Anda di halaman 1dari 12

TA’ADDAD AL-ZAWJAT (POLIGAMI DALAM ISLAM)

Makalah dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Tafsir Hukum Keluarga”

Dosen pengampu: Udin Safala, M.H.I.

Disusun oleh kelompok 12:

1. Hanik Mariatul Khoiriyah (101180149)


2. Hanik Rahmawati (101180150)
3. Elsa Mafida Tri Anjani Putri (210116034)

Kelas SA. E

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
TAHUN AKADEMIK
2019/2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Poligami Dalam Islam” ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita,
Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang
lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar
bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas Tafsir Hukum Keluarga dengan judul “Ta’addad Al-Zawjat
(Poligami Dalam Islam)”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalan ini
berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah
yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.
Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Ponorogo, 17 November 2019

Penyusun:
Kelompok 12/HKI E

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Ayat Al-Qur’an Tentang Poligai Dalam Islam ....................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
A. Makna Mufradat...................................................................................................... 2
B. Makna Global.......................................................................................................... 2
C. Asbab An-Nuzul ..................................................................................................... 3
D. Kandungan Hukum ................................................................................................. 4
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9

ii
BAB II
PENDAHULUAN
A. Ayat Al-Qur’an Tentang Poligai Dalam Islam

َ َ‫َو إ ِ ْن ِخ فْ ت ُ ْم أ َ اَّل ت ُقْ ِس طُ وا ف ِ ي الْ ي َ ت َا َم ٰى ف َ ا نْ ِك ُح وا َم ا ط‬


‫اب ل َ كُ ْم‬
‫ث َو ُر ب َ ا عَ ۖ ف َ إ ِ ْن ِخ فْ ت ُ ْم أ َ اَّل ت َعْ ِد ل ُ وا‬ َ ‫ِم َن الن ِ سَ ا ِء َم ث ْ ن َٰى َو ث ُ ََل‬
‫ك أ َ ْد ن َٰى أ َ اَّل ت َع ُ و ل ُوا‬ َ ِ‫ت أ َيْ َم ا ن ُكُ ْم ۚ ٰذ َ ل‬ْ َ‫اح دَ ة ً أ َ ْو َم ا َم ل َ ك‬
ِ ‫ف َ َو‬
Artinya:

Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuanyatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan
(lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak
akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya
perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak
berbuat zalim. (An-Nisaa’: 3)1

1
Mu’ama; Hamidy dan Imron A. Manan, Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni, (Surabaya: BinaIlmu,
1985), 354.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Mufradat
1. ‫وإن خفتم‬ =dan jika kamu takut
2. ‫طاب لكم‬ = yang kamu cintai
3. ‫مثنى‬ = dua
4. ‫ثالث‬ = tiga
5. ‫رباع‬ = empat
6. ‫فواحدة‬ = satu saja2

B. Makna Global

Segi hubungan dengan menyebut kata anak yatim dengan mengawini


perempuan dalam firman-Nya, “Dan jika kuatir tidak dapat berlaku adil
terhadap anak-anak yatim , maka kawinlah perempuan-perempuan yang baik
bagi kamu…” itu menunjukkan bahwa wanita itu adalah makhluk yang lemah,
tak ubahnya anak-anak yatim. Dan di segi lain, karena anak harta dan
kecantikannya, lalu ia berhasrat untuk mengawininya tanpa keadilan dalam
perempuan yatim yang berada dibawah asuhan walinya, lalu si wali tertarik
akan maskawin, yang akhirnya mereka dilarang beebuat demikian, seperti
tersebut dalam hadist Aisyah terdahulu.

Abu Sa’ad berkata: mengutamakan perintah untuk mengawini perempuan-


perempuan lain dengan melarang mengawini perempuan-perempuan yatim,
padahal merekalah yang dimaksud adalah suatu tambahan kelembutan supaya
ereka itu dapat memberikan tempat kepada anak-anak yatim itu, sebab jiwa itu
akan semakin tertarik terhadap apa yang dilarang.3

Poligami adalah suatu tuntutan hidup, dan bukan merupakan undang-


undang baru yang dibawa oleh islam. Islam datang dengan menjumpai
kebiasaan tersebut tanpa batas dan tanpa berperikemanusiaan; lalu diatur dan4
dijadikannya sebagai obat untuk beberapa hal yang terpaksa yang selalu

2
Mardani, Tafsir Ahkam, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2014), 223.
3
Hamidy dan Manan, Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni, 356
4
Ibid, 364.

2
dihadapi masyarakat. Islam datang sedang ketika itu banyak laki-laki
beristrikan 10 orang atau lebih seperti yang disebut dalam hadist Ghailan.

Begitulah, kemudian Islam datang seraya berbicara dengan orang-orang


laki-laki bahwa disana ada batas yang tidak boleh dilalui yaitu empat orang.
Dan disana ada pula ikatan dan syarat, yaitu adil terhadap semua istrinya.
Apabila adil ini tidk dapat di dilaksanakan, maka dia hanya diperkenankan
kawin seorang, atau terhadap hamba sahayanya.5

C. Asbab An-Nuzul
1) Aisyah ra berkata: Ada seorang pria yang sedang memelihara seorang
anak perempuan yatim, lalu dikawininya, dan si yatim itu mempunyai
nama yang cukup baik. Dia tetap dbawah kekuasaan pria tersebut,
tetapi tidak diberi hak sesuatu apapun, lalu turunlah ayat 3 ini.
2) Al-Bukhari meriwayatkan dari ‘Urwah bin Zubair, sesungguhnya ia
pernah bertanya kepada Aisyah tentang firman Allah: “Dan jika kamu
kuatir tidak dapat berlaku adil terhadap anak-anak yatik....” itu, lalu
Aisyah berkata: “Hai anak saudaraku! Si yatim ini berada dipangkuan
walinya, dan hartanya dicampur jadi satu. Si wali itu tertarik dengan
hartanya dan kecantikan wajahnya, lalu ia berkehendak untuk
mengwininya, tetapi dengan cara tidak adil tentang pemberian
maskawin. Dia tdak mau memberinya seperti yang diberikan kepada
orang lain.maka mereka dilarang berbuat demikian kecuali harus
berlaku adil terhadap istri-istrinya, padahal mereka sudah biasa
memberikan maskawin yang cukup tinggi. Begitulah, kemudian
mereka disuruh mengawini perempuan-perempuan yang cocok dengan
mereka, selain anak-anak yatim itu. (ayat 3).6

5
Ibid.
6
Ibid, 355-356.

3
D. Kandungan Hukum
1. Maksud dua-dua, tiga-tiga dan empat-ampat.
Ulama ahli bahasa, sepakat bahwa kalimat-kalimat ini adalah
kalimat hitungan, yang masing-masing menunjukkan jumlah yang di sebut
itu. Matsna berarti: berarti: dua, dua; tsulatsa, berarti: tiga, tiga, ruba’a,
berarti: empat, empat. Jadi maksudayat: Kawinilah perempuan-perempuan
yang kamu sukai, sesukamu: dua-dua, tiga-tiga atau empat-empat.
Zamakh syari berkata: omongan ini di tunjukkan kepada orang
banyak, yang harus diulang supaya masing-masing orang yang hendak
kawin itu berkehendak poligami sesuai dengan hitungan itu. Misalnya
engkau mengatakan kepada orang banyak: Bagilah uang ini 1000 dirham
misalnya dua dirham, dua dirham, tiga dirham , tiga dirham atau empat
dirham , empat dirham. Kalau omongan itu disebutkan dalam bentuk
tunggal, maka tidak mempunyai arti, misalnya engkau mengatakan:
Bagilah uang sebanyak ini dua dirham. Omongan semacam itu tidak
bermakna tetapi jika engkau mengatakan: dua dirham, dua dirham, makna
maknanya berarti: masing-masing mendapat dua dirham saja, bukan empat
dirham.
Jadi menurut ayat ini kawin lebih dari empat itu haram. Dan semua
ulama dan ahli fiqh sudah sepakat atas yang demikian itu. Dan ijma’ ini
tidak dapat digoncangkan oleh anggapan sementara ahli-ahli bid’ah (orang
membuat model-model dalam agama), bahwa kawin Sembilan itu boleh,
Karen ada lam ayat itu dipergunakan “wawu” (dan) liljam’I untuk
menggabungkan, yakni digabung: 2 + 3 + 4 = 9.
Al-Allamah al-qurtubi berkata: Ketahuilah, bahwa bilangan di sini
(matsna, tsulatsa, ruba’a) tidak menunjukkan dibolehkannya kawin
Sembilan, sebagaimana faham orang yang jauh dari pengertian qur’an dan
sunnah, dan menentang apa yang telah menjadi kesepakatan ulama
terdahulu dari ummat ini, dengan anggapan, bahwa “wawu” di sini adalah 7

7
Ibid, 361-362.

4
lil jami’i. juga beralasan dengan fi’iliyah Nabi saw. Yang kawin Sembilan
orang.
Di antara orang yang berfaham demikian itu ialah Syiah Rafidhah
dan ahlu zhahir. Bahkan di antara mereka itu ada yang berpaham lebih
jahat lagi, yaitu memperkenankan 12 orang sekaligus.
Semuanya ini menunjukkan kebodohannya akan bahasa dan
sunnah, serta menyalahi ijma’. Sebab tidak pernah terdengar di kalangan
sahabat maupun tabi’in yang kawin sekaligus lebih-lebih dari empat orang.
Misalnya Ghailan, ketika masuk islam dia mempunyai istri 10 orang, lalu
oleh Nabi saw. Diperintahkan untuk memilih 4 orang di antara mereka itu,
sedang yang lain dicerainya.
Allah swt. Berbicara dengan oramg-orang Arab dengan bahasa
yang fasih. Sedang orang Arab sendiri tidak pernah berkata “Sembilan”
dengan: dua, tiga, empat. Belum pernah terdengar mereka mengatakan:
berilah si anu 4,6,8 yang berarti 18. Dan berbicara seperti itu sangat jelek
sekali.
Aku (shabuni) berkata: ijma’ ulama menetapkan haram kawin lebih
dari empat. Masa mereka yang telah berijma’ itu telah berlalu, sebelum
datangnya orang-orang belakang yang banyak menyimpang itu.8
2. Adapun beberapa hikmah dan manfaat poligami yaitu:
a. Poligami adalah syariat yang Allah pilihkan umat islam untuk
keaslahatan mereka
b. Seorang wanita terkadang mengalami sakit, haid dan nifas. Sedang
seorang laki-laki selalu siap untuk menjadi penyebab
bertambahnya umat ini
c. Secara umum, seluruh wanita siap menikah sedangkan lelaki
banyak yang belum siap karena kefakirannya sehingga lelaki yang
siap menikah lebih sedikit dibandingkan dengan wanita9

8
Ibid, 362-363.
9
Abdul Muktabar, Reinterpretasi Poligami menyingkap Makna, Syarat hingga hkmah Poligami
Dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Deepublish, 2019), 62- 123.

5
d. Syariat poligami dapat mengangkat derajat wanita yang ditinggal
atau dicerai oleh suaminya dan ia tidak memiliki seorang pun
keluarga yang dapat menanggungnya, sehingga dengan poligami
ada yang menanggung kebutuhannya.
e. Poligami adalah cara efektif menundukkan pandangan, memelihara
kehormatan dan memperbanyak keturunan
f. Menjaga wanita dan laki-laki dari perbuatan yang menyimpang
g. Memperbanyak jumlah kaum muslimin.
3. Syarat-syarat menjalankan poligami
a. Berlaku adil pada istri-istrinya dalam pembagian giliran dan
nafkah. Dan tidak disyaratkan untuk berlaku adil dalam masalah
kecintaan, karena hal ini adalah perkara hati yang diluar batas
kemampuan manusia.
b. Mampu untuk melakukan poligami yaitu: pertama, mampu untuk
memberikan nafkah sesuai dengan kemampuan, misalnya jika
seorang laki-laki makan telur, maka dia juga mampu member
makan telur kepada istri-istrinya. Kedua, kemampuan memberikan
kebutuhan biologis pada istri-istrinya. Ketiga, mampu memimpin
istri-istrinya. Keempat, tidak membanding-bandingkan istri-
istrinya.
4. Adapun adab dalam berpoligami yaitu:
a. Berpoligami tidak boleh menjadikan seorang lalai dalam ketaatan
kepada Allah Swt.
b. Tidak boleh beristrikan lebih dari empat perempuan
c. Tidak boleh memperistrikan dua orang perempuan bersaudara
(kakak beradik) dalam satu waktu
d. Suami wajib berlaku adil dalam meberi waktu giliran bagi istri-
istrinya10

10
Ibid, 123-133.

6
e. Suami tidak boleh berjima’ degan istri yang bukan gilirannya
kecuali atas seizing dan ridho dari istri yang sedang mendapat
giliran.11
5. Alasan seorang laki-laki diharuskan berpoligami
a. Istri tidak bisa memberikan keturunan (mandul)
b. Istri tidak patuh dan sulit diarahkan
c. Istri sakit berkepanjangan.

Dari beberapa alasan diharuskannya poligami ini, seorang suami harus


meminta izin terlebih dahulu.12

11
ibid
12
https://konsultasisyariah.com/1289-mengapa-Allah-mengizinkan-poligami.html

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bila seseorang akan mengawini anak yatim dan dikhawatirkan tidak
akan dapat berlaku adil, baik dari sisi maskawin ataupun nafkah, maka
lebih baik ia mengawini wanita-wanita yang lain.
2. Hukum poligami boleh, dengan syarat mampu berlaku adil. Bila tidak
mampu berlaku adil, maka satu istri saja.
3. Batas jumlah istri dalam poligami adalah empat orang.

8
DAFTAR PUSTAKA

A. Manan, Imron dan Mu’ama; Hamidy. Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni.


Surabaya: BinaIlmu. 1985.

Muktabar, Abdul. Reinterpretasi Poligami menyingkap Makna, Syarat hingga


hkmah Poligami Dalam Al-Qur’an. Yogyakarta: Deepublish, 2019.

Mardani. Tafsir Ahkam. Yogyakarta: PustakaPelajar. 2014.

https://konsultasisyariah.com/1289-mengapa-Allah-mengizinkan-poligami.html

Anda mungkin juga menyukai