Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
Kebersihan diri atau personal hygiene adalah upaya seseorang dalam rangka
menjaga dan memelihara kebersihan dirinya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Laily
(2012:2) bahwa “kebersihan diri atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun
psikisnya”. Personal hygiene atau kebersihan diri yang dimaksud terdiri dari lima macam
perawatan diantaranya, perawatan kulit; perawatan kaki, tangan, dan kuku; perawatan
rongga mulut dan gigi; perawatan rambut; perawatan mata telinga dan hidung
(Laily,2012:2). Apabila personal hygiene seseorang buruk, maka hal ini akan
memungkinkan mikroorganisme penyebab penyakit untuk tumbuh dan menyebabkan
infeksi pada jaringan tubuh manusia. Timbulnya penyakit infeksi seperti karies pada gigi,
cacingan, dan diare merupakan salah satu indikasi buruknya personal hygiene yang
dimiliki seseorang. Pendidikan terkait dengan personal hygiene pada umumnya pertama
kali diperkenalkan kepada seseorang melalui keluarga. Pendidikan personal hygiene dalam
keluarga penting diajarkan sejak dini, agar dapat menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan
merupakan perilaku yang sifatnya menetap dan sulit dirubah, sehingga apabila perilaku
personal hygiene yang baik telah dibiasakan sejak dini, maka individu yang bersangkutan
akan memiliki personal hygiene yang baik selama hidupnya.
Perawatan bayi di ruang perawatan intensif bagi orang tua merupakan suatu situasi
krisis yang mengakibatkan pengalaman stres, cemas, depresi, dan bahkan dapat mengalami
posttraumatic stress (Cleveland, 2008). Hal ini terjadi karena secara psikologis orang tua
belum siap untuk menghadapi penyakit kritis bayinya. Orang tua mungkin kecewa, mereka
mungkin memiliki perasaan bersalah, kegagalan, putus asa, marah, ketidakberdayaan, dan
hilangnya harga diri. Menurut hasil penelitian Shaw et al. dalam Cleveland (2008), sumber
stres orang tua berawal dari perpisahan dengan bayinya yang baru lahir; ketidakmampuan
untuk membantu, menjaga, dan merawat bayi; ketidakmampuan melindungi bayi dari
nyeri; penggunaan teknologi serta alatalat di ruang intensif; dan kritisnya kondisi bayi.
Upaya yang dapat dikembangkan untuk meminimalkan dampak negatif perawatan tersebut,
baik bagi bayi ataupun orang tua, yaitu dengan mengaplikasikan family centered care
(FCC). FCC merupakan model perawatan bayi di ruang perawatan intensif, dimana
perawat melibatkan orang tua dalam merawat bayi yang sakit dengan bimbingan dan
arahan dari perawat (Mattsson, Forsner, Castre´n, & Arman, 2013). Model ini
dikembangkan berdasarkan filosofi bahwa orang tua memiliki pengaruh yang besar
terhadap kesehatan dan kesembuhan anak (Mundy, 2010; Trajkovski, Schmied, Vickers, &
Jackson, 2012; & Hiromi, 2012). Pada model ini, anak dipandang sebagai bagian dari
orang tua yang tidak terpisahkan (Mattsson, Forsner, Castre´n, & Arman, 2013). Family
centered care melibatkan orang tua dari berperan pasif menjadi berperan aktif untuk
terlibat dalam perawatan anaknya (Akbarbegloo, Valizadeh, & Asadollahi, 2009; Soury-
Lavergne et al., 2011; & O‟Brien et al., 2013). Berdasarkan berbagai hasil penelitian,
didapatkan bahwa FCC merupakan model yang relatif aman dan mudah diterapkan. Selain
itu, model ini juga terbukti dapat meningkatkan berat badan bayi, menurunkan behavioral
stress pada bayi, meningkatkan kesejahteraan dan bonding attachment antara ibu dan bayi,
menurunkan stres yang dialami orang tua terkait perawatan bayinya, menurunkan length of
stay (LOS), dan membuat orang tua merasa lebih percaya diri dan kompeten dalam
merawat bayinya setelah pulang ke rumah (Sikorova & Kucova, 2012; Skene, Franck,
Curtis, & Gerrish, 2012; Byers et al., 2012; & O‟Brien et al., 2013). Sehingga dengan
diaplikasikannya FCC, diharapkan dapat juga meningkatkan kualitas hidup neonates.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Personal Hygiene
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal,
jasmani, harta, dan keturunan. Setidaknya tiga dari yang disebut di atas berkaitan dengan
kesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kaya dengan tuntunan kesehatan.
Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk
tentang pentingnya kesehatan dalam pandangan Islam, yaitu: kesehatan yang terambil dari
kata sehat; Afiat. Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat
afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “afiat” dipersamakan dengan kata
“sehat”. Afiat diartikan sehat dan kuat, sedangkan sehat sendiri antara lain diartikan
sebagai keadaan segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).
Tentu pengertian kebahasaan ini berbeda dengan pengertian dalam tinjauan ilmu
kesehatan, yang memperkenalkan istilah-istilah kesehatan fisik, kesehatan mental, dan
kesehatan masyarakat. Istilah sehat dan afiat masing-masing digunakan untuk makna yang
berbeda, kendati diakui tidak jarang hanya disebut salah satunya, karena masing-masing
kata tersebut dapat mewakili makna yang dikandung oleh kata yang tidak disebut.
Dalam kamus bahasa Arab, kata afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk
hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentunya tidak
dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi mereka yang mengindahkan petunjuk-
petunjuk-Nya. Maka kata afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh
manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka
agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yangdapat melihat maupun
membaca tanpa menggunakan kaca mata. Tapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat
dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek
yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata
Kebersihan diri atau personal hygiene adalah upaya seseorang dalam rangka
menjaga dan memelihara kebersihan dirinya, bahwa “kebersihan diri atau personal hygiene
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya”. Personal hygiene atau kebersihan diri yang
dimaksud terdiri dari lima macam perawatan diantaranya, perawatan kulit; perawatan kaki,
tangan, dan kuku; perawatan rongga mulut dan gigi; perawatan rambut; perawatan mata
telinga dan hidung.
Apabila personal hygiene seseorang buruk, maka hal ini akan memungkinkan
mikroorganisme penyebab penyakit untuk tumbuh dan menyebabkan infeksi pada jaringan
tubuh manusia. Timbulnya penyakit infeksi seperti karies pada gigi, cacingan, dan diare
merupakan salah satu indikasi buruknya personal hygiene yang dimiliki seseorang.
Pendidikan terkait dengan personal hygiene pada umumnya pertama kali diperkenalkan
kepada seseorang melalui keluarga. Pendidikan personal hygiene dalam keluarga penting
diajarkan sejak dini, agar dapat menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan merupakan perilaku
yang sifatnya menetap dan sulit dirubah, sehingga apabila perilaku personal hygiene yang
baik telah dibiasakan sejak dini, maka individu yang bersangkutan akan memiliki personal
hygiene yang baik selama hidupnya.
1. Udara Setiap saat kita menghirup udara karena tubuh kita memerlukan oksigen
untuk bekerja. Itulah mengapa biasanya di daerah pegunungan tubuh kita akan
terasa lebih segar karena tubuh dapat maksimal mendapatkan oksigen yang di
perlukan sehingga mempengaruhi kerja metabolisme tubuh kita.
2. Air Tubuh kita juga sangat memerlukan air untuk dapat bekerja. Jika tubuh kita
kekurangan air akan sangat berpengaruh bagi kesehatan. Penyakit kencing batu
misalnya, salah satu penyebabnya adalah karena organ kandung kemih kita
kekurangan air untuk dapat melarutkan zat garam yang ada di dalam tubuh
sehingga terjadi pengendapan.
3. Makanan dan minuman Makanan dan minuman yang memenuhi kecukupan nutrisi
sangat di butuhkan oleh tubuh. Karena masing masing organ tubuh kita
memerlukan kandungan nutrisi dan zat tertentu agar dapat berfungsi dengan baik.
Itulah mengapa kita di anjurkan agar dapat mengkonsumsi makanan sehat yang
cukup nutrisi setiap hari.
4. Istirahat Istirahat yang cukup juga sangat di perlukan oleh tubuh. Karena beberapa
organ tubuh kita juga perlu untuk istirahat bekerja pada waktu tertentu. Itulah
mengapa kita merasakan sangat tidak nyaman bahkan sulit berkonsentrasi jika kita
kekurangan waktu untuk tidur setiap harinya.
5. Emosi Keseimbangan emosi sangat berpengaruh bagi kesehatan. Di beberapa
Negara maju seperti di Eropa bahkan telah di teliti ada beberapa kasus penyakit
yang di timbulkan oleh kadar stress yang tinggi dari pengidapnya. Banyak sekali
organ tubuh yang terganggu pada saat emosi kita tidak seimbang.
6. Olahraga Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, mungkin katakata itu
sudah lama sekali pernah kita dengar. Kita olahraga sangat penting bagi tubuh,
olahraga yang rutin dan teratur dapat menurunkan kadar kolesterol, kadar gula
darah dan lainnya. Faktor- faktor lain yang mempengaruhi kesehatan :
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk,
dan sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif. Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan
perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap
tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
C. PERAWATAN BAYI
Masa bayi, yang terbagi dua masa yaitu bayi dini dan bayi lanjut. Fase bayi dini yang
berawal dariusia 1 bulan hingga 12 bulan. Pada fase bayi dini pertumbuhan akan terjadi
dengan pesat dan proses pematangan organ akan berlangsung secara berkelanjutan
terutama meningkatnya fungsi sistem saraf. Setelah bayi mencapai usia 1 tahun, ia akan
masuk ke masa bayi akhir, yang berlangsung hingga ia mencapai usia 2 tahun, ditahap ini
kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan ada kemajuan pada perkembangan motorik
dan fungsi ekskresi.
Fase bayi terhitung dari saat kelahiran sampai kira-kira berumur 2 tahun. Selama
rentang waktu itu, kehidupan bayi sangat bergantung pada bantuan dan pemeliharaan orang
lain, terutama ibu. Oleh karena itu, peranan ibu sangat penting dan sedemikian besarnya
bagi bayi. Di antara perkembangan yang menonjol pada periode ini adalah indera
pendengaran. Indera pendengaran yang berfungsi cepat harus dimanfaatkan untuk
mendengarkan kata-kata yang suci, seperti ayat-ayat al-Qur’an. Hal ini untuk melestarikan
dan mengembangkan naluri tahudi yang telah diterima jauh sebelum masa kelahirannya.
Pada periode, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang tua sesuai dengan syari’at
Islam, yaitu:
اجن ََاوذُ ِريَّاتِنَاقُ َّرةَأ َ ْعيُن ٍَواجْ عَ ْلنَا ِل ْل ُمتَّ ِقينَإِ َما ًما
ِ َام ْنأ َ ْز َو
ِ َربَّنَا َه ْبلَن
Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
B. Pemberian Nama
Memberikan nama yang baik Ini merupakan hal yang penting dalam
perkembangan anak selanjutnya. Nama-nama yang baik akan menjadi doa dan
terinternalisasikan pada anak.
C. Pemberian Asi
Menyusui anak selama dua tahun penuh Islam memberikan hak pada seorang anak
bayi untuk mendapatkan ASI maksimal selama dua tahun. Sebagaimana Allah swt
nyatakan dalam Al-Qur’an: ”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”. (QS. Al-Baqarah: 233)
Ayat di atas menegaskan bahwa seorang ibu berkewajiban menyusui anaknya selagi sang
ibu mampu. Melalui ASI, secara teoritis dalam ilmu kesehatan kebutuhan gizi bayi
terpenuhi dan secara psikologis anak merasakan kasih sayang, kelembutan, dan perhatian
dari orang tuanya. Ibn Hazm berkaitan dengan kewajiban menyusui anak berkata: ”Setiap
ibu baik yang bertatus merdeka atau budak, punya suami maupun menjadi milik tuannya
atau tidak kedua-duanya berkewajiban untuk menyusui bayinya suka atau tidak suka,
meskipun si ibu adalah anak perempuan seorang khalifah”. Ibn Qudamah mengatakan,
bahwa menjamin dan mengurus bayi adalah wajib karena jika ditelantarkan ia akan binasa.
Untuk itu bayi harus dijaga dari hal-hal yang membuatnya binasa. Bahkan Khalifah Umar
memberikan santuan bagi bayi yang baru lahir jika orang itu berasal dari keluarga
miskin.(Zaki, 2014)
Selain karena gizi yang terdapat dalam ASI tetapi juga untuk membangun keeratan,
kasih sayang antara ibu dan anak.Sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 233,
yang artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” Anjuran syariat tersebut akan
memberikan bekal dasar yang kuat bagi seorang anak untuk menjadi anak yang
berkualitas, sehat, cerdas dan berakhlak mulia. Pada bulan-bulan berikutnya hingga usia
dua tahun, bayi telah mengalami perkembangan yang pesat dari segi fisik dan psikisnya.
Lima indera yang dimilikinya telah berfungsi, dan ia telah dapat mengucapkan kata-kata,
menangkap isyarat, berjalan, dan sebagainya. Perkembangan-perkembangan harus
digunakan semaksimal mungkin untuk menanamkan nilai-nilai agama. Seperti mengajak
untuk shalat, membacakan al-Qur’an ketika menyusui, mendendangkan shalawat ketika
menggendong, dan sebagainya. Walaupun masih sederhana, namun yang demikian tersebut
justru merupakan moment yang menentukan bagi perkembangan bayi selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bayi baru lahir dapat mengalami perawatan di ruang perawatan intensif dengan
berbagai alasan masuk, diantaranya prematuritas, BBLR, sepsis, kesulitan bernafas, atau
gagal nafas. Perawatan bayi baru lahir di ruang perawatan intensif memerlukan waktu yang
cukup lama, dari beberapa mingguhingga beberapa bulan (Mundy, 2010). Bayi akan
terpapar lingkungan yang bervariasi dan stimulus berlebihan dengan berbagai prosedur
yang dilakukan. Perawatan tersebut dapat memberikan dampak negatif bagi bayi dan orang
tuanya.
Isro’in, Laily dan Andarmoyo, S. 2012. Personal Hygiene. Yogyakarta: Graha Ilmu
Al-Fanjari, Ahmad Syauqi. 1996. Nilai Kesehatan dalam Syari’at Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.