Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hewan Uji
Pemberian Volume Waktu Volume Gambar Jumlah
Kode Berat pemberian urin
badan

0,03 ml

30 0,01 ml
menit
Kontrol 1 23 1 ml
(Na-cmc)
60 0,02 ml
menit

Furosemid 2 24 1 ml 30 0,15 ml 0,35 ml


Menit

60 0,2 ml
menit

14
Asetazola 3 24 1 ml 30 0,2 ml 0,73 ml
mid menit

60 0,53 ml
menit

4.1.2 Perhitungan
1. Dosis
a. Asetazolamid
Konversi dosis = Dosis lazim x factor konversi
= 250 mg x 0,0026
= 0,65 mg
24 gr
Untuk mencit dengan berat 24 gr = x 0,65
20 gr
= 0,78
Dosis diberikan dalam volume = l ml
Dibuat larutan persediaan = 20 ml
20 ml
Jumlah asetazolamid = x 0,78
1 ml
= 15,6 mg
b. Furosemid
Konversi dosis untuk mencit = Dosis lazim x factor konversi
= 20 mg x 0,0026
= 0.052 mg
24 gr
Untuk mencit dengan berat 24 gr = x 0.052
20 gr
= 0.0624

15
Dosis diberikan dalam volume = l ml
Dibuat larutan persediaan = 20 ml
20 ml
Jumlah furosemid = x 0.0624
1 ml
= 1.24 mg
4.3 Pembahasan
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra
sel kembali menjadi normal. Hal ini dilakukan dengan maksud mencuci atau
membilas ginjal dari zat-zat berbahaya (Hasan, 2017).
Dilakukan percobaan ini untuk melihat sejauh mana efek yang diberikan
oleh obat diuretik terhadap mencit. Digunakan mencit sebagai hewan coba, karena
menurut Ganiswara (2004), mencit lebih baik dalam pemeliharaannya serta
mencit memiliki struktur organ yang mirip dengan manusia. Sebelum dilakukan
pemerian mencit dipuasakan terlebih dahulu. Menurut Ganong (2001), hal ini
bertujuan untuk mempercepat proses kerja obat dalam tubuh karena tidak
terhalang oleh adanya zat-zat makanan yang masih ada dalam tubuh, sehingga
efek dieresis yang diinginkan dapat cepat teramati.
Pada praktikum ini digunakan obat furosemid dan asetazolamid. Obat-obat
ini digunakan sebagai perangsang diuresis (urine) untuk mengetahui efek dari
pada obat ini bagi fungsi ginjal. Selain itu diukur volume urin yang dikeluarkan
oleh mencit pada menit 30 sampai pada menit ke 60. Dimana obat furosemide
termasuk golongan Loop Diuretic. Dan mekanisme kerja untuk obat furosemide
adalah Loop diuretic menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen
pada pars asendens ansa Henle. Karena itu, reabsorbsi Na+, K+, Cl- menurun. Loop
diuretic merupakan obat diuretik yang paling efektif, karena pars asendens
bertanggung jawab untuk reabsorbsi 25-30% NaCl yang disaring dan bagian
distalnya tidak mampu untuk mengkompensasi kenaikan muatan Na+. Efek per
oral cepat (1/2-1 jam), bertahan selama 4-6 jam (Gunawan, 2007).

16
Mekanisme kerjanya yaitu furosemid bekerja pada epitel tebal ansa henle
bagian asenden. Furosemid menyebabkan peningkatan ekskresi K+ dan kadar
asam urat plasma. Ekskresi Ca++ dan Mg++ juga ditingkatkan sebanding dengan
peninggian ekskresi Na+. Diuretik kuat meningkatkan ekskresi asam yang dapat
dititrasi dan ammonia (Gunawan, 2007).
Asetazolamid merupakan obat golongan PKA yang paling sering
digunakan. Obat ini memblok enzim karbonik anhidrase secara reversibel pada
badan siliar sehingga rnensupresi produksi cairan akuos. Cairan akuos kaya akan
natrium dan ion bikarbonat yang hiperosmotik dibandingkan plasma. Air ditarik
ke bilik mata belakang sebagai akibat proses osmosis dan terjadi dilusi pada
konsentrasi tinggi bikarbonat (Tjay, 2002).
Dalam percobaan ini pemberian obat terhadap hewan coba mencit
dilakukan secara oral, yaitu pemberian melalui mulut dan masuk perut. Menurut
Ganiswara (2004), hal ini dilakukan untuk mengetahui efek dari obat yang
diberikan dengan cepat.
Furosemide yang telah dimasukkan dalam tubuh mencit melalui oral
dengan menggunakan ngt dan diamati maka diperoleh bahwa mencit
mengeluarkan urine sebanyak 0,15 pada menit ke 30 sampai dengan menit ke 60
mencit mengeluarkan urine sebanyak 0,2 ml. Hal ini tidak sesuai karena menurut
Tjay (2002), yang mengatakan bahwa furosemid merupakan diuretik kuat yang
menghasilkan urin dalam jumlah banyak tapi cepat. Karena kerjanya hanya
bertahan singkat, pada dosis rendah dan sedang terlihat penurunan laju ekskresi
yang relative cepat.
Mencit yang diberi asetazolamid mengeluarkan urin sebanyak 0,2 ml pada
menit ke 30 dan pada menit ke 60 terjadi peningkatan volume cairan urin pada
sebanyak 0,53 ml. Menurut Hardman dkk, (1996), acetazolamid akan mencegah
enzim yang terdapat pada ginjal untuk mengeksresikan ion hydrogen dan
mencegah peningkatan bikarbonat, sehingga meningkatkan volume urin dan urin
menjadi alkalosis. Terjadi peningkatan volume urin pada menit ke 60,
dikarenakan penurunan bikarbonat pada serum, tekanan intraocular menjadi turun
oleh karena penurunan produksi aqueous humor, dan mencit yang diberi Na-CMC

17
mengeluarkan urin sebanyak 0,01 ml pada menit ke 30 dan 0,02 ml pada menit ke
60.
Dengan melihat hasil pengamatan volume urin dari masing-masing mencit,
volume urin pada mencit yang diberikan obat asetazolamid lebih banyak
dibandingkan dengan obat furosemid dan Na-CMC. Maka obat yang lebih cepat
memberikan efek diuretik yaitu obat asetazolamid. Menurut Hardman dkk,
(1996), acetazolamid akan mencegah enzim yang terdapat pada ginjal untuk
mengeksresikan ion hydrogen dan mencegah peningkatan bikarbonat, sehingga
meningkatkan volume urin dan urin menjadi alkalosis.
Adapun faktor-faktor kesalahan yang dapat terjadi yaitu kurangnya
ketelitian dalam membersihkan alat-alat sehingga bahan terkontaminasi. Serta
adanya kesalahan dalam menimbang serta menentukan dosis pemberian.

18

Anda mungkin juga menyukai