Anda di halaman 1dari 20

A.

Anatomi Fisiologi Hepar


Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi
hati. Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak
dibagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan dibawah
diafragma dan hati secara luas dilindungi oleh tulang iga, berat hati rata-rata
sekitar 1500 gr 2,5 % dari berat tubuh pada orang desawa normal, hati dibagi
menjadi 4 lobus, lobus kanan sekitar3/4 hati, lobus kiri 3/10 hati, sisanya
1/10 ditempati oleh ke 2 lobus caudatus dan quadatus. Lobus hati
terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang kedalam lobus
itu sendiri dan membagi masa hati menjadi unit-unit yang kecil dan unit-
unit kecil itu disebut lobulus.

Gambar: hati
Sumber: Zonabiokita
Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan
vena porta. Arteri hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada
hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95-100% masuk ke hati akan akhirnya
keluar sebagai vena hepatica. Sedangkan vena porta terbentuk dari lienalis
dan vena mensentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati darah
ini mempunyai kejenuhan 70% darah ini membawa zat makanan ke hati
yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Cabang vena porta arteri
hepatica dan saluran membentuk saluran porta.

1
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi vena
porta yang menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting
dalam fisiologis hati, mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus
gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk dalam hati lewat
arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen.

B. Definisi Hepatitis
Hepatitis menurut Este Monika (2002) adalah radang pada hati yang
disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti virus, konsumsi obat-obatan, atau
alkohol
Hepatitis menurut M. Sholikul Huda adalah proses peradangan pada
jaringan hati.
Hepatitis menurut Sujono Hadi adalah proses peradangan pada
jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus atau reaksi tubuh terhadap
obat-obatan kimia tertentu.
Jadi dapat disimpulkan hepatitis merupakan infeksi sistemik oleh
virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia, serta seluler yang khas. Hepatitis
merupakan peradangan luas pada jaringan hati yang menyebabkan nekrosis
dan degenarasi sel. Hepatitis adalah sutau proses peradangan difusi pada
jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik
terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia.

C. Epidemiologi
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa jumlah orang yang di diagnosis
hepatitis di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan gejala-gejala yang
ada, menunjukkan peningkatan 2 kali lipat apabila dibandingkan dari data
tahun 2007 dan 2013, hal ini dapat memberikan petunjuk awal kepada kita
tentang upaya pengendalian di masa lalu, peningkatan akses, potensial
masalah di masa yang akan datang apabila tidak segera dilakukan upaya-
upaya yang serius.
Gambar 1. Pravalensi Hepatitis Menurut Provinsi Tahun 2007 dan 2013

2
Dari grafik di atas dapat dilihat pada tahun 2007, lima provinsi
dengan prevalensi hepatitis tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Tengah, Aceh, Gorontalo dan Papua Barat sedangkan pada tahun
2013 lima provinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur,
Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Pada tahun
2013 ada 13 provinsi yang memiliki angka prevalensi di atas rata-rata
nasional yaitu Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah, Maluku, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Aceh, Nusa Tenggara
Barat, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan
Selatan.

3
Tabel 1. Prevalensi Hepatitis Menurut Karakteristik di Indonesia Tahun
2013.

Dari tabel di atas terlihat karakteristik prevalensi hepatitis tertinggi


terdapat pada kelompok umur 45-54 dan 65-74 (1,4%). Penderita hepatitis
baik pada lai-laki maupun perempuan, proporsinya tidak berbeda secara
bermakna. Jenis perkerjaan juga mempengaruhi prevalensi hepatitis,
penderita hepatitis banyak ditemukan pada petani/nelayan/buruh
dibandingkan jenis pekerjaan yang lain.

D. Etiologi
Faktor penyebab hepatitis disebabkan karena infeksi maupun bukan infeksi.
Pembagian jenis hepatitis yang disebabkan oleh virus adalah sebagai
berikut:
1. Hepatitis A: disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A
biasanya ditularkan melalui makanan atau air minum yang
terkontaminasi feses dari penderita hepatitis A yang mengandung virus
hepatitis A

4
2. Hepatitis B: disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat
ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis B. Cairan
tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah,
cairan vagina, dan air mani. Karena itu, berbagai pakai jarum suntik serta
berhubungan intimtanpa pengaman dengan penderita hepatitis B dapat
menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.
3. Hepatitis C: penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HVC).
Hepatitis C dapat ditularkan melalui cairan tubuh, terutaman melalui
berbagai pakai jarum suntik dan berhubungan seksual tanpa pengaman
4. Hepatitis D: penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV).
Hepatitis D merupakan penyakit yang jarang terjadi, namun bersifat
serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembangbiak di dalam tubuh
manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis D ditularkan melalui darah
dan cairan tubuh lainnya.
5. Hepatitis E: penaykit ini disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV).
Hepatitis E mudah terjadi pada lingkungan yang tidak memiliki sanitasi
yang baik, akibat kontaminasi virus hepatitis E pada sumber air.

E. Patofisiologi

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan


oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-
bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik
karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya
inflamasi pada hepar, pola normla pada hepar terganggu. Gangguan
terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis
dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang
menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya sebagian besar pasien
yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.

5
Inflamsi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun


jumlah bilirubin yang belum mengalami konjungsi masuk ke dalam hati
tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut di
dalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjungsi. Akibatnya
billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena
terjadi retensi (akibat kerusakan sel eksresi) dan regurtasi pada duktuli,
empedu belum mengalami konjungsi (bilirubin indirek), maupun billirubin
yang sudah mengalami konjungsi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan,
konjugasi dan eksresi bilirubin.

Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak


pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin
dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan
kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat
disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatl-gatal pada ecterus.

F. Klasifikasi Hepatitis
Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessi M. Putri (2013), klarifikasi pada
pasien dengan hepatitis adalah:

6
Gambar: perbedaan hati yang sehat dengan hati yang terkena penyakit
hepatitis
Sumber: Homeocare
A. Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dan merupakan penyakit
endemis di beberapa negara berkembang, selain itu hepatitis A
merupakan hepatitis ringan, bersifat akut, sembuh spoontan/sempurna
tanpa gejala sisa dan tidak menyebabkan infeksi kronik. Penularan
penyakit ini melalui fekal oral. Sumber penularannya umumnya terjadi
karena pencemaran air minum, makanan yang tidak masak, makanan
yang tercemar, sanitasi yang buruk, dan personal hygiene yang rendah.
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya IgM antibody serum
penderita. Gejalanya bersifat akut, tidak khas bisa berupa demam, sakit
kepala mual dan muntah, sampai icterus, bahkan sampai menyebabkan
pembekakan hati. Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini
tetapi hanya pengobatan pendukung dan mejaga keseimbangan nutrisi.
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan minuman serta melakukan
PHBS.
B. Hepatitis B akut
Penyebab penyakit hepatitis B ini adalah HBV yaitu virus hepatitis B
golongan virus DNA. Masa inkubasinya 60-90 hari. Penularannya
vertical terjaddi pada masa perinatal dan 5% intra uterine. Penularan
horizontal melalui transfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur,

7
tatto dan transplantasi organ. Gejala hepatitis B akut tidak khas, seperti
rasa terlalu lesu, nafsu makan berkurang, demam ringan, nyeri abdomen
sebelah kanan, dapat timbul icterus, dan air kencing warna teh.
Diagnosis ditegakkan dengan tes fungsi hati serum transaminase (ALT
meningkat), serologi HbsAg dan IgM anti HBC dalam serum.
Pengobatan tidak diperlukan antiviral, pengobatan umunya bersifat
simtomasis.
C. Hepatitis B kronik
Hepatitis B kronik berkembang dari hepatitis B akut. Usia saat
terjadinya infeksi mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila penularan
terjadi saat bayi maka 95% akan menjadi hepatitis B kronik. Sedangkan
bila penularan terjadi pada usia balita, maka 20-30% menjadi hepatitis
B kronik dan bila penularansaat dewasa maka hanya 5% yang menjadi
penderita hepatitis B kronik. Hepatitis B kronik ditandai dengan
HBaAG (hepatitis B surface antigen) positif (>6 bulan). Selain HbaAG,
perlu diperiksa HbeAG (hepatitis B E-Antigen, anti-Hbe dalam serum,
kadar ALT(Alamin Amino Transferase), HBV-DNA (hepatitis B virus
Deoxyribunukleic Acid) serta biopsy hati. Biasanya tanpa gejala.
Sedangkan untuk pengobatannya saat ini telah tersedia 7 macam obat
untuk hepatitis B. Prinsip pengobatan tidak perlu terburu-buru tapi
jangan terlambat. Adapun tujuan pengobatan memperpanjang harapan
hidup, menurunkan kemungkinan terjadinya sirosis hepatis atau
hepatoma.
D. Hepatitis C
Penyebab utamanya adalah sirosis dan kanker hati. Etiologi virus
hepatitis C termasuk golongan virus RNA (Ribo Nucleic Acid). Masa
inkubasi 2-24 minggu. Penularan hepatitis C melalui darah dan cairan
tubuh, penularan masa perinatal sangat kecil melalui jarum suntik
(IDUs, tattoo) transpaltasi orga, kecelakaan kerja (Petugas kesehatan),
hubungan seks dapat menularkan tetapi sangat kecil. Kronisitasnya
80% penderita akan menjadi kronik. Pengobatan hepatitis C: kombinasi

8
pegylated interferon dan ribavirin. Pencegahan hepatitis C dengan
menghidari faktor risiko karena sampai saat ini belum tersedianya
vaksin untuk hepatitis C.
E. Hepatits D
Virus hepatitis D paling jarang ditemukan tapi paling bahaya. Hepatitis
D juga disebut virus delta, virus ini memerlukan virus hepatitis
hepatitits B untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada
orang yang telah terinfeksi virus hepatitis B. Tidak ada vaksin tetappi
secara otomatis orang akan terlindungi jika telah diberikan imunisasi
hepatitis B.
F. Hepatitis E
Etiologi virus hepatitis E termasuk virus RNA. Masa inkubasi 2-9
minggu. Penularan melalui fecal oral seperti hepatitis A. Diagnosis
dengan didapatkannya IgM dan IgG antiHEV pada penderita yang
terinfeksi. Gejalanya ringan menyerupai gejala flu, sampai icterus.
Pengobatannya belum ada pengobatan antivirus. Pencegahnnya dengan
menjaga kebersihan lingkungan, terutama kebersihan makanan dan
minuman. Vaksinasi hepatitis E belum tersedia.

G. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala penyakit hepatitis sebagai berikut:
1. Hepatitis A
 Mudah merasa capek dan lelah meskipun tidak melakukan kegiatan
atau aktivitas yang menguras tenaga banyak. Badan rasanya selalu
loyo dan tidak punya gairah sama sekali
 Muncul rasa demam ditubuh. Meskipun cuaca sedang cerah atau
panas. Penderita akan tetap merasa kedinginan.
 Perut menjadi nyeri dan mual serta selalu merasa ingin muntah.
 Setelah perut mual maka gejala yang muncul selanjutnya adalah
nafsu makan yang turun dengan drastis.
 Perubahan warna kulit yang menjadi kuning dan pucat

9
 Penurunan berat badan secara drastis
 Badan mudah gatal meskipun sudah mandi
2. Hepatitis B Akut
 Demam
 Sakit perut,
 Kuning (pada area mata yang putih/sklera)
3. Hepatitis B Kronik
 Pada penderita hepatitis B cenderung tidak tampak tanda-tanda,
sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih berisiko
4. Hepatitis C
 Lelah
 Hilang selera makan
 Sakit perut
 Urin menjadi gelap
5. Hepatitis D
 Flu
 Demam
 Penyakit kuning
 Feses berwarna hitam kemerahan
 Pembekakan pada hati
6. Hepatitis E
 Flu disertai sakit perut
 Penyakit kuning
 Urin berwarna gelap dan mual

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
Difokuskan pada bagian yag terganggu :
a. Mata
Inspeksi: lihat perubahan sclera ikterus

10
b. Kulit
Inspeksi: lihat perubahan kulit ikterus
c. Abdomen
 Perkusi: apakah ada massa
 Palpasi: apakah ada pembesaran hepar dan nyeri tekan
 Auskultasi: untuk mengetahui oeristaltik usus
2. Laboratorium
a. Tes fungsi hati seperti:
 AST (SGOT)/ALT (SPGT: awalnya meningkat dapat
meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak
menurun
 Alkali fospatase: agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
 Bilirubin serum: diatas 2,5 mg/ 100 ml (bila diatas 200 mg/ml
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan
nekrosis seluler).
b. Darah lengkap
Darah lengkap: SDM menurun sehubungan dengan penurunan
hidup SDM (gangguan enzim hati)
c. Leukimia
Leukimia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
d. Feses
Feses: warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
e. Urinalisa
Urinalisa: peningkatan kadar bilirubin, protein/hematuria dapat
terjadi
3. Radiologi
a. Foto polos abdomen: menujukkan densitas klasifikasi pada kandung
empedu, pankreas, hati juga dapat menimbulkan splenomegali
b. Scan hati: membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim
4. Pemeriksaan tambahan
Biopsi hati: menujukkan diagnosis dan luasnya nekrosis

11
I. PATHWAY

Sumber: Huda Amin Nurarif, 2015

12
ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS

1. Pengkajian Hepatitis
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan kepada
klien, meliputi: biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan,
riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik.
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal masuk RS
2. Identitas penanggung jawab
Pada identitas penanggungjawab berisi nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, serta hubungan dengan pasien
3. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Pada pasien hepatiti biasanya mengeluh nyeri, perut kembung,
diare dna nafsu makan menurun
 Riwayat penyakit dahulu
Apakh sebelumnya pasien pernah mengalami sakit hepatitis, apakh
tidka pernah, apakah menderita panyekit lain.
 Riwayat penaykit sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien hepatitis adalah nyeri pada
perut bagian atas, perut kembung, nafsu makan menurun, diare
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita
hepatitis atau sakit lain
 Genogram
Genogram adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur
anggota keluarga dari atas hingga ke bawah yang didasarkan atas
tiga generasi sbeelum pasien. Berikan keterangan manakah simbol
pria, wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah meninggal
dunia serta pasien yang sakit.

13
4. Pengakajian 11 pola Gordon
Pola kesehatan fungsional pola Gordon:
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
 Apakah kondisi sekraang menyebabkan perubahan persepsi
terhadap kesehatan?
 Bagaimana pemeliharaan kesehatan klien setelah mengalami
gangguan ini?
b. Nutri/metabolic
 Bagaimana asupan nutrisi klien sejak terkena gangguan?
 Apakah klien mau memakan makanannya?
c. Pola eliminasi
 Bagaimana pola BAB klien sejak gangguan mulai terasa ?
 Apa konstipasi atau diare?
 Bagaimana pola BAK klien?
 Apakah kencing lancar, tidak bisa kencing, sakit
d. Pola kativitas dan latihan
Meliputi kemmapuan ADL seperti makan minum, mandi, toileting,
mobilisasi ditempat tidur, kemampuan berpindah, serta ambulasi
Rom apakah pasien melakukannya secara mandiri atau dengan
bantuan orang lain atau bantuan alat. Adapaun skor yang dpaat
diberian berkaitan denngan pola aktivitas dan latihan seperti: 0:
mandiri, 1: alat abntu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total
e. Pola tidur dan istirahat
 Bagaimana pola tidur klien, apakah mengalami perubahan?
 Bagaimana istirahatnya, dapatkah klien beristirahat dengan
tenang?
f. Pola kognitif-perseptual
 Bagaimana perasaan klien terhadap panca indranya?
 Apakah klien menggunakan alata bantu?

14
g. Pola persepsi diri/konsep diri
 Bagaimana perasaan klien tenatng kondisinya satai ini?
h. Pola seksual dan reproduksi
 Apakah klien mengalami gangguan pada alat reproduksi?
 Apakah klien mengalami gangguan saat melakukan hubunga
seksual? (jika sudah menikah)
i. Pola peran-hubungan
 Apakah setalh sakkit, peran klien di keluarga berubah?
 Bagaimana hubungan klien dengan orang sekitar setelah sakit?
j. Pola manajemen koping stress
 Apakah klien merasa depresi dengan keadaanya saat ini?
k. Poal keyakinan-nilai
 Apakah klien selalu rajin sembahyang?
 Apakah hal tersebut dipengaruhi oleh gangguan ini?

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan, diagnosa yang mungkin muncul
pada penderita hepatitis yaitu :
1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
2. Risiko gangguan fungsi hati b.d infeksi virus
3. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan status
kesehatan fisik
4. Nyeri akut b.d faktor biologis
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrisi

15
3. Perencanaan Keperawatan

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
(NOC) (NIC)

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. 1.observasi adanya pembatasan klien


selama 2 x 24 Jam, Intoleransi aktivitas melakukan aktivitas
dapat teratasi 2. bantu pasien untuk mengungkapkan
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
perasaan terhadap keterbatasan
1. fisik Kriteria Hasil:
aktivitas
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik 3. monitor nutrisi adanya sumber energi
tanpa disertai tekanan darah, nadi dan yang adekuat
RR
2. Mampu melakukan aktivitas sehari-
hari (ADLs) secara mandiri
1. Domain 2: Nutrisi Tujuan: 1. Monitor adanya tanda dan gejala
gangguan fungsi hati
Kelas 4: Metabolisme
2. Tingkatkan aasupan nutrisi yang cukup

16
Risiko gangguan fungsi hati b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3. Anjurkan istirahat
infeksi virus selama 2 x 24 Jam, diharapkan risiko
gangguan fungsi hati dapat teratasi

Kriteria Hasil:

3. Tidak terjadi peningkatan serum


bilirubin direk
4. Warna feses normal
5. Tidak mengalami nyeri abdomen
2. Domain 2: Nutrisi Tujuan: 1. Monitor kadar glukosa darah sesuai
dengan indikasi
Kelas 4: Metabolisme Setelah dilakukan asuhan keperawatan
2. Berikan sumber karbohidrat sederhana
selama 2 x 24 Jam, diharapkan risiko
Risiko ketidakstabilan kadar sesuai indikasi
ketidakstabilan kadar glukosa darah
glukosa darah b.d gangguan status 3. Instruksikan pasien dan orang terdekat
teratasi
kesehatan fisik mengenai tanda dan gejala, faktor risiko
Kriteria Hasil: dan penanganan hipoglikemia

1. Kadar glukosa darah dalam kosaran


normal
2. Tidak mengalami kelemahan

17
3. Tidak pusing
3. Domain 12: Kenyamanan Tujuan: 1. Gali bersama pasien faktor-faktor yang
dapat menurunkan atau memperberat
Kelas 1: Kenyamanan Fisik Setelah dilakukan asuhan keperawatan
nyeri
selama 2 x 24 Jam, diharapkan nyeri akut
Nyeri akut b.d faktor biologis 2. Beri informasi mengenai nyeri seperti
dapat teratasi
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
Kriteria Hasil: dirasakan, dan antisipasi dari

1. Tidak ada nyeri yang dilaporkan ketidaknyamanan akibat prosedur

2. Tidak ada ekspresi wajah nyeri 3. Ajarkan teknik non farmakologi

3. Tanda-tanda vital dalam kisaran (relaksasi) untuk mengurangi nyeri

normal
4. Domain 2: Nutrisi Tujuan: 1. berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
Kelas 1: Makan Setelah dilakukan asuhan keperawatan
2. kaji kemampuan klien untuk
selama 2 x 24 Jam, diharapkan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
dari kebutuhan tubuh b.d 3. kolaborasi dengan ahli nutrisi untuk
kebutuhan tubuh dapat teratasi
ketidakmampuan mengabsorpsi jumlah kalori dan tipe nutrisi yang
nutrisi Kriteria Hasil: dibutuhkan untuk pemenuhan nutrisi

18
1. nafsu makan tidak terganggu
2. tidak ada nyeri perut
3. tidak ada mual dan muntah

19
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.

Herdman T.Heather, dan Shigemi Kamitsuru. 2018. NANDA – 1 Diagnosis


Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018 – 2020, Ed 11. Jakarta:
Kedokteran EGC

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes


Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights.

Nurarif, A.H dan Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 2. Jogjakarta : Medi Action

Wijaya, andra saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
2. Yogyakarta: Nuha Medika

Diambil dari http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-94798-


01%20My%20Blog%20Log-Askep%20Atresia%20Bilier.html.

20

Anda mungkin juga menyukai