sebagai pelembap pada kulit.Dengan penambahan
humektan dapat meminimalkan kehilangan air dan menyisakan lapisan film yang tidak
membentuk kerak, dengan kata lain humektan berperan sebagai pelembap pada kulit.
Contoh aditif yang dapat ditambahkan untuk membantu menahan air meliputi:
a) Gliserol dalam konsentrasi > 30%.
b) Propilen glikol dalam konsentrasi sekitar 15%.
c) Sorbitol dalam konsentrasi 3-15 (Marriot, John F., et al., 2010).
2. Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat.
Contohnya EDTA.
3. Pengawet
Gel memiliki kandungan air lebih tinggi dari salep atau pasta dan ini
membuat mereka rentan terhadap kontaminasi mikroba. Pengunaan pengawet biasanya
disesuaikan dengan gelling agent yang digunakan, sesuai dengan tabel berikut
(Marriot, John F., et al., 2010):

26
Choice of Preservative to be Used in Gel
Preservative Gelling Agent
Benzalkonium chloride (0,01% w/v) Hypromellose
Methylcellulose
Benzoic acid (0,2%) Alginates
Pectin (provided the products is acidic
in nature)
Chlorhexidine acetate (0,02%) Polyvinyl alcohols
Chlorocresol (0,1-0,1%) Alginates
Pectin (provided the products is acidic
in nature)
Methyl/propyl hydroxybenzoates (0,02- Carbomer
0,3%) Carmellose sodium
Activity is increased if used in Hypromellose
combination. Pectin
Propylene glycol (10%) has been shown Sodium alginate
to potentiate the antimicrobial activity Tragacanth

Phenylmercuric nitrate (0,001%) Methylcellulose


4. Enhancer (peningkat penetrasi)
Enhancer adalah senyawa yang digunakan untuk meningkatkan jumlah dan
jenis zat aktif yang dapat masuk menembus stratum korneum dari kulit.
Enhancer untuk sediaan setengah padat harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a) Bersifat inert secara farmakologis terhadap tubuh, baik lokal maupun sistemik.
b) Tidak mengiritasi ataupun menyebabkan alergi.
c) Harus bekerja dengan cepat dan memiliki onset yang dapat
diperkirakan.
d) Aktivitas dan durasinya harus bisa diperkirakan.
e) Saat enhancer tidak ada lagi di kulit, sifat barrier kulit harus segera kembali
normal secara sempurna.
f) Harus bekerja hanya satu arah, yaitu hanya membuat obat dapat masuk, tidak
membuat senyawa di dalam kulit keluar.
g) Harus kompatible dengan zat aktif dan zat lain dalam sediaan dan
meningkatkan kelarutan zat aktif dalam formulasinya.
h) Harus dapat diterima secara kosmetologis, tidak berbau dan tidak berwarna.

27
Enhancer (peningkat penetrasi) berinteraksi dengan intrasel dari lapisan kulit
melalui berbagai cara, seperti fluidisasi, polarisasi, pemisahan fase, atau ekstraksi lipid.
Selain itu juga membentuk vakuola di dalam korneosit, dan mendenaturasi keratin.
Contoh peningkat penetrasi adalah air, alkohol, lemak alkohol, glikol, dan
surfaktan.

d. Eksipien sediaan gel:


a. Gelling Agent
Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur yaitu gum arab,
turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam
media air, selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan nonpolar. Beberapa partikel
padat koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi
partikel. Konsentrasi yang tinggi dari beberapa surfaktan nonionik dapat digunakan
untuk menghasilkan gel yang jernih di dalam sistem yang mengandung sampai 15%
minyak mineral.
b. Polietilen (gelling oil)
Digunakan dalam gel hidrofobik menghasilkan gel yang lembut, mudah
tersebar, dan membentuk lapisan/film yang tahan air pada permukaan kulit. Untuk
membentuk gel, polimer harus didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi (di atas
800C) kemudian langsung didinginkan dengan cepat untuk mengendapkan kristal yang
merupakan pembentukan matriks.
c. Koloid padat terdispersi
Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gellant dengan cara
pembentukan jaringan karena gaya tarik-menarik antar partikel seperti ikatan
hidrogen.
d. Surfaktan
Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral, air,
dan konsentrasi yang tinggi (20-40%) dari surfaktan anionik. Kombinasi tersebut
membentuk mikroemulsi. Bentuk komersial yang paling banyak untuk jenis gel ini
adalah produk pembersih rambut.

28
e. Wax
Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media nonpolar seperti
beeswax, carnauba wax, setil ester wax.
f. Polivinil alcohol
Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk
sangat kuat dan plastis sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit.
Tersedia dalam beberapa grade yang berbeda dalam viskositas dan angka penyabunan.

g. Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua
gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba.
Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling
agent. Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent :
 Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,05
% w/v
 Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v
atau asam benzoat 0,2 % w/v
 Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau
klorokresol 0,1-0,2 % w/v
 Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau asam benzoat
0,2 % w/v
 MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02% w/v
 Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,02
% w/v
 Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v
h. Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat.
Contohnya EDTA

Hal yang harus diperhatikan:

29
a) Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang
terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid
yang mempunyai struktur tiga dimensi.
b) Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik
pada kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat
anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
c) Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam formulasi.
d) Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab
polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba.
e) Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi
sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan
saat penggunaan topikal.
f) Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan
perubahan viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.
g) Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan
dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air
mengambang diatas permukaan gel)
h) Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi
antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.
e. Pembuatan gel
 Bahan aktif, gelling agent, dan bahan tambahan lainnya ditimbang
 Gelling agent dikembangkan dalam air
 Ditambahkan pada campuran zat aktif dan bahan tambahan diaduk dengan
pelan, jangan sampai ada gelembung udara terjebak didalamnya.
 Kegunaan
 Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam
bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk
bentuk sediaan obat long – acting yang diinjeksikan secara intramuskular.

30
 Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet
bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan
basis suppositoria.
 Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik,
termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit – dan sediaan perawatan rambut.
 Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara setengah padat (non
streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril).

f. Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Gel (Lachman L, et al., 1989)


Kelebihan sediaan gel
Untuk hidrogel: efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan sediaan
yang jernih dan elegan; pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film
tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga
pernapasan pori tidak terganggu; mudah dicuci dengan air; pelepasan obatnya baik;
kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
Kekurangan sediaan gel:
1. Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada
berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang
ketika berkeringat, kandungansurfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan
harga lebih mahal.
2. Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan
untuk mencapai kejernihan yang tinggi.
3. Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat
menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila
terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan
meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi
atau kontak dengan zat aktif.

31
5.Lotion
a. Pengertian lotion
Menurut FI III adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi,digunakan
sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat dalambentuk sebuk halus dengan
bahan pensuspensiyang cocok atau emulsitipe minyak dalam air (o/w atau m/a) dengan
surfaktan yang cocok. Lotion
menurut The British Pharmaceutical Codex adalah persiapan cairditujukan untuk
aplikasi ke kulit, atau menggunakan bulu sebagai mencuciuntuk irigasi aural, hidung,
mata, lisan, atau uretra. Mereka biasanyamengandung zat kimia tertentu dalam
suspensi atau larutan di dalamkendaraan (pembawa) air.
b. Kegunaan Lotion :
 Lotion dapat diaplikasikan ke kulit dengan kandungan obat/agen yangberfungsi sebagai:
 Antibiotik
 Antiseptik
 Anti jamur (anti fungi)
 Kortikosteroid
 Anti- jerawat
 Menenangkan, smoothing (pelembut), pelembab atau agen pelindung
 Pijat
 Memperbaiki kulit (estetika)
Selain penggunaan untuk medis, lotion banyak digunakan untuk perawatankulit serta
kosmetik.

c. JENIS Lotion
 Larutan detergen dalam air
 Emulsi tipe M/A atau O/W (tipe emulsi dimana tetes minyak terdispersimerata kedalam
fase air)
d. PROSES Pembuatan Lotion

32
Proses pembuatan Lotion secaca garis besar adalah mencampurkan faseminyak dengan fase
air (emulsifikasi)
4. Fase air dan emulgator dihomogenkan.
5. Ditambahkan Fase minyak. Kedua fase masing-masing dipanaskan hinggalarut kemudian
baru dicampur.
6. Setelah keduanya tercampur baru ditambahkan pengawet (sebagai
antimikroorganisme)dan pewangi. Pengawet & Pewangi ditambahkan setelahsuhu camp.
turun hingga 40o sd. 30o C.
 Macam Fase Minyak & Air
Fase minyak:
 Asam stearat
 Gliseril mono stearat
 Cetil alcohol
 Petrolatum USP
 Minyak mineral
 Isopropil palmitat
Fase air:
 Air bebas ion
 Gelatin
 Gliserin
 Triethanolamine 99%
e. Bahan Tambahan dalam pembuatan Lotion
 Zat Aktif ( vitamin, ekstrak, whithening/pemutih, dsb)
 Pengental
 Pengawet
 Pewangi
 Pewarna
 Bahan Pengental dalam Lotion
 Gum xanthan

33
 Gum guar
 Karbomer
 PEG-6000 distearat
 PEG-120 metil glukosa dioleat
 Gelatin
 Petroleum jelly
 Tujuan ditambahkan bahan pengental:
 Membuat kental campuran
 Penstabil terhadap perubahan panas dan pH
 Memperbaiki viskositas
 kelebihan Beberapa Bahan dalam pembuatan Lotion dibandingkanbahan lain :
 Gelatin
selain sebagai bahan pengental juga berfungsi sebagaipengemulsi, penstabiI, pengikat air
dan pembentuk gel. Selain itu pemakaian gelatinsebagai bahan pengental juga dapatmengurangi
resiko pennyakit kanker kulit yang ditimbulkan dari penggunaan bahan pengental golongan
akrilamid dalam jangka waktu panjang.
 Glicerin
untuk mencegah pengeringan berlebih (tetap lembab untuk jangkawaktu yang cukup).
 Alkohol
untuk meningkatkan pengeringan dan pendingin.
 Bahan PENGAWET
Bahan pengawet penting ditambahkan, dengan tujuan agar tidak terjadi:
 Penguraian oleh mikroorganisme
 Perusakan oleh mikroorganisme
 BSO Lotion
 Solutio(=larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimiaterlarut,
kecuali dinyatakan lain pelarutnya adalah air suling)
 Mixtura Agitanda(mengandung lebih dari satu zat/bahan aktif terlarut)

34
 Suspensi (sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentukhalus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa)
 Emulsi (sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atausurfaktan yang cocok)
f. Keuntungan dan kerugian sediaan lotion
Keuntungan
 Lebih mudah digunakan (penyebaran lotion lebih merata daripada krim)
 Lebih ekonomis (Lotion menyebar dalam lapisan tipis)
 Umumnya dosis yang diberikan lebih rendah
 Kerja sistemnya rendah
Kerugian
 Bahaya alergi umumnya lebih besar
 Penyimpanan BSO Lotion tidak tahan lama
 BSO kurang praktis dibawa kemana-mana

g. Eksipien sediaan lotion
Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan handcream / lotion :
a) Emolient (bahan pelunak/pelembut)
Meliputi :lanolin dan derivatnya, sterol, phospholipid,hydrokarbon, asam
lemak, ester asam lemak, ester asamlemak dan alkohol.
b) Barrier agent (bahan pelindung)
Gunanya untuk melindungi kulit dari kehilangan airyang berlebihan pada
lapisan tanduk. Bahan-bahanyang digunakan , antara lain : petrolatum , parafin,
ozokerite, cera, metyl cellulosa, Na CMC, Na alginat,tragacanth, veegum, ZnO, TiO2,
Zn stearat.
c) Healing agent (bahan berkhasiat)Retak-retak pada kulit sering
menimbulkan rasa sakitkarena itu beberapa produk menggunakan healing agentyang
dapat merangsang pertumbuhan jaringan.Contohnya : allantoin (0,01%-1%) dan urea
(3%-5%).

35
d) Humectans (bahan pelembab)Gunanya untuk mengatur kelembaban
sediaan baikdalam wadah ataupun pemakaiannya pada kulit. Yang banyak digunakan
adalah : glycerol, propilen glycol,dan sorbitol.
e) Thickeners dan film former (bahan pengental- pembentuk
selaput)Berasal dari bahan alam dan senyawa sintetis. Biasanyadigunakan dengan
kadar lebih kecil 1%. Contohnya :Gom, alginat, derivat cellulosa (seperti CMC,
hidroxy profil cellulosa, veegum).
f) EmulgatorEmulgator yang digunakan pada hand cream dan lotiondapat
dibagi menjadi tiga golongan , yaitu : anionik,kationik, dan non inonik.7.
PengawetKarena sediaan hand cream/lotion mengandung air dan bahan-bahan yang
dapat dirusakkan olehmikroorganisme, maka harus diambahkan pengawet.Pengawet
yang digunakan haruslah :Efektif terhadap semua jenis mikroorganisme Larut dalam
konsentrasi yang digunakan,tidak toksis, tidak mempengaruhi bau, warna, dan
pH sediaan, harga relatif murah,efeknya dapat bertahan lama
g) Pewangi
Pemilihan pewangi didasarkan pada kelarutannya dalamsediaan dan
pengaruhnya terhadap stabilitas emulsi beberapa minyak essensial. Aroma sintetis
bersifatsurface aktif, akan mempengaruhi tegangan permukaanemulsi. Senyawa-
senyawa seperti terpineol, hydroxylcitonellol, geraniol, eugenol, phenyl
acetaldehydemempengaruhi konsistensi dan stabilitas emulsi denganemulgator anionik
atau nonionik.
h) Pewarna
Warna memberi efek psikologi terhadap sediaan.Menurut penelitian ternyata
hand cream/lotion yangdiberi warna merah muda dan biru muda lebihdisenangi
daipada yang tidak diberi warna atau berwarna putih.
Sediaan hand lotion dapat dibuat dengan komposisi Paraffin liquidum ,
Adeps lanae, Glyceril monostearat,Glicerin, Ol. Rosarium, Nipagin dan Aquadest.
2. Bahan pelunak / pelembut (emollient) adalah paraffin(golongan
hydrocarbon) dan glyceril monostearat(golongan ester adam lemak).
3. Bahan pelembabnya (humectants) adalah glycerin

36
4. Nipagin sebagai bahan pengawet, dan Ol. Rosarium sebagai penwangi
sediaan hand lotion.
 Amylummaydis :
Kadar 5-10 % untuk menenangkan iritasi kulit danruam .
 Calamine :
Kadar 8 % untuk antiseptikum eksternal, astrigen danmild astrigen
 White petrolatum:
Kadar 30% sebagai basis pasta berguna untukmelindungi kulit kering
dan membantu untuk menahanair.
 Setil alcohol
Sebagai coating agent, emulsifying agent, steffeningagent(meningkatkan
viskositas). Sebagai emolientkonsentrasi 2-5%, emulsifying agent konsentrasi 2-
5%,steffening agent konsentrasi 2-10%.
 Lanolin
Sebagai emulsifying agent, oinment base
 Asam stearat
Sebagai emulsifying agent, solubilizing agent, konsenuntuk salep dan krim 1-
20 %GliserolSebagai antimokrobial preservative, co-solvent, emollient /pelembut,
humectant/pelembab, plasticizer,solvent, sweeting agent, tonicity agent, konsen
emolienkurang lebih 30%.
 Trietanolamin
Sebagai alkalizing agent, emulsifying agent, konsentrasi2-4%
 Metil paraben
Sebagai antimikrobial preservative dalam sediaantopikal konsentrasi 0,02-0,3
%Aquadest : pelarutOleum jasmin : pengaroma/pewangi.
 Zinc Oxide : Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak
berbau, lambat laun akanmenyerap karbondioksida dari udara (Farmakope Indonesia
edisi III, Hal 536).

37
 Starch/Pati : Serbuk hablur putih, larut dalam air panas membentuk larutan agak
keruh (FarmakopeIndonesia edisi III, Hal 720).
 Calamine : Serbuk halus, merah jambu, tidak berbau praktis, tidak berasa.
Praktis tidak larut dalamair, larut dalam asam mineral (Farmakope Indonesia edisi III,
Hal 119).
 White Petrolatum : Putih/Kekuningan pucat, massa berminyak transparan
dalam lapisan tipis padacahaya setelah didinginkan pada suhu 0oC. Titik Lebur antara
380-600C. Fungsi sebagai Zat tambahan, Emollient (Farmakope Indonesia edisi III,
Hal 822).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

38
1. Salep merupakan sediaan semisolid yang memiliki banyak fungsi. Formulasi
dan pemilihan basis disesuaikan dengan sifat fisika-kimia bahan aktif. Terdapat basis
hidrokarbon, basis mudah tercuci air, basis serap, dan basis larut air yang kesemuanya
memiliki karakteristik spesifik yang pemilihannya sesuai tujuan pengobatan yang
diharapkan.
2. Krim merupakan sediaan dengan system 2 fase yang terdiri fase minyak dan
fase air yang distabilkan dengan emulgator. Sediaan krim lebih disukai karena mudah
dibersihkan bila dibandingkan sediaan salep berlemak yang sulit dibersihkan dan
meinggalkan noda pada pakaian. Untuk formulasi krim terdiri dari bahan aktif, basis,
emulgator dan bahan tambahan lainnya yang berfungsi meningkatkan stabilitas dan
aksepatbilitas sediaan
3. Pasta merupakan sediaan semisolid yang mengandung bahan tidak larut dalam
jumlah besar sehingga sifatnya kaku dibanding salep. Penggunaan pasta selain untuk
penanganan luka juga banyak digunakan dalam pasta gigi. Kandungan bahan abrasive
yang sifatnya tidak larut dalam pasta gigi menyebabkan pasta gigi termasuk dalam
kategori sediaan pasta.
4. Sediaan gel mengandung jumlah air yang tinggi serta memberi rasa sejuk pada
kulit. Penggunaan gel sangat luas selain untuk penghantaran obat juga digunakan untuk
kosmetik. Tersedia banyak gelling agent yang dapat digunakan sebagai basis gel,
masing- masing memiliki sifat fisika kimia tersendiri yang disesuaikan dengan bahan
aktifnya agar sediaan yang dihasilkan efektif, stabil dan akseptabel.
5. Losio adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat
luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk partikel halus dengan bahan
pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air dengan surfaktan yang
cocok. Pada penyimpanan mungkin terjadi pemisahan. Dapat ditambahkan zat
pewarna, zat pengawet dan zat pewangi yang cocok.

39
C
e
DAFTAR PUSTAKA
t
a
Anief, Moh. 2007. Farmasetika Cetakan IV. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.
Anief. Farmasetika Gajah Mada University Press: Yogyakarta
Anonim .1979 . Farmakope Indonesia Ed . III. Depkes RI : Jakarta
Anonim.1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Depkes RI : Jakarta
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Ed 4. UniversitasIndonesia Press:
Jakarta.
Ansel, Horward C. 2011. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery
Systems 9th edition. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.
Anwar, Effionora. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi: Karakteristik dan
Aplikasi. Jakarta: Dian Rakyat.
Aulton, M., E. 1994. Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design 2nd
Edition. Churcil : Livingstone.
Khoirani, Nur. 2013. Karakteristik Simplisia dan Standarisasi Ekstrak Etanol Herba
Kemangi.Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Kusantati, H., Prihatin, P.T., dan Wiana, W. 2008. Tata Kecantikan Kulit. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Lachman, Leon, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Jakarta: UI- Press.

40
Langley,& Lenny Lester. 1958. Dynamic Anatomy and Physiology. USA: McGraww
Hill.
Rukmana, Rahmat. 1994. Kencur. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Walters, A.K. 2002. Dermatological and Transdermal Formulations. New York:
Marcel Dekker.
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press.

41

Anda mungkin juga menyukai