TELLY KAMELIA
FKUI/RSCM
ISTC, Standard 1 - 6
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
STANDAR UNTUK DIAGNOSTIK ( 1-6)
Standar Isi standar
1 Batuk ≥ 2 minggu evaluasi TB
2 Pemeriksaan apusan dahak min 2 kali , min 1 kali pagi hari,
kualitas lab terjamin
3 Diduga TB ekstraparu pemeriksaan mikroskopik, biakan, dan
histopatologi
4 foto toraks diduga TB pemeriksaan dahak secara mikrobiologi
5 D/ TB paru BTA negatif :
- minimal dua kali BTA negatif
-foto toraks sesuai tuberkulosis
-tidak ada respons terhadap antibiotika spektrum luas
(fluorokuinolon harus dihindari aktif terhadap M.TB ,
menyebabkan perbaikan sesaat pada penderita TB).
biakan dahak harus dilakukan.
Pada pasien yang sakit berat atau diduga terinfeksi HIV,
evaluasi diagnostik harus disegerakan dan jika bukti klinis sangat
mendukung ke arah tuberkulosis, pengobatan tuberkulosis harus
dimulai.
6 Indonesia ISTC Training
Diagnosis TB
Modules revised 2010anak
Standar untuk Pengobatan
Riwayat keluarga dengan sakit yg sama (-), tb (-) & kuning (-). Riwayat
DM, HTN, asma, kuning dan alergi (-). Saat ini tidak bekerja, belum
menikah, biaya dengan gakin DKI.
Addendum
Untuk pasien anak, selain gejala
batuk, entry untuk evaluasi adalah
berat badan yg sulit naik dalam
waktu kurang lebih 2 bulan terakhir
atau gizi buruk
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Gambaran Foto Toraks TB Paru pada pasien
HIV/AIDS
Early vs Advanced HIV
Bagian bawah,
beberapa
Infiltrat Bagian atas
tempat, atau CD4 : 375
milier
Kaviti Umum Tidak umum
Adenopati Tidak umum Umum
Efusi Tidak umum Lebih umum
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010 CD4 : 50
STANDAR UNTUK DIAGNOSIS
STANDAR 2 : Pemeriksaan dahak mikroskopis
Keterangan :
ISTC 1 : 3x (SPS) saat ini program
DOTS masih menggunakan SPS
Addendum :
Bila hasil pemeriksaan BTA 1 negatif, maka dilakukan
pemeriksaan sputum kedua pagi hari. Satu spesimen harus
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
STANDAR UNTUK DIAGNOSIS
Standar 3 : TB Ekstraparu
Pada semua pasien (dewasa, remaja, dan anak) yg
diduga menderitaTB ekstra paru, spesimen dari
bagian tubuh yang sakit harus diambil untuk
pemeriksaan mikroskopik
dan jika fasilitas dan sumber daya tersedia maka
harus dilakukan biakan dan pemeriksaan
histopatologi
Addendum :
Pemeriksaan kearah TB paru tetap dilakukan
yaitu pemeriksaan dahak dan foto toraks.
(Lanjutan)
Pada pasien yang sakit berat atau diketahui
atau diduga terinfeksi HIV, evaluasi diagnostik
harus disegerakan
dan jika bukti klinis sangat mendukung ke arah
tuberkulosis, pengobatan tuberkulosis harus
dimulai.
ISTC
Indonesia
Training
ISTC
Modules
Training
2008
Modules revised 2010
STANDAR UNTUK PENGOBATAN
Standar 7
Praktisi wajib :
Mbrk paduan OAT yang memadai
Menilai kepatuhan pasien
Dapat menangani ketidakpatuhan
Menyembuhkan pasien TB
Mencegah kematian akibat TB
Mencegah kambuh
Memutuskan rantai penularan TB
Mencegah MDR-TB/XDR-TB
Standard 9
Keberpihakan kepada pasien agar terpenuhinya
kepatuhan .
Pengawasan , dukungan , konseling dan penyuluhan
pasien
Upaya yang bertujuan menangani ketidakpatuhan
pasien, termasuk PMO
Standard 10
Monitor dan evaluasi melalui pemeriksaan dahak mikroskopik
berkala (dua spesimen) saat fase inisial selesai (dua bulan).
Jika apus dahak positif pada akhir fase inisial, apus dahak harus
diperiksa kembali pada bulan ketiga dan jika positif, biakan dan
uji resistensi terhadap isoniazid dan rifampisin harus dilakukan.
Pada pasien tuberkulosis ekstra paru dan pada anak, penilaian
respons pengobatan terbaik adalah secara klinis.
Addendum
• Respons pengobatan pada pasien TB milier dan efusi pleura
atau TB paru BTA negatif dapat dinilai dengan foto toraks.
Standard 13
Rekaman tertulis tentang pengobatan yang
diberikan, respons bakteriologis, dan efek
samping seharusnya disimpan untuk semua
pasien.
Standard 15
Semua pasien dengan tuberkulosis dan infeksi HIV
seharusnya dievaluasi untuk menentukan perlu/tidaknya
pengobatan anti retroviral diberikan selama masa
pengobatan tuberkulosis.
Perencanaan yang tepat untuk mengakses obat anti
retroviral seharusnya dibuat untuk pasien yang memenuhi
indikasi.
Bagaimanapun juga pelaksanaan pengobatan tuberkulosis
tidak boleh ditunda.
Pasien tuberkulosis dan infeksi HIV juga seharusnya diberi
kotrimoksazol sebagai pencegahan infeksi lainnya.
Standard 16
Addendum:
Pemberian isoniazid profilaksis belum menjadi kebijakan program nasional
penanggulangan TB.
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
STANDARD UNTUK PENANGANAN TB DENGAN
INFEKSI HIV DAN KONDISI KOMORBID LAIN
Standar 17
Standard 17
Semua penyelenggara kesehatan harus melakukan
penilaian yang menyeluruh terhadap kondisi komorbid
yang dapat mempengaruhi respons atau hasil
pengobatan tuberkulosis.
Mengidentifikasi layanan-layanan tambahan yang
dapat mendukung hasil yang optimal bagi semua
pasien dan menambahkan layanan-layanan ini pada
rencana penatalaksanaan.
Komorbid : diabetes mellitus, program berhenti
merokok, dan layanan pendukung psikososial lain,
atau layanan-layanan seperti perawatan selama
masa kehamilan atau setelah melahirkan.
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
STANDARD UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT
Standar 18
Standard 18
Semua penyelenggara pelayanan untuk pasien tuberkulosis
seharusnya memastikan bahwa semua orang yang
mempunyai kontak erat dengan pasien tuberkulosis menular
seharusnya dievaluasi dan ditatalaksana sesuai dengan
rekomendasi internasional. Penentuan prioritas penyelidikan
kontak didasarkan pada kecenderungan bahwa kontak:
1) menderita tuberkulosis yang tidak terdiagnosis;
2) berisiko tinggi menderita tuberkulosis jika terinfeksi;
3) berisiko menderita tuberkulosis berat jika penyakit
berkembang; dan
4) berisiko tinggi terinfeksi oleh pasien.
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Prioritas tertinggi evaluasi kontak adalah:
Orang dengan gejala yang mendukung ke arah TB
Anak berusia <5 tahun
Kontak yang menderita atau diduga menderita
imunokompromais, khususnya infeksi HIV
Kontak dengan pasien MDR/XDR TB.
Kontak erat lainnya merupakan kelompok prioritas
yang lebih rendah.
Standard 20
Setiap fasiliti pelayanan kesehatan yang
menangani pasien yang menderita atau
diduga menderita tuberkulosis harus
mengembangkan dan menjalankan rencana
pengendalian infeksi tuberkulosis yang
memadai.
Standard 21
Semua penyelenggara pelayanan kesehatan harus
melaporkan kasus tuberkulosis baru maupun kasus
pengobatan ulang serta hasil pengobatannya ke
kantor Dinas Kesehatan setempat sesuai dengan
peraturan hukum dan kebijaksanaan yang berlaku.
Addendum: Pelaksanaan pelaporan seharusnya difasilitasi dan
dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan setempat, sesuai dengan
kesepakatan yang dibuat.
HIV +
Klinis susp TB Diagnosis cepat, tepat
GenXpert Tatalaksana memadai
Foto toraks
SEMBUH
PAJANAN INFEKSI
TB TB MDR
Batuk ≥ 2 mg MATI
Sputum BTA
Foto toraks utk BTA neg •Keterlambatan Diagnosis
Biakan/histopatologi utk TB EP dan Pengobatan
Pasien anak Skoring •Tatalaksanan tak memadai
•Kondisi kesehatan