Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


Pengertian dari Kromatografi adalah cara pemisahan zat berkhasiat dan zat
yang lain yang ada dalam bahan atau sediaan dengan jalan penyarian
berfraksi, penyerapan atau penukaran ion pada zat berpori, menggunakan cairan
atau gas yang mengalir. Zat yang diperoleh dapat digunakan untuk uji identifikasi
atau penetapan kadar (Gandjar dkk, 2008).
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu metode analisis yang
digunakan untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan
sederhana. Prinsipnya didasarkan atas partisi dan adsorpsi. Zat penjerap
merupakan fase stasioner, berupa bubuk halus dibuat serba rata dan tipis diatas
lempeng kaca. Fase diam yang umum digunakan adalah silika gel, baik yang
normal fase maupun reversed fase (Roy, 1991).
Suatu metode pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip partisi dan
adsorpsi antara fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia
bergerak naik mengikuti cairan pengembang karena daya serap adsorben (silika
gel) terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda berdasarkan tingkat kepolarannya
dan hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan (Gandjar dkk, 2008).
Mekanisme panampakan noda pada UV yaitu suatu molekul yang
mengabsorbsi cahaya ultraviolet akan mencapai suatu keadaan tereksitasi dan
kemudian memancarkan cahaya ultraviolet atau cahaya tampak pada waktu
kembali ke tingkat dasar (emisi), emisi inilah yang digambarkan sebagai
fluoresensi (Roy, 1991).
2.2 Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi hubungan
kesetimbangan antara fase diam dan fase gerak, dimana ada interaksi antara
permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan
diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Kesetimbangan ini
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak, serta
kepolaran dan ukuran molekul (Lipsy, 2010).
Pada kromatografi lapis tipis, eluent adalah fase gerak yang berperan
penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam
(adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan
terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen
secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah
umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya
pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang
banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.
Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang tak
polar dari ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin dekat kepolaran antara
senyawa dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak
tersebut. Hal ini berdasarkan prinsip “like dissolved like” (Lipsy, 2010).
2.3 Pelaksanaan kromatografi Kerja Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika
atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik
yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat
berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau
campuran pelarut yang sesuai.Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna
yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan isolasi
pigment tanaman yang berwarna hijau dan kuning (Sudarmadji, 2007).
a. Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna
yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.
Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis:Sebuah garis menggunakan pinsil
digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran
pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di
lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan
menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya
kromatogramdibentuk. Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan
ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang
tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis
dimana posisi bercak berada. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk
meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut.
Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan
beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas
kimia dengan uap mencegahpenguapanpelarut. Karena pelarut bergerak lambat
pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna
akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan
bercak warna (Sudarmadji, 2007).
b. Perhitungan nilai Rf
Perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh
dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang
muncul.Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan
jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing. Ketika pelarut mendekati
bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi
pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.
Pengukuran berlangsung sebagai berikut (Roy, 1991) :
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut: Rf =
jarak yang ditempuh oleh komponenjarak yang ditempuh oleh pelarut
(Sudarmadji, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatrografi lapis
tipis yang juga mempengaruhi harga Rf (Rou, 1991) :
a) Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
b) Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya.
Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan
mengeringkan molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari
penyerap. Perbedaan penyerap akan memberikan perbedaan yang besar terhadap
harga Rf meskipun menggunakan fase bergerak dan zat terlarut yang sama tetapi
hasil akan dapat diulang dengan hasil yang sama, jika menggunakan penyerap
yang sama, ukuran partikel tetap dan jika pengikat (kalau ada) dicampur hingga
homogen
2.4 Hal-Hal Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1. Lempeng yang akan digunakan harus diaktifkan terlebih dahulu agar pada
proses elusi lempeng silica gel dapat menyerap dan berikatan dengan
sampel. Pengaktifan lempeng dilakukan dalam oven pada suhu 1100C
selama 30 menit.
2. Chamber harus dijenuhkan untuk menghilangkan uap air atau gas lain yang
mengisi fase penjerap yang akan menghalangi laju eluen.
3. Pada saat penotolan, hendaknya sampel jangan terlalu pekat sebab
pemisahannya akan sulit sehingga didapat noda berekor.
4. Penotolan harus tepat sehingga didapatkan jumlah noda yang baik.
5. Eluen yang digunakan harus murni sehingga tidak menghasilkan noda lain.
Noda-noda yang diperoleh biasanya berekor disebabkan karena :
1. Penotolan yang berulang-ulang dan letaknya tidak tepat
2. Kandungan senyawa yang terlalu asam atau basa
3. Lempeng yang tidak rata
2.5 Prosedur Kerja Pemisahan dengan KLT
Gel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon
dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada
permukaan gel silika, atom silikon berlekatan pada gugus –OH (Kantasubrata,
1993).
Permukaan gel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai di sekitarnya,
sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol (Lipsy, 2010).
Pada kromatografi lapis tipis, fase diam berupa plat yang biasanya disi
dengansilica gel. Sebuah garis pensil di gambar dekat bagian bawah fase diam dan
setetes larutan campuran ditempatkan di atasnya. Garis pada fase diam berguna
untuk menunjukkan posisi asli campuran. Pembuatan garis harus menggunakan
pensil karena jika semua ini dilakukan dengan tinta, pewarna dari tinta juga akan
bergerak sebagai kromatogram berkembang. Ketika titik campuran kering, fasa
diam diletakkan berdiri dalam gelas tertutup yang telah berisi fasa gerak dengan
posisi fase gerak di bawah garis. Digunakan gelas tertutup untuk memastikan
bahwa suasana dalam gelas jenuh dengan uap pelarut (Lipsy, 2010).
2.6 Fase Diam dan Fase Gerak KLT
Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua
buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen
campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran.
Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan
komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Semua
kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-
padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase
diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran.
Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda (Gandjar,
2008).

Dapus
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rahman. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar : Yogyakarta
Lipsy, P. 2010. Thin Layer Chromatography Characterization of the Active
Ingredients in Excedrin and Anacin. USA: Departement of Chemistry and
Chemical Biology, Stevens Institute of Technology.
Kantasubrata, Julia. 1993. Warta Kimia Analitik Edisi Juli 1993. Situs Web Resmi
Kimia Analitik : Pusat Penelitian Kimia LIPI
Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi.
Penerbit ITB. Bandung.
Sudarmadji, S., dkk, 2007. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit
Liberty: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai