Anda di halaman 1dari 26

Modul Training

CARA MENGISOLASI VIRUS DANMENGIDENTIFIKASI


DENGAN UJI SEROLOGI HEMAGLUTINASI

Oleh

PROF. DR. DRH. GUSTI AYU YUNIATI KENCANA, MP

LABORATORIUM VIROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR

Disampaikan pada Acara: Training dan Workshop Laboratorium, Timor Leste.


Pada tanggal: 13-21 Nopember 2017, di Denpasar, Bali

1
KATA PENGANTAR

Dalam rangka kerjasama antara Universitas Udayana dengan Pemerintah Timor


Leste maka diadakan pelatihan keterampilan Teknik Laboratorik di Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana. Modul kegiatan: “Cara Mengisolasi Virus Dan
Mengidentifikasi Dengan Uji Serologi Hemaglutinasi” disusun dalam rangkaian kegiatan
tersebut, tersusun atas tiga modul yang berisi tentang Kompetensi dasar, Indikator, Materi
dan Rangkuman dari setiap Modul.
Modul pertama: Pengertian Virus, berisikan penjelasan dasar tentang virus yang
mengarahkan ke materi berikutnya. Modul kedua: Isolasi Virus, memuat tentang tata
cara melakukan isolasi bahan terduga virus menggunakan telur ayam bertunas. Ada dua
teknik isolasi yang dilakukan, yakni isolasi virus pada telur ayam bertunas (TAB) melalui
jalur ruang alantois dan jalur inokulasi virus melalui korioalantois membran. Pada modul
kedua juga dibahas tentang cara melakukan panen virus dari cairan alantois dan dari
membran korioalantois. Modul ketiga: Identifikasi Virus Secara Serologi, memuat
tentang cara melakukan Uji serologi Hemaglutinasi yang diawali dengan Cara Uji
Hemaglutinasi (HA), dilanjutkan dengan Cara Uji Hambatan Hemaglutinasi (HI) dan
cara membaca hasil uji Hemaglutinasi.
Diharapkan melalui Modul 1, 2, dan 3 ini akan dapat dipahami tentang Virus
sebagai agen penyakit dan cara membuktikannya secara serologi dengan uji HA dan HI.

Denpasar, 10 Juli 2017


Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................ 2


DAFTAR ISI ............................................................................................ 3
PENDAHULUAN ..................................................................................... 5
Modul 1: PENGERTIAN VIRUS .......................................................... 7
A. Kompetensi Dasar .................................................................... 7
B. Indikator .................................................................................... 7
C. Materi ........................................................................................ 7
1. Virus sebagai mikroorganisme ......................................... 7
2. Perbedaan virus dengan mikroorganisme lain ............... 7
3. Struktur Dan Komposisi Virus ........................................ 8
4. Cara Mendiagnosis Penyakit Virus .................................. 9
D. Rangkuman ................................................................................. 10

Modul 2: Modul 2: ISOLASI VIRUS ...................................................... 11


A. Kompetensi Dasar .................................................................... 11
B. Indikator ................................................................................... 11
C. Materi ......................................................................................... 11
1. Manfaat melakukan inokulasi virus ................................ 11
2. Sampel bahan isolasi virus ................................................ 11
3. Cara Pembuatan Inokulum .............................................. 12
4. Media Isolasi Virus: Telur Ayam Bertunas ..................... 13
5. Candling Telur Ayam Bertunas ........................................ 13
6. Isolasi Virus pada Telur Ayam Bertunas ........................ 14
7. Panen Virus ........................................................................ 16
D. Rangkuman ................................................................................ 17

Modul 3: IDENTIFIKASI VIRUS SECARA SEROLOGI .................... 18


A. Kompetensi Dasar ...................................................................... 18
B. Indikator .................................................................................... 18

3
C. Materi ........................................................................................ 18
1. Tujuan melakukan uji serologi ....................................... 18
2. Macam-macam uji serologi .............................................. 19
3. Uji HA/HI Untuk Identifikasi Penyakit Virus .............. 19
4. Cara Uji Hemaglutinasi ................................................... 19
D. Rangkuman .............................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 23
LAMPIRAN ................................................................................................ 24
Lampiran 1. Contoh soal-soal Virologi ......................................... 24

4
PENDAHULUAN

Penyakit hewan dapat disebabkan oleh virus, bakteri maupun parasit. Penyakit
tersebut dapat menyerang manusia maupun hewan, bersifat sangat merugikan karena
dapat mengakibatkan kematian yang tinggi pada ternak. Penyakit virus pada umumnya
bersifat akut, bersifat menular dan kejadiannya berlangsung secara cepat menyebar pada
kelompok hewan. Angka sakit (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) pada
beberapa penyakit virus yang ganas (virulen) itu sangat tinggi. Morbiditas maupun
mortalitas dapat mencapai 100%, misalnya pada penyakit Avian Influenza atau pada
penyakit Newcastle Disease yang menyerang unggas, terutama unggas yang tidak
dipelihara dengan baik.
Pemeliharaan unggas yang baik dan benar yakni dengan menjaga kebersihan
kandang dan lingkungan (biosekuriti) dan melakukan pencegahan dengan meberikan
vaksinasi secara teratur guna meningkatkan kekebalan unggas terhadap penyakit tertentu.
Perlu diingat bahwa penyakit virus tidak dapat diobati dengan pemberian antibiotika.
Oleh karenanya pencegahan sangat memegang peranan penting dalam pengendalian
penyakit virus. Vaksinasi dan biosekuriti adalah faktor utama dalam pencegahan
penyakit virus. Pemberian vaksin secara teratur bermanfaat untuk meningkatkan
kekebalan ayam. Keberhasilan vaksinasi dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
titer antibodi dengan uji serologi. Selain untuk memeriksa titer antibodi, pemeriksaan
serologi juga bermanfaat untuk mendiagnosa penyakit virus.
Beberapa contoh penyakit virus tersebut misalnya pada unggas: penyakit Avian
Influenza/Flu burung, Newcastle Disease (ND) /Tetelo, penyakit Gumboro, pada anjing
misalnya penyakit Rabies, Parvo, Distemper, pada babi penyakit Hog kolera, pada sapi
penyakit Jembrana, penyakit Mulut dan Kuku. Selain menyebabkan kerugian secara
ekonomi, beberapa penyakit virus hewan juga bersifat zoonosis yakni dapat menular ke
manusia bahkan menyebabkan kematian pada manusia yang terinfeksi misalnya penyakit
Flu burung, penyakit rabies.
Penyakit virus mempunyai gejala klinis mirip yang disebut dengan istilah
diagnose banding. Misalnya penyakit Flu burung mirip dengan penyakit ND karena
kedua penyakit tersebut memiliki gejala klinis maupun angka sakit dan angka kematian

5
yang tinggi pada unggas. Untuk mendapatkan diagnose pasti dari kedua penyakit tersebut
maka perlu untuk dilakukan pemeriksaan secara laboratorik guna menentukan agen
penyebabnya. Untuk melakukan diagnose laboratorik meliputi beberapa tahapan yaitu
meliputi: pengambilan sampel organ dari hewan sakit, pembuatan inokulum, melakukan
isolasi dan identifikasi virus (agen penyakit). Pada modul ini akan dijelaskan secara
ringkas tentang pengertian virus dan cara untuk melakukan isolasi virus dan cara untuk
mengidentifikasi virus secara serologi.

6
Modul 1: PENGERTIAN VIRUS
A. Kompetensi Dasar
Memahami tentang virus dan tujuan mempelajari virus untuk tujuan diagnostik
B. Indikator
1. Menjelaskan tentang virus sebagai mikroorganisme
2. Menjelaskan tentang perbedaan virus dengan mikroorganisme lain
3. Menjelaskan tentang struktur dan komposisi virus
4. Menjelaskan tentang cara mendiagnosis penyakit virus

C. Materi
1. Virus sebagai mikroorganisme
Virus adalah mikroorganisme terkecil diantara mikroorganisme lain (bakteri,
parasit, klamedia, riketsia). Ukuran virus sangat kecil (ukuran virus 20-30 nm)
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tidak dapat dilihat dengan
mikroskop cahaya. Virus hanya bias dilihat dengan mikroskop elektron. Namun
demikian virus dapat diketahui berdasarkan atas sifat biologinya.
. Virus disebut sebagai parasit obligat karena virus mutlak memerlukan sel hidup
untuk menunjuang keperluannya hidupnya, untuk memperbanyak diri atau yang
disebut bereplikasi. Virus hanya mampu bereplikasi pada sel hidup yang disukainya,
virus tidak bisa hidup dan bereplikasi pada benda mati. Oleh karena itu perbanyakan
virus hanya dapat dilakukan dengan cara diisolasikan pada media hidup, misalnya:
telur ayam bertunas (telur berembrio), pada biakan sel atau kultur jaringan, atau
diisolasikan pada hewan percobaan atau menggunakan hospes alami.

2. Perbedaan virus dengan mikroorganisme lain


Mikroorganisme lain yang disebut disini meliputi: parasit, bakteri,
klamedia, dan riketsia. Secara umum ada beberapa perbedaan yang mendasar
diantara mikroorganisme tersebut.
Perbedaan tersebut dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya adalah:

7
1. Tempat hidup: Virus adalah mikroorganisme yang bersifat intraseluler, artinya
virus hanya hidup di dalam sel. Sementara mikroorganisme yang lain dapat
hidup dan berkembang di luar sel.
2. Pemilikan membran plasma: Virus tidak memiliki membran plasma,
sementara mikroorganisme yang lain memiliki membrane plasma.
3. Pembelahan biner: untuk memperbanyak diri maka virus melakukan dengan
cara bereplikasi, sementara mikroorganisme yang lain dengan cara membelah
diri secara biner.
4. Ukuran : Virus memiliki ukuran yang paling kecil diantara mikroorganisme
yang lain. Bakteri, parasit, klamidia dan roketsia dapat melewati saringan
bakteri yang menandakan ukurannya lebih besar darivirus. Sementara itu,
virus jika disaring dengan saringan bakteri maka akan dapat melewati
saringan bakteri.
5. Pemilikan Asam nukleat (DNA/ RNA) : DAN dan RNA adalah asam nukleat
virus. Virus hanya memiliki satu macam asam nukleat saja, yakni DNA atau
RNA. Sehingga virus dikelompokkan menjadi kelompok virus DNA dan
kelompok virus RNA. Berbeda halnya dengan bakteri yang memiliki
keduanya (DNA dan RNA)
6. Pemilikan Ribosom: Virus tidak memiliki ribosom, mikroorganisme yang
lain memiliki ribosom
7. Kepekaan terhadap antibiotika: Virus tidak peka terhadap antibiotika,
karenanya virus tidak dapat dibunuh dengan pemberian antibiotika.
Mikroorganisme lain terbunuh dengan pemberian antibiotika. Itulah sebabnya
untuk mengatasi penyakit virus yang lebih diutamakan adalah upaya
pencegahan dengan meberikan vaksinasi secara teratur. Pemberian antibiotika
pada penyakit virus ditujukan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri.

3. Struktur Dan Komposisi Virus


Virus yang paling sederhana terdiri dari genom DNA atau RNA (sering
disebut inti) serta diselubungi oleh protein yang disebut dengan kapsid. Virus
yang paling sederhana adalah Sirkovirus dengan kapsid yang hanya disusun oleh

8
dua protein saja, sedangkan virus pox sebagai contoh virus kompleks tersusun
atas puluhan protein. Protein kapsid dengan genom membentuk nukleokapsid,
bentuknya bermacam-macam, ada berbentuk ikosahedral, heliks, dan komplek.

Bentuk heliks bentuk ikosahedral

Bagian luar virus disebut amplop yang tersusun atas lemak yang didapat
dari hospesnya. Amplop tersusuna atas lemak dua lapis dan bergabung dengan
protein permukaan virus. Protein ini berfungsi sebagi protein permukaan yang
berperan dalam perlekatan virus dengan reseptor sel dan merupakan antigen yang
menginduksi kekebalan. Virus beramplop pada umumnya mudah rusak. Virus
beramplop hanya bersifat menular apabila amplopnya masih utuh. Genom virus
ada RNA atau DNA, berserat tunggal (single strended=ss) atau berserat ganda
(double stranded=ds).

4. Cara Mendiagnosis Penyakit Virus


Diagnosis penyakit virus diawali dari sejarah kasus di lapangan. Diagnosis
lapang meliputi: data epidemiologi, laporan tentang gejala klinis. Hewan yang
sakit kemudian dibunuh untuk mengetahui organ yang mengalami perubahan
patologi anatomi. Organ-organ tersebut selanjutnya dijadikan sampel untuk bahan
uji di laboratorium. Selain sampel organ dari hewan sakit, bahan untuk isolasi
virus dapat pula diambil dari hewan sehat yang dicurigai dengan melakukan
pengambilan sampel dari swab kloaka, dan swab trakea. Selanjutnya dilakukan
isolasi dan identifikasi agen penyebab penyakit. Identifikasi virus dapat dilakukan
secara serologi dan molekuler (misalnya dengan uji hemaglutinasi dan uji
molekuler dengan Polymerase Chain Reaction=PCR).

9
D. Rangkuman
Virus adalah mikroorganisme terkecil, bersifat sebagai parasit obligat
intraseluer yang artinya untuk dapat eksis berkembang maka virus mutlak
memerlukan sel hidup. Virus tidak dapat dibunuh dengan antibiotika, oleh karena
itu cara terbaik untuk mencegah penyakit virus adalah dengan melakukan
vaksinasi dan meningkatkan biosekuriti. Untuk mendiagnosa penyakit virus dapat
dilakukan dengan melakukan isolasi dan identifikasi agen dari sampel hewan
yang diduga terinfeksi virus (diagnosa sementara). Sampel untuk bahan isolasi
virus dapat diambil organ (pada hewan yang dibunuh) maupun dari swab (pada
hewan yang masih hidup). Identifikasi virus dapat dilakukan secara serologi
maupun secara molekuler.

10
Modul 2: ISOLASI VIRUS

A. Kompetensi Dasar
Memahami akan manfaat melakukan isolasi virus dan tahapan inokulasinya
B. Indikator
1. Manfaat melakukan inokulasi virus
2. Menjelaskan sampel untuk bahan isolasi virus
3. Cara pembuatan inokulum
4. Menjelaskan tentang media untuk mengisolasikan virus
5. Menjelaskan tentang cara candling telur ayam bertunas
6. Menjelaskan tentang cara melakukan isolasi virus
pada telur ayam bertunas (TAB)
7. Menjelaskan tentang cara panen virus pada telur ayam bertunas

C. Materi
1. Manfaat melakukan inokulasi virus
Adapun manfaat melakukan isolasi virus diantaranya adalah untuk menemukan
agen penyebab penyakit. Disamping itu isolasi virus dapat dilakukan untuk
memperbanyak virus (misalnya untuk bahan pembuatan vaksin).

2. Sampel bahan isolasi virus


Pemilihan Sampel untuk Bahan Isolasi virus ND dan AI
Bahan untuk isolasi virus yang baik adalah jika sampel diambil dalam
keadaan segar, diambil saat infeksi pada fase akut. Penyakit ND dan AI
mempunyai gejala klisis yang sangat mirip, yakni: kelainan sistema respirasi
yang ditandai ngorok, keluar leleran hidung, batuk. Gejala lain berupa
gangguan sistim pencernaan yang ditandai: diare, bulu kusam karena dehidrasi
akibat diare profus. Ada pula gejala syaraf yang disebut tremor, ataxia,
tortikolis (tandanya sayap terkulai dan leher terpuntir ke belakang).
Perubahan patologi anatomi dari organ yang diakibatkan oleh kedua
penyakit tersebut juga hampir sama. Perubahan patologi anatomi ditandai
dengan perdarahan ringan sampai berat yang dijumpai pada trakea, paru-paru,

11
usus, provektrikulus, ventrikulus, dan otak. Perdarahan bentuk ptekie
(perdarahan bintik) maupun eksimosa (perdarahan yang meluas) seringkali
ditemukan pada organ-organ tersebut. Pada kasus AI perdarahan bintik juga
ditemukan pada pankreas, juga pada kaki.
Sampel untuk bahan pembuatan inokulum diambil dari organ-organ yang
mengalami perubahan menciri. Biasanya semakin menciri perubahan patologi
anatominya maka semakin tinggi pula titer virus hasil dipanen. Sampel organ
diambil dalam keadaan segar, dan usahakan pengambilan organ seseteril
mungkin. Organ ditempatkan di dalam tabung kaca steril selanjutnya dibuat
inokulum untuk diinokulasikan pada media isolasi virus.
Pada hewan yang masih hidup, sampel pemeriksaan dapat diambil dengan
menggunakan swab. Pada unggas diambil dari swab trakea, swab kloaka.
Pada mamalia juga dapat diambil dari swab kerongkongan, swab vagina, swab
preputium.

3. Cara Pembuatan Inokulum


a. Sampel berupa organ atau jaringan diambil sebanyak kira-kira 1 gram,
ditempatkan pada mortar steril, lalu dipotong kecil-kecil dan digerus sampai
halus sambil ditambahkan PBS pH 7,2 atau boleh juga NaCl fisiologis sampai
konsentrasinya 10-20 %.
b. Selanjunya suspensi jaringan dipindahkan ke dalam tabung steril untuk
disentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 10-15 menit, kemudian
dipisahkan supernatant dari endapan.
c. Diambil bagian supernatan sebanyak 9 ml, ditambahkan dengan antibiotika 1
ml yang sudah diencerkan (dengan dosis 1000-5000 IU penicillin dan 1000-
5000 µg/ml streptomisin). Campuran tersebut selanjunya dieramkan pada
inkubator bersuhu 37ºC selama 30 menit.
d. Campuran supernatan yang berisi antibiotika tersebut selanjuntnya digunakan
sebagai bahan untuk isolasi virus pada tahap berikutnya.

12
4. Media Isolasi Virus: Telur Ayam Bertunas
Media yang digunakan untuk isolasi virus antara lain: telur ayam bertunas
(TAB), biakan sel, hewan percobaan maupun hospes alami. Pada modul ini
akan dibahas tentang isolasi virus (sampel uji virus AI dan ND pada
pembuatan inokulum point 2.d). Media yang umum digunakan untuk isolasi
virus ND dan AI adalah telur ayam bertunas (TAB).
Alasan pemilihan telur ayam bertunas sebagai media isolasi Virus ND dan
AI , antara lain:
a. Mudah diperoleh
b. Relative bebas dari mikroorganisme pathogen
c. Peka terhadap infeksi virus ND dan AI
d. Dapat diberikan tanda (ditulis dengan pensil: kode isolat, asal isolat,
tanggal inokulasi, jenis penyakit).
Sebelum digunakan telur diperiksa (candling) terlebih dahulu dengan
menggunakan candler (teropong telur).

5. Candling Telur Ayam Bertunas


Pemeriksaan telur ayam bertunas disebut candling yang dilakukan pada
ruangan gelap untuk mengamati pergerakan embrionya. Teropong telur
(candler) dihidupkan lalu telur diperiksa di depan Canler. Diamati pergerakan
ambrio dan pembuluh darahnya. Telur yang fertile ditandai dengan
pergerakan aktif dan darahnya merah. Sebaliknya telur yang infertile tidak
ada pergerakan embrio dan pembuluh darahnya tampak hitam. Telur ayam
bertunas beserta bagian-bagiannya dimuat pada Gambar 1

13
Gambar TAB

Gambar 1. Telur ayam bertunas

6. Isolasi Virus pada Telur Ayam Bertunas


Jalur inokulasi yang umum dilakukan pada telur ayam bertunas diantaranya
adalah:
a. inokulasi melalui ruang alantois
b. inokulaasi melalui membrane korioalantois (Chorioalantoic
membrane= CAM)
c. inokulasi kantong kuning telur (Yolk Sac)
d. inokulasi melaui ruang amnion (amnionic cavity)
e. inokulasi melalui otak (intracerebtum)
f. inokulasi melalui pembuluh darah (intra vena)
Pada modul ini akan dijelaskan cara inokulasi virus melalui ruang alantois dan
membrane korioalantois (CAM).

6.1. Cara inokulasi virus melalui Ruang Alantois


Jalur inokulasi ini dipilih untuk virus: Newcastle Disease, Avian Influenza,
Infectious Bronchitis, Egg Drop Syndrome. Telur yang digunakan biasanya
berumur 9-10 hari. Jalur inokulasi adalah sebagai berikut:
a. Telur di candling untuk menentukan fertilatau tidak
b. Ditandai ruang udaranya dengan menggunakan pensil

14
c. Kulit telur didesinfeksi dengan alkohol 70%.
d. Dibuat lubang pada cangkang telur dengan menggunakan jarum
penusuk
e. Dilakukan inokulasi 0.2 ml inokulum/ butir telur dengan menggunakan
spuit dengan jarum berukuran 1 ml.
f. Lubang tempat suntikan tadi ditutup dengan menggunakan kuteks
g. Diberikan label pada telur tentang isolat yang diisolasikan.
h. Telur diinkubasikan di inkubator bersuhu 37ºC dan diamati setiap hari
dengan cara di canding
i. Kematian telur kurang dari 24 jam diabaikan dan dianggap telur
terkontaminasi.
j. Telur yang mati lebih dari 24 jam atau telur dengan embrio yang sudah
lemah selanjutnya dimasukkan ke almari pendingin selama satu
malam.
k. Dilakukan pemanenen cairan alantois.

6.2. Cara Inokulasi Virus Melalui Membrana Korioalantois (CAM)


Inokulasi melalui membrane korioalantois dilakukan untuk mengisolasi
virus –virus yang bersifat epiteliotrofik, misalnya: virus Marek, Gumboro,
Distemper, Pox, Variola, Vaccinia. Biasanya pertumbuhan virus bersifat
lambat yang ditandai dengan pembentukan pox pada CAM.
Cara inokulasi CAM:
a. Telur dipilih yang fertile dan berumur 11-13 hari
b. Dilakukan candling dan ditandai ruang udaranya dengan pensil.
c. Dibuat satu tanda (x) dibagian horizontal yang dekat dengan pembuluh
darah.
d. Kulit telur didesinfeksi dengan alkohol 70 % kemudian dibuat lubang
pada posisi ruang udara alami dengan menggunakan jarum penusuk
steril.
e. Dibuat lubang satu lagi di bagian horizontal yang telah diberikan tanda
(point c).

15
f. Udara dihisap keluar dari lubang ruang udara alami (point d) untuk
membuat ruang udara buatan pada lubang (point e)
g. Diinokulasikan 0,1 ml inokulum melalui ruang udara buatan, lalu
lubang tadi didesinfeksi dan ditutup dengan kutek
h. Telur diinkubasikan pada inkubator bersuhu 37ºC dengan posisi
horizontal, dan diamati setiap hari selama maximal 5 hari.
i. Telur dipanen dan dimasukkan ke almari pendingin.

7. Panen Virus
Telur yang sudah diinokulasi virus selanjutnya dikeluarkan dari almari pendingin
untuk dipanen. Sebelum dipanen disediakan alat-alat bedah yang terdiri dari:
gunting, pinset. Disiapkan pula cawan petri, tabung steril, spatula, pipet Pasteur,
sarung tangan dan masker, satu kantong plastik tempat menampung sampah bekas
panen.
7.1. Cara Panen Cairan Alantois
a. Telur dikeluarkan dari almari pendingin, lalu dipotong cangkang telur
pada bagian ruang udaranya secara melingkar dengan menggunakan
gunting.
b. Dikuakkan selaput korioalantoisnya dengan menggunakan pinset
sehingga tampak embrio yang dikelilingi cairan alantois berwarna
jernih. Apabila cairan alantoisnya tampak keruh itu menandakan
terjadi kontaminasi bakteri dan tidak layak untuk diuji.
c. Cairan alantois dipanen dengan cara diisap dengan pipet steril dan
ditampung pada tabung steril. Embrio ditekan dengan spatula untuk
mendapatkan cairan yang bebih banyak, lalu cairan alantois ditampung
pada tabung steril kemudian diberi label untuk di uji HA/HI.

7.2. Cara Panen CAM


a. Telur dikeluarkan dari almari pendingin, lalukulit telur digunting
melingkar secara horizontal.

16
b. Embrio dikeluarkan dari cangkang telur dan ditampung pada cawan
petri steril
c. Ambil selaput CAM yang menempel pada cangkang telur
danditempatkan pada cawan petri lain yang telah diisi PBS.
d. CAM dicuci dengan PBS, digoyang-goyangkan sampai bersih dan
diamati adanya bentuk pox pada CAM.
e. Bagian CAM yang terinfeksi (bentuk pox) kemudian dipotong dan
disimpan untuk bahan uji pada PCR atau uji AGPT

D. Rangkuman
Isolasi virus berguna untuk mendapatkan agen penyebab penyakit atau digunakan
pula untuk memperbanyak virus misalnya untuk membuatan vaksin. Tahapan isolasi
meliputi: pemilihan sampel, pembuatan inokulum, isolasi inokulum pada TAB, dan
panen virus. Isolasi virus pada TAB melalui ruang alantois maka hasil panenya
berupa cairan alantois, sedangkan isolasi virus melalui CAM yang dipanen adalah
CAM yang terinfeksi virus yang ditandai dengan bentuk pox.

17
Modul 3: IDENTIFIKASI VIRUS SECARA SEROLOGI

A. Kompetensi Dasar

Memahami manfaat melakukan uji serologi dan teknik uji serologi

B. Indikator

1. Menjelaskan tujuan melakukan uji serologi


2. Menjelaskan macam-macam uji serologi
3. Menjelaskan dasar pemilihan uji serologi HA/HI untuk diagnosis
penyakit virus
4. Menjelaskan cara uji hemaglutinasi (HA)
5. Menjelaskan cara uji serologi Hambatan hemaglutinasi (HI)

C. Materi
1. Tujuan melakukan uji serologi
Uji serologi dilakukan untuk mengidentifikasi virus guna menentukan
agen penyebab penyakit. Diagnose demikian disebut diagnose pasti. Caranya
dengan menggunakan serum standar yang sudah diketahui. Prinsip dasar uji
serologi adalah terjadinya ikatan antara antigen dengan antibodi yang homolog
untuk membentuk ikatan antigen-antibodi komplek. Pada uji hemaglutinasi,
ikatan tersebut (kompleks antigen- antibodi homolog) dapat diketahui dengan
menambahkan sel darah merah 1% sebagai indikator uji.
Uji serologi juga dapat digunakan untuk mengukur titer antibodi hewan
pascavaksinasi. Darah diambil dari hewan satu atau dua minggu setelah
divaksinasi. Pada unggas pengambilan darah dilakukan melalui vena brakialis
(vena sayap), dengan menggunakan spuit 1 atau 3 ml tergantung umurnya.
Selanjutnya darah diletakkan pada posisi miring, dibiarkan sampai sarumnya
keluar dengan sempurna. Serum yang keluar selanjutnya dipisahkan dan
ditampung dengan tabung mikro untuk diuji titer antibodinya.
Disamping itu uji serologi juga dapat digunakan untuk mengetahui
munculnya penyakit baru dengan menggunakan serum dan antigen standar. Untuk
penyakit yang sudah endemik, dilakukan pengambilan serum sepasang (paired
sera) yakni serum yang diambil dua kali. Pengambilan pertama saat penyakit

18
berlangsung akut, sedangkan pengambilan serum yang kedua dilakukan 2-4
minggu kemudian. Selanjunya dibandingkan titer antibodinya.

2. Macam-macam uji serologi


Beberapa uji serologi yang dikenal, diantaranya adalah:
a. Haemaglutination and Haemaglutination Inhibition Test (HA/HI)
b. Enzym-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
c. Agar Gel Presititation Test (AGPT)
d. Flourescent Antibody Technique (FAT)
e. Complement Fixation Test (CFT)
f. Radio Immuno Assay (RIA)

Pada modul ini hanya akan dijelaskan dan dipraktekkan tentang uji serologi
HA/HI untuk mengidentifikasi virus ND dan AI.

3. Uji HA/HI Untuk Identifikasi Penyakit Virus


Uji hemaglutinasi (HA/HI) digunakan khusus untuk virus-virus yang memiliki
protein hemaglutini pada amplopnya. Misalnya: Virus Newcastle Disease, virus
Avian Influenza, virus Parvo. Terjadinya hemaglutinasi ditandai dengan butiran
berpasir akibat adanya ikatan antara sel darah merah 1% dengan protein
hemaglutinin pada amplop virus.

4. Cara Uji Hemaglutinasi


4.1. Cara Uji Hemaglutinasi Cepat
Uji hemaglutinasi cepat (rapid HA) dilakukan untuk deteksi cepat.
Cara kerja:
a. Diteteskan satu tetes suspensi antigen diatas gelas objek, didekatnya
diteteskan pula satu tetes suspense sel darah merah 1 %.
b. Kedua tetesan tersebut selanjutnya dicampurkan dengan menggunakan
batang korek api lalu diaduk beberapa saat sampai merata.
c. Diamati terjadinya butiran berpasir warna merah pada objek glas sebagai
tanda reaksi itu positif.

19
4.2. Uji Hemaglutinasi Teknik Mikrotiter
Uji ini untuk mengetahui titer virus, diperlukan untuk menyiapkan antigen
4 HA unit pada uji HI.
Cara kerjanya:
a. Disiapkan plat mikro 96 sumuran, lalu diisikan 0,025 µl PBS ke dalam
semua lubang.
b. Ditambahkan suspensi antigen yang diuji (dari cairan alantois hasil panen)
pada tahap uji sebelumnya ke dalam lubang satu dan dua, selanjunya
dilakukan pengenceran berseri kelipatan dua mulai dari lubang kedua
sampai lubang ke sebelas dengan menggunakan pengencer mikro.
c. Ditambahkan 0,25 µl PBS ke dalam setiap lubang plat mikro (mulai dari
lubang 1 sampai lubang 12), selanjutnya diaduk dengan pengocok mikro.
d. Ditambahkan ke dalam setiap lubang masing-masing 0,05 µl sel darh
merah 1 % mulai lubang 1 sampai lubang 12, lalu diayak selama 30 detik.
e. Plat mikro selanjutnya dieramkan pada suhu kamar dan diamati timbulnya
aglutinasi sel darah merah. Pengamatan dilakukan setiap 15 menit selama
satu jam.
f. Titer virus ditentukan dari pengenceran tertinggi yang masih mampu
mengalutinasi sel darah merah 1%. Titer virus yang diperoleh selanjutnya
diencerkan menjadi 4 HA Unit.
g. Identifikasi virus dilanjutkan dengan uji HI.

4.3. Uji Hambatan Hemaglutinasi (Uji HI)


Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi lebih lanjut virus yang diuji pada
uji HA. Disamping itu uji HI juga dapat juga digunakan untuk menentukan
titer antibodi hewan pascavaksinasi.
Cara kerja:
a. Disiapkan plat mikro 96 sumuran, lalu diisikan 0,025 µl PBS ke dalam
semua lubang.

20
b. Serum yang akan di uji dipanaskan terlebih dahulu pada penangas air
bersuhu 56 ºC selama 30 menit.
c. Ditambahkan 0,025 µl serum ke dalam lubang 1 dan 2 dari sumuran plat
mikro lalu diencerkan secara berseri kelipatan dua mulai dari sumuran ke
dua sampai lubang ke sepuluh dengan pengencer mikro.
d. Ditambahkan 0,25 µl suspensi antigen 4 HA unit mulai lubang n0 1
sampai 11, lubang nomor 12 hanya diisi 0,25 µl PBS.
e. Plate mikro diayak selama 30 detik, kemudian diinkubasikan pada suhu
kamar (sehu 23º C) selama 30 menit. Kedalam setiap lubang selanjutnya
ditambahkan masing-masing 0.05 ml suspense sel darah merah 1 %,
diayak kembali selama 30 detik.
f. Plate mikro diletakkan pada suhu kamar, diamati setiap 15 menit, dibaca
hasilnya . pengamatan dilakukan selama 1 jam
g. Titer HI dinyatakan sebagai pengenceran tertinggi dari serum yang masih
mampu menghambat terjadinya hemaglutinasi virus secara sempurna.

D. Rangkuman
Uji serologi dilakukan untuk mengidentifikasi virus sebagai agen
penyebab penyakit, dengan menggunakan serum standar yang disebut dengan
diagnose pasti. Prinsip dasar uji serologi adalah terjadinya ikatan antara antigen
dengan antibodi yang homolog untuk membentuk ikatan antigen-antibodi
komplek. Uji serologi juga digunakan untuk mengukur titer antibodi hewan
pascavaksinasi. Disamping itu uji serologi juga dapat digunakan untuk
mengetahui munculnya penyakit baru dengan menggunakan serum dan antigen
standar. Untuk penyakit yang sudah endemik, dilakukan pengambilan serum
sepasang (paired sera) yakni serum yang diambil dua kali. Pengambilan pertama
saat penyakit berlangsung akut, sedangkan pengambilan serum yang kedua
dilakukan 2-4 minggu kemudian pada masa kesembuhan.
Uji HA positif ditandai dengan bentukan berpasir warna merah pada dasar
plat mikro sebagai tanda hemaglutinasi. Jika HA positif itu tandanya antigen
yang diuji memiliki hemaglutinin. Untuk memastikan agen (virusnya) dilanjutkan

21
dengan uji HI menggunakan serum standar. Uji HI positif ditandai dengan
pengendapan sel darah merah 1%. Titer HI adalah pengenceran tertinggi serum
yang mampu menghambat terjadinya hemaglutinasi sempurna. Sel darah merah
disini hanya sebagai indikator uji.

22
DAFTAR PUSTAKA

Delwart E., Li L. 2012. Rapidly expanding genetic diversity and host renge of the
Circoviridae viral family and other Rep encoding small circular ssDNA
genomes. Virus Res 164: 114-121
Fenner FJ, Gibbs EPJ., Murphy FA. Rott R Studdert MJ., 1993. Veterinay
Virology, San Diego: Academic Press.
Herrington CS, Coates PJ, Dupex WP. 2015. Viruses and Disease: Emerging
Concepts for Prevention, diagnosis and treatment. J Pathol 235: 149-152.
Knipe DM, Howley PM., editors (2001). Folds Virology. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins
th
Mac Lachlan NJ, Dubovi EJ, editor, 2011. Fenner’s . Veterinary Virology. 4
ed. London. Academic Press.
OIE 2008. Manual of Diagnostic Test and Vaccines for Terrestrial Animals.
Paris: Office international des Epizooties

23
LAMPIRAN

Contoh 1. Soal-soal dari Lab. Virologi

Petunjuk: Pilihlah beberapa jawaban yang tepat dengan cara memberi tanda silang
(x) di depan hurufnya. Jawaban boleh lebih dari satu

1.Apakah virus termasuk mikroorganisme ?


Jawab: a. ya (mikroorganisme)
b. tidak (bukan mikroorganisme)
2. Apakah virus termasuk parasit ?
Jawab : a. ya (parasit)
b. tidak (bukan parasit)
3. Pernyataan yang benar tentang virus (jawaban lebih dari satu):
Jawab: a. Dapat dilihat dengan mikroskop cahaya
b. Ukurannya lebih besar daripada bakteri
c. Dapat ditumbuhkan pada telur ayam bertunas (TAB)
d. Penyebab penyakit Newcastle disease, Avian Influenza, Rabies
4. Cara mendiagnosa penyakit virus secara pasti dilakukan dengan
Jawab: a. Cukup hanya melakukan isolasi virus
b. Dengan melakukan isolasi dan identifikasi virus
5. Bagaimanakah cara memperbanyak virus?
Jawab: a. Ditanam pada plat agar darah
b. Ditaman pada telur ayam bertunas (TAB)
c. Ditanam pada hewan percobaan
6. Ada berapa jalur yang saudara kenal untuk menanam virus pada TAB?
Jawab : a. Jalur ruang alantois
b. Jalur membran korioalantois
c. Jalur sub kutan
7. Kalau saudara melakukan panen cairan alantois, yang saudara panen adalah:
Jawab: a. antigen
b. antibodi

24
8. Bagaimanakah cara mengidentifikasi virus?
Jawab: a. Dengan uji serologi
b. Dengan uji PCR
9. Yang manakah termasuk dalam uji Serologi ?
Jawab: a. Uji Elisa
b. Uji Agar gel presipitasi (AGP)
c. Uji Hemaglutinasi HA/HI
10. Berapakah titer antigen yang digunakan untuk uji serologi HI?
Jawab: a. 2 HA unit
b. 4 HA unit
11. Apakah tanda bahwa uji HA positif?
Jawab : a. Ada pengendapan sel darah merah di dasar plat mikro
b. Ada butiran berpasir di dasar plat mikro
12. Apakah tanda bahwa uji HI positif
Jawab: a. Ada butiran berpasir di dasar plat mikro
b. Ada pengendapan sel darah merah di dasar plat mikro
13. Uji serologi HA/HI dapat digunakan untuk:
Jawab: a. Untuk mengidentifikasi penyakit baru
b. Untuk menentukan titer antibodi (status kekebalan hewan)
c. Untuk mengetahui penyakit yang sedang menginfeksi
14. Bahan-bahan boleh tidak ada ada pada uji HA:
a. Antigen
b. Antibodi
d. PBS atau NaCl Fisiologi
e. Sel darah merah 1%
15. Bahan-bahan yang harus ada pada Uji HI
a. Antigen
b. Antibodi
c. PBS atau NaCl Fisiologi
d. Sel darah merah 1%

25
26

Anda mungkin juga menyukai