Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita sebagai mahasiswa-mahasiswi yang mempelajari P. Agama islam diharuskan


menguasai materi-materi yang dipelajari salah satu materi yang harus kita kuasai adalah
pandangan Agama tentang tranfusi darah, transplantasi organ, haid&masa nifas, pemberian
asi.
Tranfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu
orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transplantasi organ adalah pemindahan seluruh
atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu bagian ke bagian yang
lain pada tubuh yang sama. Haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi
secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-Esterogen atau LH-
Progesteron. Masa nifas adalah darah yang keluar dari rahim wanita setelah seorang wanita
melahirkan. pemberian asi adalah pemberian ASI pada bayi yang berumur antara 0-6 bulan
setelah kelahiran tanpa memberikan makanan atau minuman lain selain oba atau vaksin
imunsasi.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut dapat disusun pertanyaan yang akan menjadi
pembahasa dalam makalah ini :
a. Apa yang dimaksud dengan tranfusi darah? Jelaskan!
b. Apa yang dimaksud dengan transplatasi organ? Jelaskan!
c. Apa yang dimaksud dengan haid? Jelaskan!
d. Apa yang dimaksud dengan masa nifas? Jelaskan!
e. Apa yang dimaksud dengan pemberian asi? Jelaskan!

P. Agama Islam 1
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui secara detail mengenai pandangan Agama tentangtranfusi
darah, transplantasi organ, haid&masanifas, pemberianasi.

1.4 Manfaat
Dapat mengetahui secara detai mengenai pandangan Agama tentangtranfusi
darah, transplantasi organ, haid&masanifas, pemberianasi.

P. Agama Islam 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sudut Pandang Transfusi Darah dalam Agama Islam

Transfusi darah merupakan proses pengambilan darah sesudah diperiksa dari segi dan
dipilih sangat bermanfaat untuk diberikan kepada yang membutuhkan darah. Diantara
penyakit ada yang tidak dapat diobati kecuali dengan satu – satunya jalan yaitu dengan
menambahkan darah yang sehat dan cocok kepada darah si sakit yaitu penyakit kekurangan
darah (Anemia), luka parah karena kecelakaan, operasi besar disebut. Memasukkan darah
dengan suntikan pemindahan darah, tidaklah sama dengan memasukkannya dengan jalan
memakan dan meminumnya baik salurannya maupun akibat atau hasilnya.
Transfusi darah boleh dilakukan apabila :

a. Pengobatan dengan pemindahan darah (transfusi) itu boleh hukumnya yakni dengan
cara memindahkan darah yang sehat dan cocok kepada orang yang membutuhkan
tambahan darah untuk pengobatan.
b. Dalam keadaan darurat yang tidak ada obat lagi kecuali darah sehingga si sakit hanya
dapat diselamatkan jiwanya dengan pemindahan darah maka pengobatan dengan
darah itu tidak saja boleh bahkan wajib hukumnya.
c. Darah hukumnya haram apabila diminum dan atau najis. Apabila dapat diambil
manfaat yang halal menurut hukum syara’ tidak untuk dimakan/diminum,
umpamanya untuk penambah darah orang yang menderita penyakit kurang darah (jadi
obat) boleh dihibahkan (diberikan dengan cuma – cuma) atau diberikan dengan
penggantian kerugian.

P. Agama Islam 3
Sudut Pandang Agama Islam

Ulama Islam Indonesia telah memutuskan soal transfusi darah yang dituangkan dalam
fatwa No : 6 Tahun 1956 tanggal 2 Oktober 1956, yang menyebutkan bahwa yang
diharamkan mengenai darah dalam Al – Qur’an adalah memakan dan meminumnya yaitu
memasukkan melalui kerongkongan karena darah itu najis. Banyak ulama terdahulu yang
berfatwa melarang pengobatan dengan darah dengan alasan darah itu najis sehingga haram
dimasukkan ke dalam tubuh, ditambah hadits yang mengatakan bahwa Allah tidaklah
meletakkan kesembuhan umatku dalam hal yang haram.
Akan tetapi menimbang bahwa manfaat donor darah adalah suatu yang terbukti ditambah
dokter yang menangani pasien yang membutuhkan tambahan darah tidaklah bersentuhan
langsung dengan darah, para ulama generasi selanjutnya menganjurkan melakukan donor
darah. Ulama membolehkan dengan alasan ‘darurat’ atau dengan alasan bahwa
pengobatan dengan donor darah adalah cara pengobatan yang bermanfaat dengan
sesuatu yang belum jelas keharamannya” [Al Fatawa Asy Syar’iyyah fi Al Masail Ath
Thibbiyyah juz 2 hal 23].

Menurut Komisi Fatwa MUI Propinsi DKI Jakarta mengeluarkan fatwa tentang Hukum
Donor Darah bagi Yang Sedang Berpuasa tanggal 24 Juli 2000. Fatwa tersebut menyebutkan
bahwa donor yang dilakukan oleh pendonor darah yang berpuasa tidak membatalkan atau
mengurangi kesempurnaan ibadah puasa, bahkan ditinjau dari segi keutamaan, pendonor
darah yang sedang puasa melakukan donor darah adalah suatu amal shaleh yang pahalanya
lebih besar dibanding dengan amal shaleh di luar bulan puasa. Namun apabila donor darah
tersebut mengakibatkan bahaya (dharar) bagi pendonor, atau mengakibatkannya harus minum
atau makan atau yang dapat membatalkan puasa baik sebelum atau sesudah donor darah,
maka perbuatan itu tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.

Balasan Allah Terhadap Kebaikan Para Pendonor Darah


Pendonor sebagai pemberi pertolongan kepada orang lain dijanjikan kemuliaan dan kebaikan
dari Allah berdasarkan hadist – hadist Nabi Muhammad SAW sebagai berikut :
HR Bukhari dari Ibnu Umar : ‘’Barang Siapa melepaskan seorang muslim dari suatu
kesukaran maka Allah SWT akan melepaskan pula dari suatu kesukaran di hari kiamat.’’

P. Agama Islam 4
HR Al Isbahany dari Ibnu Umar : ’’Manusia yang paling disukai oleh Allah SWT ialah
manusia yng paling bermanfaat bagi manusia ‘’.
HR Abu Hurairah : ‘’Sesungguhnya Allah akan menolong hambanya selama hamba itu
menolong saudaranya ‘’.
http://taxblood.blogspot.co.id/2013/05/donor-darah-dalam-pandangan-agama.html

2.2 Transplantasi organ

Transplantasi organ adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari
suatu tempat ketempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan
dan kondisi tertentu. Tujuan utama transplantasi organ adalah mengurangi penderitaan dan
meningkatkan kualitas hidup pasien. Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima dapat
dibedakan menjadi :

a. Autotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam
tubuh orang itu sendiri.
b. Homotransplantasi, yaitu pemindahan suatau jaringan atau organ dari tubuh seseorang
ke tubuh orang lain.
c. Heterotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari suatu spesies ke
tubuh spesies lainnya.

Ada dua komponen yang penting yang mendasari transplantasi yaitu :


a. Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau
yang sudah meninggal.
b. Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada
bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain.

P. Agama Islam 5
Disamping itu, ada dua komponen yang menunjang keberhasilan tindakan transplantasi, yaitu
:
a. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang
diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan
kekurangan jaringan / organ.
b. Adaptasi resipien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan / organ
tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan / organ tersebut,
untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Tahun 600 SM di India, susruta telah melakukan transplantasi kulit. Sementara jaman
Renaissance, seorang ahli bedah dari Italia bernama Gaspare Tagliacozzi juga telah
melakukan hal yang sama. Diduga John Hunter (1728-1793) adalah pioneer bedah
eksperimental, termasuk bedah transplantasi. Dia mampu membuat kriteria teknik bedah
untuk menghasilkan suatu jaringan transpalntasi yang tumbuh di tempat baru. Akan tetapi
sistem golongan darah dan sistem histokompatibilitas yang erat hubungannya dengan reaksi
terhadap transplantasi belum ditemukan. Pada abad ke-20 wiener dan landsteiner menyokong
perkembangan transplantasi dengan menemukan golongan darah sistem ABO dan system
Rhesus. Saat ini perkembangan ilmu kekebalan tubuh makin berperan dalam keberhasilan
tindakan transplantasi. Perkembangan teknologi kedokteran terus meningkat searah dengan
perkembangan teknik transplantasi.
Ilmu transplantasi modern makin berkembang dengan ditemukannnya metode-metode
pencangkokan, seperti :
a. Pencangkokkan arteria mammaria interna didalam operasi lintas koroner oleh Dr.
George E.Green.
b. Pencangkokkan jantung, dari jantung kera kepada manusia oleh Dr. Cristian Bernhard,
walaupun resepiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari.
c. Pencangkokkan sel-sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita
parkinson oleh Dr. Andreas Bjornklund.
Masalah etik dan moral dalam transplantasi beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha
transplantasi adalah :
a. Donor hidup adalah orang yang memberiakn jaringan / organnya kepada orang lain
(resipien). Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui
dan mengerti resiko yang dihadapi

P. Agama Islam 6
b. Jenazah dan donor mati adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau
berniat dengan sungguh-sungguh untuk memberikan jaringan/ organ tubuhnya kepada
orang yang memerlukan apabila ia telah meninggal kapan seorang donor itu dapat
dikatakan meninggal secara wajar, dan apabila sebelum meninggal , donor itu sakit,
sudah sejauh mana pertolongan dari dokter yang merawatnya.
c. Keluarga donor dan ahli waris.
Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan saling
pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin ataupun tekanan psikis dan emosi
di kemudian hari.
Resipien adalah orang yang menerima jaringan atau organ orang lain.
Dokter dan tenaga pelaksana lain.
Untuk melaksankan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat persetujuan dari
donor, resipien maupun keluarga kedua belah pihak.
Masyarakat Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan
transplantasi. Pada saat ini peraturan perundang-undangan yang ada adalah peraturan
pemerintah No. 18 tahun 1981, tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis serta
transplantasi alat atau jaringan tubuh manusia. Pokok-pokok peraturan tersebut adalah pasal
10 yang berbunyi “Transplantasi alat untuk jaringan tubuh manusia dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai dimaksud dalam pasal 2 huruf a dan huruf b,
yaitu harus dengan persetujuan tertulis penderita dan / keluarganya yang terdekat setelah
penderita meninggal dunia”.

Hukum Transplantasi Organ Tubuh menurut islam

Adapun dalil-dalil yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan hukum trasplantasi organ
tubuh, antara lain :

Alqur’an

Surat Al-Baqarah ayat 195,“ Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. “
Ayat tersebut menjelaskan bahwa islam tidak membenarkan seseorang membiarkan dirinya
dalam keadaan bahaya, tanpa berusaha mencari penyembuhan secara medis dan non medis,

P. Agama Islam 7
termasuk upaya transplantasi , yang memberikan harapan untuk bisa bertahan hidup dan
Surat Al-Maidah ayat 32 “ Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya
telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan
yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui
batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.” Ayat tersebut menunjukkan bahwa tindakan
kemanusiaan (seperti transplantasi) sangat dihargai oleh agama islam.

Al-Maidah ayat 2
Artinya :
“ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. “

Perintah untuk saling tolong menolong dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa ini
merupakan perintah bagi seluruh manusia, yakni hendaklah sebagian kalian menolong
sebagian yang lain.
Ayat-ayat tersebut menyuruh berbuat baik kepada sesama manusia dan saling tolong
menolong dalam hal kebaikan. Menyumbangkan organ tubuh si mayit merupakan suatu
perbuatan tolong menolong dalam kebaikan karena memberi manfaat bagi orang lain yang
sangat memerlukannya.

Hadist

Hadis Nabi SAW :”Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah, karena sesungguhya Allah
tidak meletakkan suatu pentakit, kecuali dia juga meletakkan obat penyembuhnya,selain
penyakit yang satu, yaitu penyakit tua.”(H.R. Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim dari
Usamah Ibnu Syuraih)
Hadist tersebut menunjukkan, bahwa wajib hukumnya berobat bila sakit, apapun jenis dan
macam penyakitnya, kecuali penyakit tua. Oleh sebab itu, melakukan transplantasi sebagai
upaya untuk menghilangkan penyakit hukumnya mubah, asalkan tidak melanggar norma
ajaran islam.
Dari dalil-dalil diatas maka dapat diambil hukum mengenai transplantasi organ yaitu:

P. Agama Islam 8
Mengambil organ tubuh donor (jantung, mata, ginjal) yang sudah meninggal secara yuridis
dan medis hukumnya mubah, yaitu dibolehkan menurut pandangan islam, dengan syarat
bahwa resipien dalam keadaan darurat yang mengancam jiwanya bila tidak dilakukan
transplantasi itu, sedangkan ia sudah berobat secara optimal, tetapi tidak berhasil.
Para ulama yang mendukung pembolehan transplantasi organ berpendapat bahwa
transplantasi organ harus dipahami sebagai satu bentuk layanan altruistik bagi sesama
muslim.
Pendirian mereka tentang transplantasi organ dapat diringkas sebagai berikut:
Kesejahteraan publik (al-Mashlahah)
a. Kebolehan transplantasi organ harus dibatasi dengan ketentuan-ketentuan berikut :
1. Transplantasi organ tersebut adalah satu-satunya bentuk (cara) penyembuhan yang
bisa ditempuh.
2. Derajat keberhasilan dari prosedur ini diperkirakan tinggi.
3. Ada persetujuan dari pemilik organ yang akan ditransplantasikan atau dari ahli
warisnya.
4. Kematian orang yang organnya akan diambil itu telah benar-benar diakui oleh
dokter yang reputasinya terjamin, sebelum diadakan operasi pengambilan organ.
5. Resipien organ tersebut sudah diberitahu tentang operasi transplantasi berikut
implikasnya.
b. Akan tetapi Mendonorkan Organ tubuh dapat menjadi haram hukumya apabila :
1. Transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan hidup
sehat, dengan alasan : Firman Allah dalam Alqur’an S. Al-Baqarah ayat 195,
bahwa ayat tersebut mengingatkan , agar jangan gegabah dan ceroboh dalam
melakukan sesuatu, tetapi harus memperhatikan akibatnya, yang kemungkinan
bisa berakibat fatal bagi diri donor, meskipun perbuatan itu mempunyai tujuan
kemanusiaan yang baik dan luhur.
2. Melakukan transplantasi dalam keadaan dalam keadaan koma.
Walaupun menurut dokter bahwa si donor itu akan segera meninggal maka
transplantasi tetap haram hukumnya karena hal itu dapat mempercepat
kematiannya dan mendahului kehendak Allah. Dalam hadis nabi dikatakan : “
Tidak boleh membuat madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat
madharat pada orang lain.”(HR. Ibnu Majah, No.2331)
3. Penjualan Organ Tubuh

P. Agama Islam 9
Sejauh mengenai praktik penjualan organ tubuh manusia, ulama sepakat bahwa
praktik seperti itu hukumnya haram berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
berikut :
a) Seseorang tidak boleh menjual benda-benda yang bukan miliknya.
b) Sebuah hadis menyatakan, “ Diantara orang-orang yang akan dimintai
pertanggungjawaban di akhirat adalah mereka yang menjual manusia
merdeka dan memakan hasilnya.”
Dengan demikian , jika seseorang menjual manusia merdeka, maka
selamanya si pembeli tidak memiliki hak apapun atas diri manusia itu,
karena sejak awal hukum transaksi itu sendiri adalah haram.
c) Penjualan organ manusia bisa mendatangkan penyimpangan, dalam arti
bahwa hal tersebut dapat mengakibatkan diperdagangkannya organ-organ
tubuh orang miskin dipasaran layaknya komoditi lain.
http://mnasrullohrz.blogspot.co.id/2014/03/makalah-transplantasi-organ-tubuh_6007.html

2.3 Haid dan nifas

a. Haid

Haid adalah darah yang keluar dari rahim dinding seorang wanita apabila telah menginjak
masa baligh. Masa haid paling cepat satu hari satu malam dan paling lama 15 hari, normalnya
antara enam sampai tujuh hari.
Wanita Yang Baru Menjalani Masa Haid Yaitu wanita yang baru pertama kali
mengeluarkan darah haid . Wanita Yang Biasa Menjalani Masa Haid Yaitu wanita yang
mempunyai hari – hari tertentu pada setiap bulannya untuk menjalani masa haidnya.
Apabila darah berwarna kekuning- kuningan atau berwarna keruh setelah hari – hari haidnya

P. Agama Islam 10
tersebut, maka itu bukan darah haid. Wanita Yang Mengalami Istihadhah Yaitu wanita yang
mengeluarkan darah secara terus menerus melebihi kebiasaan masa berlangsunnya haid.
Wanita yang haid tidak dibolehkan untuk shalat, puasa, thawaf, menyentuh mushaf, dan
berhubungan intim dengan suami pada kemaluannya. Namun ia diperbolehkan membaca Al-
Qur’an dengan tanpa menyentuh mushaf langsung (boleh dengan pembatas atau dengan
menggunakan media elektronik seperti komputer, ponsel, ipad, dll), berdzikir, dan boleh
melayani atau bermesraan dengan suaminya kecuali pada kemaluannya.

Allah Ta’ala berfirman:

‫ط َّه ْرنَ فَأْتُوه َُّن ِم ْن‬ ْ َ‫ى ي‬


َ َ ‫ط ُه ْرنَ فَإِذَا ت‬ ِ ‫ساء فِي ْال َم ِح‬
َ َّ‫يض َوالَ ت َ ْق َربُوه َُّن َحت‬ ِ ‫َويَ ْسأَلُونَكَ َع ِن ْال َم ِح‬
َ ِِّ‫يض قُ ْل ه َُو أَذًى فَا ْعت َِزلُواْ الن‬
ِّ ‫ْث أ َ َم َر ُك ُم‬
ُ‫للا‬ ُ ‫َحي‬

“Mereka bertanya kepadamu tentang (darah) haid. Katakanlah, “Dia itu adalah suatu
kotoran (najis)”. Oleh sebab itu hendaklah kalian menjauhkan diri dari wanita di tempat
haidnya (kemaluan). Dan janganlah kalian mendekati mereka, sebelum mereka suci (dari
haid). Apabila mereka telah bersuci (mandi bersih), maka campurilah mereka itu di tempat
yang diperintahkan Allah kepada kalian.” (QS. Al-Baqarah: 222)

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

‫ص ََل ِة‬
َّ ‫اء ال‬
ِ ‫ض‬َ َ‫ص ْو ِم َو َال نُؤْ َم ُر ِبق‬
َّ ‫اء ال‬
ِ ‫ض‬َ َ‫ُصيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْ َم ُر ِبق‬
ِ ‫َكانَ ي‬

“Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha puasa dan
tidak diperintahkan untuk mengqadha shalat.” (HR. Al-Bukhari No. 321 dan Muslim No.
335)

Batasan Haid :

1. Menurut Ulama Syafi’iyyah batas minimal masa haid adalah sehari semalam, dan
batas maksimalnya adalah 15 hari. Jika lebih dari 15 hari maka darah itu darah
Istihadhah dan wajib bagi wanita tersebut untuk mandi dan shalat.
2. Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu’ Fatawa mengatakan bahwa tidak
ada batasan yang pasti mengenai minimal dan maksimal masa haid itu. Dan pendapat
inilah yang paling kuat dan paling masuk akal, dan disepakati oleh sebagian besar
ulama, termasuk juga Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah juga mengambil pendapat
ini. Dalil tidak adanya batasan minimal dan maksimal masa haid :

P. Agama Islam 11
Firman Allah Ta’ala.

ْ َ‫يض ۖ َو َال تَ ْق َربُوه َُّن َحتَّ ٰى ي‬


َ‫ط ُه ْرن‬ ِ ‫سا َء فِي ْال َم ِح‬ ِ ‫َويَ ْسأَلُونَكَ َع ِن ْال َم ِح‬
َ ِِّ‫يض ۖ قُ ْل ه َُو أَذًى فَا ْعت َِزلُوا الن‬

“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah : “Haid itu adalah suatu kotoran”.
Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan janganlah
kamu mendekatkan mereka, sebelum mereka suci…” [QS. Al-Baqarah : 222]

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberikan petunjuk tentang masa haid itu berakhir
setelah suci, yakni setelah kering dan terhentinya darah tersebut. Bukan tergantung pada
jumlah hari tertentu. Sehingga yang dijadikan dasar hukum atau patokannya adalah
keberadaan darah haid itu sendiri. Jika ada darah dan sifatnya dalah darah haid, maka berlaku
hukum haid. Namun jika tidak dijumpai darah, atau sifatnya bukanlah darah haid, maka tidak
berlaku hukum haid padanya. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menambahkan bahwa
sekiranya memang ada batasan hari tertentu dalam masa haid, tentulah ada nash syar’i dari
Al-Qur’an dan Sunnah yang menjelaskan tentang hal ini.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan : “Pada prinsipnya, setiap darah
yang keluar dari rahim adalah haid. Kecuali jika ada bukti yang menunjukkan bahwa darah
itu istihadhah.”

Berhentinya haid :

Indikator selesainya masa haid adalah dengan adanya gumpalan atau lendir putih (seperti
keputihan) yang keluar dari jalan rahim. Namun, bila tidak menjumpai adanya lendir putih
ini, maka bisa dengan mengeceknya menggunakan kapas putih yang dimasukkan ke dalam
vagina. Jika kapas itu tidak terdapat bercak sedikit pun, dan benar-benar bersih, maka wajib
mandi dan shalat.

Sebagaimana disebutkan bahwa dahulu para wanita mendatangi Aisyah radhiyallahu


‘anha dengan menunjukkan kapas yang terdapat cairan kuning, dan kemudian Aisyah
mengatakan :

َّ َ‫الَ ت َ ْع َج ْلنَ َحتَّى ت ََريْنَ الق‬


َ ‫صةَ البَ ْي‬
‫ضا َء‬

“Janganlah kalian terburu-buru sampai kalian melihat gumpalan putih.” (Atsar ini terdapat
dalam Shahih Bukhari).

P. Agama Islam 12
b. NIFAS

Nifas adalah darah yang keluar dari rahim wanita setelah seorang wanita melahirkan.
Darah ini tentu saja paling mudah untuk dikenali, karena penyebabnya sudah pasti, yaitu
karena adanya proses persalinan. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa
darah nifas itu adalah darah yang keluar karena persalinan, baik itu bersamaan dengan proses
persalinan ataupun sebelum dan sesudah persalinan tersebut yang umumnya disertai rasa
sakit. Pendapat ini senada dengan pendapat Imam Ibnu Taimiyah yang mengemukakan
bahwa darah yang keluar dengan rasa sakit dan disertai oleh proses persalinan adalah darah
nifas, sedangkan bila tidak ada proses persalinan, maka itu bukan nifas.

Batasan nifas :

Tidak ada batas minimal masa nifas, jika kurang dari 40 hari darah tersebut berhenti maka
seorang wanita wajib mandi dan bersuci, kemudian shalat dan dihalalkan atasnya apa-apa
yang dihalalkan bagi wanita yang suci. Adapun batasan maksimalnya, para ulama berbeda
pendapat tentangnya.

1. Ulama Syafi’iyyah mayoritas berpendapat bahwa umumnya masa nifas adalah 40 hari
sesuai dengan kebiasaan wanita pada umumnya, namun batas maksimalnya adalah 60
hari.
2. Mayoritas Sahabat seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Aisyah,
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhum dan para Ulama seperti Abu Hanifah, Imam
Malik, Imam Ahmad, At-Tirmizi, Ibnu Taimiyah rahimahumullah bersepakat bahwa

P. Agama Islam 13
batas maksimal keluarnya darah nifas adalah 40 hari, berdasarkan hadits Ummu Salamah
dia berkata, “Para wanita yang nifas di zaman Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-,
mereka duduk (tidak shalat) setelah nifas mereka selama 40 hari atau 40 malam.” (HR.
Abu Daud no. 307, At-Tirmizi no. 139 dan Ibnu Majah no. 648). Hadits ini
diperselisihkan derajat kehasanannya. Namun, Syaikh Albani rahimahullah menilai
hadits ini Hasan Shahih. Wallahu a’lam.
3. Ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa tidak ada batasan maksimal masa nifas,
bahkan jika lebih dari 50 atau 60 hari pun masih dihukumi nifas. Namun, pendapat ini
tidak masyhur dan tidak didasari oleh dalil yang shahih dan jelas.

Wanita yang nifas juga tidak boleh melakukan hal-hal yang dilakukan oleh wanita haid, yaitu
tidak boleh shalat, puasa, thawaf, menyentuh mushaf, dan berhubungan intim dengan
suaminya pada kemaluannya. Namun ia juga diperbolehkan membaca Al-Qur’an dengan
tanpa menyentuh mushaf langsung (boleh dengan pembatas atau dengan menggunakan media
elektronik seperti komputer, ponsel, ipad, dll), berdzikir, dan boleh melayani atau bermesraan
dengan suaminya kecuali pada kemaluannya.

Tidak banyak catatan yang membahas perbedaan sifat darah nifas dengan darah haid. Namun,
berdasarkan pengalaman dan pengakuan beberapa responden, umumnya darah nifas ini lebih
banyak dan lebih deras keluarnya daripada darah haid, warnanya tidak terlalu hitam,
kekentalan hampir sama dengan darah haid, namun baunya lebih kuat daripada darah haid.

https://fiqihwanita.com/pengertian-haid-nifas-dan-istihadhah/

Sumber / Maraji’ : Fiqhus Sunnah lin Nisaa’ – Kamal bin As-Sayyid Salim, fatawa Al-
Mar’ah Muslimah, majmu’ Fatawa Arkanil Islam – Syaikh Ibnu Utsaimin, ahkamuth
Thaharah ‘inda An-Nisaa’ ‘ala Madzhab Imam Asy-Syafi’i – Munir bin Husain.

2.4 Pemberian asi

P. Agama Islam 14
Kaum perempuan baik yang masih menjadi seorang istri maupun tidak diwajibkan untuk
menyusui anaknya selama dua tahun penuh dan tidak lebih dari itu, tetapi diperbolehkan
kurang dari masa itu apabila kedua orang tua memandang adanya kemaslahatan. Dalam hal
ini kebijaksanaannya diserahkan kepada kemaslahatan mereka berdua.

Alasan utama diwajibkannya seorang ibu menyusui anaknya karena ASI (Air susu Ibu)
merupakan minuman dan makanan terbaik secara alamiah maupun medis:
a. Ketika bayi masih di dalam kandungan ia ditumbuhkan dengan darah ibunya, setelah
ia lahir, darah tersebut berubah menjadi susu yang merupakan makanan utama dan terbaik
bagi bayi.
b. Ketika ia lahir dan terpisah dari kandungan ibunya, hanya ASI yang paling cocok dan
paling sesuai dengan perkembangannya. Tidak ada yang perlu dikhwatirkan oleh seorang ibu
bahwa anaknya akan terserang penyakit ataupun cedera karena ASI.

Al Quran telah menegaskan keharusan seorang ibu untuk menyusui anaknya. Dalam beberapa
ayat Al Quran, Allah swt berfirman:
"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada
Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak
ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak
ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan."(QS
Al Baqarah:233)

ASI sangat dianjurkan untuk menjadi makanan pokok bagi si bayi karena beberapa hal, antara
lain sebagai berikut:
1. Sarat Makanan bagi Bayi
Kondisi bayi yang masih sangat lemah termasuk fisiknya, menyebabkan tidak semua
makanan baik untuk bayi. Karena untuk menjamin kesehatan dan pertumbuhannya
diperlukan beberapa syarat makanan yang layak untuk bayi, antara lain:
a. memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai umur;

P. Agama Islam 15
b. sesuai dengan pola menu seimbang
c. bentuk dan porsi disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan keadaan bayi
d. kebersihannya terjaga
Dari syarat syarat tersebut hanya ASI lah yang cocok untuk digunakan oleh bayi
terutama dalam usia 1-6 bulan pertama.

2. Kandungan ASI
ASI merupakan susu yang murni dan steril sehingga sangat mendukung kesehatan
bayi, sehingga tidak mungkin bayi akan mendapat infeksi usus bila hanya
mengkonsumsi ASI saja.
Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa bayi menerima berbagai kekebalan
terhadap infeksi dari cairan kolostrom dan melalui ASI. Dalam ASI sendiri
mengandung semua zat yang dipelukan oleh bayi, antara lain protein, lemak, laktosa,
vitamin, zat besi, air, garam, kalsium, dan fosfat. Adapun komposisi ASI dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Colostrom dihasilkan hari ke 1-3 setelah bayi lahir, manfaatnya:
1) sebagai pembersih selaput usus bayi yang baru lahir;
2)mengandung kadar protein tinggi
3)mangandung zat antibodi
b. ASI masa transisi, dihasilkan hari ke 4-10
c. ASI motur, dihasilkan hari ke 10 sampai seterusnya

3. Keuntungan ASI adalah sebagai berikut:


a. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama.
b. Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal bagi bayi.
c. Mengandung berbagai zat antibodi, sehingga mencegah terhadinya infeksi.
d. Mengandung B-laktoglobulin yang tidak menyebabkan alergi
e. Selalu segar dan terhindar dari kuman
f. Dapat menjarangkan kelahiran
G. Membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang antara ibu dan bayi.

4. Kondisi fisik bayi


Bayi yang lahir mempunyai fisik yang lemah karena dalam masa penyesuaian setelah

P. Agama Islam 16
dalam kandungan, sehingga memiliki organ organ yang belum sempurna
sebagaimana mestinya.

Contohnya adalah organ pencernaan; pada mulut bayi belum tumbuh gigi sehingga
kesulitan mengunyah, lambung belum bisa menghancurkan makanan sehingga siap
diserap oleh usus dan usus sendiri tidak bisa menyerap setelah dalam bentuk zat
seperti laktosa. Dari fakta ini, maka jelaslah ada perintah untuk menyempurnakan
susuan hingga usia dua tahun.
http://www.islamnyamuslim.com/2014/09/pemberian-asi-menurut-pandangan-islam.html.

P. Agama Islam 17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa tranfusi darah halal hukumnya
Pengobatan dengan pemindahan darah (transfusi) itu boleh hukumnya yakni
dengan cara memindahkan darah yang sehat dan cocok kepada orang yang
membutuhkan tambahan darah untuk pengobatan. Tranplantasi organ halal
dilakukan Transplantasi organ tersebut adalah satu-satunya bentuk (cara)
penyembuhan yang bisa ditempuh. Haid adalah darah yang keluar dari rahim
dinding seorang wanita apabila telah menginjak masa baligh. Nifas adalah darah
yang keluar dari rahim wanita setelah seorang wanita melahirkan. Pemberian asi
adalah pemberian ASI pada bayi yang berumur antara 0-6 bulan setelah kelahiran
tanpa memberikan makanan atau minuman lain selain oba atau vaksin imunsasi.

3.1 Saran
Penulis menyadari di dalam makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya bagi semua pembaca untuk
memperbaiki makalah selanjutnya.

P. Agama Islam 18
DAFTAR RUJUKAN

http://taxblood.blogspot.co.id/2013/05/donor-darah-dalam-pandangan-agama.html

http://mnasrullohrz.blogspot.co.id/2014/03/makalah-transplantasi-organ-tubuh_6007.html

https://fiqihwanita.com/pengertian-haid-nifas-dan-istihadhah/
Sumber / Maraji’ : Fiqhus Sunnah lin Nisaa’ – Kamal bin As-Sayyid Salim, fatawa Al-
Mar’ah Muslimah, majmu’ Fatawa Arkanil Islam – Syaikh Ibnu Utsaimin, ahkamuth
Thaharah ‘inda An-Nisaa’ ‘ala Madzhab Imam Asy-Syafi’i – Munir bin Husain.

http://www.islamnyamuslim.com/2014/09/pemberian-asi-menurut-pandangan-islam.html

P. Agama Islam 19

Anda mungkin juga menyukai