Anda di halaman 1dari 11

KERAJAAN SYAFAWI

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

“SEJARAH PERADABAN ISLAM ”

Dosen pengampu: Shofwatul Aini, M.S.I

Disusun oleh:

1. Firdaus Jauhar W. (101180143)


2. Galuh Fajar Panjalu (101180144)

Kelas HKI E

AKHWAL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat, hidayat serta inayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
lancar sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Makalah dengan judul “Kerajaan Syafawi” ini kami susun dalam rangka memenuhi mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam agar dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan untuk
pembaca. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan
makalah kami yang akan datang.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
semua.Dan kami yakin, dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan.Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk kebaikan makalah
kedepan.

Ponorogo,24 maret 2019

Penyusun
Kelompok 8/HKI E

I
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................... I
DAFTAR ISI................................................................................................... II
BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................ 3
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 3
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan Makalah ........................................................ 3
BAB II: PEMBAHASAN ............................................................................. 4
A. Pengertian .................................................................................. 4
B. Unsur-unsur kebudayaan ........................................................... 5
C. Fungsi kebudayaan bagi masyarakat .......................................... 6
D. Sifat hakikat kebudayaan ........................................................... 6
E. Kepribadian dan kebudayaan ..................................................... 7
F. Gerakan kebudayaan .................................................................. 8
BAB III: PENUTUP ..................................................................................... 9
A. Kesimpulan ................................................................................. 9
DAFTAR PUSAKA ..................................................................................... 10

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di dalam Sejarah Peradaban Islam ada banyak penguasa, kerajaan, atau
pemerintahan yang berperan penting dalam perkembangan agama islam. Kerajaan
tersebut tentunya memiliki sejarah, strategi, dan kehidupan berbagai aspek. Seperti
Kerajaan Syafawi. Kerajaan Syafawi adalah salah satu kerajaan yang berdiri setelah
runtuhnya Dinasti Abbasiyyah, tepatnya setelah masa stagnan (berhenti total atau tidak
ada perkembangan) dalam islam. Di dalam makalah ini akan dijelaskan tentang Kerajaan
Syafawi mulai dari sejarah sampai runtuhnya kerajaan tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana strategi politik dan pemerintahan Kerajaan Syafawi?
2. Bagaimana perkembangan peradaban Kerajaan Syafawi?
3. Apa penyebab kehancuran kerajaan Syafawi?
4. Apa saja contoh perbedaan kemajuan antara Kerajaan Syafawi dan periode
klasik?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui strategi politik dan pemerintahan Kerajaan Syafawi
2. Untuk mengetahui perkembangan peradaban yang terjadi dalam Kerajaan Syafawi
3. Untuk mengetahui penyebab kehancuran Kerajaan Syafawi
4. Untuk mengetahui contoh perbedaan kemajuan antara Kerajaan Syafawi dan periode
klasik

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi Politik dan Pemerintahan Kerajaan Syafawi

Pada awalnya Kerajaan Syafawi merupakan sebuah gerakan tarekat yang lalu menjadi
dinasti Safawiyah. Dinasti Safawiyah berada di Persia dan berkuasa antara tahun 1502 – 1722
M.1Dinasti Safawiyah merupakan kerajaan islam di Persia yang cukup besar. Kerajaan Syafawi
yang berasal dari gerakat tarekat ini awal berdirinya di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Nama
Safawiyah berasal dari nama pendirinya, yaitu Shafi Ad-din (1252 – 1334 M), dan nama safawi
itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan sampai berlanjut dan
berhasil mendirikan kerajaan, yakni Kerajaan Syafawi.2

Shafi Ad-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan
hidupnya. Shafi Ad-Din merupakan keturunan dari imam Syiah yang keenam, Musa Al-Kazhim.
Gurunya bernama Syaikh Tajuddin Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan
Zahid Al-Gilani. Dikarenakan prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf, Shafi Ad-
Din diambil menantun oleh gurunya tersebut. Shafi Ad-Din mendirikan tarekat safawiyah setelah
ia menggatikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat pada tahun 1301 M. Pengikut tarekat
ini sangta teguh memgang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf salawiyah beertujuan
memerangi memerangi orang orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut
“ahli-ahli bid’ah”. Tarekat yang dipimpin Shafi Ad-din ini semakin penting terutama setelah ia
mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan
kenamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria, dan Anatolia. Di negeri-negeri di luar
Ardabil, Shafi Ad-Din menempatkan seorang wakil untuk memimpin murid-muridnya. Wakil
tersebut diberi gelar khalifah. Kerajaan ini mengatakan Syi’ah sebagai madzab negara.

1
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Kota Kembang, 1989, Hlm. 336.
2
Dr. Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, hlm. 138.

4
Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya kerapkali menimbulkan
keinginan di kalangan ajaran itu untuk berkuasa. Oleh karena itu, lama kelamaan murid-murid
tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan
menentang setiap orang yang bermadzab selain Syi’ah. Yang dianggap sebagai perubah gerakan
tasawuf menjadi satu kerajaan duniawi adalah Ismail bin Haidar yang lahir tahun 1487 M. Pada
waktu usianya baru menginjak 15 tahun, ia telah memproklamirkan dirinya sebagai raja Besar
Iran dan pembela Madzab syi’ah. Sejak saat itu Syi’ah dijadikan Madzab resmi negeri Iran.3

Kecenderungan memasuki dunia politik secara kongkret tanpa pada masa kepemimpinan
Junaid (1447-1460 M). Dinasti Safawi memperluas gerakannya dezngan menambahkan kegiatan
politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Junaid
dengan penguasa Kara Koyunlu (Domba Hitam), salah satu suku bangsa Turki yang menguasai
wilayah itu. Dalam konflik tersebut Junaid kalah dan diasingkan di suatu tempat. Di tempat baru
ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, Ak, koyunlu (Domba Putih), juga suatu
suku bangsa Turki.

Selama pengasingan Junaid tidak tinggal diam tetapi malah menghimpun kekuatan yang
kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Ia juga berhasil mempersunting salah
satu saudara Uzun Hasan.

Anak Junaid yaitu haidar ketika itu masih kecil dalam asuhan Uzun Hasan. Oleh karena
itu, kepemimpinan gerakan syafawi baru dapat diserahkan kepadanya secara resmi pada tahun
1470 M. Hubungan Haidar dengan Uzun Hasan semakin erat setelah Haidar mengawini salah
seorang putri Uzun Hasan. Dari perkawinan tersebut lahirlah Ismail yang kemudian hari menjadi
pendiri Kerajaan Syafawi di Persia.

Ismail menggantikan ayahanya memimpin pada usia 7 tahun. Dikarenakan ayahnya mati
terbunuh pada saat peperangan di wilayah Sircassia melawan Ak Koyunlu (domba putih).
Peperangan tersebut ditimbulkan karena ada pandangan bahwa Syafawi merupakan rival dari Ak
Koyunlu, padahal sebenarnya Syafawi merupakan sekutu Ak Koyunlu.

3
Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta Timur: Prenada Media,2003, hlm. 256.

5
Selama lima tahun Ismail dan pasukannya bermarkas di Gilan dan mempersiapkan
kekuatan serta mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syiria, dan
Anatolia. Pasukan yang dipersiapkan tersebut dinamakan Qizilbash (baret merah).

Di bawah kepemimpinan Ismail pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan Ak


Koyunlu di Sharus, dekat Nakhchivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan
Tabriz, Ibukota Ak Koyunlu, dan berhasil merebut dan mendudukinya. Di kota ini Ismail
memplokamirkan diir sebagai Raja pertama Kerajaan Syafawi.

Masa kejayaan Kerajaan Syafawi pada masa kekuasaan Abbas I. Ia mampu mengatasi
berbagai masalah di dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut
kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa raja-raja
sebelumnya.

B. Perkembangan Peradaban dalam Kerajaan Syafawi

Kerajaan Syafawi dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa
mengembang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tidak heran apabila pada masa /Kerajaan
Syafawi keilmuwan berkembang. Berkembangnya ilmu pengetahuan tersebut tidak lepas dari
doktrin bahwa kaum Syi’ah tidak boleh taqlid dan pintu ijtihad selamanya terbuka. Menurut
kaum Syiah berpendirian bahwasannya mujtahid tidak terputus selamanya.

Sejalan dengan perkembangan ilmu penegetahuan ini doktrin metafisika syi’ah dapat
ditemukan di karya tulis yang disumbangkan oleh pemikir besar seperti Mir Damad, Baha’ al-
Din Amili, salah seorang syi’i dari lebanon yang datang ke Persia, dan Sadr al-Din al-Syirazi
yang lebih populer dengan nama Mulla Sadra. Seorang teosof dan filosof muslim yang telah
memadukan konsep antara teori ibnu arabi, Al-Surahwardi, ibnu Sina dan Natsir al-Din al-Tsuni
ke dalam presprektif Syi’ah. Dan semenjak itulah pemikiran pemikiran Syi’ah terus berkembang
di Persia, Irak, Lebanon dan beberapa daerah di India.4 Yang akhirnya pemikiran tersebut masih
ada di daerah tersebut sampai sekarang.

4
Dedy Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm. 256.

6
C. Penyebab Kehancuran Kerajaan Syafawi

Sepeninggal Abbas I kerajaan Syafawi dipimpin oleh 6 raja yang mana raja-raja tersebut
menyebabkan kondisi Kerajaan Syafawi mengalami kemunduran yang akhirnya membawa
kepada kehancuran.5

Faktor pertama adalah raja yang memerintah pasca abbas I adalah raja yang lemah dan
kualitasnya tidak lebih dari raja Abbas I. Dibuktikan oleh Safi Mirza. Ia adalah raja yang
mempunyai sifat kecemburuan yang tinggi. Dari sifat kecemburuannya tersebut dia berlaku keras
dan kejam kepada para pembesar kerajaan yang akhirnya membuat kemajuan yang dicapai
segera menurun. Dan menimbulakn kota Qanduhur lepas dari kerajaan Syafawi.abbas II adalah
raja yang suka minum-minuman dan akhirnya jatuh sakit dan meninggal. Meski begitu berkat
bantuan wazir-wazirnya Kerajaan Syafawi berhasil mengembalikan Kota Qanduhur. Begitu juga
Raja Sulaiman. Ia adalah seorang pemabuk dan ia juga bertindak kejam pada pembesar yang
dicuranginya. Akhirnya pemerintah bersikap masa bodoh pada pemerintah. Ia diganti oleh Shah
Husein yang alim. Pengganti Sulaiman ini memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama
Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini
membangkitkan kemarahan golongan Sunni di Afganistan, sehingga mereka memberontak dan
berhasil mengakhiri kerajaan Syafawi.

Faktor lainnya adalah degradasi moral yang melanda sebagian petinggi kerajaan.
Disamping pecandu berat narkotik, juga menyenangi kehidupan harem haremnya dan lalai akan
tugas kerajaan. Penyebab penting lainnya adakah karena pasukan Ghulam (budak-budak) yang
dibentuk Abbas I tidak memiliki semangat perang tinggi seperti sepuluh tahun pertama. Dan
sebab sebab kemunduran yang lain adalah konflik berkepanjangan dengan kerajaan Utsmani.
Bagi kerajaan Utsmani berdirinya Kerajaan Syafawi yang beraliran syiah merupakan ancaman
untuk Kerajaan Syafawi.

5
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta; Rajawali Pers, 2015, hlm. 156.

7
D. Perbedaan Kemajuan antara Kerajaan Syafawi dan Periode Klasik
1. Bidang Ilmu Pengetahuan
Di dalam ilmu pengetahuan kerajaan Syafawi mengembangkan
ilmu pengetahuan berdasarkan Madzab Syi’ah yang berbanding terbalik
dengan Periode klasik yang dominan bermadzab Sunni. Selain itu didalam
keilmuwan periode klasik lebih umggul dari pada kerajaan Syafawi
dikarenakan periode klasik ini selain didukung sunni, khawarij dan syiah
juga minat dalam keilmuwannya tinggi dan ditandai dengan penerjemahan
semua bidang ilmu dari buku buku luar.
2. Bidang Arsitektur
Di dalam bidang arsitektur ini pada periode klasik lebih
mengedepankan fungsi sebuah bangunan, misalnya di periode
abbasiyah dibangunnya masjid, rumah sakit, tempat musyawarah
dan perpustakaan. Sedangkan pada masa Kerajaan syafawi
arsitektur bangunan mengedepankan keindahan misalnya
pembangunan taman dan bangunan megah dala, kota isfahan yang
merupakan ibu kota kerajaan.6

6
Marshal G.S. Hodgson, The venture of Islam,volume III, Chicago: The Unervesity of Chicago Press, 1981, hlm. 40.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Strategi politik dan pemerintahan pada masa Kerajaan Syafawi adalah berdoktrin
kepada Syi’ah yang fokus kepada pemernagan bid’ah dan doktrin bahwa pintu ijtihad
terbuka selamanya. Perkembangan peradaban dalam kerajaan ini adalah sebagai bangsa
yang berilmu tinggi. Dan penyebab kehancuran kerajaan Syafawi adalah terletak pada
pemimpinya yang memiliki moral rendah dan persaingan dengan kerajaan Utsmani.
Perbedaan yang mencolok pun terjadi antara periode klasik dan masa kerajaan
Syafawi dikarenakan berbedanya zaman dan kebudayaan yang ada serta kebutuhan dan
kondisi lingkungan pada masa tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

10

Anda mungkin juga menyukai