Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

DENGAN THYPOID FEVER


A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Demam tifoid atau Typhoid Fever atau Typhus Abdominalis adalah penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii yang merupakan bakteri gram negatif
berbentuk batang yang masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Tapan, 2009).
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhii dan
bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010).
Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhii
(Elsevier, 2013).
Jadi, demam tifoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
gram negatif (bakteri Salmonella typhii ) yang menurunkan sistem pertahanan tubuh
dan masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Aspek paling
penting dari infeksi ini adalah kemungkinan terjadinya perfusi usus, karena
organisme memasuki rongga perut sehingga menyebabkan timbulnya peritonitis yang
mengganas.
2. Etiologi
Typhoid disesbabkan oleh bakteri Salmonella thphi, bakteri berbentuk basal dan
berjenis gram negative, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak
menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran
pencernakan dan manusia merupakan sumber untuk infeksi yang mengeluarkan
mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang sakit atau dalam pemulihan. Bakteri
ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih
rendah sedikit, namun mati pada suhu 70oC maupun oleh antiseptic. Terdapat ratusan
jenis bakteri salmonella, tetapi hanya 4 jenis yang dapat menimbulkan typhoid yaitu:
a. Salmonella thpi, basal gram negatif yang bergerak dengan bulu getar tidak
berspora. Bakteri ini mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen
yaitu:
a). Antigen O (somatic, terdiri dari zat komplek liopolisakarida) :
merupakan polisakarida yang spesifik untuk grup salmonella dan
berada pada permukaan organisme dan juga merupakan somatic
antigen yang tidak menyebar.
b). Antigen H : terdapat pada flagella dan bersifat termolabil
c). Antigen V1 : merupakan kapsul yang meliputi tubuh bekteri dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis dan protein membrane
hialin.
b. Salmonella paratyphi A
c. Salmonella paratyphi B
d. Salmonella paratyphi C
Typhoid dapat ditularkan melalui feses dan urine dari penderita thypus atau
juga carier. Carier adalah orang yang sembuh dari deman typhoid dan masih
terus mengekskresi salmonella typhi dalam feses dan urin selama lebih dari 1
tahun.
3. Patofisiologi
Penularan Salmonella typhi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah),
Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan bakteri Salmonella
typhi kepada orang lain. Bakteri tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci
tangan, makanan yang tercemar bakteri Salmonella typhi masuk ke tubuh orang yang
sehat melalui mulut. Kemudian bakteri masuk ke dalam lambung, sebagian bakteri
akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian
distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini bakteri
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah (bakteremia primer) dan mencapai sel-
sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke
dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa,
usus halus dan kandung empedu (Ngastiyah, 2005).
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari), bakteri kembali masuk dalam darah
(bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar
limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak Peyer. Tukak
tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi
ini, bakteri mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses
peradangan lokal dimana bakteri ini berkembang.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi
lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena Salmonella typhi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan
mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejala
demam.
4. Manifestasi Klinis
a. Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari
b. Demam meninggi sampai akhirminggu pertama
c. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor dan koma.
d. Ruam muncul pada hari ke 7-10 bertahan selama 2-3 hari
e. Nyeri kepala, nyeri perut
f. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
g. Pusing, bradikardi, nyeri otot
h. Batuk
i. Epistaksis
j. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepian ujung merah serta tremor)
k. Hepatomegali, splenomegali, meteorismus
l. Gangguan mental berupa samnolen, delirium atau psikosis
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Periode infeksi demam tifoid, gejala dan tanda :
Keluhan Dan Gejala Demam Tifoid
Minggu Keluhan Gejala Patologi
Minggu Panas berlansung Gangguan Bakterimia
pertama insidious, tipe panas saluran cerna
stepladder yang
mencapai 39-40oC,
menggigil, nyeri
kepala
Minggu Kedua Rash, nyeri abdomen, Rose Spot, Vaskulitis,
diare, atau konstipasi, splenomegali, hiperplasi pada
delirium hepatomegali peyer’s patches
nodul tifoid pada
limpa dan hati

Minggu Ketiga Komplikasi : Melena, ilius, Ulserasi pada


perdarahan saluran ketegangan peyer’s patches,
cerna, perforasi, syok abdomen, koma nodul tifoid pada
limpa dan hati
Minggu Keluhan menurun Tampak sakit Kolelitiasi, carrier
Keempat berat, kakeksia kronik
Sumber: Penyakit infeksi di Indonesia hal:197 dalam Nurarif dan Kusuma 2015
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Keadaan kepala cukup bersih, tidak ada lesi / benjolan, distribusi rambut
merata dengan warna warna hitam, tipis, tidak ada nyeri tekan.
b. Mata
Kebersihan mata cukup, bentuk mata simetris kiri dan kanan, sclera tidak
ikterik konjungtiva kemerahan / tidak anemis.Reflek pupil terhadap cahaya
baik. 
c. Telinga
Kebersihan telinga bersih, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat
peradangan.
d. Hidung
Kebersihan hidung cukup, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat tanda-
tanda peradangan pada mocusa hidung.Tidak terlihat pernafasan cuping
hidung taka ada epistaksis.
e. Mulut dan gigi
Kebersihan mulut kurang dijaga, lidah tampak kotor, kemerahan, mukosa
mulut/bibir kemerahan dan tampak kering.
f. Leher
Kebersihan leher cukup, pergerakan leher tidak ada gangguan.
g. Dada
Kebersihan dada cukup, bentuk simetris, ada nyeri tekan.tidak ada sesak.,
tidak ada batuk.
h. Abdomen
Kebersihan cukup ,bentuk simetris,tidak ada benjolan/nnyeri tekan,bising usus
12x /menit,terdapat pembesaran hati dan limfa  
i. Ekstremitas
Tidak ada kelainan bentuk antara kiri dan kanan,atas dan bawah,tidak terdapat
fraktur,genggaman tangan kiri dan kanan sama kuat
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Leukosit
Menurut buku – buku disebutkan pada demam typoid terdapat leucopenia dan
limfositosis relative, tetapi kenyataan leucopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada
batas- batas normal, malahan kadang-kadang terdapat leukositosis. Walaupun tidak
ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit
tidak berguna untuk diagnosis demam typoid.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT seringkali meningkat tetapi kembali ke normal setelah
sembuhnya demam typoid. kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
pembatasan pengobatan.
c. Biakan Darah
Biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan darah negatif
menyingkirkan demam typoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah
bergantung pada beberapa factor antara lain :
a). Teknik Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium berbeda dengan yang lain, malahan hasil
satu laboratorium biasa berbeda dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan, karena jumlah kuman
yang berada dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah,
maka untuk keperluan pembiakan. Pada anak – anak 2 – 5 ml. Bila darah yang
dibiak terlalu sedikit hasil biakan biasa negative,terutama pada orang yang
sudah mendapat pengobatan spesifik .Selain ini darah tersebut harus langsung
dikirim ke laboratorium. Waktu pengambilan darah paling baik adalah saat
demam tinggi pada waktu bakterimia berlangsung.
b). Saat pemeriksaan selama berjalan penyakit
Pada demam typoid biakan darah terhadap S.Typhi terutama positif pada
minggu pertama penyakit dan berkurang  pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan bias positif lagi.
c). Vaksinasi dimasa lampau
Vaksinasi terhadap demam typoid dimasa lampau menimbulkan
antibody dalam darah pasien. Antibodi ini dapat menekan bakteriemia
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody,
aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum pasien demam
typoid pada orang yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang pernah
divaksinasi terhadap demam typoid.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella
yang sudah dimatikan dan diolah laboratorium.Maksud uji widal adalah
menentukan adanya agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita
demam typoid.Akibat infeksi oleh S.Typhi, pasien membuat anti bodi
(aglutini),yaitu:
a). Aglutinin O,yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
b). Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela kuman).
c). Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal sari simapi kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosis. Mungkin tinggi titernya, mungkin besar
kemungkinan pasien menmderita demam typoid. Pada infeksi yang aktif, titer
uji widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang
paling sedikit 5 hari.
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 ,
1/640. Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan
(+). - Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada
kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+).
Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan
(+) pada pasien dengan gejala klinis khas.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam tifoid ada tiga, yaitu :
a. Pemberian antibiotic
Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab demam tifoid.
Obat yang sering dipergunakan adalah:
a). Kloramfenikol 100mg/kg berat badan/hari/4 kali selama 14 hari
b). Amoksili 100 mg/kg berat badan/hari/4 kali.
c). Kotrimoksazol 480 mg, 2 x 2 tablet selama 14 hari.
d). Sefalosporin generasi II dan III (ciprofloxacin 2 x 500 mg selam 6 hari;
ofloxacin 600 mg/hari selama 7 hari; ceftriaxone 4 gram/hari selama 3
hari).
b. Istirahat dan perawatan
Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Penderita
sebaiknya beristirahat total ditempat tidur selama 1 minggu setelah bebas dari
demam. Mobilisasi dilakukan secara bertahap, sesuai dengan keadaan
penderita. Mengingat mekanisme penularan penyakit ini, kebersihan
perorangan perlu dijaga karena ketidakberdayaan pasien untuk buang air besar
dan air kecil.
c. Nonfarmakologi dan Diet
a) Diharuskan untuk Bedrest
b) Agar tidak memperberat kerja usus, pada tahap awal penderita diberi
makanan berupa bubur saring. Selanjutnya penderita dapat diberi makanan
yang lebih padat dan akhirnya nasi biasa, sesuai dengan kemampuan dan
kondisinya. Pemberian kadar gizi dan mineral perlu dipertimbangkan agar
dapat menunjang kesembuhan penderita (Widoyono, 2011).
8. Komplikasi
Komplikasi demam typoid terbagi atas dua, yaitu :
a. Komplikasi Intestinal
Pendarahan usus,perforasi usus.
b. Komplikasi Ekstra Intestinal
Typoid encepalogi, meningitis pneumonia,endocarditis
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, no register, agama, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa
medis dan penanggung jawab.
b. Alasan Masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan demam, perut tersa mual dan
kembung, nafsu makan menurun, diare/konstipasi, nyeri kepala.
c. Riwayat Kesehatan
a). Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya penyakit pasien typoid adalah demam, anorexia, mual ,
muntah, diare, perasaan tidak enak diperut, pucat, nyeri kepala, nyeri
otot, lidah kotor, gangguan kesadaran berupa samnolen sampai koma.
b). Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit demam typoid atau
pernah menderita penyakit lainnya?
c). Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang pernah menderita penyakit demam
typoid atau penyakit keturunan?
d. Pemeriksaan Fisik
a). Keadaan umum : Biasanya badan lemah
b). TTV : peningkatan suhu,perubahan nadi, respirasi
c). Kesadaran : Dapat mengalami penurunan kesadaran.
e. Pemeriksaan Head To toe
a) Kepala
Keadaan kepala cukup bersih, tidak ada lesi / benjolan, distribusi rambut
merata dengan warna warna hitam, tipis, tidak ada nyeri tekan.
b) Mata
Kebersihan mata cukup, bentuk mata simetris kiri dan kanan, sclera tidak
ikterik konjungtiva kemerahan / tidak anemis.Reflek pupil terhadap cahaya
baik. 
c) Telinga
Kebersihan telinga bersih, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat
peradangan.
d) Hidung
Kebersihan hidung cukup, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat tanda-
tanda peradangan pada mocusa hidung.Tidak terlihat pernafasan cuping
hidung taka ada epistaksis.
e) Mulut dan gigi
Kebersihan mulut kurang dijaga, lidah tampak kotor, kemerahan, mukosa
mulut/bibir kemerahan dan tampak kering.
f) Leher
Kebersihan leher cukup, pergerakan leher tidak ada gangguan.
g) Dada
Kebersihan dada cukup, bentuk simetris, ada nyeri tekan.tidak ada sesak.,
tidak ada batuk.
h) Abdomen
Kebersihan cukup ,bentuk simetris,tidak ada benjolan/nnyeri tekan,bising usus
12x /menit,terdapat pembesaran hati dan limfa  
i) Ekstremitas
Tidak ada kelainan bentuk antara kiri dan kanan,atas dan bawah,tidak terdapat
fraktur,genggaman tangan kiri dan kanan sama kuat
2. Diagnosa Keperawatan
1) Hypertermi b.d proses infeksi
2) Nyeri akut b.d proses peradangan
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake anadekuat
4) Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang anadekuat dan
peningkatan suhu tubuh
5) Konstipasi b.d penurunan motilitas traktus gastrointestinal (penurunan
motilitas usus)
3. Rencana Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


keperawatan

1 Hipertermi NOC Fever treatment


berhubungan Setelah dilakukan tindakan
dengan proses keperawatan selama …… 1. Monitor suhu
inflamasi usus x…… jam diharapkan sesering mungkin
masalah keperawatan dapat 2. Monitor IWL
teratasi dengan criteria 3. Monitor warna
hasil: dan suhu kulit
a. Suhu tubuh dalam 4. Monitor tekanan
rentang normal 36,5- darah, nadi dan
37,5 C RR
b. Tanda vital dalam 5. Monitor
rentang normal penurunan tingkat
c. Kulit lembab dan kesadaran
kering 6. Monitor WBC,
d. Bebas dari Hb, dan Hct
kedinginan 7. Monitor intake
e. Hasil DL (leukosit dan output
normal) 8. Berikan anti
piretik
9. Berikan
pengobatan untuk
mengatasi
penyebab demam
10. Selimuti pasien
11. Lakukan tapid
sponge
12. Berikan cairan
intravena
13. Kompres pasien
pada lipat paha
dan aksila
14. Tingkatkan
sirkulasi udara
15. Berikan
pengobatan untuk
mencegah
terjadinya
menggigil

Temperature regulation
1. Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
3. Monitor TD, nadi,
dan RR
4. Monitor warna
dan suhu kulit
5. Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi
6. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan akibat
panas
9. Diskusikan
tentang pentingnya
pengaturan suhu
dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
10. Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
12. Berikan anti
piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas
dari nadi
7. Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
8. Monitor suara
paru
9. Monitor pola
pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis
perifer
12. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)

13. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
2. Nyeri akut b.d NOC : NIC :
proses peradangan Setelah diberikan asuhan 1. Istirahatkan pasien
keperawatan selama pada posisi yang
…..x….jam diharapkan nyaman dalam batas
pasien dapat yang dapat
mempertahankan perilaku ditoleransi oleh
adaptasi terhadap nyeri pasien
(nyeri terkontrol) 2. Berikan informasi
Kriteria hasil : tentang nyeri
1. Melaporkan secara meliputi penyebab,
verbal nyeri berkurang lamanya nyeri yang
atau hilang berlangsung, faktor
2. Skala nyeri 0-3 yang dapat
3. Wajah tampak memperburuk atau
rileks/tenang merdakan nyeri
4. Tidak gelisah, pucat 3. Bantu pasien untuk
berkeringat aibat mengidentifikasi
menahan nyeri tindakan memenuhi
5. Tidak berhati-hati dan kebutuhan ras
menghindari daerah nyaman yang telah
yang yyeri berhasil dilakukan
6. Tanda-tanda vital (nadi oleh pasien
dan pernafasan) dalam 4. Observasi tanda-
batas normal tanda vital
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
(relaksasi nafas
dalam, distraksi,
kompres
hangat/dingin, terapi
music, massage
punggung)
6. Kaji kembali keluhan
nyeri yang dirasakan
pasien meliputi
lokasi, karakteristik,
frekuensi, durasi,
kualitas, dan
intensitas nyeri
7. Kolaborasi
pemberian analgetik
jika diperlukan
8. Ajrkan tentang
metode penggunaan
analgetik untuk
mengurangi nyeri

3. Ketidakseimbangan NOC NIC :


nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management
kebutuhan tubuh keperawatan selama…… 1)       Kaji adanya
b.d intake yang x…..diharapkan masalah alergi makanan
tidak adekuat dan keperawatan dapat teratasi
peningkatan suhu dengan kriteria hasil: 2)       Kolaborasi
tubuh dengan ahli gizi
a. Adanya peningkatan untuk menentukan
berat badan sesuai jumlah kalori dan
dengan tujuan nutrisi yang
b. Berat badan ideal dibutuhkan pasien.
sesuai dengan tinggi 3)       Anjurkan
badan pasien untuk
c. Mampu meningkatkan
mengidentifikasi intake Fe
kebutuhan nutrisi
4)       Anjurkan
d. Tidak ada tanda tanda
pasien untuk
malnutrisi
meningkatkan
e. Tidak terjadi
protein dan
penurunan berat badan
vitamin C
yang berarti
5)       Berikan
substansi gula
6)       Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
7)       Berikan
makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
8)       Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
9)       Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
10)   Berikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
11)   Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1)       BB pasien
dalam batas
normal
2)       Monitor adanya
penurunan berat
badan
3)       Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas yang
biasa dilakukan
4)       Monitor
interaksi anak atau
orangtua selama
makan
5)       Monitor
lingkungan selama
makan
6)       Jadwalkan
pengobatan  dan
tindakan tidak
selama jam makan
7)       Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
8)       Monitor turgor
kulit
9)       Monitor
kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
10)   Monitor mual
dan muntah
11)   Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
12)   Monitor
makanan kesukaan
13)   Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
14)   Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
15)   Monitor kalori
dan intake nuntrisi
16)   Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
17)   Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
4 Resiko kekurangan NOC NIC
volume cairan b.d Setelah dilakukan tindakan Fluid management
intake yang tidak keperawatan selama…… 1. Timbang
adekuat dan x…..diharapkan masalah popok/pembalut jika
peningkatan suhu keperawatan dapat teratasi diperlukan
tubuh dengan kriteria hasil: 2. Pertahankan catatan
a. Mempertahankan urine intake dan output
output sesuai dengan yang akurat
usia dan BB, BJ, urine 3. Monitor status
normal, HT normal dehidrasi
b. TTV dalam batas (kelembaban
normal membrane mukosa,
c. Tidak ada tanda-tanda nadi adekuat,
dehidrasi, Elastisitas tekanan darah
turgor kulit baik. ortostatik), jika
d. Membrane mukosa diperlukan
lembab, tidak ada rasa 4. Monitor vital sign
haus yang berlebih 5. Monitor masukan
makanan/cairan dan
hitung intake kalori
harian
6. Kolaborasikan
pemberian cairan IV
7. Monitor status nutrisi
8. Berikan cairan IV
pada suhu rungan
9. Dorong masukan oral
10. Berikan penggantian
nesogatik sesuai
output
11. Dorong keluarga
untuk membatu
pasien makan
12. Tawarkan snack (jus
buah, buah seger)
13. Koraborasi dengan
dokter
14. Atur komungkinan
transfuse
HypovolemiManagement
1. Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon
pasien terhadap
perubahan
cairanolume cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien untuk
menambah intake
oral
8. Pemberian cairan IV
9. Monitor adanya
tanda dan gejala
kelebihan volume
cairan
10. Monitor adanya
tanda gejala gagal
ginjal

5 Konstipasi b.d NOC NIC


penurunan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan
motilitas traktus keperawatan selama…… gejala konstipasi
gastrointestinal x…..diharapkan masalah 2. Monitor bising usus
keperawatan dapat teratasi 3. Monitor fese :
dengan kriteria hasil: frekuensi, konsistensi
a. Mempertahankan dan volume
bentuk fese lunak 4. Konsultasi dengan
setiap 1-3 hari dokter tentang
b. Bebas dari ketidak penurunan dan
nyamanan dan peningkatan bosing
konstipasi usus
c. Mengidentidikasi 5. Monitor tanda dan
indicator untuk gejala rupture
mencegah konstipasi usus/perintonitis
d. Fese lunak dan 6. Jelaskan etiologi dan
berbentuk rasionalisasi tindakan
terhadap pasien
7. Identifikasi faktor
penyebab dan
kontribusi konstipasi
8. Dukung intake cairan
9. Kolaborasikan
pemberian laksatif
10. Anjurkan
pasien/keluarga untuk
mencatat warna,
volume, frekuensi dan
konsistensi tinja

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi mencakup melakukan membantu dan mengarahkan kerja aktivitas
kehidupan sehari-hari.Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat.
5. Evaluasi
1). Hypertermi b.d proses infeksi dapat teratasi
2). Nyeri akut b.d proses peradangan dapat teratasi
3). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake anadekuat
4). Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang anadekuat dan
peningkatan suhu tubuh dapat terhatasi
5). Konstipasi b.d penurunan motilitas traktus gastrointestinal (penurunan
motilitas usus) dapat terhatasi
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, S.Kep., Ns., dan Hardhi Kusuma S.Kep., Ns. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC
NOC Edisi Revisi Jilid I. Yogyakarta: MediAction

Anda mungkin juga menyukai

  • Thypoid LP
    Thypoid LP
    Dokumen16 halaman
    Thypoid LP
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • LP BBLR
    LP BBLR
    Dokumen17 halaman
    LP BBLR
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Demam Dengue Anak
    Demam Dengue Anak
    Dokumen16 halaman
    Demam Dengue Anak
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • PTHWAY
    PTHWAY
    Dokumen1 halaman
    PTHWAY
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Pada Pasien
    Laporan Pendahuluan Pada Pasien
    Dokumen21 halaman
    Laporan Pendahuluan Pada Pasien
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • LP BBLR
    LP BBLR
    Dokumen16 halaman
    LP BBLR
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Intervensi Askep
    Intervensi Askep
    Dokumen3 halaman
    Intervensi Askep
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Peper
    Peper
    Dokumen13 halaman
    Peper
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Gadar
    Gadar
    Dokumen17 halaman
    Gadar
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • TENGGELAM
    TENGGELAM
    Dokumen16 halaman
    TENGGELAM
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Orientasi
    Orientasi
    Dokumen5 halaman
    Orientasi
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Trauma Mekanik
    Trauma Mekanik
    Dokumen29 halaman
    Trauma Mekanik
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • MEMANDIKAN BAYI
    MEMANDIKAN BAYI
    Dokumen14 halaman
    MEMANDIKAN BAYI
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Peper
    Peper
    Dokumen13 halaman
    Peper
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Makalah Pemeriksaan Fisik
    Makalah Pemeriksaan Fisik
    Dokumen33 halaman
    Makalah Pemeriksaan Fisik
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Bab I1 Sifilis
    Bab I1 Sifilis
    Dokumen9 halaman
    Bab I1 Sifilis
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Tugas Roleplay Nursing 2
    Tugas Roleplay Nursing 2
    Dokumen4 halaman
    Tugas Roleplay Nursing 2
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • LP2 R.C DM
    LP2 R.C DM
    Dokumen40 halaman
    LP2 R.C DM
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • LP2 R.C DM
    LP2 R.C DM
    Dokumen40 halaman
    LP2 R.C DM
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Tak RPK Kunti
    Tak RPK Kunti
    Dokumen27 halaman
    Tak RPK Kunti
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • LP2 R.C DM
    LP2 R.C DM
    Dokumen40 halaman
    LP2 R.C DM
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Form Penilaian
    Form Penilaian
    Dokumen1 halaman
    Form Penilaian
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • PEDIKULOSIS CAPITIS
    PEDIKULOSIS CAPITIS
    Dokumen8 halaman
    PEDIKULOSIS CAPITIS
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Laporan Askep Jiwa Kelompok
    Laporan Askep Jiwa Kelompok
    Dokumen31 halaman
    Laporan Askep Jiwa Kelompok
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Pada TN A Dengan CKD
    Asuhan Keperawatan Pada TN A Dengan CKD
    Dokumen23 halaman
    Asuhan Keperawatan Pada TN A Dengan CKD
    fernanda
    Belum ada peringkat
  • LP GGK & HD
    LP GGK & HD
    Dokumen24 halaman
    LP GGK & HD
    Arik
    Belum ada peringkat
  • Form Penilaian
    Form Penilaian
    Dokumen1 halaman
    Form Penilaian
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Laporan SAP PERAWATAN
    Laporan SAP PERAWATAN
    Dokumen2 halaman
    Laporan SAP PERAWATAN
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat
  • Persalinan Normal
    Persalinan Normal
    Dokumen22 halaman
    Persalinan Normal
    Erik Febriana
    Belum ada peringkat