Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA PASIEN DENGAN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan
adanya orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk
melakukan interaksi dengan sesama manusia. Interaksi ini dilakukan tidak
selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
individu, sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan
individu untuk interaksi dengan orang lain.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu
dengan yang lain. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar
belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif,
takut, kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik
diri.
Terapi kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh
sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain
yang dipimpin, diarahkan oleh terapis/petugas kesehatan yang telah dilatih.
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan
sejumlah pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok
yaitu agar pasien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan
orang lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya.
Menanyakan hal-hal yang sederhana dan memberikan respon terhadap
pertanyaan yang lain sehingga pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
dan dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain.
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan.
Wilson dan Kneisl menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah
manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman
seseorang serta meningkatkan repon social dan harga diri.
Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk
melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan.
Perilaku kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan
jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan
sebagai ancaman. Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah
wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah
yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara
tidak langsung.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan
mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu
terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang respon
kemarahan seseorang dan fungsi positif marah.
Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok (TAK)
pasien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya. Tentu saja pasien yang mengikuti terapi ini
adalah pasien yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan
sehingga saat TAK pasien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota
kelompok lain.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum
obat
c. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik
d. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara social
e. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan spiritual
C. ISI (PERILAKU KEKERASAN)
1. Definisi
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi
dua yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan fisik. Sedangkan marah
tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu
perangkat perasaan-perasaan tertentu dengan perasaan marah.
2. Penyebab perilaku kekerasan
kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak,
cemas, tegang, demam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri,
kebutuhan akan status, dan prestise yang tidak terpenuhi.
 Frustasi: seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi
frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika tidak mampu
menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan
orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
 Hilangnya harga diri: pada dasarnya manusia itu mempunyai
kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak
terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah
diri, tidak berani bertindak, gampang tersinggung, gampang marah,
dan sebagainya.
 Kebutuhan akan status dan pretise: manusia pada umumnya
mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin
dihargai dan diakui statusnya.
3. Rentang respon marah
Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif-mal
adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut:

Respon Adaptif Respons Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar. Rentang Respons Perilaku Kekerasan


Sumber: Keliat (1999)

Keterangan:
1. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa
menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan.
2. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah
dan tidak dapat menemukan alternatif
3. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
4. Agresif : perilaku yang menyertai marah
5. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta
hilangnya kontrol

Tabel. Perbandingan antara perilaku asertif, pasif dan agresif/kekerasan


Pasif Asertif Agresif
Isi Negatif dan Positif dan Menyombongkan
Pembicaraan merendahkan diri, menawarkan diri, merendahkan
contohnya diri, contohnya orang lain, contoh
perkataan: perkataan: perkataan:
“Dapatkah saya?” “Saya dapat…” “Kamu selalu…”
“Dapatkah “Saya akan…” “Kamu tidak
kamu?” pernah…”
Tekanan suara Cepat lambat, Sedang Keras dan ngotot
mengeluh
Posisi badan Menundukkan Tegap dan santai Kaku, condong ke
kepala depan
Jarak Menjaga jarak Mempertahanka Siap dengan jarak
dengan sikap n jarak yang akan menyerang
acuh/mengabaika aman orang lain
n
Penampilan Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam,
tenang posisi menyerang
Kontak mata Sedikit/sama Mempertahanka Mata melotot dan
sekali tidak n kontak mata dipertahankan
sesuai dengan
hubungan
Sumber: Keliat (1999)

4. Gejala marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang
menimbulkan pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu
bahasa. Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada pasien
dalam keadaan marah diantaranya sebagai berikut:
a. Fisik
Mata melotot,/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar dan ketus.
c. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
sindiran.
h. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual

5. Perilaku marah
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif.
Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan
marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa
menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Di samping itu
perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri pasien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku
“acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan.

6. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung
dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena
adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien
marah untuk melindungi diri antara lain:
a. Sublimasi: menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyaluran secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas
adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah
untuk mengurangi ketagangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi: menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda
yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap
rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut
mencoba merayu, mencumbunya.
c. Resepsi: mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk kealam sadar. Misalnya: seseorang anak yang sangat benci
pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut
ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci
orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakannya.
d. Reaksi formasi: mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya
seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement: melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4
tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya
karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.

D. JADWAL KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan


resiko perilaku kekerasan, yaitu
a. Hari/Tanggal : Senin 04 november 2019
b. Waktu : Pkl. 11.00 – 12.00 WITA
c. Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
Terapi kelompok (15 menit)
Penutup (5 menit)
d. Tempat : Ruang Kunti

E. SESI YANG DIGUNAKAN


Dalam terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi 4 sesi, yaitu :
a. SESI I : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
b. SESI II : Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh meminum obat
c. SESI III : Mencegah Perilaku Kekerasan melalui kegiatan fisik
d. SESI IV : Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan social
e. SESI V : Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan spiritual

F. PESERTA TAK
a. Kriteria pasien
1) Pasien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya
Terapi Aktifitas Kelompok
2) Kondisi fisik dalam keadaan baik
3) Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas
b. Proses seleksi
1) Mengobservasi pasien yang masuk kriteria.
2) Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria.
3) Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria.
4) Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok dan
aturan main dalam kelompok.

G. ANTISIPASI MASALAH
a. Penanganan terhadap pasien yang tidak aktif dalam aktivitas
1) Memanggil pasien
2) Memberi kesempatan pada pasien untuk menjawab sapaan perawat
atau pasien lain
b. Bila pasien meninggalkan kegiatan tanpa izin
1) Panggil nama pasien
2) Tanyakan alasan pasien meninggalkan kegiatan
c. Bila pasien lain ingin ikut
1) Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada pasien yang
telah dipilih
2) Katakan pada pasien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti
oleh pasien tersebut

H. URAIAN TUGAS DAN SUSUNAN PELAKSANA


Uraian Tugas Tim Terapis
a. Leader
Uraian tugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi kelompok
3) Memimpin diskusi
b. Observer
Uraian tugas:
1) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok denga evaluasi kelompok
c. Fasilitator
Uraian tugas:
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah

Nama-Nama Tim Terapis


a. SESI I
Leader : I Wayan Erik Febriana
Observer : Ni Made Parwati
Fasilitator : Dwi Satyawati SM.
Ni Made Fitri Darmayani
` Ni Komang Tri Padma Canti
b. SESI II
Leader : Ni Made Parwati
Observer : I Wayan Erik Febriana
Fasilitator : Dwi Satyawati SM.
Ni Made Fitri Darmayani
` Ni Komang Tri Padma Canti
c. SESI III
Leader : Dwi Satyawati SM.
Observer : Ni Made Fitri Darmayani
Fasilitator : Ni Komang Tri Padma Canti
I Wayan Erik Febriana
Ni Made Parwati

d. SESI IV
Leader : Ni Made Fitri Darmayani
Observer : Ni Komang Tri Padma Canti
Fasilitator : I Wayan Erik Febriana
Ni Made Parwati
Dwi Satyawati SM

e. SESI V
Leader : Ni Komang Tri Padma Canti
Observer : Dwi Satyawati SM
Fasilitator : Ni Made Fitri Darmayani
I Wayan Erik Febriana
Ni Made Parwati

I. RENCANA PELAKSANAAN
a. Memilih pasien yang mengikuti TAK sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan di Ruangan Dual Diagnosa (Nilam) RSJD Sambang Lihum
b. Peserta TAK 7 orang
c. Persiapan waktu yang akan digunakan ada dalam Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Rincian Alokasi Waktu TAK (Sabtu, 02 November 2019)


No. Kegiatan Alokasi Keterangan
waktu
1. Tahap orientasi:
 Memberi salam terapeutik:
salam dari terapis 5 menit Di pimpin oleh Leader
 Evaluasi/validasi:
menanyakan perasaan
pasien saat ini
 Kontrak
2. Tahap kerja:
 Sesi I 15 menit Di pimpin oleh Leader
 Sesi II 15 menit Di pimpin oleh Leader
 Sesi III 15 menit Di pimpin oleh Leader
3. Tahap terminasi:
 Evaluasi 5 menit Di pimpin oleh Leader
 Rencana tindak lanjut
 Kontrak yang akan datang
Tabel 2. Tabel Rincian Alokasi Waktu TAK (Senin, 10 Agustus 2015)
No. Kegiatan Alokasi Keterangan
waktu
1. Tahap orientasi:
 Memberi salam terapeutik:
salam dari terapis 5 menit Di pimpin oleh Leader
 Evaluasi/validasi:
menanyakan perasaan
pasien saat ini
 Kontrak
2. Tahap kerja:
 Sesi IV 15 menit Di pimpin oleh Leader
 Sesi V 15 menit Di pimpin oleh Leader
3. Tahap terminasi:
 Evaluasi 5 menit Di pimpin oleh Leader
 Rencana tindak lanjut
 Kontrak yang akan datang
d. Setting Tempat
: Leader Fasilitator

: Observer

: Pasien

Jumlah Perawat
Mahasiswa Ners : 5 Orang
CI : 1 Orang
Pasien : 7 Orang

J. PROSES PELAKSANAAN
Terapi Stimulasi Persepsi terbagi dalam 5 sesi:

Sesi 1: Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan

A. Tujuan :
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda
dan gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan

B. Setting :
1. Terapis dan klien dapat duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat :
1. Buku catatan dan pulpen
2. Jadwal kegiatan klien
D. Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ simulasi
E. Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan
nama)
b. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Kontak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.
2) Menjelaskan aturan main berikut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 15 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah.
1) Tanyakan pengalaman tiap klien
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar
oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab
(tanda dan gejala)
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien
(verbal, merusak lingkungan, mencederai/memukul orang lain,
memukul diri sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard.
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang
paling sering dilakukan untuk diperagakan
e. Melakukan bermain eran/ simulasi untuk perilaku kekerasan yang
tidak berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang
melakukan perilaku kekerasan).
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran
/simulasi.
g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard.
h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
i. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat.
j. Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan
dan akibat perilaku kekerasan.
k. Menanyakan kesediaan klien untuk memepelajari cara baru yang
sehat menghadapi kemarahan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi
penyebab marah, yaitu tanda dan gejala; perilaku kekerasan
yang terjadi; serta akibat perilaku kekerasan.
2) Menganjurkan klien mengingat penyebab ; tanda dan gejala;
perilaku kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Menyepakati waktu dan TAK berikutnya.

Sesi 2 : Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengkonsumsi


Obat

A. Tujuan :
1. Umum : Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasan
dengan patuh mengkonsumsi obat.
2. Khusus :
a) Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat.
b) Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum
obat.
c) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
B. Setting :
1. Terapis danKlien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
C. Alat :
1. Buku catatan dan pulpen
2. Jadwal kegiatan klien
3. Beberapa contoh obat
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
D. Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala
marah, serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi social yang asertif
dan kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
b) Lama kegiatan 15 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien : nama dan warna
(upayakan tiap klien menyampaikan)
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar
waktu minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara
minum obat, benar dosis obat.
e. Menjelaskan tentang prinsip 5 benar dan meminta klien
menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di
whiteboard)
h. Mendiskusikan peranan klien jika teratur minum obat (catat di
whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah perilaku kekerasan/kambuh.
j. Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian perilaku kekerasan/kambuh.
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat
dan kerugian tidak patuh minum obat.
l. Member pujian setiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menyanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi
social asertif, kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
2) Memasukkan minum obat dalam jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan
disepakati jika klien perlu TAK yang lain.

Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik


A. Tujuan:
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan
B. Setting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkungan.
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. Alat:
1. Kasur / kantong tinju/Bantal
2. Buku catatan dan pulpen
Jadwal kegiatan klien

E. Metode:
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ stimulasi
F. Langkah kegiatan:
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis pada pasien
2. Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi /validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menyanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab;
tanda dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu secara fisik untuk mencegah


perilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut :
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.\
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
1) Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olahraga yang
biasa dilakukan klien
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat : tarik napas dalam, menjemur/memukul
kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main bola, senam, memukul
bantal pasir tinju, dan memukul gendang.
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
d. Bersama klien mempraktikan dua kegiatan yang dipilih
1) Terapis mempraktikan
2) klien melakukan redemonstrasi
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikan cara penyaluran
kemarahan
f. Upayakan semua klien berperan aktif

4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan
b. Tindak lanjut
1.Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika
stimulus penyebab perilaku kekerasan
2. Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1. Meyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial
yang asertif
2. Meyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial


A. Tujuan
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa
memaksa.
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan.
B. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.

C. Alat
1. Papan tulis / flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
F. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah
serta perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 15 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta
sesuatu dari orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meninta sesuatu tanpa paksaan,
yaitu “Saya perlu / ingin/ minta ..., yang akan saya gunakan
untuk...”.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan
ulang cara pada poin c.
e. Ulangi d. sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan
rasa sakit hati pada orang lain, yaitu “Saya tidak dapat melakukan
...” atau “Saya tidak menerima dikatakan ...” atau “Saya kesal
dikatakan seperti ...”.\
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan
ulang cara pada poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi
sosil yang asertif , jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dn interaksi sosial
yang asertif secara teratur.
3. Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan
harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan
ibadah.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Sesi 5 : Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual
A. Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.
B. Setting
1. Terapis dan k lien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangannyaman dan tenang.
C. Alat
1. Buku catatan dan pulpen
2. Jadwal kegiatan klien
E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran /simulasi
F. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi
b. Menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluas/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi social yang asertif
untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk
mencegah perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a. Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
b. Lama kegiatan 15 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing masing
klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
2) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
3) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
4) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku
kekerasan terjadi.
2) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi social yang
asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur.
3) Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan dating
1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat
teratur.
2) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
K. PROSES EVALUASI
1. Evaluasi input
• Tim berjumlah 4 orang dengan 1 Leader, 2 Fasilitator, 1 Observer.
• Lingkungan nyaman
2. Evaluasi Proses
• Leader & Co Leader berada di samping pasien dan menjelaskan
peraturan permainan dengan jelas.
• Fasilitator menempatkan diri di samping pasien
• Observer menempatkan diri di samping barisan pasien untuk
mengawasi jalannya kegiatan.
• Minimal 80 orang pasien yang mengikuti permainan dapat
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
• Minimal 5 orang pasien aktif mengikuti kegiatan, maksimal 2
orang yang keluar.
3. Evaluasi Hasil
• 70% Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
• 70% Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan
fisik
• 70 % Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara social
• 50% Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan
spiritual
• 80% Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh
minum obat

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:


EGC. 2005.

Farida Kusumawati,dkk.2010.Buku Ajar KeperawatanJiwa.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Pendahuluan Pada Pasien
    Laporan Pendahuluan Pada Pasien
    Dokumen21 halaman
    Laporan Pendahuluan Pada Pasien
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • PTHWAY
    PTHWAY
    Dokumen1 halaman
    PTHWAY
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Thypoid LP
    Thypoid LP
    Dokumen16 halaman
    Thypoid LP
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Pada Pasien
    Laporan Pendahuluan Pada Pasien
    Dokumen21 halaman
    Laporan Pendahuluan Pada Pasien
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • LP BBLR
    LP BBLR
    Dokumen16 halaman
    LP BBLR
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Intervensi Askep
    Intervensi Askep
    Dokumen3 halaman
    Intervensi Askep
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • LP BBLR
    LP BBLR
    Dokumen17 halaman
    LP BBLR
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Trauma Mekanik
    Trauma Mekanik
    Dokumen29 halaman
    Trauma Mekanik
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • LP2 R.C DM
    LP2 R.C DM
    Dokumen40 halaman
    LP2 R.C DM
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Sap Fix
    Sap Fix
    Dokumen14 halaman
    Sap Fix
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Peper
    Peper
    Dokumen13 halaman
    Peper
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Peper
    Peper
    Dokumen13 halaman
    Peper
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Demam Dengue Anak
    Demam Dengue Anak
    Dokumen16 halaman
    Demam Dengue Anak
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • TENGGELAM
    TENGGELAM
    Dokumen16 halaman
    TENGGELAM
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Bab I1 Sifilis
    Bab I1 Sifilis
    Dokumen9 halaman
    Bab I1 Sifilis
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Orientasi
    Orientasi
    Dokumen5 halaman
    Orientasi
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Gadar
    Gadar
    Dokumen17 halaman
    Gadar
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Makalah Pemeriksaan Fisik
    Makalah Pemeriksaan Fisik
    Dokumen33 halaman
    Makalah Pemeriksaan Fisik
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Tak RPK Kunti
    Tak RPK Kunti
    Dokumen27 halaman
    Tak RPK Kunti
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Form Penilaian
    Form Penilaian
    Dokumen1 halaman
    Form Penilaian
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • LP2 R.C DM
    LP2 R.C DM
    Dokumen40 halaman
    LP2 R.C DM
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Tugas Roleplay Nursing 2
    Tugas Roleplay Nursing 2
    Dokumen4 halaman
    Tugas Roleplay Nursing 2
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • LP2 R.C DM
    LP2 R.C DM
    Dokumen40 halaman
    LP2 R.C DM
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • LP GGK & HD
    LP GGK & HD
    Dokumen24 halaman
    LP GGK & HD
    Arik
    Belum ada peringkat
  • Laporan SAP PERAWATAN
    Laporan SAP PERAWATAN
    Dokumen2 halaman
    Laporan SAP PERAWATAN
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • SAP
    SAP
    Dokumen8 halaman
    SAP
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Form Penilaian
    Form Penilaian
    Dokumen1 halaman
    Form Penilaian
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Pada TN A Dengan CKD
    Asuhan Keperawatan Pada TN A Dengan CKD
    Dokumen23 halaman
    Asuhan Keperawatan Pada TN A Dengan CKD
    fernanda
    Belum ada peringkat
  • Laporan Askep Jiwa Kelompok
    Laporan Askep Jiwa Kelompok
    Dokumen31 halaman
    Laporan Askep Jiwa Kelompok
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Persalinan Normal
    Persalinan Normal
    Dokumen22 halaman
    Persalinan Normal
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat