Oleh
LABORATORIUM VIROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
Halaman
3
C. Materi ........................................................................................ 18
1. Tujuan melakukan uji serologi ....................................... 18
2. Macam-macam uji serologi .............................................. 19
3. Uji HA/HI Untuk Identifikasi Penyakit Virus .............. 19
4. Cara Uji Hemaglutinasi ................................................... 19
D. Rangkuman .............................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 23
LAMPIRAN ................................................................................................ 24
Lampiran 1. Contoh soal-soal Virologi ......................................... 24
4
PENDAHULUAN
Penyakit hewan dapat disebabkan oleh virus, bakteri maupun parasit. Penyakit
tersebut dapat menyerang manusia maupun hewan, bersifat sangat merugikan karena
dapat mengakibatkan kematian yang tinggi pada ternak. Penyakit virus pada umumnya
bersifat akut, bersifat menular dan kejadiannya berlangsung secara cepat menyebar pada
kelompok hewan. Angka sakit (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) pada
beberapa penyakit virus yang ganas (virulen) itu sangat tinggi. Morbiditas maupun
mortalitas dapat mencapai 100%, misalnya pada penyakit Avian Influenza atau pada
penyakit Newcastle Disease yang menyerang unggas, terutama unggas yang tidak
dipelihara dengan baik.
Pemeliharaan unggas yang baik dan benar yakni dengan menjaga kebersihan
kandang dan lingkungan (biosekuriti) dan melakukan pencegahan dengan meberikan
vaksinasi secara teratur guna meningkatkan kekebalan unggas terhadap penyakit tertentu.
Perlu diingat bahwa penyakit virus tidak dapat diobati dengan pemberian antibiotika.
Oleh karenanya pencegahan sangat memegang peranan penting dalam pengendalian
penyakit virus. Vaksinasi dan biosekuriti adalah faktor utama dalam pencegahan
penyakit virus. Pemberian vaksin secara teratur bermanfaat untuk meningkatkan
kekebalan ayam. Keberhasilan vaksinasi dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
titer antibodi dengan uji serologi. Selain untuk memeriksa titer antibodi, pemeriksaan
serologi juga bermanfaat untuk mendiagnosa penyakit virus.
Beberapa contoh penyakit virus tersebut misalnya pada unggas: penyakit Avian
Influenza/Flu burung, Newcastle Disease (ND) /Tetelo, penyakit Gumboro, pada anjing
misalnya penyakit Rabies, Parvo, Distemper, pada babi penyakit Hog kolera, pada sapi
penyakit Jembrana, penyakit Mulut dan Kuku. Selain menyebabkan kerugian secara
ekonomi, beberapa penyakit virus hewan juga bersifat zoonosis yakni dapat menular ke
manusia bahkan menyebabkan kematian pada manusia yang terinfeksi misalnya penyakit
Flu burung, penyakit rabies.
Penyakit virus mempunyai gejala klinis mirip yang disebut dengan istilah
diagnose banding. Misalnya penyakit Flu burung mirip dengan penyakit ND karena
kedua penyakit tersebut memiliki gejala klinis maupun angka sakit dan angka kematian
5
yang tinggi pada unggas. Untuk mendapatkan diagnose pasti dari kedua penyakit tersebut
maka perlu untuk dilakukan pemeriksaan secara laboratorik guna menentukan agen
penyebabnya. Untuk melakukan diagnose laboratorik meliputi beberapa tahapan yaitu
meliputi: pengambilan sampel organ dari hewan sakit, pembuatan inokulum, melakukan
isolasi dan identifikasi virus (agen penyakit). Pada modul ini akan dijelaskan secara
ringkas tentang pengertian virus dan cara untuk melakukan isolasi virus dan cara untuk
mengidentifikasi virus secara serologi.
6
Modul 1: PENGERTIAN VIRUS
A. Kompetensi Dasar
Memahami tentang virus dan tujuan mempelajari virus untuk tujuan diagnostik
B. Indikator
1. Menjelaskan tentang virus sebagai mikroorganisme
2. Menjelaskan tentang perbedaan virus dengan mikroorganisme lain
3. Menjelaskan tentang struktur dan komposisi virus
4. Menjelaskan tentang cara mendiagnosis penyakit virus
C. Materi
1. Virus sebagai mikroorganisme
Virus adalah mikroorganisme terkecil diantara mikroorganisme lain (bakteri,
parasit, klamedia, riketsia). Ukuran virus sangat kecil (ukuran virus 20-30 nm)
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tidak dapat dilihat dengan
mikroskop cahaya. Virus hanya bias dilihat dengan mikroskop elektron. Namun
demikian virus dapat diketahui berdasarkan atas sifat biologinya.
. Virus disebut sebagai parasit obligat karena virus mutlak memerlukan sel hidup
untuk menunjuang keperluannya hidupnya, untuk memperbanyak diri atau yang
disebut bereplikasi. Virus hanya mampu bereplikasi pada sel hidup yang disukainya,
virus tidak bisa hidup dan bereplikasi pada benda mati. Oleh karena itu perbanyakan
virus hanya dapat dilakukan dengan cara diisolasikan pada media hidup, misalnya:
telur ayam bertunas (telur berembrio), pada biakan sel atau kultur jaringan, atau
diisolasikan pada hewan percobaan atau menggunakan hospes alami.
7
1. Tempat hidup: Virus adalah mikroorganisme yang bersifat intraseluler, artinya
virus hanya hidup di dalam sel. Sementara mikroorganisme yang lain dapat
hidup dan berkembang di luar sel.
2. Pemilikan membran plasma: Virus tidak memiliki membran plasma,
sementara mikroorganisme yang lain memiliki membrane plasma.
3. Pembelahan biner: untuk memperbanyak diri maka virus melakukan dengan
cara bereplikasi, sementara mikroorganisme yang lain dengan cara membelah
diri secara biner.
4. Ukuran : Virus memiliki ukuran yang paling kecil diantara mikroorganisme
yang lain. Bakteri, parasit, klamidia dan roketsia dapat melewati saringan
bakteri yang menandakan ukurannya lebih besar darivirus. Sementara itu,
virus jika disaring dengan saringan bakteri maka akan dapat melewati
saringan bakteri.
5. Pemilikan Asam nukleat (DNA/ RNA) : DAN dan RNA adalah asam nukleat
virus. Virus hanya memiliki satu macam asam nukleat saja, yakni DNA atau
RNA. Sehingga virus dikelompokkan menjadi kelompok virus DNA dan
kelompok virus RNA. Berbeda halnya dengan bakteri yang memiliki
keduanya (DNA dan RNA)
6. Pemilikan Ribosom: Virus tidak memiliki ribosom, mikroorganisme yang
lain memiliki ribosom
7. Kepekaan terhadap antibiotika: Virus tidak peka terhadap antibiotika,
karenanya virus tidak dapat dibunuh dengan pemberian antibiotika.
Mikroorganisme lain terbunuh dengan pemberian antibiotika. Itulah sebabnya
untuk mengatasi penyakit virus yang lebih diutamakan adalah upaya
pencegahan dengan meberikan vaksinasi secara teratur. Pemberian antibiotika
pada penyakit virus ditujukan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri.
8
dua protein saja, sedangkan virus pox sebagai contoh virus kompleks tersusun
atas puluhan protein. Protein kapsid dengan genom membentuk nukleokapsid,
bentuknya bermacam-macam, ada berbentuk ikosahedral, heliks, dan komplek.
Bagian luar virus disebut amplop yang tersusun atas lemak yang didapat
dari hospesnya. Amplop tersusuna atas lemak dua lapis dan bergabung dengan
protein permukaan virus. Protein ini berfungsi sebagi protein permukaan yang
berperan dalam perlekatan virus dengan reseptor sel dan merupakan antigen yang
menginduksi kekebalan. Virus beramplop pada umumnya mudah rusak. Virus
beramplop hanya bersifat menular apabila amplopnya masih utuh. Genom virus
ada RNA atau DNA, berserat tunggal (single strended=ss) atau berserat ganda
(double stranded=ds).
9
D. Rangkuman
Virus adalah mikroorganisme terkecil, bersifat sebagai parasit obligat
intraseluer yang artinya untuk dapat eksis berkembang maka virus mutlak
memerlukan sel hidup. Virus tidak dapat dibunuh dengan antibiotika, oleh karena
itu cara terbaik untuk mencegah penyakit virus adalah dengan melakukan
vaksinasi dan meningkatkan biosekuriti. Untuk mendiagnosa penyakit virus dapat
dilakukan dengan melakukan isolasi dan identifikasi agen dari sampel hewan
yang diduga terinfeksi virus (diagnosa sementara). Sampel untuk bahan isolasi
virus dapat diambil organ (pada hewan yang dibunuh) maupun dari swab (pada
hewan yang masih hidup). Identifikasi virus dapat dilakukan secara serologi
maupun secara molekuler.
10
Modul 2: ISOLASI VIRUS
A. Kompetensi Dasar
Memahami akan manfaat melakukan isolasi virus dan tahapan inokulasinya
B. Indikator
1. Manfaat melakukan inokulasi virus
2. Menjelaskan sampel untuk bahan isolasi virus
3. Cara pembuatan inokulum
4. Menjelaskan tentang media untuk mengisolasikan virus
5. Menjelaskan tentang cara candling telur ayam bertunas
6. Menjelaskan tentang cara melakukan isolasi virus
pada telur ayam bertunas (TAB)
7. Menjelaskan tentang cara panen virus pada telur ayam bertunas
C. Materi
1. Manfaat melakukan inokulasi virus
Adapun manfaat melakukan isolasi virus diantaranya adalah untuk menemukan
agen penyebab penyakit. Disamping itu isolasi virus dapat dilakukan untuk
memperbanyak virus (misalnya untuk bahan pembuatan vaksin).
11
usus, provektrikulus, ventrikulus, dan otak. Perdarahan bentuk ptekie
(perdarahan bintik) maupun eksimosa (perdarahan yang meluas) seringkali
ditemukan pada organ-organ tersebut. Pada kasus AI perdarahan bintik juga
ditemukan pada pankreas, juga pada kaki.
Sampel untuk bahan pembuatan inokulum diambil dari organ-organ yang
mengalami perubahan menciri. Biasanya semakin menciri perubahan patologi
anatominya maka semakin tinggi pula titer virus hasil dipanen. Sampel organ
diambil dalam keadaan segar, dan usahakan pengambilan organ seseteril
mungkin. Organ ditempatkan di dalam tabung kaca steril selanjutnya dibuat
inokulum untuk diinokulasikan pada media isolasi virus.
Pada hewan yang masih hidup, sampel pemeriksaan dapat diambil dengan
menggunakan swab. Pada unggas diambil dari swab trakea, swab kloaka.
Pada mamalia juga dapat diambil dari swab kerongkongan, swab vagina, swab
preputium.
12
4. Media Isolasi Virus: Telur Ayam Bertunas
Media yang digunakan untuk isolasi virus antara lain: telur ayam bertunas
(TAB), biakan sel, hewan percobaan maupun hospes alami. Pada modul ini
akan dibahas tentang isolasi virus (sampel uji virus AI dan ND pada
pembuatan inokulum point 2.d). Media yang umum digunakan untuk isolasi
virus ND dan AI adalah telur ayam bertunas (TAB).
Alasan pemilihan telur ayam bertunas sebagai media isolasi Virus ND dan
AI , antara lain:
a. Mudah diperoleh
b. Relative bebas dari mikroorganisme pathogen
c. Peka terhadap infeksi virus ND dan AI
d. Dapat diberikan tanda (ditulis dengan pensil: kode isolat, asal isolat,
tanggal inokulasi, jenis penyakit).
Sebelum digunakan telur diperiksa (candling) terlebih dahulu dengan
menggunakan candler (teropong telur).
13
Gambar TAB
14
c. Kulit telur didesinfeksi dengan alkohol 70%.
d. Dibuat lubang pada cangkang telur dengan menggunakan jarum
penusuk
e. Dilakukan inokulasi 0.2 ml inokulum/ butir telur dengan menggunakan
spuit dengan jarum berukuran 1 ml.
f. Lubang tempat suntikan tadi ditutup dengan menggunakan kuteks
g. Diberikan label pada telur tentang isolat yang diisolasikan.
h. Telur diinkubasikan di inkubator bersuhu 37ºC dan diamati setiap hari
dengan cara di canding
i. Kematian telur kurang dari 24 jam diabaikan dan dianggap telur
terkontaminasi.
j. Telur yang mati lebih dari 24 jam atau telur dengan embrio yang sudah
lemah selanjutnya dimasukkan ke almari pendingin selama satu
malam.
k. Dilakukan pemanenen cairan alantois.
15
f. Udara dihisap keluar dari lubang ruang udara alami (point d) untuk
membuat ruang udara buatan pada lubang (point e)
g. Diinokulasikan 0,1 ml inokulum melalui ruang udara buatan, lalu
lubang tadi didesinfeksi dan ditutup dengan kutek
h. Telur diinkubasikan pada inkubator bersuhu 37ºC dengan posisi
horizontal, dan diamati setiap hari selama maximal 5 hari.
i. Telur dipanen dan dimasukkan ke almari pendingin.
7. Panen Virus
Telur yang sudah diinokulasi virus selanjutnya dikeluarkan dari almari pendingin
untuk dipanen. Sebelum dipanen disediakan alat-alat bedah yang terdiri dari:
gunting, pinset. Disiapkan pula cawan petri, tabung steril, spatula, pipet Pasteur,
sarung tangan dan masker, satu kantong plastik tempat menampung sampah bekas
panen.
7.1. Cara Panen Cairan Alantois
a. Telur dikeluarkan dari almari pendingin, lalu dipotong cangkang telur
pada bagian ruang udaranya secara melingkar dengan menggunakan
gunting.
b. Dikuakkan selaput korioalantoisnya dengan menggunakan pinset
sehingga tampak embrio yang dikelilingi cairan alantois berwarna
jernih. Apabila cairan alantoisnya tampak keruh itu menandakan
terjadi kontaminasi bakteri dan tidak layak untuk diuji.
c. Cairan alantois dipanen dengan cara diisap dengan pipet steril dan
ditampung pada tabung steril. Embrio ditekan dengan spatula untuk
mendapatkan cairan yang bebih banyak, lalu cairan alantois ditampung
pada tabung steril kemudian diberi label untuk di uji HA/HI.
16
b. Embrio dikeluarkan dari cangkang telur dan ditampung pada cawan
petri steril
c. Ambil selaput CAM yang menempel pada cangkang telur
danditempatkan pada cawan petri lain yang telah diisi PBS.
d. CAM dicuci dengan PBS, digoyang-goyangkan sampai bersih dan
diamati adanya bentuk pox pada CAM.
e. Bagian CAM yang terinfeksi (bentuk pox) kemudian dipotong dan
disimpan untuk bahan uji pada PCR atau uji AGPT
D. Rangkuman
Isolasi virus berguna untuk mendapatkan agen penyebab penyakit atau digunakan
pula untuk memperbanyak virus misalnya untuk membuatan vaksin. Tahapan isolasi
meliputi: pemilihan sampel, pembuatan inokulum, isolasi inokulum pada TAB, dan
panen virus. Isolasi virus pada TAB melalui ruang alantois maka hasil panenya
berupa cairan alantois, sedangkan isolasi virus melalui CAM yang dipanen adalah
CAM yang terinfeksi virus yang ditandai dengan bentuk pox.
17
Modul 3: IDENTIFIKASI VIRUS SECARA SEROLOGI
A. Kompetensi Dasar
B. Indikator
C. Materi
1. Tujuan melakukan uji serologi
Uji serologi dilakukan untuk mengidentifikasi virus guna menentukan
agen penyebab penyakit. Diagnose demikian disebut diagnose pasti. Caranya
dengan menggunakan serum standar yang sudah diketahui. Prinsip dasar uji
serologi adalah terjadinya ikatan antara antigen dengan antibodi yang homolog
untuk membentuk ikatan antigen-antibodi komplek. Pada uji hemaglutinasi,
ikatan tersebut (kompleks antigen- antibodi homolog) dapat diketahui dengan
menambahkan sel darah merah 1% sebagai indikator uji.
Uji serologi juga dapat digunakan untuk mengukur titer antibodi hewan
pascavaksinasi. Darah diambil dari hewan satu atau dua minggu setelah
divaksinasi. Pada unggas pengambilan darah dilakukan melalui vena brakialis
(vena sayap), dengan menggunakan spuit 1 atau 3 ml tergantung umurnya.
Selanjutnya darah diletakkan pada posisi miring, dibiarkan sampai sarumnya
keluar dengan sempurna. Serum yang keluar selanjutnya dipisahkan dan
ditampung dengan tabung mikro untuk diuji titer antibodinya.
Disamping itu uji serologi juga dapat digunakan untuk mengetahui
munculnya penyakit baru dengan menggunakan serum dan antigen standar. Untuk
penyakit yang sudah endemik, dilakukan pengambilan serum sepasang (paired
sera) yakni serum yang diambil dua kali. Pengambilan pertama saat penyakit
18
berlangsung akut, sedangkan pengambilan serum yang kedua dilakukan 2-4
minggu kemudian. Selanjunya dibandingkan titer antibodinya.
Pada modul ini hanya akan dijelaskan dan dipraktekkan tentang uji serologi
HA/HI untuk mengidentifikasi virus ND dan AI.
19
4.2. Uji Hemaglutinasi Teknik Mikrotiter
Uji ini untuk mengetahui titer virus, diperlukan untuk menyiapkan antigen
4 HA unit pada uji HI.
Cara kerjanya:
a. Disiapkan plat mikro 96 sumuran, lalu diisikan 0,025 µl PBS ke dalam
semua lubang.
b. Ditambahkan suspensi antigen yang diuji (dari cairan alantois hasil panen)
pada tahap uji sebelumnya ke dalam lubang satu dan dua, selanjunya
dilakukan pengenceran berseri kelipatan dua mulai dari lubang kedua
sampai lubang ke sebelas dengan menggunakan pengencer mikro.
c. Ditambahkan 0,25 µl PBS ke dalam setiap lubang plat mikro (mulai dari
lubang 1 sampai lubang 12), selanjutnya diaduk dengan pengocok mikro.
d. Ditambahkan ke dalam setiap lubang masing-masing 0,05 µl sel darh
merah 1 % mulai lubang 1 sampai lubang 12, lalu diayak selama 30 detik.
e. Plat mikro selanjutnya dieramkan pada suhu kamar dan diamati timbulnya
aglutinasi sel darah merah. Pengamatan dilakukan setiap 15 menit selama
satu jam.
f. Titer virus ditentukan dari pengenceran tertinggi yang masih mampu
mengalutinasi sel darah merah 1%. Titer virus yang diperoleh selanjutnya
diencerkan menjadi 4 HA Unit.
g. Identifikasi virus dilanjutkan dengan uji HI.
20
b. Serum yang akan di uji dipanaskan terlebih dahulu pada penangas air
bersuhu 56 ºC selama 30 menit.
c. Ditambahkan 0,025 µl serum ke dalam lubang 1 dan 2 dari sumuran plat
mikro lalu diencerkan secara berseri kelipatan dua mulai dari sumuran ke
dua sampai lubang ke sepuluh dengan pengencer mikro.
d. Ditambahkan 0,25 µl suspensi antigen 4 HA unit mulai lubang n0 1
sampai 11, lubang nomor 12 hanya diisi 0,25 µl PBS.
e. Plate mikro diayak selama 30 detik, kemudian diinkubasikan pada suhu
kamar (sehu 23º C) selama 30 menit. Kedalam setiap lubang selanjutnya
ditambahkan masing-masing 0.05 ml suspense sel darah merah 1 %,
diayak kembali selama 30 detik.
f. Plate mikro diletakkan pada suhu kamar, diamati setiap 15 menit, dibaca
hasilnya . pengamatan dilakukan selama 1 jam
g. Titer HI dinyatakan sebagai pengenceran tertinggi dari serum yang masih
mampu menghambat terjadinya hemaglutinasi virus secara sempurna.
D. Rangkuman
Uji serologi dilakukan untuk mengidentifikasi virus sebagai agen
penyebab penyakit, dengan menggunakan serum standar yang disebut dengan
diagnose pasti. Prinsip dasar uji serologi adalah terjadinya ikatan antara antigen
dengan antibodi yang homolog untuk membentuk ikatan antigen-antibodi
komplek. Uji serologi juga digunakan untuk mengukur titer antibodi hewan
pascavaksinasi. Disamping itu uji serologi juga dapat digunakan untuk
mengetahui munculnya penyakit baru dengan menggunakan serum dan antigen
standar. Untuk penyakit yang sudah endemik, dilakukan pengambilan serum
sepasang (paired sera) yakni serum yang diambil dua kali. Pengambilan pertama
saat penyakit berlangsung akut, sedangkan pengambilan serum yang kedua
dilakukan 2-4 minggu kemudian pada masa kesembuhan.
Uji HA positif ditandai dengan bentukan berpasir warna merah pada dasar
plat mikro sebagai tanda hemaglutinasi. Jika HA positif itu tandanya antigen
yang diuji memiliki hemaglutinin. Untuk memastikan agen (virusnya) dilanjutkan
21
dengan uji HI menggunakan serum standar. Uji HI positif ditandai dengan
pengendapan sel darah merah 1%. Titer HI adalah pengenceran tertinggi serum
yang mampu menghambat terjadinya hemaglutinasi sempurna. Sel darah merah
disini hanya sebagai indikator uji.
22
DAFTAR PUSTAKA
Delwart E., Li L. 2012. Rapidly expanding genetic diversity and host renge of the
Circoviridae viral family and other Rep encoding small circular ssDNA
genomes. Virus Res 164: 114-121
Fenner FJ, Gibbs EPJ., Murphy FA. Rott R Studdert MJ., 1993. Veterinay
Virology, San Diego: Academic Press.
Herrington CS, Coates PJ, Dupex WP. 2015. Viruses and Disease: Emerging
Concepts for Prevention, diagnosis and treatment. J Pathol 235: 149-152.
Knipe DM, Howley PM., editors (2001). Folds Virology. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins
th
Mac Lachlan NJ, Dubovi EJ, editor, 2011. Fenner’s . Veterinary Virology. 4
ed. London. Academic Press.
OIE 2008. Manual of Diagnostic Test and Vaccines for Terrestrial Animals.
Paris: Office international des Epizooties
23
LAMPIRAN
Petunjuk: Pilihlah beberapa jawaban yang tepat dengan cara memberi tanda silang
(x) di depan hurufnya. Jawaban boleh lebih dari satu
24
8. Bagaimanakah cara mengidentifikasi virus?
Jawab: a. Dengan uji serologi
b. Dengan uji PCR
9. Yang manakah termasuk dalam uji Serologi ?
Jawab: a. Uji Elisa
b. Uji Agar gel presipitasi (AGP)
c. Uji Hemaglutinasi HA/HI
10. Berapakah titer antigen yang digunakan untuk uji serologi HI?
Jawab: a. 2 HA unit
b. 4 HA unit
11. Apakah tanda bahwa uji HA positif?
Jawab : a. Ada pengendapan sel darah merah di dasar plat mikro
b. Ada butiran berpasir di dasar plat mikro
12. Apakah tanda bahwa uji HI positif
Jawab: a. Ada butiran berpasir di dasar plat mikro
b. Ada pengendapan sel darah merah di dasar plat mikro
13. Uji serologi HA/HI dapat digunakan untuk:
Jawab: a. Untuk mengidentifikasi penyakit baru
b. Untuk menentukan titer antibodi (status kekebalan hewan)
c. Untuk mengetahui penyakit yang sedang menginfeksi
14. Bahan-bahan boleh tidak ada ada pada uji HA:
a. Antigen
b. Antibodi
d. PBS atau NaCl Fisiologi
e. Sel darah merah 1%
15. Bahan-bahan yang harus ada pada Uji HI
a. Antigen
b. Antibodi
c. PBS atau NaCl Fisiologi
d. Sel darah merah 1%
25
26