1. Pelatihan
Pelatihan gawat darurat biasanya diselenggarakan oleh suatu rumah sakit atau
lembaga kesehatan, lebih dikenal dengan nama Pencegahan Penanggulangan
Gawat Darurat (PPGD).
Sasaran utama atau pesertanya adalah mahasiswa, seluruh tim Gawat Darurat
Rumah Sakit, anggota P2K3 Rumah Sakit (Klinik, Lab, RS), Safety Officer,
Dokter, Perawat, Bidan, HRD Rumah Sakit dan semua pihak yang terlibat dalam
tim tanggap darurat rumah sakit.
2. Sarana
Triage berasal dari bahasa Perancis trier, bahasa Inggris triage dan diturunkan
ke dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah
pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis
perawatan gawat darurat.
Klasifikasi Keterangan
Prioritas I (Merah) Mengancam nyawa atau fungsi vital,
perlu resusitasi dan tindakan bedah
segera, mempunyai kesempatan hidup
yang besar. Penanganan dan
pemindahan bersifat segera yaitu
gangguan pada jalan nafas, pernafasan
dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan
nafas, tension pneumothorak, syok
temoragik, luka terpotong pada tangan
dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat
II & III > 25%.
Prioritas II (Kuning) Potensial mengancam nyawa atau fungsi
vital bila tidak segera ditangani dalam
jangka waktu singkat. Penanganan dan
pemiindahan bersifat jangan terlambat.
Contohnya patah tulang besar, combutio
(luka bakar) tingkat II & III < 25%,
trauma thorak / abdomen, trauma bola
mata.
Prioritas III (Hijau) Perlu penanganan seperti pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan
dan pemindahan bersifat terakhir.
Contohnya luka superficial, luka-luka
ringan.
Prioritas 0 (Hitam) Kemungkinan hidup sangat kecil, luka
sangat parah. Hanya perlu terapi
suportif. Contohnya jantung henti kritis,
trauma kepaala kritis.
Alur dalam proses Triase :
Bentuk pertama dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh
klinik yang ada kaitannya dengan rumah sakit (hospital based ambulatory care).
Jenis pelayanan rawat jalan di rumah sakit secara umum dapat dibedakan atas 4
macam yaitu :
Untuk ini diperhatikan bahwa sekalipun prinsip pokok program menjaga mutu
pada pelayanan rawat jalan tidak banyak berbeda dengan berbagai pelayanan
kesehatan lainnya, namun karena pada pelayanan rawat jalan ditemukan beberapa
ciri khusus, menyebabkan penyelenggaraan program menjaga mutu pada
pelayanan rawat jalan tidaklah semudah yang diperkirakan, ciri-ciri khusus yang
dimaksud adalah:
1) Sarana, prasarana serta jenis pelayanan rawat jalan sangat beraneka ragam,
sehingga sulit merumuskan tolak ukur yang bersufat baku.
2) Tenaga pelaksana bekerja pada srana pelayanan rawat jalan umumnya
terbatas, sehigga di satu pihak tidak dapat dibentuk suatu perangkat khusus
yang diserahkan tanggung jawab penyelengaraa program menjaga mutu, dan
pihak lain, apabila beban kerja terlalu besar, tidak memiliki cukup waktu
untuk menyelengarakan program menjaga mutu.
3) Hasil pelayanan rawat jalan sering tidak diketahui. Ini disebabkan karena
banyak dari pasien tidak datang lagi ke klinik.
4) Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan adalah
penyakit yang dapat sembuh sendiri, sehingga penilaian yang objektif sulit
dilakukan.
5) Beberapa jenis penyakit yang datang ke sarana pelayanan rawat jalan adalah
mungkin penyakit yang telah berat dan bersifat kronis, sehingga
menyulitkan pekerjaan penilaian.
6) Beberapa jenis penyakit yang datang berobat datang kesarana pelayanan
rawat jalan mungkin jenis penyakit yang penanggulangannya sebenarnya
berada di luar kemampuan yang dimiliki. Keadaan yang seperti ini juga akan
menyulitkan pekerjaan penilaian.
7) Rekam medis yang dipergunakan pada pelayanan rawat jalan tidak
selengkap rawat inap, sehingga data yang diperlukan untuk penilaian tidak
lengkap
8) Perilaku pasien yang datang kesarana pelayanan rawat jalansukar dikontrol,
dan karenanya sembuh atau tidaknya suatu penyakit yang dalami tidak
sepenuhnya tergantung dari mutu pelayanan yang diselenggarakan.