Anda di halaman 1dari 3

2.

2 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses eliminasi urin


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi volume dan kualitas urin, serta
kemampuan pasien dalam melakukan proses eliminasi urin. Beberapa kondisi patofisiologis
akut dan reversibel (infeksi saluran kemih) atau bersifat kronis dan irreversibel
(perkembangan progresif disfungsi ginjal). Faktor sosial budaya, faktor psikologis,
keseimbangan cairan, prosedur bedah, dan pemeriksaan diagnostik mempengaruhi urin dan
proses eliminasi urin dalam beberapa cara (Potter & Perry, 2013). Selain itu, obat-obatan,
termasuk anestesi, mengganggu produksi dan karakteristik urin, mempengaruhi tindakan
buang air kecil, serta mempengaruhi kemampuan kontrol dalam berkemih.
Proses penyakit dapat mempengaruhi fungsi ginjal (perubahan volume atau kualitas urin),
tindakan eliminasi urin, atau keduanya. Kondisi yang mempengaruhi volume dan kualitas urin
umumnya dikategorikan sebagai prerenal, renal, atau postrenal. Berkurangnya aliran darah ke
dan melalui ginjal (prerenal), kondisi penyakit dari jaringan ginjal (renal), dan obstruksi di
saluran kemih bawah yang menghalangi aliran urin dari ginjal (postrenal) terkadang
mengubah fungsi ginjal. Kondisi penyakit yang mempengaruhi prose eliminasi urin (Potter &
Perry, 2013), antara lain:
 Penyempitan uretra, perubahan saraf kandung kemih, atau melemahnya panggul atau
otot perineum,
 Diabetes mellitus dan penyakit neuromuscular, seperti multiple sclerosis,
 Benign Prostatic Hyperplasia (BPH),
 Gangguan kognitif, seperti Alzheimer,
 Penyakit sendi degeneratif dan Parkinsonisme,
 Penyakit yang menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan ginjal sehingga
menimbulkan penyakit ginjal stadium akhir (ESRD).

Faktor sosiokultural dapat mempengaruhi proses eliminasi urin karena tingkat privasi
yang diperlukan untuk buang air kecil setiap orang bervariasi dengan norma-norma budaya
(Potter & Perry, 2013). Faktor psikologi, dimana kecemasan dan stres emosional dapat
menyebabkan rasa urgensi dan peningkatan frekuensi buang air kecil. Sedangkan,
keseimbangan cairan berpengaruh berdasarkan asupan makanan dan cairan. Apabila cairan
dan konsentrasi elektrolit berada dalam kesetimbangan, maka terjadi peningkatan produksi
urin.
Pada prosedur operasi seringkali menimbulkan stress pembedahan (Potter & Perry,
2013). Respon stress tersebut dapat meningkatkan jumlah ADH yang menyebabkan resorpsi
air meningkat, serta meningkatkan aldosterone yang menyebabkan retensi natrium dan air.
Anestesi dan analgesic narkotik dapat memperlambat laju filtrasi glomerulus sehingga
mengurangi output urin, serta merusak impuls sensorik dan motoric kandung kemih, sumsum
tulang belakang, dan otak. Kemudian, pembedahan pada perut bagian bawah dan panggul
dapat menimbulkan trauma lokal yang akhirnya mempengaruhi proses eliminasi urin. Selain
itu, pemeriksaan diagnostic, antara lain Pyelogram Intravena (IVP) dan Sistoskopi
mempengaruhi mikturisi (Potter & Perry, 2013).
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebiasaan buang air kecil atau proses emilinasi
urin antara lain faktor usia, pertumbuhan dan perkembangan, lingkungan, riwayat pengobatan,
serta tonus otot. Penuaan menjadi perubahan normal yang mempengaruhi orang dewasa
dalam masalah eliminasi tertentu. Masalah dengan buang air kecil juga dapat berasal dari
dehidrasi. Kemudian, hambatan lingkungan di rumah atau tempat perawatan kesehatan dapat
mempengaruhi kebiasaan buang air kecil. Alat bantu, seperti kursi toilet yang ditinggikan,
pegangan bar, atau sebuah toilet portabel sering diperlukan untuk memastikan keselamatan
pasien.

2.3 Gangguan pada proses eliminasi urin


 Retensi Urin
Retensi urin adalah akumulasi urin akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk
mengosongkan dengan benar (Potter & Perry, 2013). Penyebab retensi urin, antara lain
obstruksi uretra, trauma bedah atau persalinan, perubahan pada persarafan motoric dan
sensorik kandung kemih (Diabetes Mellitus), pasca pengangkatan kateter, efek samping
obat, serta kecemasan.
 Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah perawatan kesehatan yang paling umum. Infeksi tersebut
80% dihasilkan dari penggunaan kateter uretra yang menetap (Potter & Perry, 2013).
Infeksi sering terjadi setelah penempatan kateter urin dan pada kateter tersebut terdapat
5% peningkatan bakteri dalam urin setiap harinya.
 Inkontinensia Urin
Inkontinensia urin adalah kebocoran urin yang tidak disengaja yang cukup menjadi
masalah, dapat bersifat sementara atau permanen, kontinu atau intermiten (Potter &
Perry, 2013). Terdapat tiga jenis inkontinensia urin, yaitu Inkontinensia Overflow atau
ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih, Inkontinensia Stress yang
disebabkan peningkatan tekanan abdomen, dan Inkontinensia Urgensi akibat gangguan
neurologis.
 Urinary Diversions
Kondisi seperti kanker kandung kemih, cedera radiasi pada kandung kemih, atau infeksi
saluran kencing kronis mungkin memerlukan pengalihan urin untuk mengalirkan air seni
dari kandung kemih yang sakit atau disfungsional (Potter & Perry, 2013). Terdapat dua
jenis pengalihan urin, yaitu Continent Urinary Resevoir, dan Urostomy (ileal conduct).

Daftar Pustaka
Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals of nursing. 8th
edition. Riverport Lane: Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai