Anda di halaman 1dari 7

Produk kosmetik telah digunakan secara luas oleh masyarakat dari berbagai jenis golongan sosial

ekonomi dengan maksud untuk membersihkan, melindungi, mengharumkan dan merubah penampilan
kulit (Kapoor dan Saraf, 2008). Dari beberapa produk perawatan kosmetik, emulsi seperti krim dan lotion
merupakan bentuk sediaan yang lebih umum digunakan. Komponen utama dari emulsi adalah minyak
(senyawa lipofilik) dan air (senyawa hidrofilik) (Paye, et al., 2001). Salah satu minyak yang umum
digunakan untuk pembuatan krim adalah minyak inti sawit karena memiliki kandungan asam laurat,
asam oleat dan asam miristat yang cukup tinggi. Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa sawit
terbesar di dunia setelah Malaysia. Produksi minyak inti sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan
tiap tahunnya. Pada tahun 2006 mencapai 2.573.565, pada tahun 2008 mencapai 3.448.700 dan tahun
2010 mencapai 4.150.257 (Badan Pusat Statistik, 2011). Selain minyak inti sawit, minyak babi juga
banyak digunakan dalam preparasi sediaan kosmetik, minyak babi yang diperoleh dari jaringan lemak
babi umumnya digunakan sebagai bahan peningkat viskositas. FDA (Food and Drug Admininistration) pun
telah mencatat minyak babi sebagai salah satu zat yang aman digunakan dalam produk makanan dan
kosmetik (FDA, 2006). Akan tetapi, produk kosmetik yang mengandung unsur babi dilarang untuk
digunakan oleh beberapa agama seperti Islam, Yahudi, dan Hindu (Regenstein, et al., 2003). Allah SWT
telah berfirman dalam Kitab Suci Al-Qur’an tentang pelarangan penggunaan unsur babi yaitu pada Surat
Al- Baqarah: 173, yang diterjemahkan sebagai berikut :

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, babi, dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa, sedang ia tidak
menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S Al- Baqarah : 173). 1Untuk mendeteksi kontaminasi minyak babi
pada krim pelembab wajah, maka dibutuhkan metode analisis minyak babi yang dapat memberikan hasil
analisis yang cepat dan akurat. Salah satu metode analisis tersebut adalah spektroskopi FTIR (Fourier
Transform Infra Red). Spektroskopi FTIR memiliki kemampuan yang cepat dalam menganalisis, bersifat
tidak merusak dan hanya dibutuhkan preparasi sampel yang sederhana (Vlanchos, et al., 2006). Selain
itu, spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared) juga memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dan ramah
terhadap lingkungan, terutama dalam penggunaan pelarut dan bahan-bahan lainnya yang tidak berlebih
(Pare dan Belanger, 1997). Penelitian sebelumnya telah menunjukkan potensi spektroskopi FTIR sebagai
metode yang tepat untuk menganalisis minyak babi terutama dalam makanan seperti analisis minyak
babi dalam biskuit (Che Man, et al., 2011), produk cokelat (Che Man, et al., 2005) dan analisis minyak
babi dalam campuran lemak nabati (Rohman, et al., 2012; Che Man, et al., 2011). Spektroskopi FTIR
dapat pula digunakan untuk mengkarakteristik minyak babi dengan minyak hewani lainnya (Rohman dan
Che Man, 2010; Che Man dan Mirghani, 2001). Di dalam kosmetik, spektroskopi FTIR telah digunakan
untuk menentukan campuran minyak babi dan minyak lainnya yang terdapat dalam formulasi krim dan
lotion(Rohman dan Che Man, 2011; Lukitaningsih, et al., 2012). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis minyak babi di dalam formulasi krim pelembab wajah dengan campuran minyak inti sawit
sebagai basis minyak dalam krim, karena belum terdapat laporan yang menyatakan terdeteksinya minyak
babi dalam campuran minyak inti sawit di dalam formulasi krim pelembab wajah. 1

Produk kosmetik telah digunakan secara luas oleh masyarakat dariberbagai jenis golongan sosial
ekonomi dengan maksud untuk membersihkan, melindungi, mengharumkan dan merubah penampilan
kulit (Kapoor dan Saraf, 2008). Dari beberapa produk perawatan kosmetik, emulsi seperti krim dan lotion
merupakan bentuk sediaan yang lebih umum digunakan. Komponen utama dari emulsi adalah minyak
(senyawa lipofilik) dan air (senyawa hidrofilik) (Paye, et al., 2001). 2

Untuk mendeteksi kontaminasi minyak babi pada krim pelembab wajah, maka dibutuhkan metode
analisis minyak babi yang dapat memberikan hasil analisis yang cepat dan akurat. Salah satu metode
analisis tersebut adalah spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red). Spektroskopi FTIR memiliki
kemampuan yang cepat dalam menganalisis, bersifat tidak merusak dan hanya dibutuhkan preparasi
sampel yang sederhana (Vlanchos, et al., 2006)2Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis minyak babi
di dalam formulasi krim pelembab wajah dengan campuran minyak inti sawit sebagai basis minyak dalam
krim, karena belum terdapat laporan yang menyatakan terdeteksinya minyak babi dalam campuran
minyak inti sawit di dalam formulasi krim pelembab wajah. 2

Latar belakang

Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman bagi umat Islam. Allah telah berfirman di dalam Al-Quran
tentang hal-hal yang diharamkan bagi seorang muslim sebagaimana yang terkandung dalam QS Al-
Baqarah ayat 173 yang artinya : “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam
keadaan terpaksa, sedang ia tidak menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Dari ayat tersebut dapat
diketahui bahwa unsur babi diharamkan untuk digunakan. Keharaman babi juga termuat dalam Al-
Qur’an surat Al-An’am ayat 145, Al-Maidah ayat 3 dan An-Nahl ayat 115. Keempat ayat tersebut
menjelaskan Islam melarang daging babi dan seluruh anggota tubuhnya untuk dikonsumsi ataupun
digunakan sebagai material pembuatan produk farmasetika. Namun, Food and Drug Administration
(FDA) mencantumkan minyak babi sebagai bahan yang aman untuk digunakan dalam produk
farmasetika. Food and Drug Administration (FDA) juga menyebutkan terdapat 4 produk perawatan kulit
yang menggunakan minyak babi dalam komposisi bahannya. Minyak babi telah digunakan dalam
formulasi krim kosmetik sebagai bahan peningkat viskositas (Rohman, 2011; Lukitaningsih, et al., 2012).
Penggunaan minyak babi dalam beberapa produk krim kosmetik membuat umat Islam harus semakin
waspada. 2

Keberadaan minyak babi dalam krim kosmetik dapat dideteksi dengan menggunakan Fourier Transform
Infra Red (FTIR). Fourier Transform Infra Red (FTIR) merupakan metode terkini spektroskopi Infra Red (IR)
yang sudah banyak digunakan untuk analisis minyak makanan (Rohman & Che Man, 2012). Metode
analisis minyak menggunakan FTIR banyak dikembangkan karena dinilai lebih mudah, cepat, murah dan
ramah lingkungan. 2

1.2 Rumusan masalah

Apakah spektroskopi FTIR mampu mendeteksi minyak babi yang dicampurkan dengan minyak inti kelapa
sawit sebagai basis minyak pada krim pelembab wajah.

1.3 Tujuan Penelitian


Menganalisis minyak babi pada formulasi krim pelembab wajah dengan menggunakan spektroskopi
Fourier Transform Infrared (FTIR) 3

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi ilmiah yang sangat berguna bagi institusi terkait
seperti Badan Pengawasan Obat dan makanan (BPOM), Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan
Kosmetika (LPPOMMUI) tentang metode analisis yang cepat dan sederhana dalam menganalisa
kandungan lemak babi didalam krim kosmetik. 3

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar. Menurut Farmakope IV, krim mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Secara tradisional, istilah krim telah
digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsentrasi relatif cair,diformulasikan sebagai
emulsi minyak dalam air (M/A) atau emulsi air dalam minyak (A/M) (Depkes RI, 1995).

32.1.2 Macam-Macam Krim

Krim mengandung paling sedikit dua fase yang tidak bercampur antara satu dengan yang lainnya, yaitu
fase hidrofil (air) dan lipofil (minyak). Komponen yang terdistribusi dalam suatu emulsi dinyatakan
sebagai fase terdispersi atau fase dalam. Komponen yang mengandung cairan terdispersi dinyatakan
sebagai bahan pendispersi atau fase luar atau fase kontinu (Ansel, 1989). Jenis-jenis emulsi terdiri dari :

A. Emulsi Minyak dalam Air (M/A)

Ketika fase lipofil (fase minyak) didispersikan sebagai globul-globul kedalam fase hidrofil (fase air) maka
disebut sebagai emulsi minyak dalam air (M/A). Penerimaan yang tinggi terhadap emulsi M/A didasarkan
padaalasan-alasan berikut:

a. Terasa ringan dan tidak berminyak saat diaplikasikan.

b. Menunjukkan penyebaran dan penyerapan pada kulit yang cukup baik.

c. Memberikan efek dingin karena penguapan fasa air eksternal (Paye, et al., 2001). 3

B. Emulsi air dalam minyak (A/M)


Ketika fase hidrofil terdispersi dalam fase lipofil maka disebut emulsi air dalam minyak (A/M).
Keuntungan penggunaan emulsi jenis air dalam minyak ini antara lain :

a. Melindungi kulit secara efisien dengan membentuk lapisan minyak pada kulit setelah digunakan

b. Melembutkan kulit dengan cara mengurangi penguapan air pada kulit sehingga dapat membentuk
penghalang semi oklusif

c. Meningkatkan penetrasi ke dalam stratum korneum yang bersifat lipofilik terutama untuk pembawa
zat aktif yang bersifat lipofilik

d. Menurunkan resiko pertumbuhan mikroba

e. Mencair pada suhu yang rendah (khusus untuk produk olahragamusim dingin) (Paye, Barel dan
Maibach, 2001).

2.2 Lemak dan Minyak

Lemak yang dalam bahasa Yunani lipos berarti lemak adalah senyawa yang tak larut dalam air yang dapat
dipisahkan dari sel dan jaringan dengan cara 4ekstraksi menggunakan pelarut organik yang relatif
nonpolar, misalnya dietil eter atau kloroform. Meskipun struktur lemak bermacam-macam, semua lemak
mempunyai sifat struktur yang spesifik yaitu mempunyai gugus hidrokarbonhidrofob yang banyak sekali
dan hanya sedikit, jika ada, gugus hidrokarbon hidrofil. Hal ini menggambarkan sifat struktur lemak yang
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar (Fessenden, 2010). Lemak disini ialah suatu
ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol adalah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom
karbon. Jadi tiap atom karbonnya mempunyai gugus-OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua,
atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester yang disebut monogliserida, digliserida, atau
trigliserida. Pada lemak satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak. Oleh karena itu lemak
adalah suatu trigliserida. Struktur trigliserida dapat dilihat pada Gambar 2.1. Lemak umumnya
menunjukan bentuk padat dan minyak bentuk cair dalam suhu ruang. Namun, karena pengaruh iklim
beberapa lemak tidak berbentuk padat maupun cair melainkan semipadat (Belizt & Grosch, 1989,
p.472).

42.2.1 Komposisi Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak yang dapat dimakan (edible fat) dihasilkan oleh alam yang dapat bersumber dari
bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan, minyak berfungsi sebagai sumber cadangan
energi. Adapun perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani adalah :

1. Lemak hewani mengandung kolesterol sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol

2. Kadar asam lemak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil dari lemak nabati (Ketaren, 1986).

Struktur lemak pada umumnya sama, yaitu merupakan triester yang terbentuk dari triol gliserol dan
asam karboksilat yang mempunyai tiga rantai panjang dan disebut asam lemak. Senyawa triester ini
disebut triasilgliserol atau trigliseraldehid tanpa memperhatikan apakah senyawa tersebut diisolasi dari
lemak atau minyak. Perbedaan lemak dan minyak terdapat pada sifat fisiknya. Pada temperatur ruangan,
lemak bersifat padat dan minyak bersifat cair (Fessenden, 2010).

Lemak dan minyak pada umumnya merupakan trigliserida yang tidak homogen dengan beberapa
pengecualian. Oleh sebab itu, kebanyakan trigliserida mengandung dua atau tiga asam lemak yang
berbeda, misalnya satu asam palmitat, satu asam stearat dan satu asam oleat sebagai esternya.
Golongan asam lemak yang spesifik yang ada dalam trigliserida tergantung pada jenis spesies dan kondisi
lainnya, misalnya makanan yang dimakan dan temperatur yang mempengaruh kehidupannya. Hewan
berdarah panas cenderung melakukan biosintesis lemak yang berbentuk cair pada temperatur tubuhnya.
Tumbuhtumbuhan yang hidup pada temperatur yang lebih rendah lebih banyak membentuk trigliserida
yang mempunyai titik leleh lebih rendah. 5

Minyak Babi

Minyak babi merupakan salah satu minyak hewan yang paling banyak dikonsumsi. Secara eklusif, lemak
babi dihasilkan dari lemak dinding perut babi. Bagian merupakan kualitas terbaik pada lemak babi murni,
yang berwarna putih dan memiliki nilai asam tidak lebih dari 0,8 (Belitz dan Grosch, 1987). 5 Minyak babi
yang berasal dari organ lainnya seperti punggung babi, didapatkan melalui proses penguapan dan
memiliki nilai asam maksimum 1,0. Minyak babi memiliki kandungan trigliserol yang lebih sedikit dari
pada trigliserol yang berada pada lemak sapi. Oleh sebab itu, lemak babi melebur pada temperatur yang
lebih rendah (Belitz dan Grosch, 1987). Tabel 2.6 merupakan karakteristik minyak babi. 5

2.5.2 Instrumentasi

Spektroskopi Inframerah dibagi kedalam dua jenis, yaitu :

1. Inframerah Dispersi

Sebuah spektrum Inframerah dibentuk dengan melewatkan sinar Inframerah pada sampel dan membaca
sebuah spektrum dengan sebuah alat dispersi/monokromator (kissi difraksi atau prisma) yang
dirotasikan. Kelemahan pada spektroskpi ini yaitu monokromator pada spektrometer Inframerah
dispersif mempunyai celah yang kecil untuk jalan keluar dan masuknya sinar sehingga membatasi
panjang gelombang radiasi mencapai detektor. Kelemahan lainnya adalah dapat menghilangkan sebagian
energi sinar Inframerah dan menghasilkan jumlah sinar hamburan yang banyak. Area absorbsi di hasilkan
sebagai spektrum antara frekuensi dan intensitas.

2. Spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Berbeda dari spektrometer dispersif, FTIR tidak mengukur panjang gelombang satu demi satu,
melainkan dapat mengukur intensitas pada berbagai panjang gelombang secara serempak (Skoog, et al.,
1998). Instrumen FTIR dapatmemiliki resolusi yang sangat tinggi (0.001 cm-1) (Silverstein, et al., 2005).

Monokromator prisma atau kisi yang dapat mengurangi energii sinar diganti dengan interferometer
(Michelson Interferometer). Interferometer ini mengatur intensitas sumber sinar inframerah dengan
mengubah dari posisi cermin pemantul yang memantulkan sinar dari sumber sinar ke sampel. Michelson
Interferometer

menggunakan beam splitter untuk membelah sinar radiasi dari sumber Infra 6Merah menjadi dua
bagian, bagian pertama dipantulkan pada cermin yang tetap, dan bagian lainnya ditransmisikan ke
cermin yang bergerak. Keberadaan interferometer membuat spektrometer mampu mengukur semua
frekuensi optik secara serempak dengan mengatur intensitas dari semua frekuensi tunggal sebelum
sinyal mencapai detektor. Hasil scanning dari interferometer yang berupa interferogram (plot antara
intensitas dan posisi cermin) ini tidak dapat diinterpretasikan dalam bentuk aslinya. Proses transformasi
fourier akan mengubah interferogram menjadi spektrum antara intensitas dan frekuensi (George & Mc
Intyre, 1987). Keuntungan penggunaan spektroskopi FTIR antara lain:

1. Cepat dan akurat

2. Bersifat tidak merusak

3. Membutuhkan preparasi sample yang sederhana

4. Ramah terhadap lingkungan karena penggunaan larutan dan bahan-bahan yang sedikit (Paye, et al.,
2001). 6

2.5.5 Pembacaan Spektrum Infra Merah

Syarat dalam pembacaan spektrum Inframerah, antara lain:

1. Spektrum harus cukup terbaca atau cukup kuat

2. Spektrum harus berasal dari senyawa yang murni

3. Alat spektroskopi harus dikalibrasi terlebih dahulu sehingga pita yang dihasilkan benar- benar pada
frekuensi atau panjang gelombang yang sesungguhnya. Kalibrasi harus dilakukan secara standar dengan
menggunakan film polistiren.

4. Metode yang digunakan harus sesuai atau tepat. Jika larutan harus jelas pelarut, konsentrasi dan tebal
selnya.

Faktor yang mempengaruhi pembacaan pada spektrum Inframerah

1. Frekuensi di luar daerah pembacaan 4000 – 400 cm-1

2. Pita tekukan dan ulur terlalu lemah untuk dibaca

3. Vibrasi terlalu dekat sehingga bergabung menjadi satu

4. Keberadaan suatu pita vibrasi yang buruk dari beberapa absorpsi pada frekuesi yang sama dalam
suatu molekul simetrik.
5. Kegagalan vibrasi dari suatu molekul karena adanya kekurangan pada perubahan dipole molekul. 7

Anda mungkin juga menyukai

  • STABILITAS SVP
    STABILITAS SVP
    Dokumen25 halaman
    STABILITAS SVP
    Frisxa Aprilliia
    Belum ada peringkat
  • Brosus
    Brosus
    Dokumen1 halaman
    Brosus
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Dalam Komposisi
    Dalam Komposisi
    Dokumen1 halaman
    Dalam Komposisi
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Vittage
    Vittage
    Dokumen1 halaman
    Vittage
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Erythromycin Estolat
    Erythromycin Estolat
    Dokumen1 halaman
    Erythromycin Estolat
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Erythromycin Estolat
    Erythromycin Estolat
    Dokumen1 halaman
    Erythromycin Estolat
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Senyawa Kimia y
    Senyawa Kimia y
    Dokumen1 halaman
    Senyawa Kimia y
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Evaluasi LVP
    Evaluasi LVP
    Dokumen6 halaman
    Evaluasi LVP
    Evhy SainhyaRezky
    100% (1)
  • MORFIN
    MORFIN
    Dokumen5 halaman
    MORFIN
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Tugas Formulasi Tehno Steril
    Tugas Formulasi Tehno Steril
    Dokumen4 halaman
    Tugas Formulasi Tehno Steril
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Ersa
    Ersa
    Dokumen2 halaman
    Ersa
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Reseptor Protein G
    Reseptor Protein G
    Dokumen13 halaman
    Reseptor Protein G
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Evaluasi LVP
    Evaluasi LVP
    Dokumen6 halaman
    Evaluasi LVP
    Evhy SainhyaRezky
    100% (1)
  • Ersa
    Ersa
    Dokumen2 halaman
    Ersa
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Makalah Farmakogenomik
    Makalah Farmakogenomik
    Dokumen18 halaman
    Makalah Farmakogenomik
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Far Mako Geno Mik
    Far Mako Geno Mik
    Dokumen1 halaman
    Far Mako Geno Mik
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Tugas Formulasi Tehno Steril
    Tugas Formulasi Tehno Steril
    Dokumen4 halaman
    Tugas Formulasi Tehno Steril
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Tugas Formulasi Tehno Steril
    Tugas Formulasi Tehno Steril
    Dokumen4 halaman
    Tugas Formulasi Tehno Steril
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Far Mako Geno Mik
    Far Mako Geno Mik
    Dokumen1 halaman
    Far Mako Geno Mik
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Far Mako Geno Mik
    Far Mako Geno Mik
    Dokumen1 halaman
    Far Mako Geno Mik
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Ersa
    Ersa
    Dokumen2 halaman
    Ersa
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat
  • Far Mako Geno Mik
    Far Mako Geno Mik
    Dokumen1 halaman
    Far Mako Geno Mik
    Evhy SainhyaRezky
    Belum ada peringkat