Anda di halaman 1dari 66

Jenis & Bentuk Sediaan Solid

Anggota Kelompok:

Maifita Roza Y 1700089


Dewi Marisa Sari 1700085
Zyzy Permata Dian 1700106
Santa Eni Br Sidabutar 1700100
Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan


obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan
metode pembuatan dapat digolongkan sebagai
tablet cetak dan tablet kempa. (FI IV, Hal 4)
Kriteria Tablet:
• Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi
persyaratan;
• Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
• Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
• Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
• Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
• Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
• Bebas dari kerusakan fisik;
• Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
• Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu
tertentu;
• Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.(Proceeding
Seminar Validasi, Hal 26)
Keuntungan Sediaan Tablet
• Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk
sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan
pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan;
• Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat
aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari
semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling rendah;
• Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang
kecil;
• Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
• Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
• Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang (tertutupi) rasanya
dalam tablet;
• Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan
murah; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila
menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau
berhiasan timbul;
Keuntungan Sediaan Tablet

• Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan


tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang
memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi;
• Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus
seperti tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali;
• Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa
dan bau yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut
enterik);
• Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling mudah
diproduksi secara besar‐besaran dengan proses pengemasan
yang mudah dan murah sehingga biaya produksi lebih rendah;
• Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
• Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat
pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang
paling baik. (Teori dan Praktek Farmasi Industri, Lachman Hal
645 dan Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)
Kerugian Sediaan Tablet.

• Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam


keadaan tidak sadar/pingsan);
• Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
a. Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak dan
padat, tergantung pada sifat amorf, flokulasi, atau rendahnya
berat jenis;
b. Zat aktif yang sulit terbasahi, lambat melarut, dosisnya
cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui
saluran cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit
atau tidak mungkin diformulasi dalam bentuk tablet yang
masih menghasilkan bioavaibilitas obat cukup;
c. Zat aktif yang rasanya pahit, zat akrif dengan bau yang tidak
dapat dihilangkan, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen
atau kelembaban udara, memerlukan pengapsulan atau
penyelubungan atau penyalutan dahulu sebelum dikempa.
(Teori dan Praktek Farmasi Industri, Lachman Hal 645‐646)
Jenis Sediaan Tablet
Berdasarkan metode pembuatannya, tablet terdiri atas :

Tablet Kempa Tablet Cetak


• Dibuat dengan cara pengempaan • Dibuat dengan cara menekan
dengan memberikan tekanan tinggi massa serbuk lembab dengan
pada serbuk/granul menggunakan tekanan rendah ke dalam lubang
pons/cetakan baja. cetakan. Kepadatan tablet
tergantung pada pembentukan
kristal yang terbentuk
selama pengeringan, tidak
tergantung pada kekuatan yang
diberikan.
Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :
1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan

Tablet Konvensional Biasa/Tablet Kempa Standar


• Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri
dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien Tablet ini biasanya
dikehendaki untuk memberikan disintegrasi dan pelepasan obat yang cepat.

Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda


• Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal
sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih lapisan. Disebut juga sebagai
tablet berlapis. Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak
tersatukan).

Tablet Lepas Terkendali atau Tablet Lepas Lambat


• Tablet yang pelepasan zat aktifnya dikendalikan atau dimodifikasi sehingga tablet
tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul
dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam
darah cukup untuk beberapa waktu tertentu. (Misal tablet lepas lambat 6 jam, 12
jam, dsb).
Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
• Tablet yang pelepasan zat aktifnya ditunda pada daerah tertentu.
• Contoh yang paling umum adalah tablet salut enterik yaitu tablet
yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap
cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.

Tablet Salut Gula


• Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula
baik berwarna maupun tidak.
• Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab),
menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.

Tablet Salut Film


• Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari
bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam
saluran cerna.
Tablet Effervescent
• Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena
mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru
diminum.
• Keuntungan tablet efervesen adalah kemungkinan penyiapan larutan
dalam waktu seketika, yang mengandung dosis obat yang tepat.
Kerugiannya adalah kesukaran untuk menghasilkan produk yang
stabil secara kimia.

Tablet Kunyah
• Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus
dikunyah di mulut sebelum ditelan.
• Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk memberikan suatu bentuk
pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak‐anak
atau orang tua, yang mungkin sukar menelan obat utuh.
Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :
2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut

Tablet Bukal
• Tablet kempa biasa berbentuk oval yang ditempatkan di
antara gusi dan pipi. Biasanya keras dan digunakan untuk
zat aktif hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau
terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama
(secara perlahan biasanya dalam jangka waktu 15‐30
menit).

Tablet Sublingual
• Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah
lidah,
• contoh: nitrogliserin, untuk obat penyempitan pembuluh
darah ke jantung (angina pectoris)
Troches atau Lozenges (Tablet Hisap)
• Adalah bentuk lain dari tablet yang digunakan dalam rongga mulut. Digunakan
untuk memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan. Bentuk tablet ini
umumnya digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan atau megurangi
batuk pada influenza.
• Kedua jenis tablet ini dirancang agar tidak hancur di dalam mulut tetapi larut
perlahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang.

Dental Cones (Kerucut Gigi)


• Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di
dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi.
• Tujuannya biasanya untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri di tempat
yang kosong tadi dengan menggunakan suatu senyawa antibakteri yang
dilepaskan secara perlahan‐lahan, atau untuk mengurangi perdarahan dengan
melepaskan suatu astringen atau koagulan. Pembawa yang umum digunakan
adalah Na bikarbonat, NaCl atau suatu asam amino. Tablet dirancang dapat
larut atau terkikis secara perlahan dalam j angka waktu 20 – 40 menit.
Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :
3. Tablet Kempa Digunakan Melalui Lubang Tubuh

Tablet Rektal
• Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara
rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.

Tablet Vaginal
• Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan
dalam vagina yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan
zat aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik, astringen.
Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga
untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.
METODEPEMBUATANTABLET

1. Granulasi Basah
• yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan
menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat
sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.
• Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan
terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif
yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik.
• Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi
massa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai
mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian
massa basah tersebut digranulasi.
Keuntungan metode Kekurangan metode granulasi
granulasi basah : basah:
• Memperoleh aliran yang baik • Banyak tahap dalam proses
• Meningkatkan kompresibilitas produksi yang harus divalidasi
• Untuk mendapatkan berat jenis • Biaya cukup tinggi
yang sesuai • Zat aktif yang sensitif terhadap
• Mengontrol pelepasan lembab dan panas tidak dapat
• Mencegah pemisahan komponen dikerjakan dengan cara ini. Untuk
campuran selama proses zat termolabil dilakukan dengan
pelarut non air
• Distribusi keseragaman kandungan
• Meningkatkan kecepatan disolusi
2. Granulasi Kering /slugging
• yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien
dengan mengempa campuran bahan kering menjadi
massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk
menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar
(granul) dari serbuk semula.
• Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara
mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut,
ikatannya didapat melalui gaya.
• Metode ini digunakan dalam kondisi‐kondisi sebagai
berikut :
a. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
b. Zat aktif susah mengalir
c. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Keuntungan cara granulasi Kekurangan cara granulasi
kering adalah: kering adalah:
• Peralatan lebih sedikit karena tidak • Memerlukan mesin tablet khusus
menggunakan larutan pengikat, untuk membuat slug
mesin pengaduk berat dan • Tidak dapat mendistribusikan zat
pengeringan yang memakan waktu warna seragam
• Baik untuk zat aktif yang sensitif • Proses banyak menghasilkan debu
terhadap panas dan lembab sehingga memungkinkan terjadinya
• Mempercepat waktu hancur karena kontaminasi silang
tidak terikat oleh pengikat
3. Metode Kempa Langsung
• yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung
campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui
perlakuan awal terlebih dahulu.
• Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis,
dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan
pada kondisi dimana zat aktif maupun untuk eksipiennya
memiliki aliran yang bagus, zat aktif yang kecil dosisnya,
serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan
lembab.
• Secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode
kempa langsung adalah:
a. alirannya baik,
b. kompresibilitasnya baik,
c. bentuknya kristal,
d. mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam
massa tablet.
Keuntungan metode kempa Kekurangan metode kempa
langsung yaitu : langsung :
• Lebih ekonomis karena validasi • Kurang seragamnya kandungan zat
proses lebih sedikit aktif di dalam tablet.
• Lebih singkat prosesnya. • Zat aktif dengan dosis yang besar
• Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak mudah untuk dikempa langsung
tidak tahan panas dan tidak tahan • Sulit dalam pemilihan eksipien karena
lembab eksipien yang digunakan harus
• Waktu hancur dan disolusinya lebih bersifat; mudah mengalir;
baik karena tidak melewati proses kompresibilitas yang baik; kohesifitas
granul, tetapi langsung menjadi dan adhesifitas yang baik.
partikel.
Masalah dan solusi terkait pembuatan
sediaan padat
Evaluasi Tablet
Tahap pertama: Evaluasi sediaan granul/massa cetak

1. Uji Waktu Alir

• Syarat yang ditetapkan adalah untuk 10


gram massa tidak lebih dari 1 detik (Aulton,
M.E. 1988)
• Alat yang digunakan untuk melakukan
metoda uji waktu alir adalah dengan
metoda corong
2. Persen Kompresibilitas
3. Uji Kadar lembab
• menentukan kandungan air didalam bahan
padat dapat digunakan metode cara timbang-
pengeringan.
• Cara ini berdasarkan atas perbedaan berat
zat, dimana yang paling sederhana, bahan
yang akan dikeringkan (granulat) ditimbang
sebelum dan sesudah pengeringan (misalnya
di dalam lemari pengering) dan selisihnya
adalah kandungan air (%) (Lachman, dkk,
1994).
• Persyaratan kadar air adalah kurang dari 2 – 4
% (Farmakope Indonesia, 1979).
Tahap Kedua: Evaluasi sediaan tablet

1. Uji visual

• Parameter yang diuji, seperti:


ukuran,
bentuk,
warna,
ada tidaknya bau,
rasa, bentuk permukaan,
cacat fisik, serta untuk membaca tanda-
tanda pengenal (Lachman, dkk, 1994).
2. Uji keseragaman bobot

• Syarat keragaman bobot yang ditetapkan


sebagai berikut:
timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap
tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh
lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya
lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A,
dan tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari
harga yang ditetapkan kolom B.
3. Uji keseragaman ukuran

Alat yang digunakan Jangka Sorong.

Syarat Uji: diameter tablet tidak lebih


dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal
tablet (Farmakope Indonesia, 1979)
4. Uji kekerasan

Prinsip pengukurannya adalah memberikan tekanan


pada tablet sampai tablet retak atau pecah, kekuatan
minimum untuk tablet adalah sebesar 4 kg/cm3.
Alat yang digunakan pada uji kekerasan adalah
hardness tester (Ansel, 1989).
Uji kerapuhan
• Alat penguji friabilitas dikenal sebagai
friabilator.
• Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai
1% masih dapat dibenarkan (Lachman, dkk,
1994).
6. Uji waktu hancur
• Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet dan
menggunakan disintegratin tester (disentegrator).
• Uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan FI
adalah kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus
tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet
salut gula/salut selaput. Apabila, tablet/2 tablet
tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan
12 tablet lainnya,
7. Uji disolusi
Kapsul

merupakan partikel zat padat Menurut farmakope Indonesia


yang mempunyai ukuran 0,1- Edisi IV, sediaan kapsul adalah
10.000 μ. Sediaan kapsul dapat campuran kering bahan obat atau
diartikan sebagai campuran zat kimia yang dihaluskan, yang
homogen dua atau lebih bahan ditujukan untuk pemakaian oral
obat yang telah dihaluskan. atau untuk pemakaian luar.
• Syarat/ Karakteristik Sediaan Kapsul a.
Homogen :setiap bagian campuran kapsul
harus mengandung bahan yang sama dalam
perbandingan yang sama pula. b. Kering :
tidak boleh menggumpal atau mengandung
air karena mengandung bahan yang
higroskopis, efloresen, deliquesen ataupun
campuran eutektik. c. Derajat kehalusan
tertentu, bila ukuran partikel kapsul sangat
halus, maka kapsul lebih homogen.
Jenis Kapsul

Kapsul cangkang keras

• terdiri atas wadah dan tutup. Metilselulosa, pati, gelatin


merupakan salah satu contoh bahan untuk pembuatan
kapsul. Pengisian untuk kapsul cangkang keras dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan alat.

Kapsul cangkang lunak


• merupakan satu kesatuan berbentuk bulat atau silindris
(pearl) atau bulat telur (globula) yang dibuat dari bahan
gelatin atau bahan lain yang sesuai.
• Biasanya kapsul cangkang lunak lebih tebal dari pada
kapsul cangkang keras, mengandung 6-13% air.
Keuntungan Kapsul Kerugian Kapsul
• Kombinasi bahan obat bervariasi • Tidak dapat digunakan untuk zat-
sesuai kebutuhan pasien zat yang mudah menguap, karena
• dosis lebih tepat sesuai keadaan pori-pori kapsul tidak mampu
pasien untuk menahan penguapan
• Lebih stabil dibanding bentuk • Tidak dapat digunakan untuk zat-
sediaan cair zat yang higroskopis
• Ukuran partikel kecil sehingga • Tidak dapat digunakan untuk zat-
disolusi dalam cairan tubuh zat yang bereaksi dengan cangkang
kapsul dan Tidak dapat digunakan
untuk balita.
Cara Pengisian Kapsul

1. Tangan
merupakan cara yang paling sederhana karena
menggunakan tangan tanpa bantuan alat lain.
untuk memasukkan obat kedalam kapsul,
dapat dilakukandengan cara membagi serbuk
sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta.
2. alat bukan mesin

• alat yang dimaksud disini adalah alat yang


menggunakan tangan manusia. dengan alat ini,
akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan
penkerjaannya yang dapat lebih cepat.

3. alat mesin

• untuk memproduksi kapsul secara besar-


besaran dan menjaga keseragaman kapsul, perlu
digunakan alat otomatis mulai dari membuka,
mengisi, dan menutup kapsul(Syamsuni, 2006)
EVALUASI kapsul
1.Massa serbuk / granul

a. Sifat alir

• Salah satu hal yang penting dalam produksi


sediaan padat adalah sifat aliran serbuk atau
granul.
• Uji terhadap sifat alir ini dilakukan dengan
menggunakan flow meter. Timbang sejumlah
serbuk/granul (50 g) kemudian masukkan
kedalam flow meter, buka bagian bawah dan
catat waktu alir.
b. Sudut Istirahat

• Cara uji ini juga merupakan uji untuk


menentukan sifat aliran massa.
• Uji ini dilakukan dengan
menggunakan corong, dimana serbuk
atau massa dialirkan melalui corong,
kemudian diukur jari-jari dan tinggi
dari serbuk yang jatuh kebawah.
c. kompresibilitas dan kerapatan
• Ukuran partikel dan kerapatan serbuk berpengaruh dengan volume serbuk.
• Sehingga uji ini berguna untuk penentuan ukuran cangkang kapsul yang akan
digunakan. Bobot serbuk ditimbang dan dituang hati-hati kedalam suatu
gelas ukur kemudian permukaannya diratakan, volume yang terbaca adalah
volume tuang. Bobot ketukan diperoleh melalui ketukan vertikal timbunan
serbuk yang diisikan kesebuah gelas ukur tertutup yang terletak di atas dasar
lunak. Ketukan tersebut dilakukan sampai diperoleh volume konstan.
d. Uji keseragaman bobot Uji
• untuk mengetahui kesesuaian keseragaman bobot sediaan
kapsul yang dihasilkan dengan persyaratan keseragaman
bobot dan kandungan (Farmakope Indonesia Edisi IV).
• Timbang 20 kapsul lalu timbang satu persatu
• Perbedaan dalam persen bobot isi kapsul terhadap bobot
rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan
kolom “A” dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang
ditetapkan kolom “B”
e. Uji Waktu Hancur

•Uji ini dimaksudkan untuk


menetapkan kesesuaian batas
waktu hancur yang tertera dalam
masing-masing monografi,
•Persyaratan aktu hancur kapsul
tidak lebih dari 15 menit
f. Uji disolusi

• Uji disolusi dimaksudkan untuk


mengetahui seberapa banyak persentase
bahan aktif dalam sediaan obat (kapsul)
yang terabsorpsi dan masuk kedalam
peredaran darah untuk memberikan efek
terapi.
• Persyaratan dalam waktu 30 menit harus
larut tidak kurang dari 85% (Q) dari
jumlah yang tertera pada etiket.
f. Penetapan kadar

• Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan


bahwa kandungan bahan aktif yang terkandung
dalam kapsul telah memenuhi persyaratan dan
sesuai dengan yang tertera pada etiket.
• Timbang 10-20 kapsul
• Secara umum rentang kadsar bahan aktif yang
ditentukan berada diantara 90- 110%
daripernyataan pada etiket.
Suppositoria

Menurut Farmakope Indonesia ed. IV suppositoria adalah


sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya
meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Kelebihan Suppositoria

Dapat digunakan untuk obat yang tidak bisa diberikan


melalui rute oral karena gangguan saluran cerna

Dapat diberikan pada bayi, anak-anak, lansia yang susah


menelan, dan pasien gangguan mental

Zat aktif tidak sesuai melalui rute oral, missal karena efek
samping pada saluran cerna, atau mengalami First Pass
Effect (FPE)
METODE PEMBUATAN
Pencetakan dengan tangan (manual)
• Pencetakan dengan tangan (manual) merupakan metode paling sederhana, praktis
dan ekonomis untuk memproduksi sejumlah kecil suppositoria.
• Caranya dengan menggerus bahan pembawa / basis sedikit demi sedikit dengan zat
aktif, di dalam mortir hingga homogen. Kemudian massa suppositoria yang
mengandung zat aktif digulung menjadi bentuk silinder lalu dipotong-potong sesuai
diameter dan panjangnya. Zat aktif dicampurkan dalam bentuk serbuk halus atau
dilarutkan dalam air. Untuk mencegah melekatnya bahan pembawa pada tangan,
dapat digunakan talk.

Pencetakan dengan kompresi / cetak kempa / cold compression


• Pada pencetakan dengan kompresi, suppositoria dibuat dengan mencetak massa
yang dingin ke dalam cetakan dengan bentuk yang diinginkan. Alat kompresi ini
terdapat dalam berbagai kapasitas yaitu 1,2 dan 5 g. Dengan metode kompresi,
dihasilkan suppositoria yang lebih baik dibandingkan cara pertama, karena metode
ini dapat mencegah sedimentasi padatan yang larut dalam bahan pembawa
suppositoria.
• Umumnya metode ini digunakan dalam skala besar produksi dan digunakan untuk
membuat suppositoria dengan pembawa lemak coklat / oleum cacao. Beberapa
basis yang dapat digunakan adalah campuran PEG 1450 – heksametriol-1,2,6 6% dan
12% polietilen oksida 4000. (Lachman, 580)
Pencetakan dengan penuangan / cetak
tuang / fusion
• Metode pencetakan dengan penuangan sering juga
digunakan untuk pembuatan skala industri. Teknik
ini juga sering disebut sebagai teknik pelelehan.
• Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode ini
ialah melelehkan bahan pembawa dalam penangas
air hingga homogen, membasahi cetakan dengan
lubrikan untuk mencegah melekatnya suppositoria
pada dinding cetakan, menuang hasil leburan
menjadi suppo, selanjutnya pendinginan bertahap
(pada awalnya di suhu kamar, lalu pada lemari
pendingin bersuhu 7-10 0C, lalu melepaskan suppo
dari cetakan.
• Metode yang sering digunakan pada pembuatan
suppositoria baik skala kecil maupun skala industri
adalah pencetakan dengan penuangan (Ansel, 378)
Macam-macam Supositoria

1. Rektal Supositoria rectal (anus) dengan tangan


• Bentuk seperti peluru dengan panjang + 32 mm (1,5 inci)
• Berat supositoria untuk orang dewasa 3 g dan untuk anak-anak 2 g
• Bentuk ini memberi keuntungan, yaitu apabila bagian yang besar masuk melalui otot
• penutup dubur, maka suppos akan tertarik masuk dengan sendirinya.

2. Vaginal Suppositoria = Ovula = Pessary, dimasukkan ke dalam


vagina dengan alat.

3. Urethral Suppositoria = Bacilla = Bougies, dimasukkan ke dalam


urethra (saluran kemih)pria dan wanita
Bahan-bahan dasar supositoria

3. Basis campuran,
2. Basis yang larut
misalnya: polioksil
1. Basis berlemak dalam air atau
40 stearat
yang meleleh pada yang bercampur
(campuran ester
suhu tubuh, dengan air,
monostearat dan
misalnya: Oleum misalnya: Gliserin
distearat dari
Cacao Gelatin dan
polioksietilendiol
Polietilenglikol
dan glikol bebas.
Syarat-syarat suppos:

Baik secara fisiologis dan kimia serta tidak mengiritasi

Mempunyai viskositas yang cukup saat dilelehkan

Harus meleleh pada suhu badan dalam jangka waktu singkat

Tidak mengganggu absorpsiatau pelepasan zat aktif

Bercampur dengan bermacam obat

Stabil pada penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna, bau dan pemisahan
obat.
Evaluasi Suppositoria dan Ovula

1. Organoleptis

2. Keseragaman bobot

• Keseragaman bobot di tentukan


dengan menimbang 10 suppositoria
– ovula lalu timbang masing-masing
suppos / ovula,
2. Titik leleh
• Caranya : tiga suppositoria – ovula ditentukan
satu per satu
• Alat yang di gunakan sama dengan alat waktu
hancur, tetapi tidak di gerakkan naik turun, suhu
dinaikkan perlahan hingga teramati saat
suppositoria – ovula meleleh.

4. Waktu hancur
• Caranya : gunakan 3 suppositoria / ovula
sekaligus, letakkan di dalam alat penentuan
waktu hancur.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III.
Departemen KesehatanRI : Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV.
Departemen KesehatanRI : Jakarta
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, EdisiKeempat. UI – Press:
Jakarta.
Anief, M., 2000. Ilmu Meracik Obat. Edisi Revisi. Cetakan ke 9. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, hal 168-169.
Siregar, CJP., Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet : Dasar-dasar Praktis.
Jakarta: EGC.

Voigh, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, oleh Dr..rer.nat. Soendani Noerono

Soewandhi., Apt (penterjemah) dan Prof. Dr. Moch. Samhoedi Reksohadiprodjo., Apt
(Editor). Gajah Mada University press : Jogjakarta.
Lachman, C.L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J,L., 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi II. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Agoes, G. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi revisi dan perluasan. Penerbit
ITB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai