Anda di halaman 1dari 27

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DAN STRES

KERJA DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA


PERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
TK. III R. W. MONGISIDI MANADO TAHUN 2016
Nurul Qalbhi*, Nancy S. H. Malonda*, Paul A. T. Kawatu*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Kelelahan kerja dapat timbul akibat dari tidak adanya keseimbangan atau kesesuaian antara
beban kerja dan kemampuan tenaga kerja. Kelelahan kerja juga dapat terjadi karena adanya
faktor mental psikologis yang terdapat dalam lingkungan kerja. Pengambilan data awal yang
dilakukan di Rumah Sakit Tk. III R. W. Mongisidi dengan observasi dan wawancara, jumlah pasien
pada akhir-akhir ini mengalami peningkatan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis Hubungan
Antara Beban Kerja Fisik dan Stres Kerja dengan Perasaan Kelelahan Kerja pada Perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk. III R. W. Mongisidi Manado. Penelitian ini menggunakan
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan total populasi sebanyak 80 responden. Alat ukur menggunakan kuesioner serta
metode 10 denyut. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat signifikan
α = 0,05. Perawat yang merasakan kelelahan kerja sebanyak 53,8%, perawat memiliki beban
kerja berat sebanyak 46,2% dan perawat mengalami stres kerja sebanyak 58,8%.Terdapat
hubungan antara beban kerja fisik dengan perasaan kelelahan kerja pada perawat di ruang
rawat inap. Terdapat hubungan antara stres kerja dengan perasaan kelelahan kerja pada
perawat di ruang rawat inap.

Kata Kunci :Beban Kerja Fisik, Stres Kerja, Perasaan Kelelahan Kerja.

ABSTRACT

Work fatigue can be appeared and caused by no balance or conformity between workload and
workforce’s ability. Work fatigue can also be occurred by the mental-psychological factor which
infested in the work environment. Initial data retrieval conducted in R. W. Mongisidi Tk. III
Hospital with observation and interviews, the amount of patients is increasing lately. The
objective of this research is to analyze the correlation between physical workload and work stress
with work fatigue to the nurses in the wards of R. W. Mongisidi Tk.III Hospital Manado. This
research uses analytical observation with cross sectional approach. The sample of this research
uses the total population of 80 respondents. The measuring instruments are questionnaire and 10
pulse method. The data analysis conducted with Chi-square test with significant level of α=0.05.
There are 53,8% of the nurses who experienced work fatigue, 46,2% of the nurses who have heavy
workload, and 58,8% of the nurses experienced work stress. There is a correlation between
physical workload and work fatigue to the nurses in the wards. There is a correlation between
work stress and work fatigue to the nurses in the wards.
1
Keywords: Physical Workload, Work Stress, Work Fatigue

PENDAHULUAN
Kelelahan kerja dapat timbul akibat dari tidak adanya kesimbangan atau kesesuaian antara
beban kerja dan kemampuan tenaga kerja. Kelelahan kerja juga dapat terjadi karena
adanya faktor mental psikologis yang terdapat dalam lingkungan kerja. Faktor tersebut jika
intensitasnya melampaui batas sehat

2
pemaparan mengakibatkan ganggguan kesehatan pada pekerja seperti stres kerja
(Suma’mur, 2014).

Sumber dari stres meliputi kondisi pekerjaan, masalah peran, hubungan


interpersonal, kesempatan pengembangan karir, dan struktur organisasi.
Kondisi pekerjaan yang berpotensi sebagai sumber stres yaitu

3
kondisi kerja yang tidak nyaman, kelebihan beban, pekerjaan yang tidak lagi menantang sehingga
menimbulkan kebosanan dan ketidakpuasan, serta pekerjaan dengan resiko yang tinggi (Saam
dan Wahyuni, 2013).

International Labour Organization menyatakan setiap tahun ada lebih


dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit
karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan
dan sakit di tempat kerja.Angka kecelakaan kerja pada tahun 2009 mencapai 96,513 kasus
dan pada tahun 2010 mencapai 53,267 kasus (ILO, 2013). Survei dari Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2006, sekitar 50,9% perawat di Indonesia mengalami
stres kerja, lelah dan tidak bisa beristirahat karena beban kerja yang terlalu tinggi (Basuki,
2009, dalam Hariyono, 2009).

Beban kerja pada perawat antara lain melaksanakan tindakan keperawatan


kepada pasien, melakukan pencatatan dan dokumentasi asuhan keperawatan pasien,
bekerja dengan sistem shift yang tidak teratur dan kelelahan bekerja pada shift pagi
dirasakan lebih besar karena aktivitas keperawatan yang padat di pagi hari, membawa
pasien untuk operasi, pemeriksaan radiologi dan sebagainya,

4
serta bekerja di tempat dengan resiko penularan infeksi yang tinggi. Untuk itu, peneliti
tertarik untuk meneliti hubungan antara beban kerja fisik dan stres kerja dengan kelelahan
kerja pada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Tk. III R.

W. Mongisidi Manado.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional (potong lintang) karena pada penelitian ini variabel bebas dan variabel terikat
diukur pada waktu yang sama. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit
Tk. III R. W. Mongisidi Manado. Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu pada bulan
Agustus sampai Oktober 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di
ruang rawat inap Rumah Sakit Tk. III R.

W. Mongisidi Manado berjumlah 83 orang. Sampel penelitian ini menggunakan total


populasi yaitu seluruh perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Tk. III R. W. Mongisidi
Manado yang berjumlah 80 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan
Kerja (KAUPK2), Kuesioner HRSA (Hamilton Rating Scale Anxiety), dan stopwatch,
analisis data yang digunakan

5
dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan

6
menggunakan uji Chi Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Karakteristik Responden n %

Jenis Kelamin

Laki-laki 15 18,8

Perempuan 65 81,3

Umur (Tahun)

17-25 27 33,8

26-35 51 63,8

36-45 11 1,3

46-55 1 1,3

Tabel 1. menunjukkan bahwa jumlah responden perawat perempuan lebih tinggi yaitu 65
orang (81,3%) dibandingkan dengan perawat laki-laki 15 orang (18,8%), sedangkan
umur 26-

35 tahun lebih banyak dibandingkan dengan umur 17-25 tahun, 36-45 tahun

7
dan 46-55 tahun. Dapat dilihat dengan persentase umur 26-35 tahun sebesar 63,8% (51
orang), umur 17-25 tahun

33,8% (27 orang), umur 36-45 tahun

1,3% (1 orang) dan 46-55 tahun 1,3% (1 orang)

Tabel 2. Hubungan Antara Beban Kerja Fisik Dengan Kelelahan Kerja

Perasaan Kelelahan Kerja


Total

8
9
1
0
1
1
Beban Kerja Fisik Lelah Tidak Lelah

1
2
p value

n % n % n %

Berat 25 67,6 12 32,4 37 100 0,002

Sedang 17 54,8 14 45,2 31 100

Ringan 1 8,3 11 91,7 12 100

Total 43 53,8 37 46,2 80 100

Tabel 2. menunjukkan bahwa responden yang memiliki beban kerja berat dan merasa lelah
berjumlah 25 orang (67,6%), responden yang memiliki beban kerja sedang dan merasa
lelah sebanyak 17 orang (54,8%), serta responden yang memiliki beban kerja ringan dan
merasa lelah sebanyak 1 orang (8,3%). Responden yang memiliki

1
3
beban kerja berat dan merasa tidak lelah berjumlah 12 orang (32,4%), responden yang
memiliki beban kerja sedang dan tidak lelah sebanyak 14 orang (45,2%), serta responden
yang memiliki beban kerja ringan dan merasa tidak lelah sebanyak 11 orang
(91,7%).Hasiluji statistik chi-square didaptkan p value sebesar 0,002 dengan nilai α =
0,05

1
4
(p<0,05). Nilai p value (0,002) lebih kecil dibandingkan dengan nilai α (0,05), maka H0
ditolak dan H1 diterima

1
5
yaitu terdapat hubungan antara beban kerja fisik dengan perasaan kelelahan kerja.

Tabel 3. Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Perasaan Kelelahan Kerja

Perasaan Kelelahan Kerja


Total

Stres Kerja

1
6
Lelah Tidak Lelah

1
7
p value

n % n % n %

Stres 33 70,2 14 29,8 47 100 0,001

Tidak Stres 10 30,3 23 69,7 33 100

Total 43 53,8 37 53,8 80 100

Tabel 3. menunjukkan bahwa responden yang tidak stres kerja dan merasa lelah sebanyak
33 orang (70,2%), sedangkan responden yang tidak stres dan merasa lelah sebanyak
10 orang (30,3%). Responden yang stres kerja dan merasa tidak
lelah sebanyak 14 orang (29,8%), sedangkan responden yang tidak stres dan merasa tidak
lelah sebanyak 23 orang (69,7%). Hasil uji statistik chi- square didapatkan p value sebesar
0,001 dengan nilai α = 0,05 (p<0,05). Nilai p value (0,001) lebih kecil dibandingkan
dengan nilai α (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima yaitu terdapat hubungan antara
stres kerja dengan perasaan kelelahan kerja. Responden
yang memiliki stres kerja berisiko 5,421 kali untuk mengalami perasaan kelelahan
kerja.

Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang rawat inap Rumah
Sakit Tk. III R. W. Mongisidi Manado. Hasil dari penelitian

1
8
yang telah dilakukan dengan menggunakan kuesioner didapatkan bahwa jumlah respoden
yang umur 26- 35 tahun lebih banyak yaitu 51 orang (63,8%) dibandingkan dengan umur
17-

25 tahun sebanyak 27 orang (33,8%), umur 36-45 tahun sebanyak 1 orang (1,3%) dan 46-
55 tahun 1 orang (1,3). Jumlah responden perempuan lebih tinggi dibandingkan
responden laki-laki dengan persentase responden perempuan sebesar 81,3% (65 orang)
dan responden laki-laki 18,3% (15 orang).Pendidikan terakhir responden yang didapatkan
selama penelitian yaitu menunjukkan responden dengan pendidikan terakhir D3 lebih
tinggi dengan persentase 53,8% (43 orang) dibandingkan S1 yaitu 45% (36 orang) dan
S2 1,3% (1 orang).

Hubungan Antara Beban Kerja Fisik Dengan Perasaan Kelelahan Kerja Hasil
penelitian didapatkan bahwa responden yang memiliki beban kerja berat
dan merasa lelah berjumlah 25 orang (67,6%), responden
yang

1
9
memiliki beban kerja sedang dan merasa lelah sebanyak 17 orang (54,8%), serta
responden yang memiliki beban kerja ringan dan merasa lelah sebanyak 1 orang (8,3%).
Responden yang memiliki beban kerja berat dan merasa tidak lelah berjumlah 12 orang
(32,4%), responden yang memiliki beban kerja sedang dan tidak lelah sebanyak 14 orang
(45,2%), serta responden yang memiliki beban kerja ringan dan merasa tidak lelah
sebanyak 11 orang (91,7%).

Seorang perawat di rumah sakit menanggung beban fisik, sosial dan mental.
Masing-masing orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam hubungan pekerjaan dan
beban yang ia terima. Namun, secara umum pekerja sebenarnya dapat memikul beban
dalam batas tertentu. Oleh karena itu, setiap pekerja harus ditempatkan sesuai dengan
beban optimum yang dapat ditanggungnya juga dilihat dari pengalaman, keterampilan dan
motivasi (Notoatmodjo, 2011).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan p value


sebesar 0,002 dengan nilai α = 0,05 (p<0,05). Nilai p value (0,002) lebih kecil
dibandingkan dengan nilai α (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima yaitu terdapat
hubungan antara beban kerja fisik dengan kelelahan kerja pada perawat di ruang rawat
inap Rumah Sakit Tk. III R. W. Mongisidi Manado.

2
0
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hariyono (2009)
tentang hubungan antara beban kerja, stres kerja dan tingkat konflik dengan kelelahan
kerja perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta didapatkan hasil
bahwa beban kerja mempunyai hubungan yang signifikan dengan kelelahan kerja, hal ini
dikarenakan nilai ñ value < á yakni 0,000 > 0,05. Akan tetapi, penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Perwitasari (2013) yang mengatakan bahwa tidak
ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan yang dirasakan oleh perawat di RSUD
dr. Mohammad Soewandhie diperoleh nilai p = 0,618 α

= 0,05 (p > α).

Beban kerja yang berlebihan dapat mengakibatkan menurunnya motivasi perawat


sehingga hal ini menjadi salah satu penyebab dari kelelahan kerja. Studi tentang fakatr-
faktor penyebab kelelahan kerja yang dilakukan pada beberapa ribu pria dan wanita dari
ratusan perusahaan selama 20 tahun menunjukkan adanya 6 faktor yang dapat
berpengaruh pada kelelahan kerja yang salah satunya adalah beban kerja berlebihan
(Hariyono, 2009).

Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Perasaan Kelelahan Kerja Hasil dari
kuesioner penelitian yang dilakukan terhadap 80 perawat di ruang

2
1
rawat inap Rumah Sakit Tk. III R. W. Mongisidi Manado menunjukkan responden yang
tidak stres kerja dan merasa lelah sebanyak 33 orang (70,2%), sedangkan responden yang
tidak stres dan merasa lelah sebanyak 10 orang (30,3%). Responden yang stres kerja dan
merasa tidak lelah sebanyak 14 orang (29,8%), sedangkan responden yang tidak stres dan
merasa tidak lelah sebanyak 23 orang (69,7%)).

Hasil dari analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan p value
sebesar 0,001 dengan nilai α = 0,05 (p<0,05). Nilai p value (0,001) lebih kecil
dibandingkan dengan nilai α (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima yaitu terdapat
hubungan antara stres kerja dengan perasaan kelelahan kerja pada perawat di Rumah
Sakit Tk. III R.

W. Mongisidi Manado. Responden yang memiliki stres kerja berisiko 5,421 kali untuk
mengalami perasaan kelelahan kerja.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rembang (2013), yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara kelelahan kerja dengan stres kerja pada perawat
yang memperoleh hasil nilai koefisien korelasi sebesar 0,722 berarti ada hubungan kuat
positif dengan probabilitas sebesar 0,000 (p <0,05). Akan tetapi, penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

2
2
Kurnia (2015) yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat stres kerja dengan
tingkat kelelahan kerja perawat ICU Rumah Sakit Immanuel Bandung yang mendapatkan
hasil nilai p value 0,105, dimana nilai p-value> α (0,05).

Kelelahan kerja pada umumnya dikeluhkan sebagai kelelahan dalam sikap,


orientasi, dan penyesuaian pekerja yang mengalami kelelahan kerja. Kelelahan kerja
kronis terdapat gejala- gejala yang tidak spesifik berupa kecemasan, perubahan tingkah
laku, gelisah, dan susah tidur. Kelelahan kerja kronis ini tidak hanya terjadi setelah
bekerja saja tetapi juga terasa sebelum mulai bekerja.

Kepmenkes Nomor: 1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar


Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit menyatakan bahwa bahaya-bahaya
potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri, jamur,
parasit); faktor kimia (antiseptik, reagent, gas anestesi); faktor ergonomi (lingkungan
kerja, cara kerja, dan posisi kerja yang salah); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik,
getaran dan radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama
pekerja/atasan) dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. PAK di
Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor biologi (kuman

2
3
patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil
yang terus menerusseperti antiseptik pada kulit, gas anestesi pada hati); faktor ergonomi
(cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik (panas pada kulit, tegangan
tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem produksi sel darah); faktor psikologis
(ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien gawat darurat, bangsal penyakit jiwa, dan
lain-lain).

Tingkat pengetahuan serta keterampilan yang lebih baik dari perawat yang lain
dalam penanganan kepada pasien merupakan tuntutan yang harus dimiliki. Faktor
psikologis seperti beban kerja fisik yang lebih berat yang dilakukan oleh perawat akan
menimbulkan terjadinya perasaan kelelahan kerja yang berujung kepada stres kerja.

KESIMPULAN
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai
berikut:

1) Terdapat hubungan antara beban kerja fisik dengan perasaan kelelahan kerja pada
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Tk. III R. W. Mongisidi Manado.
2) Terdapat hubungan antara stres kerja dengan perasaan kelelahan kerja pada
perawat di ruang rawat

2
4
inap Rumah Sakit Tk. III R. W. Mongisidi Manado.

SARAN
1) Perlunya penempatan perawat yang sesuai dengan beban yang ditanggungnya juga
dilihat dari pengalaman, keterampilan dan motivasi agar tidak terjadinya perasaan
kelelahan kerja yang lebih tinggi.
2) Perlu dibuat strategi dalam pengelolaan stres pada perawat untuk meminimalisir
perasaan kelelahan kerja akibat stres kerja seperti olahraga dan rekreasi, serta
mengubah lingkungan kerja sehingga nyaman bagi perawat.

DAFTAR PUSTAKA
Hariyono, W., Suryani, D. dan Wulandari, Y. 2009. Hubungan Antara Beban Kerja, Stres
Kerja dan tingkat konflik dengan Kelelahan Kerja Perawat di Rumah Sakit Islam
Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta. Kes Mas, 3, 162-232. (Online),
(http://www.journal.uad.ac.id/in dex.php/KesMas/article/viewFil e/1107/pdf_29,
diakses 1

September 2016).

International Labour Organization. 2013. Keselamatan dan

2
5
Kesehatan Kerja di Tempat Kerja. Jakarta: ILO.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Standar


Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. (Online),
(http://onesearch.kink.kemkes.g o.id/Record/KEMENKES-3668, diakses 14
Oktober 2016).

Kurnia. 2015. Hubungan Tingkat Stres Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja Perawat
ICU Rumah Sakit Immanuel Bandung. Immanuel, Vol 9, No.1 Juni 2015.
(Online), (http://ejournal.stik- immanuel.ac.id/jurnal.php?detai
l=jurnal&file=487%20-

%20500%20Nur%20Intan%20

Hayati%20HK.pdf&id=516&cd

=c63ab54b66209de2b73ada57d ec73543&name=487%20-

%20500%20Nur%20Intan%20

Hayati%20HK.pdf diakses 15

Oktober 2016).

Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Perwitasari, D. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Subyektif pada
Perawat di RSUD DR. Mohamad Soewandhie Surabaya. The Indonesian Journal of
Occupational Safety, Health and

2
6
Environment, Vol 1, No. 1 Jan-

April 2014 : 15-23. (Online), (http://journal.unair.ac.id/downl oad-fullpapers-


kklkd52e1963602full.pdf, diakses 14 Oktober 2016).

Rembang, C. 2013. Hubungan Antara Kelelahan Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat
Di Unit GawatDarurat(UGD) dan Intensive Care Unit
(ICU) Rumah Sakit Umum Daerah Datoe Binangkang Kabupaten
Bolaang Mongondow. Manado : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Ratulangi. (Online), (http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
content/uploads/2014/10/CHRIS TRA-REMBANG.pdf, diakses 11 Agustus
2016).

Saam, Z. dan Wahyuni, S. 2013. Psikologi Keperawatan (Edisi II ed.). Jakarta: Rajawali
Pers.

Suma'mur, dan Soedirman. 2014. Kesehatan Kerja Dalam Perspektif Hiperkes &
Keselamatan Kerja. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

2
7

Anda mungkin juga menyukai