Anda di halaman 1dari 12

1.

Debu
(Emha Ainun Nadjib)

Debu yang menempel di keningmu

Biarkan, jangan diusap

Jika usai rakaat terakhir

Teruskan berdzikir

Disuruh oleh Allah butir-butir debu itu

Agar menyerap kotoran dari gumpalan otakmu

Jika telah penuh muatannya

Akan tanggal dengan sendirinya

Nanti pikiranmu mengkaca benggala

Beningnya tak terbilang kata

Cahaya Allah menembusnya

Memantul darimu ke wajah buram dunia

Kalau engkau bersujud hingga rakaat tak terhingga

Wajahmu sirna, menjelma cahaya

Kepada para malaikat, alam dan manusia

Tak bisa kau sodorkan apa pun kecuali cahaya

Cahaya hanya satu

Namanya satu

Kau dengar Allah menyapa, Muhammad menyapa

Dari dalam diri, yang bukan lagi pribadi


2. Layang-layang
(D. Zamawi Imron)

Sederhana sekali naiknya layang-layang itu

Membawa harapan, membawa nama-nama

Angin mengukir gunung

Dengan nilai-nilai

Di pusat lembah yang teduh

Ada tempayan purba dibasuh

Dalam takdir yang amat rahasia

Maka putuslah layang-layang itu

Sejumlah anak telah menunggu

Dan siap memperebutkannya

Pada hingar-bingar yang seperti sorak dunia

Layang-layang itu koyak-moyak tak tentu bentuknya

Angin mengetuk jantung

Nilai-nilai pun bangkit

Setangkai mawar jatuh

Dari segumpal kesedihan


3. Hujan
(Soni Farid Maulana)

Hujan, curahkan berkahmu yang hijau pada lembah hatiku.

Puaskan dahaga akar tumbuhan

Agar jiwaku terasa segar membajak kehidupan

Di pinggir jendela kuingat benar tahun lalu

Aku masih kanak bersenda-gurau, bernyanyi riang

Memutar-mutar payung hitam di bawah curahmu

Yang berkilau bagai perak tersentuh bulan

O.., hujan, puaskan dahaga jiwaku agar berubah

Agar hidup menyeruak

Bagai tumbuhan

Menjemput cahaya maha cahaya


4. Diponegoro
(Chairil Anwar)

Di masa pembangunan ini


Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti


Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati

Maju
Ini barisan tak bergenderang berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati

Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sungguh pun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang
5. Nyanyian Jiwa
(Fauzi Arifin)

Akulah hati yang bimbang

Oleh petuah dan ajaran

Akulah rindu yang melata

Di bumi berkalung duka lara

Akulah sepi yang mengaji

Bertengger di keluasan jagat raya

Akulah burung yang berkulik itu

Berkabar tentang diri yang ada

Akulah gelisah yang terjaga

Mabuk dan menari separuh irama

Akulah lirik dan lagunya

Meratap menggemakan takbir disudut-sudut dunia


6. Lagu Gadis Itali
(Sitor Situmorang)

Kerling danau di pagi hari

Lonceng gereja bukit Itali

Jika musim tiba nanti

Jemput Abang di Teluk Napoli

Kerling danau di pagi hari

Lonceng gereja bukit Itali

Sedari Abang lalu pergi

Adik rindu setiap hari

Kerling danau di pagi hari

Lonceng gereja bukit Itali

Andai Abang tak kembali

Adik menunggu sampai mati

Batu tandus di kebun anggur

Pasir teduh di bawah nyiur

Abang lenyap hatiku hancur

Mengejar bayang di salju gugur


7. Gadis Peminta-minta
(Toto Sudarto Bachtiar)

Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil

Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka

Tengadah padaku, pada bulan merah jambu

Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Ingin aku iku, gadis kecil berkaleng kecil

Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok

Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan

Gembira dari kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral

Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal

Jiwa begitu murni, terlelu murni

Untuk bisa membagi dukaku

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil

Bulan di atas itu, tak ada yang punya

Dan kotaku, ah kotaku

Hidupnya tak lagi punya tanda


8. Perpisahan
(Elha)

Akhirnya peluit pun dibunyikan

Buat penghabisan kali kugenggam jarimu

Lewat celah kaca jendela

Lalu perlahan-lahan jarak antara kita

Mengembang jua

Dan tinggalah rel-rel, peron dan lampu

Yang menggigil di angin senja


9.Doa
(Amir Hamzah)

Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?

Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik

Setelah menghalaukan panas payah terik

Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan

Melambung rasa menayang pikir

Membawa angan ke bawah kursimu

Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya

Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam menyirak kelopak

Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadamu dengan cahyamu

Biar bersinar mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!


10. Surat Dari Ibu
(Asrul Sani)

Pergi ke dunia luas, anakku sayang


Pergi ke hidup bebas !
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari pagi menyinar daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau.
Pergi ke laut lepas, anakku sayang

Pergi ke alam bebas !


Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar


Dan elang laut pulang kesarang
Angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
Dan nakhoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau datang padaku !

Kembali pulang, anakku saying


Kembali ke balik malam !
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”
Kelompok 7 (Tujuh) : - Aliza
- Pasyah
- Alya
- Ayu

Kelas : VIII-3
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
ALIZA RIZQAH

ALIZA RIZQAH

ALIZA RIZQAH

ALIZA RIZQAH

ALIZA RIZQAH

ALIZA RIZQAH

ALIZA RIZQAH

ALIZA RIZQAH

ALIZA RIZQAH

ALIZA RIZQAH

ALIZA RIZQAH

Anda mungkin juga menyukai