Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN

KEPUTUSASAAN

I. Kasus

Ibu T (53) tahun, wanita, janda, sudah tidak bekerja, namun masih memiliki
bisnis perdagangan online. Klien beragama islam, dengan pendidikan terakhir S2.
Klien berasal dari suku Jawa, selama ini klien tinggal bersama anak perempuan
dan pembantunya di rumahnya di Kabupaten Bogor.

Klien dirawat dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakir, mual, penurunan nafsu makan. Klien memiliki riwayat asma dan
DM sejak tahun 2006. Diagnosis medis saat masuk rumah sakit yaitu Dispenea ec
TB paru, DM Tipe 2, post TB. Klien memiliki riwayat TB paru sejak bulan
September 2015, namun setelah pengobatan OAT selama 5 bulan, klien putus
obat karena terjadi masalah pada fungsi hatinya akibat dari pengobatan OAT
tersebut. Dari hasil pengkajian keluarga klien yaitu klien memiliki riwayat
diabetes mellitus tipe 2.

Klien mengatakan bahwa dirinya tidak dapat melakukan aktivitas secara


normal sejak memiliki riwayat jatuh 2 tahun yang lalu. Yang mengakibatkan saat
ini klien tidak bisa berjalan karena merasa nyeri pada kakinya tersebut. Klien
mengatakan sebelum sakit masih bisa melakukan pekerjaan rumah secara sendiri,
namun semenjak sakit klien lebih banyak berdiam diri dirumah dengan segala
aktivitas dibantu oleh pembantunya. Klien mengatakan sebelum dirinya tidak bisa
berjalan, ia menjadi jarang berinteraksi dengan tetangga sekitar, dan tidak aktif
dalam kegiatan menyangkut di lingkungan rumahnya.

Klien mengatakan merasa lelah dengan kondisinya saat ini, apabila Allah
SWT ingin segera mengambil nyawanya saat itu, ia mengatakan sudah pasrah dan
ingin diambil saja nyawanya. Pada saat pengkajian awal, klien terlihat sering
mengeluh tentang penyakitnya yang tidak kunjung sembuh, klien tampah gelisah,
bersedih dan selalu menangis. Klien terlihat selalu curiga dengan tindakan yang
akan dilakukan kepada dirinya, seperti menolak ketika akan dilakukan inhalasi
maupun dipasang selang oksigen, karena merasa seperti melihat sesuatu yang
tidak nyata. Klien mengatakan sesak yang dirasakan tidak kunjung hilang dan
nafsu makannya berkurang dan mual. Klien haya menghabiskan makanannya
kurang dari setengah porsi. Klien mengatakan mengalami kesulitan tidur karena
rasa sakit yang dirasakan dan kepikiran mengenai kondisi pemyakitnya. Hasil
observasi selama wawancara, klien tampak gelisah, kontak mata kurang, terlihat
bersedih dan menangis, dan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan
tekanan darah= 110/70 mmHg, Nadi= 88x/menit, RR=24x/menit, Suhu=36,50 C.

II. Proses terjadinya masalah :

Keputusasaan adalah pernyataan subjektif individu dimana seseorang individu


melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilihan-pilihan pribadi yang
tersedia dan tidak dapat memobilisasikan energi atau masalahnya secara sendiri
(Herdman & Kamitsuru, 2014). Keputusasaan bisa berhubungan oleh beberapa hal
seperti pengabaian, kondisi fisik yang turun atau membaik, stres berkepanjangan,
kehilangan keyakinan dalam nilai, pembatasan aktivitas dalam waktu lama yang
menyebabkan isolasi, dan kurang dukungan sosial. Hal-hal yang berhubungan
tersebut bisa menjadi faktor penyebab dari diagnosis keputusasaan pada seseorang.
Orang yang memiliki keputusasaan biasanya menunjukan tanda dan gejala seperti :

1. Mengatakan isi pembicaraan yang pesimis, misalnya “saya tidak bisa”


2. Menutup mata
3. Penurunan nafsu makan
4. Penurunan afek
5. Penurunan respon terhadap stimuli
6. Penurunan pengungkapan verbal
7. Kurang inisiatif
8. Kurang terlibat dalam perawatan
9. Pasif
10. Mengangkat bahu sebagai respon terhadap pembicaraan
11. Gangguan pola tidur
12. Meninggalkan pembicaraan
13. Menghindari kontak mata

Pada kasus, ibu T yang merupakan seorang janda mengalami keputusasaan


dikarenakan oleh penyakit yang sudah lama di deritanya. Ibu T sudah tidak
bekerja akan tetapi masih memiliki bisnis perdagangan online. Riwayat penyakit
yang di deritanya ini yaitu asma dan DM sejak tahun 2006. Ditambah, klien
memiliki riwayat TB paru sejak bulan September 2015 dengan putus obat setelah
lima bulan menerima pengobatan dikarenakan efek samping dari pengobatan
tersebut. Klien juga memiliki riwayat jatuh dua tahun lalu sehingga klien tidak
dapat melakukan aktivitas secara normal serta nyeri pada kaki yang
mengakibatkan klien tidak bisa berjalan. Oleh sebab itu, pekerjaan rumah dibantu
oleh pembantunya dan klien tidak dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan
tetangga dan lingkungan di rumahnya.

Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak nafas sejak satu minggu yang
lalu disertai sakit, mual, dan penurunan nafsu makan. Klien mengatakan merasa
lelah dengan kondisinya dan ikhlas jika dipanggil oleh Allah SWT. Klien juga
sering mengeluh tentang penyakit yang tidak kunjung sembuh, tampak gelisah,
bersedih, dan selalu menangis. Klien juga terlihat selalu curiga terhadap tindakan
yang akan dilakukan kepada dirinya. Klien mengatakan sesak tidak menghilang,
sulit makan karena nafsu makan berkurang, mual, susah tidur karena kepikiran
dengan kondisi penyakitnya. Pada saat observasi, klien tampak gelisah, kontak
mata kurang, terlihat bersedih dan menangis, dan hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital menunjukan tekanan darah = 110/70 mmHg, nadi = 88x/menit,
RR=24x/menit, suhu =36,50 C.
Keputusasaan yang dialami ibu T berhubungan dengan kondisi fisik yang
turun atau memburuk ditandai dengan memiliki riwayat asma, DM, dan TB paru.
Macam-macam penyakit fisik yang berdampak pada keputusasaan yaitu infeksius
(TB paru, influenza, hepatitis), endokrin (diabetes mellitus, hipertiroidisme),
neoplastik (kanker), reumatologis, neurologis, kardiovaskuler, dan gangguan
nutrisi, metabolik, gastrointestinal, dan obat-obatan (Stuart, 2009). Diabetes
mellitus memiliki faktor risiko berupa gaya hidup tidak sehat hingga sebagai
penyakit keturunan. Klien juga memiliki riwayat jatuh sehingga aktivitas yang
terbatas menyebabkan pembatasan aktivitas dalam waktu lama dan menimbulkan
isolasi sosial. Klien menjadi jarang berinteraksi dan bersosialisasi dengan
lingkungan maupun tetangga di rumah. Klien mengalami stres berkepanjangan
dikarenakan kronologis dari penyakitnya ini dan ditambah lagi tidak ada dukugan
sosial dari support system, seperti anaknya. Pada kondisi ini klien juga
mengalami risiko bunuh diri diakibatkan oleh depresi yang dialami. Pasien
diabetes erat kaitannya dengan ide atau risiko bunuh diri diakibatkan oleh depresi
(Sarkar & Balhara, 2014). Klien menunjukan tanda dan gejala keputusasaan
seperti penurunan nafsu makan, pasif, gangguan pola tidur, dan menghindari
kontak mata. Oleh karena itu, perawat dapat menyusun masalah keperawatan
secara holistik dengan memerhatikan aspek fisiologis maupun aspek psikologis
klien.

III. Data yang perlu dikaji :

Pengkajian yang diperlukan oleh klien dengan keputusasaan dapat dilihat dari
tanda dan gejala dari depresi sebagai berikut (Townsend, 2015) :

1. Pengaruh orang yang depresi adalah salah satu kesedihan, kekecewaan,


ketidakberdayaan, dan keputusasaan. Kemudian, klien terlihat suram dan
pesimistis dan perasaan tidak berharga.
2. Pikiran melambat dan kesulitan konsentrasi terjadi. Ide obsesif dan ruminasi
dari pikiran negatif yang umum. Pada depresi berat dapat menunjukan tanda
dan gejala seperti halusinasi dan delusi yang jelas.
3. Ada bukti kelemahan dan kelelahan sehingga tidak adanya energi dalam
melakukan aktivitas sehari-hari (ADL).
4. Beberapa orang mungkin cenderung ke arah makan yang berlebihan
sementara yang lain menunjukan penurunan nafsu makan, anoreksia, dan
penurunan berat badan sehingga gangguan sistemik seperti pencernaan
menjadi sering lemah, sembelit, bahkan retensi urin.
5. Gangguan tidur yang umum seperti insomnia dan hipersomnia.
6. Verbalisasi terbatas melalui perenungan tentang kehidupan mereka sendiri
berupa penyesalan hingga delusi pada klien psikotik.
7. Partisipasi sosial berkurang karena klien memiliki kecenderungan terhadap
egosentrisme dan fokus yang berlebih pada diri sendiri.

IV. Pohon masalah dan prioritas diagnosa keperawatan :

Risiko Bunuh Diri

Keputusasaan

ketidakberdayaan

Risiko jatuh Intoleransi Hambatan


aktivitas mobilitas fisik

Nyeri kronik

Ketidakseimbangan Bersihan jalan napas


nutrisi kurang dari tidak efektif
kebutuhan
Data Masalah Keperawatan

DO : Lebih banyak diam, sering Keputusasaan


mengeluh, gelisah, bersedih, menangis,
kontak mata minimal

DS : jika Allah SWT ingin mengambil


nyawanya klien sudah ikhlas dan ingin
segera diambil nyawanya, sulit tidur
karena memikirkan penyakitnya, klien
mengatakan sesak tidak kunjung
sembuh dan nafsu makan berkurang.

DO : Nyeri Kronik

- Ekspresi wajah berubah meringis saat


disentuh

- Klien hanya melakukan aktivitas di


tempat

DS :

Klien mengatakan nyeri dan tidak ada


perubahan sejak dua tahun lalu, nyeri
skala enam, seperti ditekan, dan hanya
hilang dengan obat.
- Klien mengatakan tidak bisa
berjalan karena nyeri masih
dirasakan

DO : diagnosis TB paru, RR : Ketidakefektifan bersihan jalan napas


24x/Menit, terdengar ronkhi pada salah
satu sisi paru-paru klien

DS :

- Klien mengatakan sesak sejak satu


minggu sebelum masuk rumah sakit
- Klien mengatakan riwayat asma dan
TB Paru
- Klien mengatakan batuk berdahak

DO : klien sulit untuk mobilitas Intoleransi aktivitas

DS : klien memiliki riwayat diabetes


mellitus sejak tahun 2006 dan jatuh dua
tahun yang lalu

DO : klien tampak melakukan aktivitas Risiko Jatuh


di tempat tidur, klien terlihat meringis
saat mencoba menggerakan kaki

DS: riwayat jatuh dua tahun lalu dan


tidak bisa berjalan tanpa bantuan

DO : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


- Klien tampak tidak ingin makan dan kebutuhan tubuh
selalu mual
- BB tidak ideal dengan IMT kurang
dari kebutuhan

DS : Mual, makan kurang dari setengah


porsi, penurunan berat badan

DO : riwayat jatuh 2 tahun lalu, terlihat Hambatan mobilitas fisik


hanya beraktivitas di tempat tidur,
terlihat pergerakan lambat, dan sulit
bergerak

DS : nyeri kaki dan sulit berjalan

V. Rencana tindakan keperawatan :

Keputusasaan merupaka respon emosional dari masalah psikologis yang bersifat


maladaptif (Stuart, 2009). Keputusasaan ini dapat diatasi dengan melakukan
intervensi untuk mengatasi masalah psikososial yang berhubungan dengan respon
emosional maladaptif menurut Videbeck, 2011 yaitu :

1. Modifikasi respon maladaptif klien


2. Kembalikan fungsi kerja dan fungsi psikososial klien
3. Tingkatkan kualitas hidup klien
4. Meminimalkan risiko kekambuhan klien
5. Memberikan keamanan
6. Mendorong hubungan terapeutik
7. Mendorong ADL dan perawatan fisik
8. Menggunakan komunikasi terapeutik
9. Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga

Tujuan umum :

Klien mengalami peningkatan harapan akan makna kehidupan.

Tujuan Khusus :

1. Klien mampu mengenal menguraikan perasaan tentang putus asa


2. Klien memiliki kemampuan untuk mengontrol rasa kecemasan
3. Klien mampu menyebutkan manfaat dalam melatih kemampuan positif
4. Klien mampu mempertahankan kemampuan berpikir positif

Strategi Pelaksanaan Klien dengan Keputusasaan

Orientasi

Salam Terapeutik

Perawat: Selamat pagi, Bu. Perkenalkan nama saya Ners Ina. Saya merupakan
perawat penanggung jawab ibu pada hari ini Rabu, 18 september 2019 dari pukul
7.00 sampai 11.00. Saya akan merawat ibu selama ibu ada disini. Tolong sebutkan
nama dan tempat tanggal lahirnya bu?

Tina: Nama saya Sutinah lahir tanggal 9 September 1966

Perawat: Ibu senangnya dipanggil apa bu?

Tina: Ibu Tina

Evaluasi
Perawat: Ibu Tina bagaimana masih sesak? Masih ada nyeri kakinya?

Tina: yabegitu ners, saya udh capek banget gasembuh – sembuh. Gabisa disuntik mati
aja ners?

Kontrak

Perawat : Jadi ibu merasa lelah yaa bu dengan penyakit ibu? bagaimana jika saya
bantu untuk mencari tahu dan mencari solusi untuk masalah yang ibu alami? proses
ini akan berlangsung sekitar 15-20 menit. apakah ibu bersedia?

Tina : iya ners

Perawat : baik, ibu mau disini atau ditempat lain?

Tina : disini aja ners

Pengkajian

Perawat: ibu sudah berapa lama di rawat di rumah sakit ini?

Tina : sudah satu minggu ners

Perawat: Ibu masuk ke RS ini krn keluhan apa?

Tina : Sesak ners, saya ada TB sudah dari 2015

Perawat :baik bu. Selain sesak dan TB, ibu ada riwayat penyakit lain?

Tina : Saya ada DM II juga ners, terus saya juga ada riwayat asma dari tahun 2006.
Dua tahun lalu saya juga pernah jatuh ners, trs jadinya saya sakit kalau harus berjalan
dan beraktivitas
Perawat: Lalu apakah ibu skrg masih mengonsumsi obat?

Tina : masih ners, tapi sempat putus obat

Perawat :Kalau boleh saya tahu, penyebab ibu Putus obat apa ya bu?

Tina: Karna kata dokter ada masalah di liver saya ners tapi sebulan ini saya udah
minum obat lagi sih walaupun ya sebenernya saya sudah capek minum obat, saya
sedih ners

Perawat : Oh sedih ya bu. Bisa ibu jelaskan bagaimana rasa sedih yang ibu alami?

Tina : saya capek ners minum obat tapi gasembuh - sembuh, pengennya saya udah aja
dicabut nyawanya sama Allah, dari pada kaya sekarang saya ngerasa sakit terus
ngerepotin anak juga

Perawat : Baik, sehari - hari, ibu tinggal bersama siapa?

Tina : saya tinggal sama anak saya dan pembantu saya ners krn suami saya sudah
meninggal

Perawat: apakah anak ibu pernah mengeluh saat merawat ibu?

Tina: ngga sih ners, anak saya baik baik saja sama saya, gak pernah ngeluh

Perawat : kalau dirumah biasanya apa yang ibu lakukan? apakah ibu bekerja?

Tina : saya buka usaha bisnis online ners, dulu saya bisa kemana - mana tp krn
sekarang saya buat jalan aja susah, kadang sering sesak jadi ya saya gabisa ngapa -
ngapain. saya juga udh males berobat krn gada perubahan, saya gabisa balik lagi
seperti semula. saya mendingan meninggal aja ners

Perawat : jadi ibu merasa putus asa atas penyakit ibu derita?
Tina : Iya ners

Kerja

Perawat : baik jika itu yang ibu rasakan, sekarang kita dikusi ya bu untuk mengatasi
rasa putus asa akibat sakit yang ibu derita. apakah ibu bersedia?

Tina : iya ners bersedia

Perawat: baik bu, jadi tadi ibu bilang ibu udh capek yaa bu minum obat gasembuh-
sembuh?

Ibu : iya ners

Perawat : apakah harapan ibu atas penyakit ibu?

Ibu : saya mau sembuh ners

Perawat : kalau ibu tidak minum obat, menurut ibu, apa yang akan terjadi atas diri
ibu?

Ibu : saya tidak akan sembuh ners

Perawat : jadi, apakah hal tersebut sesuai dengan harapan ibu?

Ibu : tidak ners

Perawat : lalu menurut ibu hal apa yg dapat ibu lakukan agar harapan yang tadi ibu
sebutkan dapat terealisasi?

Ibu : saya harus minum obat ners

Perawat : baik jika ibu sudah tahu apa yang harus ibu lakukan, betul sekali bu untuk
dapat sembuh ibu harus minum obat secara rutin
Perawat : saya perhatikan sedari tadi, raut wajah ibu sedang gelisah.. benarkah begitu
bu?

Ibu : iya ners

Perawat : baik, saya ada cara untuk menangani rasa gelisah ibu. Apakah ibu mau kita
berlatih?

Ibu : iya ners mau

Perawat : *ajarkan teknik napas dalam*

Perawat : dahulu saat ibu di rumah ibu melakukan apa saja bu untuk mengisi waktu
luang selain bekerja?

Ibu : saya suka menggambar design baju ners

Perawat : saat ibu melakukan kegiatan tersebut apa yang ibu rasakan?

Ibu : saya senang ners, semua orang bilang design saya bagus

Perawat : wah berarti ibu sangat memiliki potensi yaa bu dalam hal menggambar

Ibu : iya ners, tapi saya kan sekarang sudah tidak bisa ngapa-ngapain.

Perawat : dulu saat ibu gambar, posisi tubuh ibu seperti apa?

Ibu : saya duduk ners di meja

Perawat : baik, saat ini posisi ibu pun sedang duduk. Berarti tidak ada hal yang
menghambat ibu untuk melakukan hal yang ibu suka? Meskipun ibu hanya bisa
terduduk di tempat tidur ini dikarenakan nyeri kaki yang ibu rasakan, ibu masih bisa
lho untuk melakukan hal yang ibu suka dan ibu minati. Apakah ibu mau untuk
melakukan hal tersebut lagi agar ibu merasa senang?

Ibu : iya ners saya mau

Terminasi

Perawat : setelah melakukan tindakan tadi, apakah yang ibu rasakan?

Tina : saya merasa lebih tenang ners

Perawat : baik kalau begitu, berdasarkan kegiatan yang sudah dilakukan, coba apa
saja hal yang harus ibu lakukan?

Tina : kalau lagi gelisah, saya bisa lakuin tarik napas dalam, saya juga harus minum
obat secara teratur agar dapat sembuh dan saya juga masih bisa menggambar
walaupun ditempat tidur jadi tidak ada hal yang menghambat diri saya untuk
melakukan sesuatu yang saya sukai

perawat : wah baik sekali ibu sudah paham yaa bu apa apa saja yang harus dilakukan

Tina : iya ners

Perawat : jadi, kalau ibu merasa gelisah apa yg ibu lakukan?

Ibu : tarik napas dalam

Perawat : baik kalau begitu, adakah yang ingin ibu tanyakan?

Tina : tidak ada ners

Perawat : baik krn tindakannya sudah selesai, saya izin pamit kembali ke ruangan
saya ya bu, jika ibu perlu bantuan ibu dapat menekan bel yang ada didekat bed ibu
utk memanggil perawat yang sedang bertugas. saya pamit yaa bu, semoga lekas
sembuh

Tina : terimakasih ners

VI. Referensi

Herdman, T. H & Kamitsuru, S. (2014). NANDA International Nursing Diagnosis:


Definitions & Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.

Stuart, G. W. (2009). Principles and Practices of Psychiatric Nursing 10th Edition. St


Louis: Mosby.

Townsend, M. C. (2015). Psychiatric Nursing: Assessment, Care Plans, and


Medications 9th Edition. Philadelphia: F. A. Davis Company.

Videbeck, S. L. (2011). Psychiatric-Mental Health Nursing 5th edition. Philadelphia:


Lippincott Williams & Wilkins.

Sarkar, S., & Balhara, Y. P. (2014). Diabetes mellitus and suicide. Indian journal of
endocrinology and metabolism, 18(4), 468–474. doi:10.4103/2230-8210.137487

Anda mungkin juga menyukai