Anda di halaman 1dari 27

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS

KELOMPOK 2
Anggota Kelompok
● Arifa Khairun Nida Hayatunnufus 1910913320020
● Achmad fauzi 1610913310001
● Kharin Gutary 1910913220005
● Liza Trie Octiza Agyzty 1910913220015
● Mariatul Fitriyah 1910913320013
● Maya aulia ahda 1610913320018
● Muhammad Riza 1910913310011
● Najahutami Wildan 1910913220018
● Nurul Izatil Hasanah 1910913320025
● Zahratul Zannah 1910913120012
● Zahtan Abi Rabdi Hamka 1910913110016
• Bronkhitis adalah peradangan satu atau lebih bronkhus,
peradangan pada saluran bronkial, menyebabkan
pembengkakan yang berlebihan dan produksi lendir.
Batuk, peningkatan pengeluaran dahak dan sesak napas
adalah gejala utama bronkitis (Cohen J, 2010).
• Bronkhitis kronis adalah suatu bentuk penyakit
obstruksi paru kronik, pada keadaan ini terjadi
Lanjutan iritasi bronkhial dengan sekresi yang bertambah
dan batuk produktif selama sedikitnya tiga bulan
atau bahkan dua tahun berturut-turut, biasanya
keadaan ini disertai emfisema paru. Gejala-
gejala yang biasanya termasuk demam, batuk
dan ekspektorasi. Bronkhitis akut adalah
serangan bronkhitis dengan perjalanan penyakit
yang singkat atau kurang berat, gejala-gejala
termasuk demam,batuk dan pilek. Serangan
berulang mungkin menunjukkan bronkhitis
kronis. (Dorland, 2002).
ETIOLOGI

Penyebab penyakit bronkitis sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratory
Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis
dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur. Selain penyakit infeksi,
bronkitis dapat pula disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti bahan fisik atau kimia
serta faktor risiko lainnya yang mempermudah seseorang menderita bronkitis misalnya
perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik (Selviana,
2015).
Bronkhitis terjadi paling sering pada saat musim pancaroba, musim dingin,
biasanya disertai dengan infeksi pernapasan atas, dapat disebabkan oleh
berbagai hal (Iskandar, 2010) antara lain :

1. Bronkhitis infeksiosa, disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri atau


organisme lain yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae
dan Chlamyidia). Serangan bronkhitis berulang bisa terjadi pada
perokok, penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan
menahun. Infeksi berulang bisa terjadi akibat sinusitus kronis,
bronkhiektasis, alergi, pembesaran amandel dan adenoid pada
anak-anak.

2. Bronkhitis iritatif, karena disebabkan oleh zat atau benda yang


bersifat iritatif seperti debu, asap (dari asam kuat, amonia, sejumlah
pelarut organik, klorin, hidrogen, sulfida, sulfur dioksida dan bromin),
polusi udara menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida serta
tembakau dan rokok.
TANDA DAN GEJALA KLINIS

● Menurut Price (1995), tanda dan gejala klinis yang timbul


pada pasien bronkhitis tergantung pada luas dan beratnya
penyakit, lokasi kelainannya dan ada tidaknya komplikasi
lanjut. Ciri khas pada penyakit ini adalah adanya batuk
disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan
pneumonia berulang.
PATOLOGI

Patologi dari bronkhitis adalah hipertrofi dan


hiperplasia kelenjar mukus bronkhus, dimana dapat
menyebabkan penyempitan pada saluran bronkhus,
sehingga diameter bronkhus ini menebal lebih dari 30-
40% dari normal. Terdapat juga peradangan difus,
penambahan sel mononuklear di submukosa trakeo
bronkial, metaplasia epitel bronkhus dan silia berkurang
(Phee,2003).
PENEGAKAN DIAGNOSIS

Penegakkan diagnosis penyakit bronkitis biasanya dari hasil anamnesa, pemeriksaan


fisis dan pemeriksaan penunjang. Gejala yang sering ditemukan adalah batuk lebih dari
2 minggu disertai lendir atau dahak, kemudian dahak dalam jumlah sedikit, tetapi
makin lama makin banyak. Jika terjadi infeksi maka dahaktersebut berwarna keputihan
dan encer, namun jika sudah terinfeksi akan menjadi kuning, kehijauan, dan kental.
Pada pemeriksaan fisik akan terdengar bunyi ronkhi pada dada dan pada pemeriksaan
penunjang biasnya dengan foto rontgen akan ditemukan adanya bercak pada saluran
napas.
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Pengkajian asuhan keperawatan pada Bronkitis menurut Muttaqin (2008)


adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data: Pengkajian mengenai nama, umur, jenis kelamin,


pekerjaan, tempat tinggal, adanya riwayat alergi pada keluarga,
adanya riwayat asma pada saat anak-anak. Hal ini yang perlu dikaji
dari identitas klien adalah tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor
rekam medis, asuransi kesehatan, dan diagnosa medis perlu dilakukan
pada klien dengan Bronkitis.

2. Pengkajian fisik: Keadaan Umum, dimana perawat perlu mengkaji


kesadaran klien, adanya dispnea, riwayat merokok, riwayat batuk
kronis, adanya faktor pencetus eksaserbasi yang meliputi alergen,
stres emosional, peningkatan aktivitas fisik yang berlebihan, riwayat
asma saat anak-anak, terpapar dengan polusi udara, infeksi saluran
pernafasan, tidak adanya nafsu makan, penurunan berat badan, serta
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut (Raharjoe, 2012) diagnosa meliputi :


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan obstruksi saluran nafas.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan akumulasi sekret.
4. Keletihan berhubungan dengan peningkatan
kelemahan fisik.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
EMFISEMA

Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang dan


terus menerus terisi udara walaupun setelah ekspirasi. Emfisema merupakan
morfologik didefisiensi sebagai pembesaran abnormal ruang-ruang udara distal
dari bronkiolus terminal dengan destruksi dindingnya. Emfisema adalah
penyakit obtruktif kronik akibat kurangnya elastisitas paru dan luas permukaan
alveoli.
ETIOLOGI
Faktor Genetik: Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit emfisema.
Faktor genetik diantaranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya
eosinifilia atau peningkatan kadar imunoglobulin E (IgE) dalam serum,
adanya hiperesponsif bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada
keluarga, dan defisiensi protein alfa 1 anti tripsin.

Hipotesis Elastase-Anti Elastase: Di dalam paru terdapat keseimbangan


antara enzim proteolitik elastase dan antielastase supaya tidak terjadi
kerusakan jaringan. Perubahan keseimbangan menimbulkan jaringan
elastik paru rusak. Arsitektur paru akan berubah dan timbul emfisema.

Rokok: Rokok adalah penyebab utama timbulnya emfisema paru. Rokok


secara patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia pada
jalan napas, menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan
hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia epitel
skuamus saluran pernapasan.
LANJUTAN…

Infeksi: Infeksi saluran napas akan menyebabkan kerusakan paru lebih


hebat sehingga gejalanya lebih Penyakit infeksi saluran napas seperti
pneumonia, berat.

Polusi: Polusi udara seperti halnya asap rokok dapat menyebabkan


gangguan pada silia dan menghambat fungsi makrofag alveolar. Sebagai
faktor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi
bila ditambah merokok risiko akan lebih tinggi.
PATOGENESIS

Patogenesis emfisema melibatkan beberapa mekanisme dan hipotesis


mengenai protease dan antiprotease serta menjadi perhatian utama karena
karena sesuai skenario pelepasan protease oleh pajanan asap rokok yang
menghambat respons antiprotease mengakibatkan terjadi degradasi matriks dan
emfisema.

Terdapat empat perubahan patologik yang dapat timbul pada pasien emfisema,
yaitu:
a. Hilangnya elastisitas paru-paru.
b. Hiperinflasi paru-paru.
c. Terbentuknya bullae.
d. Kolapsnya jalan napas kecil dan udara terperangkap
TIPE EMFISEMA

1. Emfisema Sentriolobular: Merupakan tipe yang sering muncul dan


memperlihatkan kerusakan bronkhiolus, biasanya pada daerah paru-paru
atas.
2. Emfisema Panlobular (panacinar): Merusak ruang udara pada seluruh asinus
dan umumnya juga merusak paru-paru bagian bawah.
3. Emfisema Paraseptal: Merusak alveoli lobus bagian bawah yang
mengakibatkan isolasi blebs (udara dalam alveoli) sepanjang perifer paru-
paru.
PATOFISIOLOGI

Emfisema merupakan kelainan di mana terjadi kerusakan pada dinding alveolus yang
akan menyebabkan overdistensi permanen ruang udara. Emfisema mengakibatkan laju
ekspirasi berkurang dengan patofisiologi yang berbeda dibandingkan penyakit saluran
napas murni. Masalah utama emfisema adalah hilangnya rekoil elastik sehingga
terjadi kecenderungan paru untuk melawan pengembangan/ekspansi. Salah satu
akibat rekoil elastik berkurang adalah kemampuan alveoli berkurang
mengeluarkan udara ekspirasi. Sebuah analogi sederhana adalah
balon diisi udara maka rekoil elastik diibaratkan sebagai “kekakuan”
balon.
MANIFESTASI KLINIK

1. Penampilan Umum: Kurus, warna kulit pucat, dan flattened


hemidiafragma, dan Tidak ada tanda CHF (Congesti Heart Failure) kanan
dengan edema dependen pada stadium akhir.
2. Usia 65-75 tahun.
3. Pengkajian fisik: Napas pendek persisten dengan peningkatan
dispnea, dan pada auskultasi terdapat penurunan suara napas
meskipun dengan napas dalam.
4. Pemeriksaan jantung: Tidak terjadi pembesaran jantung. Cor
pulmonal timbul pada stadium akhir, dan Hematokrit < 60%.
5. Riwayat merokok.
MANAJEMEN MEDIS

Penatalaksanaan utama pada pasien dengan emfisema adalah untuk


meningkatkan kualitas hidup, memperlambat perkembangan proses penyakit,
dan mengobati obstruksi saluran napas yang berguna untuk mengatasi
hipoksia. Contohnya Pendekatan terapi dan Jenis obat yang diberikan.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK

1. Chest X-ray
2. Pemeriksaan Paru-paru
3. TLC
4. Kapasitas Inspirasi
5. FEV1 / FVC
6. ABGs
7. Bronkogram
8. Darah Lengkap
9. Kimia Darah
10. Sputum Kultur
PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan emfisema meliputi:


1. Usaha-usaha pencegahan, terutama ditujukan terhadap
memburuknya penyakit.
2. Mobilisasi dahak.
3. Mengatasi bronkospasme.
4. Memberantas infeksi.
5. Penanganan terhadap komplikasi.
6. Fisioterapi, inhalasi terapi dan rehabilitasi.
ASUHAN KEPERAWATAN

• Pengkajian:
Aktivitas/istirahat:
Gejala : keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari sulit bernapas. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Tanda: Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan massa otot.

Sirkulasi:
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, distritmia. Distensi
vena leher ( penyakit berat).
Integritas Ego:
Gejala : Peningkatan faktor resiko, perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang
Makanan/Cairan:
Gejala : Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunan berat badan.
Hygiene:
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-
hari.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan.
Tanda : Kesulitan menghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur,
kegagalan untuk membaik
Pernapasan:
Gejala : Napas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol
paada emfisema) khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit napas (asma).
Pernapasan: biasanya cepat, dapat lambat ; fase ekspirasi memanjang dengan mendengkur,
nafas bibir ( emfisema ).
Dada : dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (bentuk-barrel); gerakan
diafragma minimal.
Perkusi : hiperesonan pada area paru (mis jebakan udara dengan emfisema); bunyi pekak
pada area paru (misal, konsolidasi, cairan, mukosa).
Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku ; abu-abu keseluruhan; warna merah
(bronkitis kronis, “biru menggembung).
Kemanan:
Gejala : Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan.
Tanda : Adanya/ berulangnya infeksi, kemerahan/berkeringat (asma).
Seksualitas:
Gejala : Penurunan libido.
Interaksi Sosial:
Gejala : Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, kegagalan
dukungan dari/terhadap pasangan/orang terdekat, penyakit lama atau
ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distres
pernafasan, keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian hubungan dengan anggota
keluarga lain.
Penyuluhan/Pembelajaran:
Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan.
Tanda : Kesulitan menghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur,
kegagalan untuk membaik.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Berdasarkan patofisiologi di atas dan dari data pengkajian, diagnosis


keperawatan utama untuk klien adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret.
2. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kurangnya
suplai oksigen.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, mual/muntah.
4. Risiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan utama.
5. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi yang berhubungan
dengan kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi.
THANKS!

CREDITS: This presentation template was created by

KELOMPOK 2
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai