Faktor sosiokultural dapat mempengaruhi proses eliminasi urin karena tingkat privasi
yang diperlukan untuk buang air kecil setiap orang bervariasi dengan norma-norma budaya
(Potter & Perry, 2013). Faktor psikologi, dimana kecemasan dan stres emosional dapat
menyebabkan rasa urgensi dan peningkatan frekuensi buang air kecil. Sedangkan,
keseimbangan cairan berpengaruh berdasarkan asupan makanan dan cairan. Apabila cairan
dan konsentrasi elektrolit berada dalam kesetimbangan, maka terjadi peningkatan produksi
urin.
Pada prosedur operasi seringkali menimbulkan stress pembedahan (Potter & Perry,
2013). Respon stress tersebut dapat meningkatkan jumlah ADH yang menyebabkan resorpsi
air meningkat, serta meningkatkan aldosterone yang menyebabkan retensi natrium dan air.
Anestesi dan analgesic narkotik dapat memperlambat laju filtrasi glomerulus sehingga
mengurangi output urin, serta merusak impuls sensorik dan motoric kandung kemih, sumsum
tulang belakang, dan otak. Kemudian, pembedahan pada perut bagian bawah dan panggul
dapat menimbulkan trauma lokal yang akhirnya mempengaruhi proses eliminasi urin. Selain
itu, pemeriksaan diagnostic, antara lain Pyelogram Intravena (IVP) dan Sistoskopi
mempengaruhi mikturisi (Potter & Perry, 2013).
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebiasaan buang air kecil atau proses emilinasi
urin antara lain faktor usia, pertumbuhan dan perkembangan, lingkungan, riwayat pengobatan,
serta tonus otot. Penuaan menjadi perubahan normal yang mempengaruhi orang dewasa
dalam masalah eliminasi tertentu. Masalah dengan buang air kecil juga dapat berasal dari
dehidrasi. Kemudian, hambatan lingkungan di rumah atau tempat perawatan kesehatan dapat
mempengaruhi kebiasaan buang air kecil. Alat bantu, seperti kursi toilet yang ditinggikan,
pegangan bar, atau sebuah toilet portabel sering diperlukan untuk memastikan keselamatan
pasien.
Daftar Pustaka
Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals of nursing. 8th
edition. Riverport Lane: Elsevier Inc.