Anda di halaman 1dari 12

BOINDUSTRI

Yossie Camelia Sari Tarigan


4193111096
Program Studi Pendidikan Matematika

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
TABEL PENILAIAN TR BIOLOGI UMUM

BIOINDUSTRI

No. Pembahasan Lengkap Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1


(Nilai 4)
1. Cover (format skripsi)
2. Jumlah Halaman
3. Isi

2
BIOTEKNOLOGI

A. Definisi Bioteknologi
Merupakan penerapan teknik pendayagunaan organisme hidup atau bagian
organisme untuk membuat, memodifiksi, meningkatkan, atau memperbaiki sifat
makhluk hidup serta mngembangkan mikroorganisme untuk penggunaan khusus.
Prinsip bioteknologi yaitu
1. agen biologis (mikroorganisme, enzim, sel tumbuhan, dan sel hewan)
2. pendayagunaan secara teknologis dan industrial
3. produk dan jasa yang diperoleh

B. Penerapan Bioteknologi dalam Kehidupan


1. Pemanfaatan Bioteknologi dalam Pengolahan Pangan
a. Produksi Protein Sel Tunggal
Protein sel tunggal adalah bahan makanan berkadar protein tinggi yang
berasal dari mikroba.
b. Diversifikasi Produk Susu
Produk olahan susu diantaranya, keju, whey, yoghurt, mentega.

2. Pemanfaatan Bioteknologi dalam Bidang Pengobatan dan Kedokteran


Perkembangan bioteknologi dalam bidang obat-obatan dengan dihasilkannya
antibiotic seperti, penisilin, aminoglukosida, tetrasiklin, makrolida, dan
antrasiklin.

3. Pemanfaatan Bioteknologi dalm Bidang Pertanian dan Peternakan


Beberapa mikroorganisme telah dikembangkan untuk membunuh hama
tanaman budidaya. Mikroorganisme tersebut diantaranya Bacillus
thuringiensis yanga dapat membunuh ulat pemakan daun, larva kupu-kupu
dan lalat.

3
C. Kultur In Vitro
Adalah penanaman sel atau jaringan pada sel tumbuhan maupun sel hewan pada
tabung atau cawan Petri yang di dalamnya terdapat medium buatan.

Kultur jaringan
www.madison.k12.wi.us

4
Kloning
www.nationalhealthmuseum.com

5
D. Rekayasa Genetika
Adalah pencangkokan gen atau rekombinan DNA
1. pembuatan insulim manusia oleh bakteri

www.nationalhealthmuseum.com

6
2. pembuatan antibody monoclonal

7
Perspektif Bioindustri Pertanian/Peternakan

Sampai saat ini sebagian besar manusia berpendapat bahwa pertanian dalam arti yang luas
dimana didalamnya termasuk peternakan masih dikonotasikan dengan kegiatan perdesaan yang
sifatnya tradisional dan kumuh. Padahal hampir tidak ada negara maju di dunia ini yang tidak
didukung oleh industri pertanian yang maju dan tangguh. Produk yang dihasilkan oleh para
petani umumnya merupakan hasil kegiatan yang sifatnya “sub sistem farming indusry” dan
umumnya bukan merupakan Farming System secara utuh. Sebenarnya pola kehidupan
semacam ini banyak ditemui di Indonesia. Hasil pengamatandi Jawa Barat menunjukkan
bahwa masih banyak petani yang belum mampu memanfaatkan sumberdaya alam secara
efisien, karena sudah terbiasa bekerja secara tradisional dengan komoditas tunggal,sebagian
besar limbah usahanya seperti jerami padi, jerami jagung, dan jerami kacang tanah, tidak
dimanfaatkan tetapi dibakar atau dibuang.

Bio Industri

Bioindustri ialah industri yang menggunakan mahluk hidup baik nabati maupun hewani
sebagai bahan baku. Prinsipnya sama dengan industri lainnya, yakni input- proses – output
yang keberhasilannya sangat bergantung kepada efisiensi usaha. Pada industri non biologis,
bahan baku merupakan hal yang sangat menentukan produk, ternyata pada industri biologis
pun, hal ini sama. Bioindustri peternakan memanfaatkan hewan sebagai objek kegiatannya,
oleh karena itu sebagai bahan baku harus memenuhi kriteria tertentu.

Setelah sekian abad lamanya sejak manusia berusaha melakukan domestikasi baik pada
tanaman maupun hewan, saat ini usaha tersebut masih dilanjutkan dalam bentuk pemuliaan
komoditas tersebut agar memenuhi suatu kriteria bahan baku industri. Ternak sapi perah
misalnya, merupakan bahan baku bagi produksi susu dan demikian juga ternak sapi potong
merupakan bahan baku industri biologis untuk menghasilkan daging.

8
Di Indonesia komoditas ini umumnya hasil pertanian, sehingga lebih dikenal istilah
agroindustri daripada bioindustri. Agroindustri yang merupakan bagian dari bioindustri ialah
suatu sistem yang di dalamnya tersangkut mahluk biotik dan benda abiotik. Bioindustri di
negara yang sedang berkembang, umumnya menggunakan ternak hasil seleksi alam.
Karakteristik ternak hasil seleksi alam ialah sudah beradaptasi dengan kondisi bioklimat
setempat, sehingga tidak memerlukan manajemen yang canggih, karena dapat berkembang
walau hanya dengan menggunakan teknologi yang sederhana. Namun konsekwensinya ialah
produktivitasnya rendah.

Agar komoditas unggulan tersebut berkembang dengan baik, maka diperlukan suatu wilayah
sempit sebagai tempat kegiatan petani sacara partisipatif. Lahan ini ditata sedemikian rupa
sehingga petani mudah mengikuti kegiatan di lahan tersebut. Lahan sempit yang ditata itu
dikenal dengan “field station”. Untuk komoditas ternak, selanjutnya yang diperlukan ialah (1).
Konsep Pembangunan Agribisnis di lahan Field Station dan sekitarnya menyangkut
penyediaan prasarana pembangunan sistem agribisnis.(2). Pembangunan Breeding Village atau
kampung peternakan yakni lokasi tempat tinggal, kandang ternak dan kegiatan pertanian secara
terpadu.

Ternak yang digunakan di dalam kegiatan bioindustri di Indonesia terdiri atas 4 golongan yakni
ternak lokal atau ternak asli Indonesia, persilangan, ternak impor, dan ternak yang belum
teridentifikasi . Sejauh ini masih banyak yang belum terungkapkan data yang lengkap

mengenai persentase genetik dari bangsa ‑ bangsa ternak dari ke empat golongan tersebut

apalagi untuk ternak kerbau dan ayam lokal, sehingga menyulitkan pola kebijakan
breedingnya, sehingga dalam kebijakan operasionalnya selalu menjadi perdebatan. Untuk
melakukan usaha bioindustri yang baik, maka data akurat mengenai potensi genetik ternak dan
kondisi lingkungannya sangat diperlukan. Dalam hal ini kondisi lingkungan yang menonjol
ialah nutrisi dan manajemen Suatu ekosistem seperti dikemukakan terdahulu adalah satu
kelompok organisme yang hidup bersama dalam suatu lingkungan fisik sekitarnya.
Kesemuanya berinteraksi membentuk suatu sistem. Tingkah laku sistem tersebut ditentukan
oleh proses internal, yang seringkali membentuk sesuatu yang terpisah atau isolasi. Derajat
isolasi sebuah sistem tidak jelas batas ukurannya, karena dapat dimulai dari mikro kosmos

9
dalam suatu botol sampai kepada hutan tropis yang luas. Dengan demikian suatu industripun
adalah suatu ekosistem.

Market Driven

Dalam kaitan ini diperlukan saling pengertian antara produsen dengan konsumen, artinya
kegiatan peternakan harus disesuaikan dengan permintaan konsumen, namun konsumenpun
harus memahami bahwa untuk memproduksi sesuatu memerlukan biaya produksi, lahan
sebagai basis ekologi, modal untuk menjalankan usahanya, dan lain-lain. Demikian juga antar
pelaku penghasil pangan perlu ada saling pengertian atau saling memahami bahwa peternakan
memerlukan hijauan atau produksi pertanian, namun pertanian memerlukan pupuk organik
untuk meningkatkan produksinya. Kegiatan yang sangat terpisah dan tidak saling memerlukan
akan menyebabkan terjadinya ekosistem yang tidak saling berinteraksi. Pada kondisi semacam
ini seringkali produksi tidak mampu memenuhi harapan, sehingga mengambil jalan keluar
melalui impor yang biasanya akan terjadi ketergantungan pada dunia luar. Kondisi ini juga
akan sangat rapuh, karena pada saat terjadi krisis nilai tukar, maka sering terjadi kerontokan
suatu kegiatan.

Di dalam melaksanakan bioindustri, terdapat beberapa faktor produksi yang perlu mendasari
kegiatan di atas yakni sarana produksi dan ternaknya sendiri. Dalam usaha manusia untuk
memanfaatkan ternak, maka ternak tadi mengalami perubahan besar dalam cara dan corak

hidupnya, sesuai dengan kondisi lingkungannya. Semua perubahan‑ perubahan cara hidup

ternak tersebut dipaksakan oleh manusia dan disesuaikan dengan kebutuhan manusia melalui
seleksi artifisial. Jumlah ternak yang dihasilkan berdasarkan seleksi artifisial, yang umumnya
terjadi di negara berkembang, lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah ternak yang
merupakan hasil seleksi alam yang terdapat di negara-negara sedang berkembang yang lebih
luas wilayahnya dan lebih banyak populasinya.

10
Khusus mengenai sapi‑sapi asli Indonesia seperti sapi Bali, sapi Madura, sapi Aceh, sapi

pesisir, sapi pasundan dan sapi persilangan seperti Sumba Ongole, dan sapi Peranakan Ongole,

tampaknya malah mengalami penurunan performannya. Untuk bangsa‑bangsa sapi yang

lainnya terutama bukan ternak asli walaupun telah ada pola breeding tertentu, pada
kenyataannya belum mengarah kepada kondisi performan yang baik, karena belum terarahnya
pelaksanaan pola breeding di lapangan. Untuk perbaikan sapi lokal, telah diimpor beberapa
bangsa sapi luar negeri yang mempunyai potensi genetik tinggi, seperti Brahman, Hereford,
Angus, Simmental dan beberapa sapi persilangan lainnya. Akan tetapi karena tidak
diterapkannya pola breeding yang terprogram, sampai saat ini belum terlihat dampak positif
dari persilangan lokal dengan sapi impor. Di samping hasilnya tidak tampak, juga
“performance record” untuk kegiatan yang sudah dilaksanakan juga masih tercecer. Akhirnya
yang terlihat di beberapa tempat hanya menambah keragaman darah yang tidak beraturan dan
menimbulkan keragaman yang tidak dikehendaki.

Kegiatan impor yang kini terus meningkat dalam rangka memenuhi kebutuhan daging bagi
masyarakat ialah impor bakalan dari Australia untuk proses penggemukan yakni sapi Brahman
Cross. Kenaikannya sangat tinggi, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah yang akan terjadi
andaikata Australia membatasi ekspor sapinya, karena terjadi pengurasan yang cukup tinggi.
Selain itu hampir seluruh negara ASEAN mengimpor sapi dari Australia. Hal ini hendaknya
merupakan pemikiran para peneliti bidang peternakan untuk menciptakan breed nasional untuk
mensubstitusi ternak impor.

Perspektif Bioteknologi

Di era perdagangan bebas khususnya MEA yang dimulai pada akhir tahun 2015 ini,
tampaknya faktor teknologi merupakan penyelamat bagi kelangsungan hidupnya peternakan
rakyat. Para pengusaha dan peternak ternyata menyadari bahwa hanya dengan input teknologi,
efisiensi akan dapat dicapai, sehingga peternak akan mampu menghadapi persaingan
usahanya. Dalam usaha ternak, faktor produksi pakan ternyata memberikan kontribusi terhadap
biaya produksi mencapai sekitar 50 – 60 %. Oleh karenanya, kini berkembang pula bio

11
teknologi, dengan menggunakan berbagai jenis jasad renik, antara lain penggunaan probiotik
dalam manajemen usaha ternak, selain itu untuk memacu pertumbuhan ternak, telah
berkembang pula teknologi hormon, feed-aditif, maupun imbuhan pakan lainnya. Saking
banyaknya merek dagang yang beredar disertai dengan berbagai iming-iming, sering kali para
peternak terkecoh. Tidak jarang produk tersebut, sebenarnya belum layak jual, tapi telah
banyak beredar di masyarakat peternak, akibatnya bukannya menguntungkan tetapi malah
merugikan peternak dan usahanya. Siapakah yang akan bertanggung jawab dan melindungi
peternak kita jika hal ini terjadi ? bagaimana menghadapi kondisi ini. Selayaknya pemerintah
dalam hal ini Dinas peternakan bersama dengan perguruan tinggi melakukan perlindungan
teknologi terhadap peternak. Perlindungan teknologi ini perlu dilakukan secara intensif seiring
dengan tingkat kepesatan teknologi yang brekembang.

Salah satu cara perlindungan teknologi terhadap petani peternak adalah dengan cara
memberikan pemantauan yang rutin di lapangan terhadap berbagai produk yang beredar, mulai
dari pakan, imbuhan pakan, pupuk kimia dan berbagai jenis obat-obatan yang beredar.setelah
itu dilakukan pengujian labiratorium dan diumumkan hasilnya terhadap halayak. Kiranya
metode seperti ini akan mampu memproteksi petani peternak dari intervernsi teknologi yang
tidak bertanggung jawab.

12

Anda mungkin juga menyukai