Anda di halaman 1dari 67

BAB III

TINJAUAN KASUS

1.1 Trigger Case (Kasus)


Sdr.P berusia 20 tahun masuk RSJ Menur Surabaya pada tanggal 4 Maret 2019
dengan alasan mengamuk dan memukul pintu rumahnya, membanting barang-barang,
sering marah-marah dengan keluarganya (ayah & ibu), mudah tersinggung, sering
menyendiri, berusaha melukai dirinya sendiri karena merasa dirinya tidak berguna.
Penyebab Sdr.P mengamuk karena gagal dalam menempuh pendidikan kepolisian.
Saat dikaji tentang perilaku amuk, klien menolak dengan mengatakan bahwa dia
tidak mengamuk dan memukul. Pandangan mata klien tampak tajam, wajah tampak
tegang, muka merah, nada bicara keras. Saat marah klien selalu memukul-mukulkan
tangan ke meja dan membenturkan kepala ke tembok sampai berdarah. Klien kesal
karena merasa tidak di dukung ayahnya dalam meraih cita-citanya sehingga klien sering
mengancam ayahnya.
Menurut ibu klien kalau marah sering melempar barang-barang di rumah dan
menggedor-gedor pintu kamarnya.
TD : 150/90 mmHg Nadi : 98 x/mnt Suhu : 36,5 ˚C RR : 22 x/mnt

1.2 Psikodinamika
1. Factor Predisposisi
a. Riwayat gangguan jiwa
Klien belum pernah dirawat di RSJ sebelumnya. Sekarang klien
dimasukan ke RSJ karena klien mengamuk dan memukul hal
itudisebabkan karena gagal dalam menempuh pendidikan kepolisian.
b. Riwayat pengobatan
ibu klien mengatakan bahwa klien tidak pernah berobat sebelumnya
karena klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa.
c. Riwayat penganiayaan
Klien tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, seksual dan
tindakan kriminal.
d. Riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa
Ibu klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa.

35
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien gagal dalam menempuh pendidikan kepolisian. Klien kesal
karena merasa tidak di dukung ayahnya dalam meraih cita-citanya.
2. Faktor Presipitasi
Alasan Masuk
Klien masuk RSJ dengan alasanmengamuk dan memukul pintu
rumahnya, membanting barang-barang, sering marah-marah dengan
keluarganya (ayah & ibu), mudah tersinggung, sering menyendiri,
berusaha melukai dirinya sendiri karena merasa dirinya tidak
berguna.Penyebab klien mengamuk karena gagal dalam menempuh
pendidikan kepolisian.
3. Penilaian Primer Stressor
Klien menganggap stressor tersebut sangat berarti. Ia menganggap
dirinya tidak berguna karena gagal dalam menempuh pendidikan
kepolisian.
4. Penilaian Sekunder
a. Dari sisi ekonomi, klien belum mampu memenuhi kebutuhannya sendiri
(bergantung orang tua).
b. Dari sisi dukungan sosial, yang dimiliki klien sangat rendah terbukti
dengan ayah klien yang tidak mendukung klien dalam meraih cita-citanya.
c. Motivasi dalam diri klien sangat rendah karena klien sudah tidak
memperdulikan diri dan menganggap dirinya tidak berguna dibuktikan
dengan klien yang berusaha melukai dirinya sendiri.
5. Sumber Koping
Klien tidak mendapat dukungan dari keluarga. Hal ini dibuktikan
denga
6. Mekanisme koping
Maladaptif, hal ini dibuktikan dengan Sdr.P mengamuk dan memukul
pintu rumahnya, membanting barang-barang, sering marah-marah dengan
keluarganya (ayah & ibu), sering menyendiri, berusaha melukai dirinya
sendiri. Mekanisme ini tidak menyelesaikan masalah melainkan merasa
dirinya tidak berguna.

36
1.3 Terapi Modalitas yang Cocok pada Kasus Perilaku Kekerasan
1. Terapi Individu
Dengan terapi individu ini diharapkan terbina hubungan terstruktur antara klien
dengan perawat. Terapi ini dilakukan dengan menjalin hubungan yang strukrur yang
terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Karena, dengan
terapi individu ini diharapkan tujuan-tujuan dalam melakukan tindakan keperawatan
pada klien dapat sesuai dengan TUK 1 klien dapat membina hubungan saling percaya
sehingga, tujuan-tujuan yang lain juga dengan mudah dicapai oleh perawat untuk
klien. Disamping itu terapi individu juga untuk mengembangkan pengetahuan tentang
diri hal ini juga sesuai dengan TUK 2 klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan, TUK 3 klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
dan didorong melakukan perubahan perilaku yang disfungsional. Dengan cara
menggunakan pendekatan terapiutik untuk menumbuhkan rasa percaya klien, dan
klien bisa mengungkapkan masalahnya tentang apa yang didengar untuk melakukan
perilaku yang adaptive.
2. Terapi Perilaku
Terapi perilaku juga mampu diterapkan bebebrapa kasus diatas dengan beberapa
teknik dasar yang terdapat dalam terapi tersebut yaitu:
a. Role Model : Memberi contoh perilaku adaptif ketika munculnya stressor yang
dianggap klien sebagai ancaman dan mempratikkan dan meniru beberapa perilaku
adaptif. Hal ini sesuai dengan TUK 4 klien dapat mengidentifikasi perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan dan TUK 6 klien dapat mendemonstrasikan cara
fisik untuk mencegah perilaku kekerasan.
b. Kondisioning Operan : Perawat memberi penghargaan kepada klien atas perubahan
perilaku yang positif (diharapkan perilaku dapat dipertahankan dan ditingkatkan).
c. Pengendalian Diri : Dilatih belajar mengubah kata-kata negative agar dapat
mengendalikan diri. Klien dapat menurunkan tingkat stress. Sesuai dengan TUK 7
klien dapat mendemonstrasikan cara sosial. Dalam TUK ini pasien diajarkan
berbicara yang baik misalnya: meminta dengan baik, menolak dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik.
d. Terapi Aversi : Perilaku abnormal dirusak dengan memberikan pengalaman
ketidaknyamanan agar klien belajar tidak mengulang perilaku demi menghindar
konsekuensi negative perilaku yang telah ditimbulkan. Dalam terapi ini juga sesuai
dengan TUK 5 klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Dalam

37
TUK ini klien dijelaskan dan diberikan pengalaman tentang akibat dari cara yang
digunakan klien seperti akibat pada klien sendiri, akibat pada orang lain, dan akibat
pada lingkungan.
3. Terapi Kognitif
Teknik kognitif. Dasar pikiran teknik kognitif adalah bahwa proses kognitif
sangat berpengaruh terhadap perilaku yang ditampakkan oleh individu. Burns (1988)
mengungkapkan bahwa perasaan individu sering dipengaruhi oleh apa yang
dipikirkan individu mengenai dirinya sendiri. Pikiran individu tersebut belum tentu
merupakan suatu pikiran yang obyektif mengenai keadaan yang dialami sebenarnya.
Penyimpangan proses kognitif oleh Burns (1988) juga disebut dengan distorsi
kognitif. Pemikiran Burns merupakan pengembangan dari pendapat Goldfried dan
Davison (1976) yang menyatakan bahwa reaksi emosional tidak menyenangkan yang
dialami individu dapat digunakan sebagai tanda bahwa apa yang dipikirkan mengenai
dirinya sendiri mungkin tidak rasional, untuk selanjutnya individu belajar membangun
pikiran yang obyektif dan rasional terhadap peristiwa yang dialami dan berfikiran
positif terhadap dirinya sendiri.
4. Teori Spiritual
Spiritual merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai makna
hidup dan tujuan hidup untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, intelektual, sosial
dan spiritual baik klien ataupun keluarga namun mempunyai ikatan lebih kepada hal
yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau
material. Hal ini sesuai dengan TUK 8 klien mendemonstrasikan cara spiritual untuk
mencegah perilaku kekerasan. Ada beberapa hal yang diharapkan dapat dilakukan
oleh klien setelah dilakukan terapi spiritual diantaranya klien dapat menyebutkan
kegiatan ibadah yang biasa dilakukan, klien dapat mendemonstrasikan sikap cara
ibadah yang dipilih, klien mempunyai jadwal untuk melatih kegiatan ibadah.
5. Terapi Keluarga
Dalam terapi keluarga, keluarga dibantuk untuk menyelesaikan konflik dengan
tidak memarahi klien saat klien amuk, serta cara membatasi konflik dengan saling
mendukung dan menghilangkan stres klien, tidak menyalahkan klien melainkan
keluarga memberikan nasehat atau diskusi dengan klien untuk lebih besar dalam
mengendalikan emosi. Hal tersebut juga sesuai dengan TUK 11 klien mendapatkan
dukungan keluarga dalam melakukan cara pencehagan perilaku kekerasan.

38
6. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan (milieu therapy) adalah jenis terapi yang dilakukan dengan
melakukan modifikasi lingkungan sosial klien atau kelompok untuk meningkatkan
pengalaman kehidupan yang lebih positif dan adaptif. Terapi lingkungan sangat
bermanfaat bagi klien yang mengalami perilaku kekerasaan yang dapat
mempengaruhi kehidupan klien atau keluarga sehari-hari. Dalam terapi lingkungan
perawat dapat melakukan beberapa hal yaitu membantu pasien belajar berinteraksi
dengan orang lain, mempercayai orang lain, mendorong pasien untuk berkomunikasi
tentang ide-ide, perasaan, dan perilakunya secara terbuka, pasien belajar tentang
kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang baru, dapat dilakukannya sesuai dengan
kemampuan dan mintanya pada waktu yang luang, memberikan obat-obattan yang
telah ditetapkan, mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang menonjol atau
menyimpang, serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dari terapi
tersebut.

Terapi lingkungan juga dilakukan sebab ada beberapa syarat lingkungan fisik
pada pasien amuk sabagai berikut :
1) Ruangan aman, nyaman, dan mendapatkan pencahayaan yang cukup.
2) Pasien satu kamar, satu orang bila sekamar lebih dari satu jangan dicampur antara
yang kuat dan lemah.
3) Ada jendela yang berjeruji dengan pintu dari besi terkunci.
4) Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protokol pengikat dan
pengasingan secara aman, serta protokol pelepasan pengikatan.
Selain itu ada beberapa syarat lingkungan psikososial adalah sebagai berikut:
1) Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat, dan perasaan empati.
2) Observasi pasien setiap 15 menit.
3) Jelaskan tujuan pengikatan atau pengekangan secara berulang-ulang.
4) Penuhi kebutuhan fisik pasien.
5) Libatkan keluarga.
6) Pasien merasa aman atau snang dan tidak merasa takut.
7) Di lingkungan rumah sakit atau bangsal yang bersih.
8) Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan atau
mengubah tingkah laku pasien.

39
9) Tata ruangan menarik dan poster yang cerah akan meningkatkan gairah terhadap
pasien.
7. Terapi Kelompok
Terapi kelompok merupakan bentuk terapi dengan cara perawat berinteraksi
dengan sekelompok klien secara teratur. Dalam terapi ini diharapkan klien dapat
meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan hubungan interpersonal, mengubah
perilaku maladaptif. Hal ini juga sesuai dengan TUK 10 klien dapat mengikuti TAK :
stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan.

1.4 Model Keperawatan yang Cocok pada Kasus Perilaku Kekerasan


1. Model Adaptasi (Roy)
Model adaptasi Roy mampu mengakomodasi asuhan keperawatan pada klien
dengan perilaku kekerasan, karena model ini mengembangkan adaptasi individu
terhadap stressor. Perilaku kekerasan merupakan proses adaptasi yang tidak efektif,
jika efektif maka perilaku ini tidak terjadi. Untuk instansi pelayanan, menetapkan
kebijakan terkait dengan program pelayanan keperawatan spesialistik khususnya
penerbitan standar asuhan keperawatan terkait dengan pelaksanaan manajemen kasus
spesialis pada asertiveness training untuk masalah perilaku kekerasan.
2. Model perilaku (Pavlov,Skinner, Bandura, Wolpe)
Model perilaku dapat dipelajari dan penyimpangan terjadi karena manusia
membentuk kebiasaan perilaku kekerasan yang tidak di inginkannya. Perilaku
menyimpang terjadi berulang karena untuk mengurangi ansietas,dan perilaku lain yang
dapat mengurangi ansietas di gunakan sebagai pengganti.
Proses terapeutik : terapi untuk perilaku kekerasan merupakan proses pendidikan,
penyimpangan perilaku tidak dihargai, perilaku yang produktif di tingatkan dan terapi
relaksasi serta latihan keasertifan merupakan pendekatan perilaku.
Peran klien dan terapis : terapi dilakukan dengan klien mempraktikan teknik perilaku
yang di gunakan, mengerjakan pekerjaan rumah dan penggalakan latihan. Terapi
mengajarkan tentang pendekatan perilaku, membantu mengembangkan hirarki perilaku
dan menguatkan perilaku yang di inginkan.
3. Model Psikoanalisa (Freud, Ericson)
Psikoanalisa sampai saat ini dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner
dibidang psikologi. Hipotesis psikoanalisis menyatakan bahwa tingkah laku manusia

40
sebagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai
bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.
Proses terapi :
a. Asosiasi bebas
Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan
perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannnya tanpa
penyuntingan atau penyensoran (Akinson, 1991). Pada teknik ini penderita
disupport untuk bisa berada dalam kondisi relaks baik fisik maupun mental dengan
cara tidur di sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah berada dalam keadaan relaks
maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal.
b. Analisa mimpi
Terapi dilakukan dengan mengkaji mimpi-mimpi pasien, karena mimpi
timbul akibat respon/memori bawah sadarnya. Mimpi umumnya timbul akibat
permasalahan yang selama ini disimpan dalam alam bawah sadar yang selama ini
ditutupi oleh pasien. Dengan mengkaji mimpi dan alam bawah sadar klien maka
konflik dapat ditemukan dan diselesaikan.
4. Model Eksistensi (Peris, Ragers, Glosser, Ellis )
a. Pandangan tentang menyimpang perilaku.
Hidup ini akan sangat berarti apabila seseorang dapat mengalami dan menerima
self (diri) sepenuhnya. Penyimpangan perilaku terjadi jika individu gagal dalam
upaya menemukan dan menerima diri.
b. Proses Terapeutik
Individu dibantu untuk mengalami kemurnian hubungan. Terapi dilakukan
didalam kelompok dan klien dianjurkan untuk menggali dan menerima diri dan
dibantu mengendalikan perilakunya.
c. Peran Klien dan Terapis
Klien bertanggung jawab terhadap perilakunya dan beberapa serta dalam satu
pengalaman yang berarti untuk mempelajari tentang dirinya. Terapis membantu
klien mengenal nilai diri dan mengklarifikasi realitas situasi dan mengenalkan
pada klien dengan perasaan tulus dan memperluas kesadaran diri.

41
1.5 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok yang sesuai dengan kasus adalah terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi (TAKSP) asertive training. Secara definisi terapi aktivitas
kelompok merupakan terapi aktivitas kelompok dengan memberikan stimulasi pada
anggota kelompok sehingga masing-masing anggota kelompok mempersepsikan
terhadap stimulus dengan menggunakan kemampuan dan daya nalarnya. Kelompok
membahas suatu issu yang berguna untuk perubahan perilakunya. Dengan menggunakan
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi diharapkan klien dapat melakukan beberapa
hal:
Topik : Perilaku kekerasan
Tujuan Umum : Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasan
Tujuan Khusus :
Sesi I : Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
1. Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahan (sesuai dengan
TUK 2)
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah, tanda dan
gejala marah (sesuai dengan TUK 3)
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (sesuai
dengan TUK 4)
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan (sesuai dengan TUK
5)
Sesi II : Mencegah perilaku kekerasan fisik
5. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien (sesuai
dengan TUK 6)
6. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan (sesuai dengan TUK 6)
7. Klien dapat mempratekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara fisik (dengan latihan nafas dalam) sesuai dengan TUK 6
Sesi III : Mencegah perilaku kekerasan sosial
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa
(sesuai dengan TUK 7)
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan (sesuai dengan TUK 7)
Sesi IV : Mencegah perilaku kekerasan spiritual

42
1. Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur (sesuai dengan TUK
8)
Sesi V : Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengonsumsi obat
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat (sesuai dengan
TUK 9)
2. Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat (sesuai
dengan TUK 9)
3. Klien dapat menyebutkan lima benar minum obat (sesuai dengan TUK 9)
1.6 Peran Community Mental Health Nursing
1. Pemberi asuhan keperawatan secara langsung (practitioner)
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien untuk membantu
pasien mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan meningkatkan
fungsi kehidupannya.
2. Pendidik (aducator)
Perawat memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada individu dan keluarga
untuk mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan
mengembangkan kemampuan keluarga dalam melakukan tugas kesehatan
keluarga.

1.7 Asuhan Keperawatan


1.5.1 Pengkajian
Ruang Rawat : Melati Tanggal dirawat/ MRS : 4 Maret 2019
I. Identitas Klien
Nama : Sdr. P (L)
Umur : 20 tahun
No. RM : 0974

II. Keluhan Utama


Klien menolak dengan mengatakan bahwa dia tidak mengamuk dan memukul.

III. Faktor Predisposisi


a. Riwayat gangguan jiwa

43
Klien belum pernah dirawat di RSJ sebelumnya. Sekarang klien
dimasukan ke RSJ karena klien mengamuk dan memukul hal
itudisebabkan karena gagal dalam menempuh pendidikan kepolisian.
b. Riwayat pengobatan
ibu klien mengatakan bahwa klien tidak pernah berobat sebelumnya
karena klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa.
c. Riwayat penganiayaan
Klien tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, seksual dan
tindakan kriminal.
d. Riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa
Ibu klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa.
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien gagal dalam menempuh pendidikan kepolisian. Klien kesal
karena merasa tidak di dukung ayahnya dalam meraih cita-citanya.

f. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda – tanda vital :
TD : 150/90 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,5 o C
2. Ukuran :
BB : 65 Kg
TB : 172 cm
3. Keluhan fisik
Sdr.P tidak mengalami keluhan fisik
g. Psikososial
Genogram :

44
Keterangan :

= laki-laki = klien/pasien

= perempuan = tinggal serumah

2. Konsep diri
a. Identitas diri : Klien mengatakan belum bekerja
b. Peran : Klien mengatakan tidak bisa menjadi anak yang berguna.
c. Ideal diri : Klien mengatakan kesal karena karena merasa tidak di dukung
ayahnya dalam meraih cita-citanya sehingga klien sering mengancam
ayahnya.
d. Harga diri : Klien mudah tersinggung, sering menyendiri, berusaha
melukai dirinya sendiri karena merasa dirinya tidak berguna.
e. Masalah keperawatan : Harga diri rendah.

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : ibu
b. Peran serta kegiatan kelompok/ masyarakat : klien mengikuti kegiatan
kelompok ( sosial ) dilingkungan rumahnya ex: karang tarunan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : mengamuk, kalau marah
klien sering menggedor-gedor pintu rumah dan sering marah-marah dengan
keluarganya (ayah & ibu)
d. Masalah keperawatan : Resiko mencederai diri dan orang lain
4. Spiritual : Klien mengatakan beragama islam tetapi semenjak tidak lolos tes
pendidikan kepolisian, klien tidak pernah menjalankan ibadah.
5. Status mental

1. Penampilan

45
Sdr.P selalu berpakaian seperti polisi.

Penjelasan : Karena Sdr.P tidak lolos mengikuti pendidikan polisi.

2. Pembicaraan : Keras

Jelaskan : Saat di wawancara pandangan mata klien tampak tajam, wajah


tampak tegang, muka merah, nada bicara keras. Saat marah klien selalu
memukul-mukulkan tangan ke meja dan membenturkan kepala ke tembok
sampai berdarah.

3. Aktivitas Motorik : tegang

Jelaskan : klien sering mengamuk dan memukul pintu rumahnya, membanting


barang-barang, sering marah-marah dengan keluarganya (ayah & ibu)

4. Afek dan emosi : Amarah

Jelaskan : klien mudah marah, cepat tersinggung dan selalu merusak


lingkungan ( membanting barang), kalau marah klien juga mudah tersinggung
dan sering menyendiri.

Masalah keperawatan : Resiko mencederai diri.

5. Interaksi selama wawancara : mudah tersinggung

Jelaskan : menurut keluarga klien mudah marah, cepat tersinggung dan


selalu merusak lingkungan sejak gagal dalam mengikuti tes kepolisian.
Masalah keperawatan : Resiko tinggi perilaku kekerasan.
6. Proses Pikir
Bentuk :Saat di wawancara pandangan mata klien tampak tajam, wajah
tampak tegang, muka merah, nada bicara keras. Saat marah klien selalu
memukul-mukulkan tangan ke meja dan membenturkan kepala ke tembok
sampai berdarah.
7. Isi Pikir : klien saat ini berpikir pesimisme, dimana klien berpandangan
bahwa masa depan dirinya suram karena tidak lolos tes kepolisian.
8. Tingkat kesadaran

46
Disorientasi

Penjelasan : Dia beranggapan bahwa dia adalah seorang polisi yang selalu
tegas.

3.5 Analisa Data


No. Data Problem
1. DS : klien mudah marah, dan selalu merusak Resiko Mencederai Diri
lingkungan ( membanting barang), kalau marah
klien juga mudah tersinggung dan sering
menyendiri.

DO : Saat marah klien selalu memukul-


mukulkan tangan ke meja dan membenturkan
kepala ke tembok sampai berdarah.

2. DS: Perilaku Kekerasan


Klien sering mengamuk dan memukul pintu
rumahnya, membanting barang-barang, sering
marah-marah dengan keluarganya (ayah & ibu)
DO:
Pandangan mata klien tampak tajam dan wajah
tampak tegang. menceritakan masalahnya.
3. DS : Klien mudah tersinggung, sering Harga Diri Rendah
menyendiri, berusaha melukai dirinya sendiri
karena merasa dirinya tidak berguna.

4. DS : klien tidak mendapat dukungan dari orang Koping keluarga tidak


tua (ayah). efektif
DO : klien tampak kesal, mengamuk dan
mengancam ayahnya karena tidak di dukung
dalam meraih cita-citanya.

3.6 Pohon Masalah

Resti
Mencederai 47
Tinggi
(Effect)

Perilaku Kekerasan
(Core Problem)

(Causal) Harga Diri


Rendah

3.7 Diagnosa Keperawatan


1. Risiko mencederai diri
2. Perilaku kekerasan
3. Harga diri rendah
4. Koping Keluarga tidak efektif

Diagnosa Prioritas :

1 . Harga diri rendah : perilaku kekerasandiri


A:1 A:3 A:2 A:4

48
3.8 NCP (Perencanaan Keperawatan)

DIAGNOSIS PERENCANAAN
TG
KEPERAWA KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
L TUJUAN
TAN HASIL
Resiko TUM : 1.1 Klien mau Untuk membina
perilaku Klien tidak membalas 1. Beri hubungan saling

mencederai diri mencederai diri salam salam/panggilan percaya antara pasien


dengan perawat.
berhubungan TUK : 1.2 Klien mau nama.
dengan 1. Klien dapat menjabat a. Sebutkan
perilaku membina tangan nama perawat
kekerasan hubungan 1.3 Klien mau b. Jelaskan
saling percaya menyebut maksud
nama hubungan
1.4 Klien mau interaksi
tersenyum c. Jelaskan akan
1.5 Klien mau kontrak yang
kontak mata akan dibuat
1.6 Klien mau d. Beri rasa
mengetahui aman dan
nama perawat sikap empati
e. Lakukan
kontak
singkat tapi
sering

2. Klien dapat 2.1 Klien dapat 2.1.1 Berikan Untuk memahami apa
mengidentifik mengungkapka kesempatan yang dirasakan pasien

asi perilaku n perasaannya. untuk


kekerasan 2.2 Klien dapat mengukapkan
mengungkapka perasaannya.
n penyebab 2.2.1.Bantu klien
perasaan untuk

49
jengkel/ kesal mengungkapkan
(dari diri penyebab
sendiri, perasaan
lingkungan, jengkel/kesal
atau orang
lain).
3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1. Anjurkan klien Untuk memahami apa
mengidentifik mengungkapka mengungkapka yang dialami pasien

asi tanda dan n perasaan saat n apa yang


gejala perilaku marah/jengkel. dialami dan
kekerasan. dirasakan saat
marah/jengkel.
3.1.2. Observasi
3.2 Klien dapat tanda dan
menyimpulkan gejala perilaku
tanda dan kekerasan pada
gejala klien
jengkel/kesal 3.2.1. Simpulkan
yang bersama klien tanda
dialaminya. dan
gejala
jengkel/kesal
yang akan
dialami
4. Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 Anjurkan klien Agar pasien tidak
mengidentifik mengungkapka untuk melakukan kekerasan

asi perilaku n perilaku mengungkapka yang biasanya


dilakukan
kekerasan kekerasan yang n perilaku
yang biasa biasa kekeraan yang
dilakukan. dilakukan. biasa dilakukan
klien(verbal,
pada orang
4.2 Klien dapat lain, pada

50
bermain peran lingkungan dan
sesuai perilaku pada diri
kekerasan yang sendiri)
biasa 4.2.1 Bantu klien
dilakukan. bermain peran
4.3 Klien dapat sesuai perilaku
mengetahui kekerasan yang
cara yang biasa biasa
dilakukan dilakukan.
untuk 4.3.1 Bicarakan
menyelesaikan dengan klien apakah
masalah. dengan cara
klien lakukan
masalahnya
selesai.
5. Klien dapat 5.1 Klien dapat 5.1.1 Bicarakan Agar pasien
mengidentifik menjelaskan akibat atau mengetahui hal

asi akibat akibat dari cara kerugian dari negatif dari


perbuatannya
perilaku yang digunakan cara yang
kekerasan. klien: dilakukan
a. Akibat pada klien.
klien 5.1.2 Bersama klien
sendiri. menyimpulkan
b. Akibat pada akibat dari cara
orang lain. yang dilakukan
c. Akibat pada oleh klien.
lingkungan. 5.1.3 Tanyakan pada
klien” apakah dia
ingin
mempelajari
cara baru yang
sehat”.
6. Klien dapat 6.1 Klien dapat 6.1.1 Diskusikan Klien akan merasa

51
mendemonstra menyebutkan kegiatan fisik sedikit bebas
sikan cara contoh yang biasa
fisik untuk pencegahan dilakukan
mencegah perilaku klien.
perilaku kekerasan 6.1.2 Beri pujian
kekerasan. secara fisik : atas kegiatan
a. Tarik napas fisik yang biasa
dalam. dilakukan
b. Pukul klien.
kasur, dan 6.1.3 Diskusikan dua
bantal. cara fisik yang
c. Dll: paling mudah
kegiatan untuk
fisik. mencegah
perilaku
kekerasan,
yaitu : tarik
napas dalam
dan pukul
kasur serta
bantal.
6.2 Klien 6.2.1 Diskusikan cara
dapatmendemo melakukan
nstrasikan cara tarik napas
fisik untuk dalam dengan
mencegah klien
perilaku 6.2.2 Beri contoh
kekerasan. klien cara
menarik napas
dalam
6.2.3 Minta klien
untuk
mengikuti

52
contoh yang
diberikan
sebanyak 5 kali
6.2.4 Beri pujian
positif atas
kemampuan
klien
mendemonstras
ikan cara
menarik napas
dalam
6.2.5 Tanyakan
perasaan klien
setelah selesai
6.2.6 Anjurkan klien
menggunakan
cara yang telah
dipelajari saat
marah/jengkel
6.2.7 Lakukan hal
yang sama dengan
6.2.1 sampai
6.2.6 untuk
cara fisik lain
di pertemuan
yang lain.
6.3 Klien 6.3.1 Diskusikan
mempunyai dengan klien
jadwal mengenai
untuk melatih frekuensi
cara latihan yang
pencegahan akan dilakukan
fisik yang telah sendiri oleh

53
dipelajari klien.
sebelumnya. 6.3.2 Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih
cara yang telah
dipelajari.
6.4 Klien 6.4.1 Klien
mengevaluasi mengevaluasi
kemampuannya peaksanaan
dalam latihan, cara
melakukan cara pencegahan
fisik sesuai perilaku
jadwal yang kekerasan yang
disusun telah dilakukan
dengan mengisi
jadwal kegiatan
harian (self-
evolution).
6.4.2 Validasi
kemampuan
klien dalam
melaksanakan
latihan.
6.4.3 Beikan pujian
atas
keberhasilan
klien.
6.4.4 Tanyakan pada
klien” apakah
kegiatan cara
pencegahan
perilaku
kekerasan

54
dapat
mengurangi
perasaan
marah”.

7. Klien dapat 7.1 Klien dapat 7.1.1. Diskusikan Klien berbicara


mendemonstra menyebutkan cara bicara sedikit sopan kepada
sikan cara cara bicara yang baik orang lain
social untuk yang baik dengan klien
mencegah dalam 7.1.2. Beri contoh
perilaku mencegah cara bicara
kekerasan perilaku yang baik :
kekerasan. a. Meminta
a. Meminta dengan
dengan baik.
baik. b. Menolak
b. Menolak dengan
dengan baik.
baik. c.Mengungka
c. Mengungka pkan perasaan
pkan dengan
perasaan baik.
dengan baik
7.2 Klien dapat 7.2.1. Minta klien

55
mendemonstras mengikuti
ikan cara contoh cara
verbal yang bicara yang
baik. baik
a. Meminta
dengan
baik :
“Saya
minta uang
untuk beli
makanan”.
b. Menolak
dengan
baik : “
Maaf, saya
tidak dapat
melakukan
nya karena
ada
kegiatan
lain.
c. Mengungk
apkan
perasaan
dengan
baik :
“Saya
kesal
karena
permintaan
saya tidak
dikabulkan
” disertai

56
nada suara
yang
rendah.
7.2.2. Minta klien
mengulang
sendiri.
7.2.3. Beri pujian atas
keberhasilan klien.
7.3 Klien 7.3.1. Diskusikan
mumpunyai dengan klien
jadwal tentang waktu
untuk melatih dan kondisi
cara bicara cara bicara
yang baik. yang dapat
dilatih di
ruangan,
misalnya :
meminta obat,
baju, dll,
menolak
ajakan
merokok,
tidur tidak
pada
waktunya;
menceritakan
kekesalan
pada perawat
7.3.2. Susun jadwaj
kegiatan untuk
melatih cara
yang telah
dipelajari.

57
7.4 Klien 7.4.1. Klien
melakukan mengevaluasi
evaluasi pelaksanaa
terhadap latihan cara
kemampuan bicara yang
cara bicara baik dengan
yang sesuai mengisi jadwal
dengan jadwal kegiatan ( self-
yang telah evaluation )
disusun 7.4.2.Validasi
kemampuan
klien dalam
melaksanakan
latihan
7.4.3 Berikan pujian
atas
keberhasilan
klien
7.4.4 Tanyakan
kepada klien : “
Bagaimana
perasaan Budi
setelah latihan
bicara yang
baik? Apakah
keinginan
marah
berkurang ?”.
8. Klien dapat 8.1 Klien dapat 8.1.1. Diskusikan Klien dapat
mendemonstra menyebutkan dengan klien memenuhi
sikan cara kegiatan ibadah kegiatan ibadah kebutuhan
spiritual untuk yang biasa yang pernah spiritualnya
mencegah dilakukan dilakukan

58
perilaku 8.1.2. Bantu klien
kekerasan menilai
kegiatan ibadah
yang dapat
dilakukan di
ruang rawat
8.1.3. Bantu klien
memilih
kegiatan ibadah
yang akan
dilakukan
8.1.4. Minta klien
mendemonstras
ikan kegiatan
ibadah yang
dipilih
8.1.5. Beri pujian atas
keberhasilan klien
8.2 Klien dapat 8.2.1 Klien
mendemonstras mengevaluasi
ikan cara pelaksanaan
beribadah yang kegiatan ibadah
dipilih dengan mengisi
jadwal kegiatan
harian (self-
evaluation)
8.2.2 Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih
kegiatan ibadah
8.3 Klien 8.3.1. Klien
mempunyai mengevaluasi
jadwal pelaksanaan

59
untuk melatih kegiatan ibadah
kegiatan ibadah dengan mengisi
jadwal kegiatan
harian (self-
evaluation)
8.3.2. Validasi
kemampuan
klien dalam
melaksanakan
latihan
8.3.3. Berikan pujian
atas
keberhasilan
klien
8.3.4 Tanyakan
kepada klien :
“Bagaimana
perasaan Budi
setelah teratur
melakukan
ibadah?
Apakah
keinginan
marah
berkurang?”
9. Klien dapat 9.1 Klien dapat 9.1.1 Diskusikan Memenuhi
mendemonstra menyebutkan dengan klien kebutuhan klien
sikan jenis, dosis, tentang jenis
kepatuhan dan waktu obat yang
minum obat minum obat diminumnya
untuk serta manfaat (nama, warna,
mencegah dari obat itu besarnya);
perilaku (prinsip 5 waktu minum

60
kekerasan benar: benar obat (jika 3x :
orang, obat, pukul 07.00,
dosis, waktu 13.00, 19.00);
dan cara cara minum
pemberian) obat.
9.1.2 Diskusikan
dengan klien
tentang
manfaat minum
obat secara
teratur :
a. Beda
perasaan
sebelum
minum
obat dan
sesudah
minum
obat
b. Jelaskan
bahwa
dosis
hanya
boleh
diubah
oleh dokter
c. Jelaskan
mengenai
akibat
minum
obat yang
tidak
teratur,

61
misalnya,
penyakit
kambuh
9.2 Klien 9.2.1 Diskusikan
mendemonstras tentang
ikan proses minum
kepatuhan obat :
minum obat a. Klien
sesuai jadwal meminat
yang ditetapkan obat
kepada
perawat (
jika di
rumah
sakit),
kepada
keluarga
(jika di
rumah)
b. Klien
memeriksa
obat susuai
dosis
c. Klien
meminum
obat pada
waktu
yang tepat.
9.2.2. Susun jadwal
minum obat bersama
Klien
9.3 Klien 9.3.1 Klien
mengevaluasi mengevaluasi

62
kemampuannya pelaksanaan
dalam minum obat
mematuhi dengan mengisi
minum obat jadwal kegiatan
harian (self-
evaluation)
9.3.2 Validasi
pelaksanaan
minum obat
klien
9.3.3 Beri pujian atas
keberhasilan
klien
9.3.4 Tanyakan
kepada klien :
“Bagaiman
perasaan Budi
setelah minum
obat secara
teratur?
Apakah
keinginan
untuk marah
berkurang?”
10. Klien 10.1 Keluarga 10.1.1 Identifikasi Perlakuan keluarga
mendapatkan dapat kemampuan lebih baik lagi
dukungan mendemons keluarga dalam terhadap klien
keluarga trasikan merawat klien
dalam cara sesuai dengan
melakukan merawat yang telah
cara klien dilakukan
pencegahan keluarga
perilaku terhadap klien

63
kekerasan selama ini
10.1.2 Jelaskan
keuntungan
peran serta
keluarga dalam
merawat klien
10.1.3 Jelaskan cara-
cara merawat klien :
Terkait dengan

a. cara
mengontro
l perilaku
marah
secara
konstruktif
b. Sikap dan
cara bicara
c. Membantu
klien
mengenal
penyebab
marah dan
pelaksanaa
n cara
pencegaha
n perilaku
kekerasan
10.1.4 Bantu
keluarga
mendemonstras

64
ikan cara
merawat klien
10.1.5 Bantu
keluarga
mengngkapkan
perasaannya
setelah
melakukan
demonstrasi

10.1.6 Anjurkan
keluarga
mempraktikann
ya pada klien
selama di
rumah sakit
dan
melanjutkan
setelah pulang
ke rumah.

65
3.9 PerencanaanSP tiap pertemuan
Diagnosa Pasien keluarga
Keperawatan
Risiko Perilaku SP 1 SP 1
Kekerasan a. Identifikasi : penyebab, a. Identifikasi masalah yang
tanda dan gejala PK, dirasakan keluarga dalam
akibat merawat pasien
b. Latihan cara fisik 1,2 b. Penjelasan PK (penyebab,
(F1,2) tanda dan gejala, jenis PK,
c. Masuk jadwal kegiatan akibat PK).
pasien. c. Cara merawat PK.
d. Latih (stimulasi) 2 cara
merawat
e. RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat.
SP2 SP 2
a. Evaluasi kegiatan lalu a. Evaluasi (SP 1)
Yi (F1,2) b. Latih (stimulasi) 2 cara lain
b. Latihan verval (3 untuk merawat.
macam) c. Melatih (langsung ke pasien)
c. Masuk jadwal kegiatan d. RTL keluarga atau jadwal
pasien keluarga untuk merawat

SP3 SP 3
a. Evaluasi kegiatan lalu yi a. Evaluasi (SP 1 dan 2)
(F1,2) dan verbal b. Latih (langsung ke pasien)
(SP1,2) c. RTL keluarga atau jadwal
b. Latihan spiritual ( keluarga untuk merawat
minimal 2 macam)
c. Masuk Jadwal Kegiatan
pasien
SP4 SP 4
a. Evaluasi kegiatan lalu yi a. Evaluasi (SP 123)

66
(F1,2) dan verbal b. Latih (langsung ke pasien)
(SP1,2) c. Rencana tindak lanjut
b. Latihan Patuh Obat keluarga :
c. Masuk Jadwal Kegiatan - Follow Up
pasien - Rujukan

67
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan : Ke – 1
Nama Pasien :
Hari/tgl :
Jam :
Perawat :
PROSES KEPERAWATAN
A. Pra Interaksi
1.) Kondisi klien
Klien telihat gelisah, wajah tegang, pandangan mata tajam, sering mondar-
mandir, tangan mengepal.
2.) Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
3.) Tujuan Keperawatan
Tujuan Umum : Klien tidak menciderai diri.
Tujuan Khusus :
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
TUK 4 : Klien dapat megidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.
TUK6 : Klien dapat mendemonstasikan latihan cara fisik ke 1 & 2.
4.) Rencana Tindakan Keperawatan: (SP 1 pasien)
 Bina Hubungan saling Percaya
 Identifikasi penyebab perilaku kekerasan, tanda dan gejala PK serta Akibat.
 Latihan cara fisik 1,2.
 Masukkan jadwal kegiatan pasien.
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik

68
“Assalamualaikum, selamat pagi mbak ? perkenalkan nama saya
perawat D , mbak bisa panggil saya suster .... Saya mahasiswa dari STIKES
Bina Sehat PPNI Mojokerto. Kalau boleh tahu, Mbak namanya siapa? Dan
senang dipanggil siapa?”
b. Evaluasi / Validasi

“Bagaimanakah perasaan mbak pagi ini? Saya boleh duduk di samping


mbak? Apakah masih ada perasaan kesal atau marah dalam diri mbak ? Apa
yang terjadi di rumah?

c. Kontrak
 Topik : “bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol tentang perasaan yang
dialami mbak selama ini?”
 Tempat: “Mbak mau ngobrol-ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana
didepan saja sambil duduk-duduk?”
 Waktu : “ Mbak mau ngobrol dengan saya berapa lama ? bagaimana kalau 15
menit ?”
2. Fase Kerja
“permisi mbak... bagaimanakah perasaan mbak pagi ini?”
“ Apa yang menyebabkan mbak K marah? Apakah sebelumnya Mbak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? O...iya, jadi ada
2 penyebab marah pada Mbak K. Kira-kira ada penyebab lain? Misalnya punya
masalah dengan teman mbak!”
“ Pada saat penyebab marah itu muncul, seperti saat teringat dengan ibu mbak, apa
yang mbak rasakan?” Apakah mbak merasakan kesal kemudian dada mbak
berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal, mudah
marah? Setelah itu apa yang dilakukan mbak?”

“ Jadi mbak K mengamuk,membanting barang-barang, marah-marah. Apakah


dengan cara ini masalah mbak akan terselesaikan? Iya, tentu tidak. Apa kerugian
dengan cara yang mbak lakukan? betul, keluarga mbak jadi ketakutan, barang-
barang dirumah jadi rusak. Menurut mbak adakah cara lain yang lebih baik?
Maukah mbak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”

69
“ Ada beberapa cara untuk mengendalikan kemarahan, salah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi, melalui kegiatan fisik, rasa marah disalurkan. bagaimana
kalau kita belajar 2 cara dulu?”

“ Begini mbak, kalau tanda-tanda marah sudah mbak rasakan, mbak berdiri, lalu
tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui
mulut seperti mengelurkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus..,
tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, mbak K sudah
bisa melakukannya.Bagaimana perasannya?”

“selain melakukan napas dalam, mbak juga dapat memukul kasur dan bantal.”
“ Sekarang, mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar mbak?Jadi
kalau nanti mbak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal.Nah, coba lakukan, pukul
kasur dan bantal. Ya, bagus sekali mbak melakukannya! “
“Kekesalan yang mbak rasakan, lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah, cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa rapikan tempat tidurnya.”
“Nah, sebaiknya latihan ini mbak lakukan secara rutin sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul mbak K sudah terbiasa melakukannya.”
3. Terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Subjektif :
“Bagaimana perasaan mbak sekarang, setelah menceritakan masalah mbak
kepada saya, dan berbincang-bincang dengan saya ? “
 Evaluasi Obyektif :
“setelah kita ngobrol-ngobrol apakah mbak masih ingat apa saja yang
membuat mbak sering marah dan kesal ?iya, jadi ada dua penyebab mbak
marah….(sebutkan) dan yang mbak rasakan …..(sebutkan).”
b. Rencana tindak lanjut
“Setelah ini coba mbak ingat-ingat lagi penyebab mbak marah dan apa yang
mbak lakukan saat marah. Dan kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu
gunakan cara fisik yang kita pelajari tadi.”

70
c. Kontrak
Topik :
”mbak nanti kita akan ngobrol-ngobrol lagi mengenai latihan cara
mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik
Waktu :
Nanti kita ketemu lagi jam 16.00 WIB , bagaimana?
Tempat :
Mbak nanti ingin ngobrol-ngobrol dengan sayadimana ? gimana kalau disini
lagi saja?”
Baiklah kalau begitu perbincangan kita sekarang, kita sudahi dulu ya? terima
kasih dan sampai jumpa lagi ya mbak..! wassalamu’alaikum....!!!

71
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN P dengan Perilaku Kekerasan

 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan :2
Hari/tgl :
Jam : 16.00 WIB
Proses keperawatan
A. Pra Interaksi
1.) Kondisi klien
Klienmengetahui tanda dan gejala dari perilaku kekerasan. Klien tampak sedikit
gelisah, tangan mengepal, tatapan mata tajam.
2.) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3.) Tujuan keperawatan
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus :
TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara social untuk mencegah
perilaku kekerasan.
4.) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 2)
 Evaluasi kegiatan lalu (SP 1)
 Latihan verbal (3 macam)
 Masukkan jadwal kegiatan pasien.
B. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“ Assalamu’alaikum, selamat sorembak? Sesuai janji saya tadi, sekarang kita
ketemu lagi.”
b. Validasi data
Bagaimana perasaan mbaksore ini? ’Bagaimana mbak, sudah dilakukan latihan
tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal? Apa yang mbak rasakan setelah
melakukan latihan secara teratur?’’

72
‘’Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.’’
‘’Bagus. Nah kalau tarik napas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau
diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa dilakukan.’’
c. Kontrak
 Topik : “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah??”
 Tempat :“Dimana kita mau berbincang-bincang?? bagaimana kalau di teras
depan kamar mbak saja ?
 Waktu : “ mau berapa lama mbak ?? apakah 20 menit cukup ?”
2. Fase kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Jika marah
sudah disalurkan melalui tarik napas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah
lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga
caranya mbak:
(1) Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Misalnya mbak ingin meminta sesuatu pada
orang lain, harus dilakukan dengan perkataan yang baik tanpa nada suara
tinggi. Coba mbak minta makanan dengan cara baik:
‘’Bu, bolehkah saya minta makanan? karena saya lapar”. Nanti bisa dicoba
disini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba mbak praktekkan.
Bagus mbak.
(2) Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan mbak tidak ingin
melakukannya, katakan: “Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada kerjaan’. Coba mbak praktikkan. Bagus.”
(3) Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal mbak dapat mengatakan: “saya jadi ingin marah karena perkataanmu
itu”. Coba praktikkan. Bagus.’’
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Subjektif
‘’Bagaimana perasaan mbak setelah kita bercakap-cakaptentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?’’
 Evaluasi Objektif

73
‘’Coba mbak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari!
Bagus sekali, sekarang kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari
mbak mau latihan bicara yang baik? Bisa kita buat jadwal?’’
‘’Coba masukkan dalam jadwal laihan sehari-hari, misalnya meminta obat,
uang, dan lain lain.
Bagus besok dicoba ya mbak!’’
“Mau dimana mbak? Di sini lagi? Baik sampai ketemu besok?.’’
b. Rencana Tindak lanjut klien
‘’Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?’’
‘’Besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah mbak
yaitu dengan cara ibadah, mbak setuju.”
c. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau besok kita membahas mengenaicara lain untuk
mengatasi rasa marah mbak yaitu dengan cara ibadah”
Waktu : “ besok kita ketemu lagi jam 09.00 WIB.”
Tempat : mbak ingin bercakap-cakap dengan saya dimana ? apakah tetap disini
atau bagaimana ?”
Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai
jumpa dengan saya besok ya bu !! wassalamu’alaikum....!!

74
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN P dengan Perilaku Kekerasan

 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan :3
Hari/tgl :
Jam : 09.00 WIB
Proses keperawatan
C. Pra Interaksi
1.) Kondisi klien
Klien telihat lebih tenang, klien mengetahui penyebab dari masalah klien, klien
tampak sedikit gelisah, tatapan mata klien tajam.
2.) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3.) Tujuan keperawatan
Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus :
TUK 8 : Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah
perilaku kekerasan.
4.) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 3)
 Evaluasi SP 1,2
 Latihan Spiritual (minimal 2 macam)
 Masukkan jadwal kegiatan pasien.
D. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Salam terapeutik
“ Assalamu’alaikum, selamat pagi mbak? Sesuai janji saya tadi, sekarang kita
ketemu lagi”.
b. Validasi data

75
“Bagaimana mbak dengan latihannya apa saja yang sudah dilakukan? Apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana
rasa marahnya?”
c. Kontrak
 Topik : “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah
rasa marah yaitu dengan ibadah?”
 Tempat :“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat tidur?
 Waktu : “Berapa lama mau mbak mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 30 menit?”
2. Fase kerja
“Sekarang kita akan melakukan kegiatan untuk latihan mencegah rasa marah
dengan melakukan ibadah.”
Coba ceritakan kegiatan ibadah yang bisa mbak lakukan !! Bagus. Baik,yang mana
mau dicoba? ”
“Nah,,kalau mbak sedang marah coba mbak langsung duduk dan tarik nafas dalam.
Jika marahnya belum reda juga rebahkan badan agar rileks. Jika masih belum reda
juga ambil air wudlu kemudian shalat”
“Mbak bisa melakukan shalat secara teratur untuk meredakan kemarahan”
“Coba mbak sebutkan shalat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana? Coba
sebutkan (untuk yang muslim)?”
“Selain sholat mbak juga bisa melakukan dzikir bila rasa marah mbak muncul.
Dengan berdzikir insyaallah rasa marah mbah akan redah bahkan hilang, serta
jangan lupa untuk selalu berdo’a. Sekarang coba mbak sebutkan salah satu baca’an
dzikir yang mbak ketahui. Bagus...! Lakukan hal-hal tadi ya mbak bila rasa marah
mbak muncul atau bahkan setiap saat mbak. Gimana mbak mau?”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Subjektif
‘’Bagaimana perasaan mbak setelah kita bercakap-cakaptentang cara yang
kita pelajari tadi?’’
 Evaluasi Objektif
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus.”

76
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak. Mau
berapa kali bapak shalat? Baik kita masukkan shalat..dan.. (sesuai
kesepakatan pasien)”
‘’Coba mbak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat mbak lakukan bila mbak
merasa marah! sebutkan? Bagus sekali, sekarang kita masukkan dalam
jadwal. Berapa kali sehari mbak mau lakukan jadwal shalat? Baik mari kita
masukkan shalat dan... (sesuai kesepakatan pasien).”
b. Rencana Tindak lanjut klien
“Setelah ini coba mbak lakukan jadwal shalat sesuai jadwal yang telah kita
buat”
c. Kontrak
Topik : “baiklah kapan kita bisa bertemu lagi mbak ? baiklah besok kita akan
latihan minum obat secara teratur, mbak setuju?
Waktu : “ besok kita ketemu lagi jam 10.00 WIB.”
Tempat : Bagaimana kalau besok kita ketemu di ruangan ini saja?”
Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai
jumpa besok ya mbak !! wassalamu’alaikum....!!! (sambil berjabat tangan)

77
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN P dengan Perilaku Kekerasan

 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan :4
Hari/tgl :
Jam : 10.00 WIB
Proses keperawatan
A. Pra Interaksi
1.) Kondisi klien
Klien mengetahui cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara teknik nafas
dalam dan memukul bantal dan kasurdan melakukan kegiatan spiritual.
2.) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3.) Tujuan keperawatan
Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus :TUK 9 : Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum
obat untuk mencegah perilaku kekerasan.
4.) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 3 pasien)
 Evaluasi SP 1,2, serta latihan spiritual yang telah dilakukan.
 Klien menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum obat serta manfaat dari obat
itu (prinsip 5 benar).
 Klien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat sesuai jadwal yang
ditetapkan.
 Masukkan jadwal kegiatan pasien.
B. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“ Assalamu’alaikum, selamat pagi mbak? Sesuai janji saya tadi, sekarang kita
ketemu lagi”
b. Validasi data

78
“Bagaimana mbak,,sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta shalat? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur? Coba kita lihat cek kegiatannya”
c. Kontrak
 Topik : “Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang jenis obat,
dosis, waktu minum obat serta kepatuhan minum obat untuk mengontrol
kemarahan mbak.”
 Tempat :“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
sini saja?
 Waktu : “Berapa lama mau mbak mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 20 menit cukup?”
2. Fase kerja

(Perawat membawa obat pasien)

“Mbak sudah dapat obat dari dokter?”


“Berapa macam obat yang mbak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa
mbak minum? Bagus!”
“Obatnya ada 3 macam mbak,, yang warnanya orange namanya CPZ kegunaanya
agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tidak tegang, dan
yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah
berkurang. Semuanya ini harus mbak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam”
“Bila nanti setelah minum obat mulut mbak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya mbak bisa mengisap-isap es batu”
“Bila mata terasa berkunang-kunang, mbak sebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu”
“Nanti sebelum minum obat ini mbak lihat dulu label di kotak obat apakah benar
nama mbak tertulis disitu, berapa dosis yang hari diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Disini minta obatnya pada
suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya
mbak, karena dapat terjadi kekambuhan”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya ke dalam jadwal ya mbak”

79
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum
obat yang benar?’’
 Evaluasi Objektif
“coba mbak sebutkan lagi jenis obat yang mbak minum! Bagaimana cara
minum obat yang benar?”
“nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?
Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan
lupa laksanakan semua dengan teratur ya?
b. Rencana Tindak lanjut klien
“baik, besok kita bertemu kembali untuk melihat sejauh mana mbak
melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah.”
c. Kontrak
Topik : “baiklah kapan kita bisa bertemu lagi mbak? baiklah besok kita akan
bertemu untuk melihat sejauh mana mbak melaksanakan kegiatan minum obat?”
Waktu : “ besok kita ketemu lagi jam 10.00 WIB.”
Tempat : Bagaimana kalau besok kita ketemu di ruangan ini saja?”
Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai
jumpa besok ya mbak !! wassalamu’alaikum....!!! (sambil berjabat tangan).

80
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN P dengan Perilaku Kekerasan

 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan :5
Hari/tgl :
Jam : 10.00 WIB
Proses keperawatan
A. Pra Interaksi
1.) Kondisi klien
Klien mampu berbicara sedikit baik, nada sedikit tinggi. Klien berbicara dengan
ketus, klien lebih tenang. Klien patuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2.) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3.) Tujuan keperawatan
Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus :
TUK 11 :Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukancara
pencegahan perilaku kekerasan.
4.) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 1 keluarga)
 Identifikasi masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
 Penyuluhan tentang penjelasan PK (penyebab, tanda dan gejala, jenis PK,
akibat PK).
 Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain.
 Cara merawat pasien PK
 Latih (simulasi) 2 cara merawat
 Rencana tindak lanjut keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat.
B. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik

81
“assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya Dwi Rohmawati, saya mahasiswa
dari STIKES BINA SEHAT PPNI yang sedang praktik di ruang ini, saya yang
merawat Nn.K, nama mbak dan bapak siapa, senangnya di panggil siapa? Boleh
saya tahu mbak dan bapak siapanya Nn.K ?”
b. Validasi data
“Bagaimana perasaan mbk dan bapak hari ini? Bagaimana kondisi Nn.K hari
ini?”
c. Kontrak
 Topik : “Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentangmasalah
yang mbak dan bapak hadapi selama ini dalam merawat pasien?.”
 Tempat :“Dimana enaknya kita berbincang-bincang (Bicara)? Bagaimana
kalau di sini saja?
 Waktu : “Berapa lama mbak mau berbincang-bincang (Bicara)? Bagaimana
kalau 20 menit cukup?”
2. Fase kerja
“Mbak dan bapak, apa masalah yang dihadapi dalam merawat Nn.K? Apa yang
mbak atau bapak lakukan?”
“baik mbak, pak, saya akan coba jelaskan tentang marah Nn.K dan hal-hal yang
perlu diperhatikan”.
“Pak, marah adalah suatu perasaan yang wajar tetapi bila tidak disalurkan dengan
benar akan membahayakan dirinya sendiri.orang lain dan lingkungan”.
“salah satu menyebabkan anak bapak marah dan ngamuk adalah kalau dia teringat
dengan ibunya atau bila ia merasa rendah diri karena tidak memiliki ibu lagi,
keinginan tidak terpenuhi. “
“kalau nanti wajah adik mbak / anak bapak tampak tegang dan merah, lalu
kelihatan gelisah, itu artinya ia sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan
melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah tangga atau
memukul atau bicara kasar?”
“kalau ada perubahan terjadi? Lalu apa yang biasa dia lakukan?”
“bila hal tersebut terjadi sebaiknya mbak atau bapak tetap tenang, bicara lembut
tapi tegas,jangan lupa jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar pasien
seperti gelas, pisau. Jauhkan juga anak-anak kecil dari pasien”.
“bila Nn.K masih marah dan ngamuk, segera bawa ke puskesmas atau RSJ dan
laporkan kepada perawat jaga setelah sebelumnya diikat dulu (ajarkan caranya

82
pada keluarga). Jangan lupa minta bantuan orang lain saat mengikat Nn.K
mbak/pak, lakukan dengan tidak menyakiti Nn.K dan dijelaskan alasan mengikat
yaitu agar pasien tidak mencederai diri sendiri,orangt lain, dan lingkungan”
“nah mbak/pak, sudah lihat kenapa yang saya ajarkan kepada Nn.K bila tanda-
tanda kemarahan itu muncul. Mbak atau bapak bisa bantu Nn.K dengan cara
mengingatkan jadwal latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat, yaitu
secara fisik, verbal, spiritual, dan minumobatteratur”.
“kalau Nn.K bisamelakukan latihannya dengan baik jangan lupa dipuji ya mbak”.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Subjektif
“bagaimana perasaan mbak setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat
Nn.K?
 Evaluasi Objektif
“coba mbak atau bapak sebutkan lagi cara merawat Nn.K!”
b. Rencana Tindak lanjut klien
“baik, besok kita bertemu kembali untuk latihan cara-cara yang telah kita
bicarakan tadi langsung. Kepada Nn.K”
c. Kontrak
Topik : “baiklah kapan kita bisa bertemu lagi mbak/pak ?baiklah 2 hari lagi kita
akan bertemu untuk latihan cara-cara yang kita bicarakan tadi langsung kepada
Nn.K?”
Waktu : “ 2 hari lagi kita ketemu jam 10.00 WIB.”
Tempat : Bagaimana kalau lusa kita ketemu di ruangan ini saja?”
Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai
jumpa besok ya mbak/pak !! wassalamu’alaikum....!!!(sambil berjabat tangan)

83
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN P dengan Perilaku Kekerasan

 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan :6
Hari/tgl :
Jam : 10.00 WIB
Proses keperawatan
A. Pra Interaksi
1.) Kondisi klien
Kliensudah mengetahui beberapa cara mengontrol marah melalui teknik nafas
dalam dan memukul kasur dan bantal. Berbicara masih ketus, dan bernada tinggi.
2.) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3.) Tujuan keperawatan
Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus : TUK 11 :Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan
cara pencegahan perilaku kekerasan.
4.) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 2 keluarga)
 Evaluasi (SP 1 keluarga).
 Latih (simulasi) 2 cara lain untuk merawat.
 Latih ( langsung ke pasien)
 RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat.
B. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“assalamualaikum mbak dan bapak, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu
sekarang kita bertemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah
Nn.K”
b. Validasi data
“bagaimana mbak? Masih ingat diskusi kita yang lalu?ada yang mau mbak
tanyakan?”

84
c. Kontrak
 Topik : “Bagaimana kalau sekarang kita latihan tentang cara mengontrol
marah Nn.K serta nanti kita bisa peragakan langsung kepada pasien”
 Tempat :“Dimana enaknya kita melakukan latihan? Bagaimana kalau di sini
saja? Sebentar saya panggilkan Nn.K dulu supaya bisa berlatih bersama.”
 Waktu : “Berapa lama mbak atau bapak mau untuk latihan? kalau 20 menit
cukup?”
2. Fase kerja
“ nah mbak, coba ceritakan kepada nenek dan bapak mbak, latihan yang sudah
mbak lakukan. Bagus sekali, coba perlihatkan kepada nenek dan bapak jadwal
harian mbak ! bagus “
“ nanti dirumah, mbak/pak bisa membantu mbakK latihan mengontrol kemarahan.
“ sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya mbak/pak ?”
“Masih ingat mbak, buk, kalau tanda-tanda marah?” sudah mbak rasakan maka
yang harus dilakukan mbak adalah…?”
“ya betul, mbak berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan.
Atau tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan.”
“Ayo coba lagi, tarik dari hidung, ya bagus….bagus…., tahan, dan tiup melalui
mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu dan bapak temani dan mbak menghitung
latihan ini sampai 5 kali.”
“ bagus sekali, mbak/bapak sudah melakukannya dengan baik.”
“ cara yang kedua masih ingat mbak, mbak serta bapak ?”
“ ya. Benar, kalau ada yang menyebabkan mbak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain nafas dalam, mbak bisa pukul kasur dan
bantal.”
“ sekarang kita coba latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar mbak? Jadi
nanti kalau mbak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan langsung
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal.”
“ nah, coba mbak lakukan dengan didampingi mbak dan bapak, berikan mbak
semangat ya mbak/pak. Ya, bagus sekali mbak melakukannya.”
“ cara yang ketiga adalah bicara yang baik, bila sedang marah. Ada tiga cara mbak,
coba praktikkan langsung kepada neneknya cara bicara ini :

85
1) Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar, misalnya : “ mbak, saya perlu uang untuk beli jajan
! coba mbak praktikkan. Bagus mbak.”
2) Menolak dengan baik, jika ada yang meyuruh dan mbak tidak ingin melakukannya,
katakan “ maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada pekerjaan.” Coba
mbak praktikkan. Bagus mbak.”
3) Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lainyang membuat kesal
mbak dapat mengatakan : “ saya jadi ingin marah karena perkatannmu itu. Coba
praktikkan. Bagus. Sekali mbak. “
“mbak dan bapak selain 2 cara yang tadi sekarang saya mau kasih tahu cara lain
untuk mengontrol kemarahan dari Nn.K, yaitu dengan cara melakukan kegiatan
spiritual (seperti sholat) dan yang terakhir adalah dengan cara memberikan obat
secara teratur kepada Nn.K”
“ Mbak dan bapak harus selalu mengingatkan Nn.K untuk melakukan kegiatan
ibadah untuk mengurangi rasa marah dan menambah ketenangan Nn.K selain itu
harus juga selalu mengingatkan untuk selalu minum obat secara tepat waktu. Mbak
dan bapak juga harus mengetahui berapa jenis obat yang harus diminum oleh
pasien dan jam berapa saja”
Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang mbak dapatkan,
mbak dan bapak tolong selama dirumah ingatkan Mbak.K untuk meminumnya
secara teratur dan jangan di hentikan tanpa sepengetahuan dokter”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Subjektif
“Baiklah mbak/pak, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan mbak
dan bapak setelah kita latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada
mbakK?’’
 Evaluasi Objektif
“bisa mbak/bapak sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah yang tadi
sudah kita latih pada pasien?.”
b. Rencana Tindak lanjut klien
“baik, besok kita bertemu kembali untuk latihan cara-cara yang lain yang telah
kita bicarakan tadi langsung. Kepada Nn.K”
c. Kontrak

86
Topik : “baiklah kapan kita bisa bertemu lagi mbak/pak ?baiklah besok kita
akan bertemu untuk latihan cara lain merawat Nn.K”
Waktu : “ besok kita ketemu lagi jam 10.00 WIB.”
Tempat : Bagaimana kalau besok kita ketemu di ruangan ini saja?”
Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai
jumpa besok ya mbak/pak !! wassalamu’alaikum....!!!(sambil berjabat tangan)

87
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN P dengan Perilaku Kekerasan

 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan :7
Hari/tgl :
Jam : 10.00 WIB
Proses keperawatan
A. Pra Interaksi
1.) Kondisi klien
Kliensudah tampak tenang, wajah tidak tegang, tangan sudah tidak mengepal,
tidak lagi ketus, berbicara dengan suara sedikit bernada tinggi.
2.) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3.) Tujuan keperawatan
Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus :
TUK 11 :Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan cara
pencegahan perilaku kekerasan.
4.) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 3 keluarga)
 Evaluasi (SP 1,2 keluarga).
 Latihan (langsung ke pasien)
 RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat.
B. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum pak, mbak, karena mbakK akansegera boleh pulang, maka
sesuai janji kita sekarang ketemu untuk latihan cara lain merawat langsung pada
pasien”
b. Validasi data
“bagaimana bu? Masih ingat diskusi kita yang kemarin?ada yang mau mbak/
bapak tanyakan?”

88
c. Kontrak
 Topik : “Bagaimana kalau sekarang kita latihan tentang cara lain
mengontrol marah Nn.K secara langsung kepada pasien”
 Tempat :“Dimana enaknya kita latihan? Bagaimana kalau di kamar pasien
saja?
 Waktu : “Berapa lama mau mbak dan bapak maulatihan? Bagaimana kalau
30 menit cukup?”
2. Fase kerja
“ nah mbak, coba ceritakan lagi kepada mbak dan bapak mbak, latihan yang
sudah mbak lakukan. Bagus sekali, coba perlihatkan lagi kepada mbak dan
bapak jadwal harian mbak ! bagus “
“ nanti dirumah, mbak/pak bisa membantu mbakK latihan mengontrol
kemarahan seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. mbak dan bapak
masih ingat?”
“selain 2 cara itu kan kemarin kita pelajari cara lain yaitu cara spiritual dan
minum obat”
“ sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya mbak/pak ?”
“Masih ingat mbakK, mbak dan bapak, kalau tanda-tanda marah?” sudah
mbak rasakan maka yang harus dilakukan mbak adalah…?”
“ya betul, dengan napas dalam dan komunikasi verbal yang baik, selain itu
mbak masih ingat cara yang lain?”
“Bagus mbak masih ingat, sekarang tunjukkan caranya dengan didampingi
oleh nenek dan bapak mbak ya?”
“Mbak coba jelaskan berapa macam obatnya ! bagus. Jam berapa minum
obat? Bagus. Apa guna obat? Bagus, apakah boleh mengurangi atau
menghentikan obat? Wah bagus sekali “
Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang mbak dapatkan,
mbak dan bapak tolong selama dirumah ingatkan Mbak K untuk meminumnya
secara teratur dan jangan di hentikan tanpa sepengetahuan dokter”
“ bagus sekali, mbak dan mbak/bapak sudah melakukannya dengan baik.”

89
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi Subjektif
“Baiklah mbak/pak, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan mbak
dan bapak setelah kita latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada
mbakK?’’
 Evaluasi Objektif
“bisa mbak/bapak sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah yang tadi
sudah kita latih pada pasien?selanjutnya tolong pantau dan motivasi mbakK
melaksanakan jadwal latihan yang telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan
lupa berikan pujian untuk dia bila dapat melakukan dengan benar ya
mbak/pak.”
b. Rencana Tindak lanjut klien
“Karena mbakK sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi
mbak dan bapak bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas mbak
selama di rumah nanti.””
c. Kontrak
Topik : “baiklah kapan kita bisa bertemu lagi mbak/pak ?baiklah lusa kita akan
bertemu untukmembicarakan jadwal aktivitas mbak selama di rumah nanti”
Waktu : “ lusa kita ketemu lagi jam 10.00 WIB.”
Tempat : Bagaimana kalau besok kita ketemu di ruangan ini saja?”
Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai
jumpa besok ya mbak/pak !! wassalamu’alaikum....!!!(sambil berjabat tangan)

90
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN P dengan Perilaku Kekerasan

 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan :8
Hari/tgl :
Jam : 10.00 WIB
Proses keperawatan
A. Pra Interaksi
1.) Kondisi klien
Kliensudah mengetahui beberapa cara mengontrol marah melalui teknik nafas
dalam dan memukul kasur, bantal dan melakukan kegiatan spiritual. Klien sudah
tenang, wajah tidak tegang, tangan sudah tidak mengepal, tidak lagi ketus,
berbicara dengan suara biasa tidak bernada tinggi.
2.) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3.) Tujuan keperawatan
Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus :
TUK 11 :Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan cara
pencegahan perilaku kekerasan.
4.) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 4 keluarga)
 Evaluasi (SP 1,2,3 keluarga).
 Anjurkan kepada keluarga untuk mempraktikkan latihan simulasi pada klien
selama dirumah sakit dan melnajutkannya setelah pulang kerumah
 RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat.
B. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum pak, mbak, karena besok mbakK sudah boleh pulang, maka
sesuai janji kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadwal mbakK selama di
rumah”
b. Validasi data

91
“bagaimana pak, mbak, selama mbak dan bapak membesuk apakah sudah terus
di latih cara merawat mbakK? Apakah sudah dipuji keberhasilannya?””
c. Kontrak
 Topik : “Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang jadwal
kegiatan mbak K selama dirumah”
 Tempat :“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
sini saja?
 Waktu : “Berapa lama mau mbak dan bapakmau berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 30 menit cukup?”
3. Fase kerja

“ Bapak/mbak bagaimana setelah pertemuan dengan saya kemarin, apakah bapak


dan mbak masih ingat dengan yang saya ajarkan pada pertemuan-pertemuan
sebelumnya? Jika masih ingat, bisa di ulang sedikit pada saya?”
“pak, mbak, jadwal yang telah dibuat selama Nn.K di rumah sakit tolong
dilanjutkan di rumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya, jangan
lupa tetap memberikan apresiasi berupa pujian terhadap Nn.K nantinya.”. Mari kita
lihat jadwal Nn.K!”
“Menurut Bapak/mbak ada tidak perbaikan perilaku atau perkembangan yang
terjadi pada Nn.K setelah diberikan cara-cara mengontrol kemarahan? Ya tentu
saja mengalami perkembangan, oleh karena itu saya harapkan mbak/bapak selalu
mengingatkan kegiatan atau cara-cara yang sudah kita pelajari”
“hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
mbakK selama di rumah. Kalau misalnya menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera
hubungi suster ”D” di puskesmas cepat sembuh, Puskesmas terdekat dari rumah
mbak dan bapak, ini nomer telepon puskesmasnya...”
“ Jika tidak teratasi suster “D” akan merujuknya ke BPKJ”.
“selanjutnya suster “D” akan memantau perkembangan mbak Z selama di rumah”
4. Fase terminasi
b. Evaluasi
 Evaluasi Subjektif
“Baiklah mbak, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah
kita membicarakan jadwal di rumah?”

92
 Evaluasi Objektif
“bisa mbak sebutkan lagi ada apa saja jadwal mbakK dirumah?”
c. Rencana Tindak lanjut klien
“Rujukan pulang”

93
Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAKSP)

Asertive Training pada Klien Perilaku Kekerasan

A. Topik
Perilaku kekerasan
B. Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahan
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala
marah)
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan)
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
5. Klien dapat mempratekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik
(dengan latihan nafas dalam)
6. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa
7. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan
8. Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur
C. Landasan Teori
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah
sakit jiwa.
Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan
oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga atau orang lain, merusak alat
rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak
dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga
seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentangt cara merawat klien (Manajemen
perilaku kekerasan ).
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri, harga diri
rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan. Dengan terapi stimulasi persepsi, klien dilatih
mepersepsikan stimulus, yang disediakan atau yang pernah dialami. Kemampuan
persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini
diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif,
sehingga mampu untuk membantu klien dengan perilaku kekerasan dalam
mengendalikan amarah.
D. Klien
1. Kriteria
a. Klien yang tidak terlalu gelisah
b. Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi
Aktivitas Kelompok

94
c. Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil
d. Klien tenang dan kooperatif
e. Kondisi fisik dalam keadaan baik
f. Mau mengikuti kegiatan Terapi Aktivitas
g. Klien yang dapat memgang alat tulis
h. Klien yang panca inderanya masih memungkinkan
2. Proses seleksi
1. Berdasarkan observasi klien sehari-hari
2. Berdasarkan informasi dan diskusi dengan perawat ruangan mengenai perilaku
klien sehari-hari
3. Hasil diskusi kelompok
4. Berdasarkan asuhan keperawatan
5. Adanya kesepakatan dengan klien
E. Pengorganisasian
1. Waktu
a. Hari/tanggal :
b. Jam :
c. Acara : ... menit
- Pembukaan : ... menit
- Perkenalan pada klien : ... menit
- Perkenalan TAK : ...menit
- Persiapan : ... menit
- Pelaksanaan : ... menit
- Penutupan : ... menit
d. Tempat : aula
e. Jumlah pasien : 4-6 orang
2. Tim terapis
a. Leader :
Bertugas :
- Memimpin jalannya acara Terapi Aktivitas Kelompok
- Memperkenalkan anggota Terapi Aktivitas Kelompok
- Menetapkan jalannya tata tertib
- Menjelaskan tujuan diskusi
- Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada
kelompok terapi diskusi tersebut.
- Kontrak waktu
 Menyimpulkan hasil kegiatan
 Menutup acara
b. Co Leader
Bertugas :
- Mendampingi leader jika terjadi bloking
- Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan

95
- Bersama leader memecahkan masalah
c. Fasilitator
Bertugas :
- Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan
- Mendampingi peserta TAK
- Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
- Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
d. Observer
Bertugas :
- Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
- Mencatat semjua aktivitas dalam Terapi Aktivitas Kelompok
- Mengobservasi perikalu pasien
e. Anggota
Bertugas :
- Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi.
3. Metode dan media
a. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Permainan
b. Alat
1. Kertas
2. Spidol
3. Buku catatan dan bulpen
4. Jadwal kegiatan klien
5. Bola
c. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama
2. Ruangan nyaman dan tenang

96
Co Leader
Leader

Pasien Pasien

Pasien Pasien

Fasilitator Fasilitator

Pasien Pasien

Observer

F. Proses pelaksnaan
1. Persiapan
a. Memiliki klien perilaku kekerasan yang siudak koomperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam teraupetik
 Salam dari terapis kepada klien
 Perkenalan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
 Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi validasi
 Menanyaka prerasaan klien saat ini
 Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Kontrak

97
 Menjelaskan tujuan kegitan, yaitu mengenalkan kelompok,harus minta
izin pada terapis
 Menjelaskan aturan main berikut
- Jika klien ada yang igin meninggalkan kelompok,harus minta izin pada
terapis.
- Lama kegiatan 45 menit.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal samapai akhir.
3. Tahap kerja
a. Lider membacakan aturan permainan :
 Salah satu peserta TAK memegang bola,sambil operator memainkan
musik
 Bila musik berhenti, dan ada salah satu TAK yang memegang bola
berarti, ia harus menmeyebutkan penyebab perilaku kekersan, tanda
gejala yang dirasakan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan,
akibat, serta memprakterkan cara mengontrol PK dengan latihan
fisik(cara nafas dalam)
- Permainan dimulai,sampai ditemukan peserta yang tetap
berjoget saat musik berhenti.
- Klien dan terapis mendiskusikan penyebab masalah perilaku
kekersaan
 Tanyaka pengalaman tiap klien
 Tulis dikertas.
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekersan terjadi
 Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala)
 Tulis dikertas
c. Mendiskusikan perilaku kekersan yang pernah dilakukan klien
(verbal,merusak lingkungan,mencedeari,memukul,orang lain,dan memukul
diri sendiri)
 Tanyakan perilaku saat marah
 Tulis dikertas
d. Menduskisikan dampak atau akibat perilaku kekerasan

98
 Tanyakan akibat perilaku kekersan
 Tulis dipapan tulis dikertas
e. Meminta pasien memepraktikan cara mengontrol perilaku dengan kekerasan
fisik(latihan nafas dalam)
f. Menanyakan persaan klien setelah selesai bermain peran atau stimulasi
g. Memberikan reinforsement pada peran serta klien
h. Dalam menjalan kegiatan TAK upayakan klien terlibat
i. Observer memberikan kesimpulan informasi tentang jalannya TAK mengenai
jawaban klien tentang penyebab,tandan dan gejala.perilaku kekersan dan
akibat perilaku kekerasan. Selanjutnya observer memberikan pujian atas peran
serta klien dalam melaksnakan TAK serta memberi motivasi pada klien untuk
meningkatkan kemampuannya dala berlatih cara mengontrol perilaku
kemarahan .
j. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari acara baru yang sehat
mengahadapi kemarahan.
4. Tahan terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Memeberikan reinforment positif terhadap klien positif
b. Tindak lanjut
 Menganjurkan klien menilai dan mengevoluasi jika terjadi penyebab
marah,yaitu tanda dan gejala,perilaku kekerasan yang terjadi, serta
akibat perilaku kekerasan
 Menganjurkan klien mengingat penyebab, tandan dan gejala,perilaku
kekerasan dan akibat yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang
 Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan
 Menyepaki waktu dan tempat TAK berikutnya.
5. Evalusi

Evalusi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap


kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi peresepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan

99
adalah mengetahui perilaku, mengetahui tanda dan gejala, perilaku kekerasan
yang dilakukan dan akibat dari perilaku kekerasan.

Formulir evaluasi sebagai berikut :

Penyebab
Tanda dan
No. Nama Klien Perilaku Perilaku Akibat perilaku
Gejala Perilaku
Kekersan kekerasan kekerasan
Kekerasan

6. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien.
Contoh : klien mengikuti sesi 1, TAK stiumulus persepsi perilaku kekerasan.
Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasan (disalahkan dan tidak
diberi uang), menegenal tanda dan gejala yang dirakan (“gregeten” dan “deg-
degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang
dirasakn (tangan sakit dan dibawah kerumah sakit jiwa), dan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam, anjurkan klien mengingat
dan menyampaikan jika semua dirasakan selama dirumah sakit.

100
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma'rifatul. (2011). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dalami, Ernawati. dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta:
CV Trans Info Media.

Keliat, Budiana. (2007). Model Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Keliat, Budiana. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Riyadi, Sujono. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

101

Anda mungkin juga menyukai