Anda di halaman 1dari 112

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG
KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan


salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam
rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia,
serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa
bagi pembangunan nasional;
c. bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan
menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi
negara, dan setiap upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi
pembangunan negara;
d. bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi
dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan
nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat
dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik
Pemerintah maupun masyarakat;
e. bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam
masyarakat sehingga perlu dicabut dan diganti dengan
Undang-Undang tentang Kesehatan yang baru;

f. bahwa …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-2-

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan
huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang
Kesehatan;

Mengingat: Pasal20,Pasal28Hayat(1),danPasal
3 4 a y a t ( 3 ) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KESEHATAN.

BABI
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
2. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala
bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan
farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan
kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan! atau
masyarakat.
3. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan
peralatan yang d ipe rlu k an u ntu k
meny ele ngg ara ka n up aya kesehatan.

4. Sediaan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-3-

4. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat,


obat tradisional, dan kosmetika.
5. Alat k ese hat an adala h ins tru men, a par atu s, mesi
n dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang
digu nak an u ntuk me nce gah , mend iag nos is,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang saki t, me mul ihk an kes eha tan pada m anu
sia , dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
6. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
7. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif , preventif , kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/ atau masyarakat.
8. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk
biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi, untuk manusia.
9. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat.
10. Teknologi kesehatan adalah segala bentuk alat
dan/atau metode yang ditujukan untuk membantu
menegakkan diagnosa, pencegahan, dan penanganan
permasalahan kesehatan manusia.

11. Upaya …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-4-

11. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau


serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan/ atau masyarakat.
12. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang
bersifat promosi kesehatan.
13. Pelayanan kesehatan preventif adalah
suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan/penyakit.
14. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan
dan/ ata u s era ngk aian ke gia tan pe n goba tan ya ng
ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit,
atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita
dapat terjaga seoptimal mungkin.
15. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan
dan/ atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan
bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna
untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuannya.

16. Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan


dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang
mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun
temurun secara emp iri s y ang dap at dipe rta ngg ung
jaw abka n dan d ite r apka n ses uai deng an nor ma ya
ng b erl aku di masyarakat.
17. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

18. Pemerintah …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-5-

18. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau


walikot dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggar pemerintahan daerah.
19. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan
perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan,
penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender
dan nondiskriminatif dan norma-norma agama.

Pasal 3

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan


kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomis.

BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu
Hak

Pasal 4
Setiap orang berhak atas kesehatan.

Pasal 5
(1) S eti ap or ang memp uny ai h ak yang sam a dal am
memperoleh akses atas sumber daya di bidang
kesehatan.

(2) Setiap …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-6-

(2) Seti ap o ran g memp uny ai hak d ala m


memp ero leh pe la yana n k ese hat an yan g am an,
berm utu , d an ter j angk au.
(3) Seti ap or ang b erha k sec ara mand iri d an
bert ang gun g ja wab me nen tuk an sen dir i
pela yan an kes e hata n y ang di p erlu kan ba gi
diri nya .

Pasal 6

Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat


bagi pencapaian derajat kesehatan.

Pasal 7

Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan


edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung
jawab.

Pasal 8

Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data


kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang
telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga
kesehatan.

Bagian Kedua

Kewajiban

Pasal 9
(1) Seti ap o ra ng b e rkew aji ban iku t mewu jud ka n,
memp ert aha nka n , dan men in gka tkan d era jat
kese hat an mas ya raka t y ang se tin g gi-t ing gin ya.
(2) Kewa jib an se ba g aima na di mak su d pada aya t
(1), pel aks ana an nya m eli put i up a ya ke seh ata n
pers eor ang an, u paya ke seh ata n masy ara ka t, dan
pem bangu na n be rwa was an ke seha tan .

Pasal 10 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-7-

Pasal 10

Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain


dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik,
biologi, maupun sosial.

Pasal 11

Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk


mewujudkan, mempertahankan, dan m emaj ukan
kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pasal 12

Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan


derajat kesehatan bagi orang lain yang menjadi tanggung
jawabnya.

Pasal 13
(1) Seti ap o ran g b er kewa jib an t uru t sert a d ala m
prog ram ja min an kese hat an sos ial .
(2) Prog ram jam ina n kese hat an s osi al seba gai man a
dima ksu d pa da ayat ( 1) d iat ur s esua i de nga n
kete ntu an per atu ran per und ang-u ndan gan .

BAB IV

TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH

Pasal 14
(1) Pemerintah bertanggung jawab merencanakan,
mengatur, men yel engg ara kan , m e mbin a, dan
meng awa si pe ny elen gga raa n up a ya kes eh ata n
yang me rat a d an terj ang kau ol eh masy ara kat .
(2) Tanggung jawab Pemerintah sebagaimana dimaksud
pad ayat (1 ) d ikh usu s kan pad a p elayan an p ubl ik.

Pasal 15 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-8-

Pasal 15

Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan


lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun
sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan
yang setinggitingginya.

Pasal 16

Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber


daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh
masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.

Pasal 17

Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses


terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pasal 18

Peme rin tah ber t angg ung jaw ab memb erd aya ka n dan
mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk
upaya kesehatan.

Pasal 19

Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala


bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan
terjangkau.

Pasal 20
(1) Peme rin tah b erta ngg ung j awab at as pela ksa naa n
ja mina n kesehatan masyarakat melalui sistem
jaminan sosial n asio nal b agi upay a k ese hat an pero
ran gan .

(2) Pela ksa naa n si ste m jami na n sos ial seba gai man a
dima ksu d p ada ayat (1 ) d ila ksa naka n s esu ai kete
ntu an per atu ran per und ang-u ndan gan .

BABV …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-9-

BABV
SUMBER DAYA DI BIDANG KESEHATAN

Bagian Kesatu
Tenaga Kesehatan

Pasal 21
(1) Peme rin tah m eng atur p ere nca naa n , peng ada
an, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu
tena ga k ese hata n da la m ran gka peny ele ngg ara
an pela yan an kes eha tan.
(2) Kete ntu an men ge nai per enc ana an, pen gad aan ,
pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu
tena ga ke seh ata n sebag aim ana d i maks ud pa da
ayat (1 ) d iat ur da lam Per atu ran Pe meri nta h.
(3) Ketentuan mengenai tenaga kesehatan diatur dengan
Unda ng-U ndan g.

Pasal 22
(1) Tena ga ke seh ata n haru s memi li ki kua lif ika si
mini mum .
(2) Kete ntu an me n gena i kua lif ika si mini mum seba
gai man a di maks ud p ada a y at (1) dia tur deng an
Per atu ran Men ter i.

Pasal 23
(1) Tena ga kes eh atan ber we na ng u ntu k meny ele ngg
ara ka n pe lay ana n k ese hata n.
(2) Kewe nan gan untuk menyelenggarakan pelayanan kese
hat an seb aga iman a dimaksud pada ayat (1) dila kuk
an s esu ai deng an b ida ng keah lia n ya ng dimi lik i.

(3) Dala m m eny ele ng gara kan pe lay ana n ke seh ata
n, tena ga k ese hat a n waji b me mil i ki izi n da ri
peme rin tah .
(4) Sela ma m emb e rika n pe lay ana n kes eha tan seba
gai man a dim aksu d pad a ay at (1) dil ara ng meng
uta mak an kepe nti nga n yang b ern ila i mate ri.

(5) Ketentuan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-10-

(5) Kete ntu an men g enai pe riz ina n seba gai man a
dima ksu d pad a a yat (3 ) dia tur d al am Per atu ran
Ment eri .

Pasal 24
(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasa l
23 h aru s meme nuh i ket ent uan ko de e tik , stan
dar pro fes i, hak pe ngg un a pel aya nan kese hat an,
st an dar pel aya nan , dan sta nda r pros edu r o per
asi onal .
(2) Kete ntu an men g enai kod e e tik dan sta nda r prof
esi se bag aim ana dim aks ud p ada aya t (1 ) diat ur
ole h o rga n isas i p rof esi .
(3) Kete ntu an me nge nai ha k pen ggu na pel aya nan
kese hat an, st an dar pel aya nan , dan sta nda r pros
edu r ope ras iona l s eba gai ma na d ima ks ud pada
ay at (1) di at ur d eng an Per atu ran Men ter i.

Pasal 25
(1) Peng ada an d an peni ngk ata n mutu ten aga kese hat
an d ise le ngga rak an o leh Peme rin tah , peme rin
tah dae rah, d an /at au masya ra kat mela lui pe ndi
dik a n da n/a tau pe lat i han.
(2) Peny ele ngg ara an pend idi kan dan/ ata u
pela tih an seb ag ai mana di mak su d pada ay at (1 )
menj adi tan ggu ng ja wab Pem erin tah dan
peme rin tah da era h.
(3) Kete ntu an me nge nai pen yel en gar a an p en didi ka
n dan/atau pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diat ur dal am Per atur an Pem eri nta h.

Pasal 26
(1) Peme rin tahme ngat urpen emp atante nag a
kese hat an u nt uk pe mer ata an pela yan an kese hat
an.
(2) Peme rin tah dae r ah da pat men g adak an d an mend
aya gun ak an ten aga k ese h atan se su ai deng an
keb utu ha n da era hny a.

(3) Pengadaan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-11-

(3) Peng ada an da n pe nda yag un aan ten aga kese hat an
se bag a iman a dim aks ud pada a yat ( 2) dila kuk an
den gan mem per hat ika n:
a. jeni s p ela yan an k eseh ata n y ang di butu hka
n masyarakat;
b. jumlah sarana pelayanan kesehatan; dan
c. jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan beban
kerja pelayanan kesehatan yang ada.
(4) Pene mpa tan ten aga k ese hat an seba gai man a dima
ksu d pada ayat (1) dilakukan dengan tetap
memperhatikan h ak te nag a ke seh atan dan hak
masy ara kat un t uk me nd apa tka n pel aya na n kese
hat an yan g mera ta.
(5) Kete ntu an le bih lanju t men gen a i pene mpa tan
tena ga kes eha ta n di atu r d ala m Pe rat ura n Peme
rin tah .

Pasal 27
(1) Tena ga ke seh ata n ber ha k m end apa tkan im ba lan
dan pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai den gan pr of esin ya.
(2) Tena ga ke seh a tan dal am mela ksa nak an tuga sny
a ber ke waji ban m eng em bang kan d an meni ngk
atk an p enge tah uan dan keter amp ila n yang di mil
iki .
(3) Ket ent uan me ngen ai hak da n k ewaj iba n t ena ga
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2 ) d iat ur da lam Per atu ran Pe meri nta h.

Pasal 28
(1) Untu k k epe nti ng an h uku m, t ena ga k ese hat an
waji b mel aku kan pemer iks aan k e seha tan a tas
perm int aan pen egak huk um d enga n bi aya dita ngg
ung ol eh nega ra.
(2) Peme rik saa n seb agai man a dim aks ud pad a aya t
(1) did asa rka n pad a k omp eten si dan kewe nan
gan se s uai den gan bi d ang kei lmu an yang di mil
iki .

Pasal 29 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-12-

Pasal 29

Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian


dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus
diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.

Bagian Kedua

Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pasal 30
(1) Fasi lit as pela yan an kes eha tan, menurut jenis pela
yan ann ya ter diri at as:

a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan


b. pelayanan kesehatan masyarakat.
(2) Fasi lit as pel aya nan ke seh ata n seb ag aim ana dima
ksu d p ada a yat (1) me lip uti :
a. pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
(3) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ay at (1) dil aks ana kan ole h p iha k Peme rin tah
, p eme rint ah dae rah , d a n sw ast a.
(4) Kete ntu an p ers yara tan fas ilit a s pela ya nan kese
hat an se bag a iman a dim aks ud pada a yat ( 2) dan a
yat (3) ditetapkan oleh Pemerintah sesuai ketentuan
yang berlaku .
(5) Kete ntu an pe ri zina n fas ili tas pelay ana n kese hat
an se bag a iman a dim aks ud pada a yat ( 2) dan ay at
(3) di t etap kan o leh Pe meri nta h dan peme rin tah
da era h.

Pasal 31

Fasilitas pelayanan kesehatan wajib:


a. memb eri kan a ks es yan g lua s ba gi keb utu han
pene lit ian dan pengembangan di bidang kesehatan;
dan
b. meng iri mka n l a pora n h asi l p e neli tia n d an peng
emb ang an k epad a pe mer int a h dae rah at au Ment
eri .

Pasal 32 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-13-

Pasal 32
(1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan,
baik pe meri nt a h ma upu n s wast a, w aji b
memb eri kan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan
nyawa pasien dan pence gah an keca cat an ter leb i h
da hul u.
(2) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan,
baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasi
en dan /at au memi nta ua ng m uka.

Pasal 33
(1) Seti ap p imp ina n pen yel eng gar aan f asil ita s
pela yan an ke s ehat an ma sya r akat h aru s memi lik
i kom pe tens i man aje me n kese hat an masy ara kat
ya ng dibu tuh kan .
(2) Komp ete nsi m an ajem en ke seh ata n ma sy ara kat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut
deng an Per atu ran Men ter i.

Pasal 34
(1) Seti ap p imp ina n pen yel eng gar aan f asil ita s pela
yan an k ese hata n per se ora ngan har us memi lik i
kom pe tens i man aje me n kese hat an pers eor ang an
yan g di but uhk an.
(2) Peny ele ngg ara f asil ita s pel aya n an kes eha tan dila
ran g me mpe k erja kan ten aga k eseh ata n ya ng tida
k me mil iki k uali fik asi dan izi n mel aku kan peke rja
an pro fes i .
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2 ) dila ksa nak an se suai de nga n kete ntu an
per atu ran per und ang-u ndan gan .

Pasal 35
(1) Peme rin tah d aer ah dap at me nen tuka n jum lah
dan jen is f asi lit as p ela yan an k e seha tan se rta
pemb eri an izi n b e rope ras i d i d aer a hnya .

(2) Penentuan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-14-

(2) Pene ntu an jum la h dan je nis fa sil ita s pela yan an k
esehatansebagaimanadimaksudpad
a a y a t ( 1 ) dila kuk an oleh peme rin tah dae rah
dengan memp ert imb ang k an:
a. luas wilayah;
b. kebutuhan kesehatan;
c. jumlah dan persebaran penduduk;
d. polapenyakit;
e. pemanfaatannya;
f. fungsi sosial; dan
g. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.
(3) Ketentuan mengenai jumlah dan jenis fasilitas pelayanan
kese hat an ser ta pem ber ian izi n be rop era si seba gai
man a dim aksu d pad a aya t (1) berl aku juga un tuk fa
sil it as p ela yan an kes ehat an asi ng.
(4) Ketentuan mengenai jumlah dan jenis fasilitas
pelayanan kese hat an se bag a iman a dim aks ud pada
a yat ( 2) tida k be rla ku un tuk j eni s ru ma h saki t
kh usu s kara nti na, pe nel i tian , d an asi lum .
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1 ) dan ay at ( 2) dia tu r deng an Per atu ran
Pem eri nta h.

Bagian Ketiga
Perbekalan Kesehatan

Pasal 36
(1) Peme rin tah men jam in ket ers edi a an,
peme rat aan , d a n ket erj ang ka ua n per be kal an
kese hat an, te rut a ma o bat es ens ial .
(2) Dala m m enj ami n ket ers edi aan o bat kea daa n
daru rat , Pem e rint ah da pat mel ak uka n
kebi jak an k hu s us un tuk pe n gada an d an
pema nfa ata n oba t dan bah an ya ng ber kha sia t
obat .

Pasal 37 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-15-

Pasal 37
(1) Peng elo laa n pe r beka lan kes eha t an di lak uka n
agar keb ut uha n das ar mas y arak at a ka n perb eka
lan ke seh atan te rpe nuh i.
(2) Peng elo laa n p er b ekal an kes eh ata n yan g ber upa
obat esensial dan alat kesehatan dasar tertentu
dilaksanakan den gan mem per ha tika n kema nfa ata
n, h ar ga, d an f akt or y a ng be rka ita n deng an pem
era ta an.

Pasal 38
(1) Peme rin tah mend oro ng dan mengarahkan
peng emb ang an perb eka lan kes eha tan
dengan m ema nfa atka n p ote nsi nasi ona l y ang ters
edi a.
(2) Peng emb ang an seba gai man a di maks ud pa da ayat
(1 ) di ara hk an t eru tam a un t uk o bat dan vaks in
bar u ser t a ba han a lam ya ng b erk has iat obat .

(3) P en gem ban ga n pe rbe kal an k es ehat an dil aku kan


deng an memperhatikan kelestarian lingkungan hidup,
termasuk s umb er d aya alam d an sos ial bud aya .

Pasal 39

Ketentuan mengenai perbekalan kesehatan ditetapkan


dengan Peraturan Menteri.

Pasal 40
(1) Peme rin tah m en yusu n daf tar d a n jeni s oba t yang
sec ar a es ensi al h aru s t erse dia bag i kepe nti nga n
m as yara kat .
(2) Daftar dan jenis obat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditinjau dan disempurnakan paling lama setiap 2
(dua) tahun sesuai dengan perkembangan kebutuhan
da n t ek nolo gi.
(3) Pemerintah menjamin agar obat sebagaimana
dimaksud pada a yat ( 1) t ers edi a seca ra m era ta
dan ter jan gka u o l eh m asy ara kat .

(4) Dalam …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-16-

(4) Dala m ke ada an daru rat , Pem e rint ah d apa t mela


kuk an ke bij a kan kh usu s unt u k peng ada an dan
pem anf aat an per bek ala n k ese hata n.
(5) Kete ntu an me ngen ai kea daa n da rur at
seba gai man a d im aksu d p ada ay at (4) dil aku kan
deng an men gad akan pe nge cua li an t erh ada p
kete ntu an p ate n ses uai d eng an pe rat ura n
peru nda ng-un dan gan yan g m eng at ur p ate n.
(6) Perb eka lan ke seh atan be rup a o bat gen eri k y ang
term asu k dal am daft ar ob at es en sial n asi ona l
haru s d ija m in k ete rse di aan dan
kete rja ngk aua nny a, seh ing ga penet apa n
harg any a d ike nda lika n o leh Pe mer i ntah .
(7) Kete ntu an leb ih lanj ut men gen ai pe rbe kal an kese
hat an se bag a iman a dim aks ud pada a yat ( 6) diat
ur den gan Pe r atur an Men ter i.

Pasal 41
(1) Peme rin tah daer ah berw ena ng merencanakan kebu
tuh an per be kala n kesehatan sesuai dengan kebu tuh
an dae ra hnya .
(2) Kewe nan gan mere nca nak an keb utu han perb eka
lan ke se hata n se ba gai ma na di mak su d pada ay at
(1 ) t et ap m emp erh ati ka n pe nga tu ran dan pem
bin aan stan dar pelayanan yang berlaku secara
nasional.

Bagian Keempat
Teknologi dan Produk Teknologi

Pasal 42
(1) Tekn olo gi d an prod uk te kn olo g i kese hat an diad
aka n, d ite lit i, die dar ka n, di kemb ang kan , dan
dim anf aat ka n ba gi kes eha tan masy ara kat .

(2) Teknologi …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-17-

(2) Tekn olo gi kes eha t an seba gai man a di maks ud


pada ay at (1) menc aku p sega la me tod e da n alat
yang di gun aka n untu k me nce gah terja din ya
peny aki t, mendeteksi adanya penyakit, meringankan
penderitaan a kib at peny aki t, meny emb uhk an,
memp erk eci l k o mpli kas i, d an mem uli hka n
kese hat an set ela h sa kit .
(3) Kete ntu an men g enai te kno log i dan pro duk tekn
olo gi k ese h atan seb aga ima na di mak sud pada aya
t (1 ) h arus mem enu hi stan dar yan g
dite tap kan dal am pe rat ura n peru nda ng-unda nga
n.

Pasal 43
(1) Peme rin tah mem bent uk l em bag a yang bertu gas
dan ber wen an g me lak uka n pen api san , peng atu
ran , p e manf aat an, se rt a pen ga was an terh ada p
pe ngg u naan t ekn ol ogi dan pr od uk tekn olo gi.

(2) Pembentukan lembaga sebagaimana dimaksud pad


ayat (1 ) d iat ur de ngan Pe rat ura n P emer int ah.

Pasal 44
(1) Dala m men gem b angk an t ekn olo gi sebag aim an a
dima ksu d da lam Pasal 42 da pat dila kuk an u ji coba
te kno log i a t au p rod uk tek nol ogi ter had ap manu
sia at au he wan.
(2) Uji coba sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan deng an j ami nan t idak mer ugi kan manu
sia yan g dija dik an uji co b a.
(3) Uji coba sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh orang yang berwenang dan dengan
persetujuan oran g y ang di jad i kan uji co ba.
(4) Pene lit ian ter had ap he wan har us dija min unt uk
melindungi kelestarian hewan tersebut serta mencegah
damp ak bur uk yan g t ida k l angs ung ba gi kese hat
an man us ia.

(5) Ketentuan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-18-

(5) Kete ntu an l ebi h lanj ut m eng ena i pela ksa naa n
uji c oba ter h adap man usi a seba gai man a
dima ksu d pad a ayat (1) d i atur d eng an Pera tur an
Pem eri ntah .

Pasal 45
(1) Seti ap or ang dil ara ng m enge mba ngk an tekn olo gi
d an/ at a u pro duk te kno lo gi ya ng dap at berp eng
aru h da n membawa risiko buruk terhadap kesehatan
masyarakat.
(2) Kete ntu an le bih l anju t m eng en ai p enge mba nga
n tekn olo gi se bag ai mana d ima ksu d pada a yat ( 1)
diat ur den gan Pe r atur an Pem eri nta h.

BAB VI
UPAYA KESEHATAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 46

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-


tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya
kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk
upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan
masyarakat.

Pasal 47

Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan


deng an pe nde kat an pro mot if, pr ev enti f, ku rat if, da n
rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan.

Pasal 48
(1) Pen yel eng gar a an u pay a k ese hat an
sebagaimana dima ksu d d ala m Pasa l 4 7 d ila ksa
n akan melalui kegi ata n:

a. Pelayanan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-19-

a. pelayanan kesehatan;
b. pelayanan kesehatan tradIsIonal;
c. penIngkatan kesehatan dan pencegahan penyakIt;
d. penyembuhan penyakIt dan pemulIhan kesehatan;
e. kesehatan reproduksI;
f. keluarga berencana;
g. kesehatan sekolah;
h. kesehatan olahraga;
i. . pelayanan kesehatan pada bencana;
j. pelayanan darah;
k. kesehatan gIgI dan mulut;
l. pena ngg ula nga n gang gua n penglI hata n da n
gangguan pendengaran;
m. kesehatan matra;
n. pengamanan dan penggunaan sedIaan farmasI dan
alat kesehatan;
o. pengamanan makanan dan mInuman;
p. pengamanan zat adIktIf; dan/atau
q. bedah mayat.
(2) Pe nye len gga ra an upa ya ke seh at an seb agaI ma na
dI maksu d pad a a yat (1) dI du kun g ole h sum ber
daya ke seh ata n.

Pasal 49
(1) Peme rI ntah , pe m erI ntah dae rah d an ma sya rak at
bert ang gun g ja wa b ata s pe nye len g gara an u pay
a kese hat an.
(2) Penyelenggaraan upaya kesehatan harus
memperhatIkan fungsI sosIal, nIlaI, dan norma agama,
sosIal budaya, m ora l, dan et I ka pro fesI .

Pasal 50
(1) Peme rI ntah d an p eme rI nta h da era h
bert ang gun g j awab menI ng k atka n da n meng emb
ang kan upay a k ese hat an.

(2) Upaya …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-20-

(2) Upay a kes eha tan sebag aim ana d i maks ud pa da


ayat ( 1) se k uran g-k ura ngn ya memen uhi kebu tuh
an kes eh atan da sar ma sya raka t.
(3) Peni ngk ata n d an p eng emb an gan upa ya
kese hat an se bag a iman a dim aks ud pada a yat ( 1)
dila kuk an b er dasa rka n pe ng kaji an d an
pene lit ian .
(4) Kete ntu an m e ngen ai p eni ng kata n da n
peng emb ang an sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan mela lui ker ja sama a nta r-Peme
rin tah da n a ntar lin tas se kto r.

Pasal 51
(1) Upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan
dera jat ke seh ata n ya ng set ing gi-t ingg iny a b agi
indi vid u a tau ma syar aka t.
(2) Upay a kes eha tan sebag aim ana d i maks ud pa da
ayat (1) did asa r kan p ada sta nd ar pe lay ana n mini
mal ke seh ata n.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan
minimal kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diat ur den gan Pe r atur an Pem eri nta h.

Bagian Kedua
Pelayanan Kesehatan

Paragraf Kesatu
Pemberian Pelayanan

Pasal 52
(1) Pel aya nan ke s ehat an ter dir i a ta s:
a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan
b. pelayanan kesehatan masyarakat.
(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
( 1) mel ipu ti keg i atan de nga n pend eka tan pro moti
f, p rev ent if, kura tif , da n reha bil ita tif .

Pasal 53 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-21-

Pasal 53
(1) Pela yan an k ese h atan per seo ran g an di tuj uka n
untu k men ye mbuh kan p en yaki t dan memu lih kan
ke seha tan per seo rang an d an kelu arg a.

(2) Pela yan an k ese hata n ma sya rak at di tuj uka n


untu k mem eli har a d an men ing kat kan ke seh ata n
sert a me nce gah peny aki t su atu kelo mpo k da n
masy ara kat .
(3) Pe lak san aan pela yan an ke seh a tan se bag aim ana
dima ksu d p ada ayat (1 ) ha rus mend ahu luk an
pert olo nga n ke sela mat an ny a wa pas ien diba ndi
ng kep ent inga n l ain nya .

Pasal 54
(1) Peny ele ngg ara an pela yan an kese hat an
dila ksa nak an se c ara ber tan gg ung jawa b, ama n,
berm utu , s ert a m erat a d an non dis krim ina tif .
(2) Peme rin tah dan p emer int ah d aer ah bert ang gun g
jawa b a tas peny ele ngg ara an pel aya nan
kese hat an seb ag aima na dim aks u d pa da aya t
(1).
(3) Peng awa san terh ada p pe n yele ngg ara an
pela yan an k ese h atan seb aga ima na di mak sud
pada ay at (1) dil aku kan ol e h Pe mer int ah,
peme rin tah da era h, d an mas yar aka t.

Pasal 55
(1) Peme rin tah wa ji b me net apk an s tand ar mut u pela
yan an kes eha tan.
(2) Stan dar mut u pela ya nan keseh at an seba gai man a
di maks ud pa da a yat (1) di at ur deng an Per atu ran
Pem eri nta h.

Paragraf Kedua …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-22-

Paragraf Kedua
Perlindungan Pasien

Pasal 56
(1) Seti ap o ran g ber hak m ene rim a a tau m eno lak
seba gia n ata u s elur uh ti nda kan perto lon gan yang
a kan di beri kan k epa da nya se tel ah mene rim a da
n mema ham i inf or masi m eng en ai tind aka n t ers
ebu t sec ara le ngk ap.
(2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud p
ada ayat ( 1) tid ak ber la ku p ada :
a. penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara
cepat menular ke dalam masyarakat yang lebih
luas;
b. keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau
c. gangguan mental berat.
(3) Kete ntu an men gena i ha k m e neri ma a tau meno
lak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai
d enga n k ete ntu a n pe rat ura n peru nda ng-un dan
gan.

Pasal 57
(1) Seti ap or ang b erha k ata s r ah asia k ond isi kese hat
an pr iba d inya y ang te lah dike muk aka n kepa da
pen yel eng gara pe lay ana n k eseh ata n.
(2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi
kesehatan pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak berl aku da lam ha l:
a. perintah undang-undang;
b. perintah pengadilan;
c. izin yang bersangkutan;
d. kepentingan masyarakat; atau
e. kepentingan orang tersebut.

Pasal 58 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-23-

Pasal 58
(1) Seti ap or ang b erha k men un tut ganti r ug i terh ada
p se se or ang, ten aga ke s ehat an, da n/ atau pen yel
eng g ara kesehatan yang menimbulkan kerugian
akibat kesalahan a tau k el alai an da lam pela yan an
kes eha tan yan g d ite rim a nya.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tida k ber lak u bagi t ena ga ke seha tan y ang mela
kuk an t in da kan p en yel ama ta n nya wa ata u
penc ega han ke caca tan se seo r ang dal am kead aan
da rur at.
(3) Kete ntu an m en gena i ta ta c ar a pen gaj uan tunt
uta n sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
sesuai d enga n k ete ntu a n pe rat ura n peru nda ng-
un dan gan.

Bagian Ketiga
Pelayanan Kesehatan Tradisional

Pasal 59
(1) Berd asa rka n car a pe ng oba tan ny a, p ela yan an
kese hat an tra dis i onal te rba gi men j adi:
a. pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan keterampilan; dan
b. pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan ramuan.
(2) Pela yan an ke seh atan t rad isi ona l sebag aim ana
dima ksu d pada ayat (1) dibina dan diawasi oleh
Pemerintah agar dapa t di per tan g gung jaw abk an
manf aat da n kea manann ya ser ta t ida k bert ent ang
an den gan nor ma aga ma .
(3) Kete ntu an le bih l anju t men gen ai t ata ca ra da n
jeni s pel aya na n kese hat an tradi sio nal seba gai
man a di maks ud pa da a yat (1) di at ur deng an Per
atu ran Pem eri nta h.

Pasal 60…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-24-

Pasal 60
(1) Seti ap or ang yang m ela kuk a n p ela yan an kese hat
an t rad is iona l ya ng m eng guna kan ala t dan te kno
log i har us men dap at iz in dari le mba ga kese hat an
yan g b erwe nan g.
(2) Peng gun aan a lat dan tek nol ogi sebag aim ana
dima ksu d pada ayat (1) harus dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya
serta tidak bertentangan dengan n orma aga ma dan
keb uda ya an masy ara kat .

Pasal 61
(1) Masy ara kat d ibe ri kes emp ata n yang s elu as-luas
nya un tuk m enge mba ngk an, meni ngk atk an
dan me ng gun a kan pe lay an an keseh ata n trad isi
ona l y an g dapa t dip ertang g ungj awa bka n manf
aat da n k ea mana nny a.
(2) Peme rin tah me ng atur da n mengawasi pelayanan
kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1 ) de nga n did asa rka n p ad a ke ama nan , kepe nti
nga n, dan per lin dun gan ma syar aka t.

Bagian Keempat
Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit

Pasal 62
(1) Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya
yang d ila kuk an oleh P eme rin tah , pemer int ah daer
ah, dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan
kesehatan mel al ui ke gia ta n pen yul uha n, peny eba
rlu asa n i nfor mas i, ata u kegi ata n l ain untu k m
enu nja ng ter cap ain ya hid u p se hat .
(2) Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya
yang d ila kuk an oleh P eme rin tah , pemer int ah
daer ah, da n/ atau ma sya ra kat unt uk meng hin dar
i ata u me ng ura ngi ri s iko, ma sal ah, dan dam pak
bu ru k ak iba t p eny aki t .

(3) Pe mer int ah …


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-25-

(3) Peme rin tah d an peme rin tah d aer ah men jam in
dan men ye dia kan fas ili tas un tu k kela ngs ung an
upay a pen ing kat an kes eha tan d a n penc ega han
peny aki t.
(4) Ketentuanlebihlanjuttentangupaya

peningkatan k ese h atan da n penc ega han peny


aki t d iat ur dengan Per atu ran Ment eri .

Bagian Kelima
Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan
Pasal 63
(1) Peny emb uha n p e nyak it dan pem ulih an
kese hat an diselenggarakan untuk
mengembalikan status keseh ata n,
meng emb ali kan f ungs i tub uh ak i bat pe nya kit
dan/ ata u aki bat cacat , ata u m engh ila ngk an
caca t.
(2) Peny emb uha n peny aki t da n pemu lih an
kese hat an di lak ukan d eng an peng end ali an, peng
oba tan , d an/ atau pe raw ata n.
(3) Peng end ali an, p e ngob ata n, da n/a t au p era wat
an dapa t di lak uka n berd asa rka n il mu ke dok ter
an dan il mu ke per awat an at au ca ra lai n yan g
dapa t d ipe rta ngg ungj awa bka n k e manf aat an
dan keam ana nny a.
(4) Pela ksa naa n pen goba tan d an/ ata u pe raw ata n
berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan
hany a dap at d ila kuk a n ole h te nag a kese hat an
ya ng me mpu nya i k eahl ian d an
kewenangan untuk itu.

(5) Pem eri nta h dan pe mer i ntah d aer ah mela


kuk an p e mbin aan dan peng awa san
terh ada p pe lak s anaa n pengobatan dan/atau
perawatan atau berdasarkan cara lai n ya ng dap at
dipe rta ngg ung jaw abka n.

Pasal 64
(1) Peny emb uha n peny aki t dan p emu lih a n
kese hat an dap at dilakukan melalui transplantasi
organ dan/atau jaringan tu b u h, i m p la n ob a t d a n
/ a ta u a l at k e s e h a ta n , b ed a h pla sti k da n
reko nst ruk si, se r ta p eng gun aan se l pu nca .
(2) Tran spl ant asi …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-26-

(2) Tran spl ant asi or gan d an/ ata u ja ring an t ubu h
seba gai man a d im aksu d p ada ay at (1) dil aku kan
hany a u ntu k t uj uan kem anu sia a n da n d ila ran
g untu k d iko mer sia lkan .
(3) Orga n da n/a ta u jar ing an t u buh d ila ran g dipe
rju alb eli kan deng an dal ih apa pun.

Pasal 65
(1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya
dapa t dil aku ka n oleh te na ga ke seha tan y an g
memp uny ai k eah l ian d an ke wen an gan u ntu k itu
dan di lak uka n di fasil ita s pel aya n an kes eha tan
tert ent u.
(2) Peng amb ila n orga n d an/ ata u j arin gan tubu h
dari s eor ang d onor ha rus m empe rha tik an kese hat
an pen do nor yan g b ers a ngku tan da n mend apa t
per set ujua n pen don or dan/ ata u ahl i wari s a tau
ke lua r gany a.
(3) Kete ntu an me ng enai s yar at da n tata ca ra
penyelenggaraan transplantasi organ dan/atau jaringan
tubu h seb ag aim a na dim aks ud p ad a ayat ( 1) d an
ayat (2) di te tapk an den gan Pera tur an Peme rin tah .

Pasal 66

Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun


dari hewan , ha ny a dap at d ila kuk an ap abi la t ela h
terb ukt i keamanan dan kemanfaatannya.

Pasal 67
(1) Peng amb ila n dan pen gir ima n s pesi men atau
bagian o rga n tu bu h han ya d ap at d i laku kan ole h
tena ga kes eha ta n ya ng mem pu nyai ke ahl ian dan
kew en ang a n serta dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan tertentu.
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan
dan pengi rim an s p esim en at au bagi an org an tub
uh s eba gai man a dima ksu d pada ayat (1)
dilaksanakan se sua i de ng an ke ten tua n
pera tur anperundang-un da ng an.

Pasal 68 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-27-

Pasal 68
(1) Pema san gan i m plan o bat d a n/at au al at kese hat
an k e dalam tubuh manusia hanya dapat
dilakukan olehten aga ke s ehat an yan g
memp uny ai kea hl ian dan kew ena nga n sert a
dila kuk an di fasilitas pelayanan kese hat an
tert ent u.
(2) Kete ntu an me ng enai s yar at da n tata ca ra peny ele
ngg ara an pem asa ng an impl an oba t
dan/ ata u a lat kese ha tan seba gai ma na
dima ksu d pad a ayat (1 ) dit et apka n den ga n Pera
tur an Pem eri ntah .

Pasal 69
(1) Beda h pla sti k dan rek ons tru ksi hanya d apa t
dila kuk an ol eh tenag a kes e hata n yan g memp uny
ai k eah lian d an k ewe n anga n un tuk itu.

(2) Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan


deng an nor ma ya ng b erl aku da la m ma sya rak at dan
tid ak dit uju k an u ntu k m eng ub ah i den tit as.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastik
dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan a yat ( 2) d ite tap kan d eng an Pera tur an
Pem eri ntah .

Pasal 70
(1) Peng gun aan sel punc a ha nya d a pat di lak uka n
untu k tuj uan peny emb uha n p enya kit d an pemu
lih an kes eh atan , s ert a d ila ra ng d igu nak an untu
k t uju an rep rodu ksi .
(2) Sel punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak b
ole h b era s al d ari se l p unc a embr ion ik.
(3 Kete ntu an le bih lanju t men gen a i peng gun aan sel
pu nca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur den g an P era tur an Men teri .

Bagian Keenam …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-28-

Bagian Keenam
Kesehatan Reproduksi

Pasal 71
(1) Kese hat an r epr oduk si me ru pa kan ke ad aan seha
t sec ara f isi k, men tal , dan sosi al se car a utuh , ti
dak s ema ta-m ata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan de ng an si stem , f ung si, dan pro ses
re prod uks i p ada lak ilaki dan pere mpu an.

(2) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1 ) m eli puti :
a. saat sebelum hamil, hamil, melahirkan, dan
sesudah melahirkan;
b. peng atu ran k eha mila n, ala t kon stra sep si, dan
kesehatan seksual; dan
c. kesehatan sistem reproduksi.
(3) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) d ilak san aka n me l alui keg iat an prom oti f,
pre ven ti f, k ura tif , d an re habi lit ati f.

Pasal 72

Setiap orang berhak:


a. menj ala ni k ehi du pan r epr odu ksi d an ke hid upa n
seks ual y ang se hat, a man , sert a beba s dari paks
aan da n/a ta u kek era san de n gan p asa nga n yang
sa h.
b. mene ntu kan ke hidu pan r ep rod uksi nya d an beba
s d ari dis k rimi nas i, p aks aa n, da n/ ata u keke ras
an y ang meng hor mat i ni l ai-n ila i lu hur yang ti dak
me r enda hka n m art a bat man usi a sesu ai den gan
no rma aga ma.
c. mene ntu kan sen diri kap an d an bera pa s eri ng ingi
n ber epr odu ksi se hat se car a me dis se rta tida k b
ert ent ang a n de nga n n orm a agam a.
d. memp ero leh inf or masi , ed uka si, d an ko nse lin g
meng ena i ke seh a tan re pr odu ksi y ang b ena r dan
dapa t d ipe rta ngg ungj awa bka n.

Pasal 73 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-29-

Pasal 73

Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi


dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman,
bermutu, dan terjangkau masyarakat, termasuk keluarga
berencana.

Pasal 74
(1) Seti ap p ela ya na n kes eha ta n re p rodu ksi ya ng
bers ifa t pro mot if , prev ent if , kur a tif , dan /at au
reha bil ita tif , te rmas uk rep rod uksi de nga n bant
uan dil aku ka n sec ara aman dan sehat dengan
memperhatikan aspek-aspek yang k ha s, khus usn ya
rep ro duks i p ere mpu an .
(2) Pela ksa naa n p el ayan an kes eha ta n re pro duk si
seba gai man a d im aksu d p ada ay at (1) dil aku kan
deng an tid ak ber tent ang an den ga n ni lai aga ma
dan ket ent uan pe ratu ran pe run dan g-un dan gan .
(3) Kete ntu an me ngen ai re pro d uksi d eng an bant uan
s eba gai mana d ima ksu d pada a yat (1 ), diat ur den
gan Pe r atur an Pem eri nta h.

Pasal 75
(1) Seti ap ora ng dil ar ang mel aku kan a bors i.
(2) Lara nga n s eba gai mana di mak sud pada ay at (1)
dapa t d ike cua lik a n be rda sar kan :
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak
usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa
ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit
genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.

(3) Tindakan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-30-

(3) Tind aka n s eba gai mana di mak sud pada ay at (2)
hany a dap at dila kuk an se tel ah mel alu i kons eli ng
da n/a t au penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling p asc a t i ndak an yan g dila kuk an
o leh kons elo r ya ng k ompe ten dan berw ena ng.

(4) Kete ntu an leb ih lan jut me nge nai ind ika si keda rur
ata n medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud
pada a yat ( 2) d an ay a t (3) d iat ur deng an Per atu
ran Pem eri nta h.

Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat


dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung
dari har i pe rta ma haid ter akh ir, k ecua li d ala m hal
ked aru rat an medi s;
b. oleh te nag a kes eha tan yang me mil iki
kete ram pil an d an kewenangan yang memiliki
serti6ikat yang ditetapkan oleh men ter i;
c. deng an p ers et ujua n ib u hami l ya ng
bers ang kut an;
d. deng an i zin s ua mi, ke cu ali k orb an pe rko saa n;
dan
e. p en yed ia lay a nan ke seh ata n yang m eme nuh i
syar at yan g d ite t apka n o leh Me nte ri.

Pasal 77

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan


dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
dan ayat (3) y ang tid ak ber mut u, tida k a man , d an tida
k bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma
agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketujuh …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-31-

Bagian Ketujuh
Keluarga Berencan

Pasal 78
(1) Pela yan an k ese ha tan d ala m ke lua r ga be ren can
a dima ksu dka n un t uk pe nga tur an k e hami lan
bag i pasangan usia subur untuk membentuk generasi
pene rus ya ng seh at d an cer das .
(2) Peme rin tah b ert a nggu ng ja wab d an men jam in
kete rse dia an ten aga, fa sil ita s p e laya nan , a lat
dan oba t dalam memberikan pelayanan keluarga
berencana yang a man, ber mut u, d an te rja ngk au
oleh ma sya rak at.
(3) Kete ntu anme n gena ipel aya na nkelu arg a
bere nca na di la ksanaka n ses u ai den gan
pera tur an per und angunda nga n.

Bagian Kedelapan

Kesehatan Sekolah

Pasal 79
(1) Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk
meningkatkan kema mpu an hi d up seh at pe ser t a
didi k dal am ling kun gan hidup sehat sehingga peserta
didik dapat belajar, tumbuh , da n be rke mban g se car
a harm oni s da n set ingg itingg iny a me njad i su mbe
r daya ma nus ia ya ng b erk ual ita s.
(2) Kesehatan sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diselenggarakan melalui sekolah formal dan informal
atau mel alui le mba ga pen didi kan la in.
(3) Kete ntu an m e ngen ai k ese ha tan s eko lah seba gai
man a di m aksu d pa da ay at (1) da n aya t
(2) dit eta pka n d e ngan Pe rat ura n P emer int ah.

Bagian Kesembilan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-32-

Bagian Kesembilan

Kesehatan Olahrag a

Pasal 80
(1) Upay a kese hat an olah rag a ditu juk an untuk meni
ngk atk an ke seha tan d an keb ugar an jasmani masy
ara kat .

(2) Peni ngk ata n der a jat kes eh ata n d a n k ebu gar an
jasm ani ma sya r akat se bag aim a na d ima ksu d
pada a yat ( 1) m erup aka n upa ya dasar d ala m meni
ngk atk an p rest asi b ela jar , kerja , dan olah rag a.

(3) Upaya kesehatan olahraga sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilaksanakan melalui aktifitas fisik,
latihan fisik, dan /at au ola hrag a.

Pasal 81
(1) Upay a ke seh ata n olah rag a le bih m engu tam aka n
pend eka tan pre vent if da n pr o moti f, ta npa
meng aba ika n pend eka tan k urat if da n
reha bil ita tif .
(2) Peny ele ngg ara an upay a kes eh a tan o lah rag a
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan mas yar aka t.

Bagian Kesepuluh
Pelayanan Kesehatan Pada Bencan

Pasal 82
(1) Peme rin tah , p emer int ah d a erah , da n
masy ara kat b erta ngg ung j a wab at as
kete rse dia an s u mber d ay a, fa sili tas , dan
pela ksa naa npe laya nank ese ha tan sec ara
meny elu ruhda nbe rke sin amb unga n p ada
benc ana .
(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1 ) m eli put i pe lay ana n k es ehat an pad a tang gap
da rur at dan pas cab enc an a.

(3) Pelayanan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-33-

(3) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat


(2 ) m en cak u p pe lay ana n keg a watd aru rat an
yang b ert uj uan untu k me nye lam atka n ny awa dan
men ceg ah ke caca tan le bih la nj ut.
(4) Peme rin tah men jami n pe mbi aya an pe lay ana n
kese hat an seb ag aima na dim aks u d pa da aya t
(1) .
(5) Pemb iay aan s eba gaim ana d ima ks ud pad a aya t
(4) bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD ), a t au ba ntu an m as y arak at s esu ai
deng an per atu ran per und ang-un da ngan .

Pasal 83
(1) Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan
pada b en can a harus dit uj ukan u nt uk peny ela mat
an n yawa , p enc ega h an k eca cat an lebi h la nju t, d
a n kep ent ing an terb aik bag i pasi en.

(2) Peme rin tah m enj amin p erl ind ung a n h uku m b
agi seti ap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan ke mamp uan ya ng di mili ki.

Pasal 84

Ketentuan lebih lanjut tentang penyelenggaraan pelayanan


kesehatan pada bencana diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 85
(1) Dala m kea daa n darur at, f asi lit as pel aya nan kese
hat an, ba ik pem eri nta h m a upun sw ast a waji b
mem ber ika n pela yan an ke s ehat an pa da benc ana
b agi p e nyel ama tan n yaw a pasi en dan penc ega
han ke ca cata n.
(2) Fasi lit as pel a yana n kes eha tan da lam memb eri
kan p ela yana n kes eha tan pada b enc ana seba gai
man a dim aksu d pad a ay at (1) dil ara ng meno lak pa
sie n dan/ ata u m emi nt a ua ng m uk a terl ebi h d
ahu lu.

Bagian Kesebelas …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-34-

Bagian Kesebelas

Pelayanan Darah

Pasal 86
(1) Pela yan an da rah merup aka n upa ya pel aya nan
kese hat an yan g mema nfa atk an d arah ma nus ia
seba gai ba han das ar den gan tuj uan
kema nus iaa n d an tid ak u nt uk tuj ua n
kome rsi al.
(2) Darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
dari pe nd ono r d arah s uka rel a y a ng s eh at dan
meme nuh i kri ter ia sel eks i pen d onor d eng an
meng uta mak an k eseh ata n p end on or.
(3) D ara h ya ng dipe rol eh dar i pend ono r d ara h suka
rel a s eba gai mana di mak sud pada ay at (2) sebe lum
dig una kan u ntu k pel a yana n da rah haru s dil aku
ka n peme rik saa n labor ato riu m guna me nce gah p
enul ara n p eny aki t.

Pasal 87
(1) Peny ele ngg ara an donor d ara h da n peng ola han
dara h d ila kuk an oleh Un it Tra nsf u si D ara h.
(2) Unit Tr ans fus i Darah sebagaimana dimaksud pada ay
at (1) dapa t d ise len gg arak an ole h
Peme rin tah , pemerintah daerah, dan/atau organisasi
sosial yang tugas pok ok d an f ung sin ya di b ida ng
kep ala n gmer aha n.

Pasal 88
(1) Pela yan an tr ans f usi da rah meliputi perencanaan,
peng era han pend ono r dara h, penyediaan,
pendistribusian darah, dan tindakan medis
pemberian darah k epad a pasien untuk tujuan
penyembuhan p en y akit da n p emu lih an k ese hat an.
(2) Pelaksanaan pelayanan transfusi darah dilakukan deng
an m enj aga kesel ama tan d an kes eh ata n pene rim
a da rah dan te nag a k eseh ata n da ri penu lar an pen
ya kit mel alu i t ran sf usi dar ah.

Pasal 89…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-35-

Pasal 89

Menteri mengatur standar dan persyaratan pengelolaan


darah untuk pelayanan transfusi darah.

Pasal 90
(1) Peme rin tah b erta ngg ung j awab at as
pela ksa naa n pelayanan darah yang aman, mudah
diakses, dan sesuai deng an keb utu ha n ma sya rak at.
(2) Peme rin tah menj ami n pemb iay aan dalam
peny ele ngg ara an pela yan an dar ah.
(3) Darah dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.

Pasal 91
(1) Komp one n d ara h dap at dig una kan unt uk tujuan
peny emb uha n peny aki t d an pemulihan kesehatan
mela lui pr ose s p e ngol aha n d an pro duks i.
(2) Hasi lpro sespengo lah an dan pr odu ksi
seba gai man di maks ud p ada ayat ( 1)
dike nda lik an ole h Pem eri nta h.

Pasal 92

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan darah diatur


dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua Belas


Kesehatan Gigi dan Mulut

Pasal 93
(1) Pe lay ana n ke seha tan g igi da n mulu t d ila ku kan
untu k m eme lih a ra d an m eni ngk atka n d era jat
kese hat an ma syar aka t d ala m be ntu k
peni ngk ata n k eseh ata n g igi, penc eg aha n
peny aki t gi gi, p engo bat an p en ya kit g igi , da n
pemu lih an ke se hata n gig i ole h Pemer int ah, peme
rin tah dae ra h, da n/a tau mas yara kat yan g dila
kuk an se car a terp adu , ter i nteg ras i dan berk esi
nam bun ga n.

(2) Kesehatan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-36-

(2) Kesehatan gigi dan mulut sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) di l aksa nak an me lal ui p ela ya nan kese hat
an gig i perseorangan, pelayanan kesehatan gigi
masyarakat, u saha ke seh ata n g igi sek ola h.

Pasal 94

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin


ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat
kesehatan gigi dan mulut dalam rangka memberikan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang aman, bermutu,
dan terjangkau oleh masyarakat.

Bagian Ketiga Belas


Penanggulangan Gangguan Penglihatan
dan Gangguan Pendengaran

Pasal 95
(1) Pena ngg ula nga n gang gua n pe ngli hat an d an gang
gua n pendengaran merupakan semua kegiatan yang
dilakukan m elip uti pe lay ana n pr omo tif , prev ent
if , kur ati f , da n rehabilitatif yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat k ese hata n ind era peng lih ata
n, dan pend eng ara n m as yara kat .
(2) Peny ele ngg ara an kegi ata n seba gai man a dima ksu
d p ada a yat (1) me nja di ta nggu ng jaw ab bers ama
Pe meri n tah, pem eri nta h daer ah, da n masy ara kat
.

Pasal 96

Ketentuan lebih lanjut mengenai penanggulangan gangguan


penglihatan dan pendengaran diatur dengan Peraturan
Menteri.

Bagian Keempat Belas …


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-37-

Bagian Keempat Belas


Kesehatan Matra

Pasal 97
(1) Kese hat an ma tra seb ag ai ben tuk khus us up aya
kese hat an di sel e ngga rak an un tuk mewuj udk an
dera jat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam
lingkungan matra yang s erb a ber ub ah mau pun d i
ling kun gan da rat , lau t, dan ud ara .
(2) Kese hat an m atr a meli put i ke seh a tan l apa nga n,
kese hat an kel au tan dan ba wah air , s ert a kese hat
an ked irg anta raa n.
(3) Penyelenggaraan kesehatan matra harus dilaksanakan
sesuai d eng an stan dar d an pers yar ata n.

(4) Kete ntu an me ngen ai ke seh a tan ma tra seba gai


man a dimaksud dalam pasal ini diatur dengan
Peraturan Ment eri .

Bagian Kelima Belas


Pengamanan dan Penggunaan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

Pasal 98
(1) Sedi aan fa rma si dan ala t k ese hat a n harus
aman, be rkh asi a t/be rma nfa at, b ermu tu, dan
terj ang kau .
(2) Seti ap ora ng yan g tid ak mem ili ki keahlian dan
kewe nan gan d ila r ang me nga dak an, menyi mpa n,
meng ola h, me mp romo sik an, d an meng eda rka n
obat da n b aha n y ang ber kha sia t o bat.
(3) Kete ntu an meng ena i peng ada an,penyimpanan,
peng ola han , pr omos i, p eng eda ran s edi aan farm
asi dan ala t kese hat an h aru s mem enu hi
stan dar m utu pelay ana n f arma si ya ng dite tap kan
de nga n Pe rat ura n P eme rint ah.

(4) Pemerintah …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-38-

(4) Peme rin tah be r kewa jib an mem bina ,mengatur,


meng end ali kan , dan men gaw a si pen gad aan ,
peny imp ana n, prom osi , da n peng eda ran seba gai
man a d im aksu d p ada ay at ( 3).

Pasal 99
(1) Sumb er s edi aan f arma si y ang ber a sal d ari ala m
seme sta dan sudah terbukti berkhasiat dan aman
digunakan dalam pencegahan, pengobatan, dan/atau
perawatan, serta peme lih ara an ke seha tan t eta p
haru s d ija ga kel e star ian nya .
(2) Masy ara kat di ber i kese mpa tan ya ng seluas-
luasnya unt uk meng ola h, memp rod uks i,
mengedarkan, meng emb ang kan ,meni ngk atk an,
dan menggunakan s edi a an farm asi y an g
dapa tdipertanggungjawabkanma nfa at dan
keam ana nny a.
(3) Pemerintah menjamin pengembangan dan
pemeliharaan sediaan far mas i.

Pasal 100
(1) Sumb er o bat tra disi ona l ya ng s u dah t erb ukt i
berk has iat d an aman di gun akan d ala m penc ega
han , pen goba tan , perawatan, dan/atau
pemeliharaan kesehatan tetap dij a ga kele sta ria nny
a.
(2) Peme rin tah me njam in p eng em bang an d an peme
lih ara an bah an b aku ob at tra disi ona l.

Pasal 101
(1) Mas yar aka t d i beri kesempa tan ya ng seluas-
luasnya un tuk men gol ah , mem pro du ksi , meng eda
rka n, m enge mba ngk an, meni ngk atk an, dan men
ggu nak an o bat tradisional yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan k eama nan nya .

(2) Ketentuan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-39-

(2) Kete ntu an men g enai me ngo lah , memp rod uks i,
meng eda rka n, m enge mba ngk an, meni ngk atk an,
dan men ggu na k an o bat tr adi s iona l d iat ur deng
an Per atu ran Pem eri nta h.

Pasal 102
(1) Peng gun aan sed iaan far mas i y ang b eru pa
nark oti ka d an psik otr opi ka hany a da pat
dila kuk an b erd asar kan res ep dokt er at au
dokt er gig i d an di lara ng unt uk dis a lahg una kan .
(2) Kete ntu an m eng e nai n ark oti ka da n psi kot rop ika
dila ksa nak an sesu ai d eng an kete ntu an
pera tur an per und ang-und ang an.

Pasal 103
(1) Seti ap or ang y a ng mem pro duk si , meny imp an,
meng eda rka n, da n meng gun aka n nark oti ka da n
psik otr opi ka w aji b mem enu hi s tan dar d an/ ata u
pers yar ata n t ert e ntu.
(2) Ketentuan mengenai produksi, penyimpanan,
peredaran, sert a pen ggu naa n n ark oti ka dan psi ko
tro pik a sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesu ai den ga n k e tent uan pe rat ur a
n pe run da ng-unda nga n.

Pasal 104
(1) Peng ama nan sedi aan f arm a si dan ala t
kese hat an diselenggarakan untuk melindungi
masyarakat dari baha ya y ang dis ebab kan ole h peng
gun aan s edi aan far mas i dana lat kes eha tan
yang ti dak me me nuhi pe rsy ara tan mutu d an/
atau k eam anan d an / at au
khas iat / k ema nfa atan .
(2) Penggunaan obat dan obat tradisional harus dilakukan
secara r asio nal .

Pasal 105…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-40-

Pasal 105
(1) Sedi aan far mas i yang ber upa o ba t dan b aha n
baku ob at harus memenuhi syarat farmakope
Indonesia atau buku stan dar la inn ya.
(2) Sedi aan fa rma si yang be rup a o ba t tr adi sio nal
dan kosmetika serta alat kesehatan harus memenuhi
standar da n!a tau p ersy ara tan ya ng dite ntu kan .

Pasal 106
(1) Sedi aan farmas i dan al at k ese hata n ha nya dapa t d
ied ark an sete lah me nda pat izi n e dar .
(2) Pena nda an da n i nfor mas i s edi aa n far mas i dan
alat k ese hat an haru s mem enu hi persy ara tan obje
kti vit as dan kel eng kap an sert a t ida k meny esa tka
n.
(3) Peme rin tah b erw enan g men cab ut izin e dar dan
memerintahkan penarikan dari peredaran sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang telah memperoleh izin
edar, ya ng kem udi an te r bukt i t ida k meme nuh i
per s yara tan m utu dan! at au keam ana n da n! atau
kemanfaatan, dapat disita dan dimusnahkan sesuai
dengan ket ent uan pera tur an per und ang-und ang
an.

Pasal 107

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengamanan sediaan


farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 108
(1) Pra kti k k efa r masi aan ya ng meliputi pembuatan
term asu k pe nge n dali an m utu sed i aan f arm asi ,
peng ama nan , p e ngad aan , p eny i mpan an dan
pend ist rib usi an o bat, p ela yan an ob at ata s res ep
dokt er, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan oba t dan o bat
trad isi ona l h ar us d ila kuk an ole h t ena ga
kese hat an yan g memp uny ai kea hl ian dan
kewe nan gan se su ai d eng an ketentuan peraturan
peru nda ng-un dan gan.

(2) Ketentuan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-41-

(2) Kete ntu an m en gena i pel ak san aan pr ak tik kefa


rma sia n seb a gaim ana d ima ks ud pad a aya t
(1) dit eta pka n d e ngan Pe rat ura n P emer int ah.

Bagian Keenam Belas


Pengamanan Makanan dan Minuman

Pasal 109

Setiap orang dan/atau badan hukum yang memproduksi,


mengolah, serta mendistribusikan makanan dan minuman
yang diperlakukan sebagai makanan dan minuman hasil
teknologi rekayasa genetik yang diedarkan harus menjamin
agar aman bagi manusia, hewan yang dimakan manusia,
dan lingkungan.

Pasal 110

Setiap orang dan/atau badan hukum yang memproduksi


dan mempromosikan produk makanan dan minuman
dan/atau yang diperlakukan sebagai makanan dan
minuman hasil olahan teknologi dilarang menggunakan
kata-kata yang mengecoh dan/atau yang disertai klaim
yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya.

Pasal 111
(1) Maka nan dan minu man yan g dipe rgu nak an untu k
m as yar ak at h aru s did as arka n p ad a stan dar da
n/a tau per sya rat an kes e hata n.
(2 Maka nan da n mi numa n h any a d a pat die dar kan
sete lah m end ap at i zin e dar s esua i den gan kete
ntu an per atu ran per und ang-u ndan gan .
(3) Seti ap mak ana n dan mi num an yang di kem as waji
b d ibe ri tan d a at au lab el yan g beri si:
a. Nama produk;
b. Daftar bahan yang digunakan;
c. Berat bersih atau isi bersih;

d. Nam a …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-42-

d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau


memasukanmakanandanminuman
k e d a l a m wilayah Indonesia; dan
e. Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa.
(4) Pemb eri an ta nd a at au la bel seb aga ima na dima
ksu d p ada a yat (1) ha rus di la kuka n s eca ra bena r
d an aku rat .
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
label sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
sesua i de ng an ke ten tua n pera tur an per und
angunda nga n.
(6) Makanan dan minuman yang tidak memenuhi
ketentuan st and ar, pers yar ata n kese hat an,
dan/atau m emba hay aka n kese hat an
seba gai man a dim aksu d pad a ay at (1) dil ara ng
untu k diedarkan, ditarik dari per ed ara n, dicabut
izin edar dan disita untuk dim usn a hkan se sua i
deng an ket ent ua n peraturan peru nda ng-
unda nga n.

Pasal 112

Pemerintah berwenang dan bertanggung jawab mengatur


dan mengawasi produksi, pengolahan, pendistribusian
makanan, dan minuman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 109, Pasal 110, dan Pasal 111.

Bagian Ketujuh Belas


Pengamanan Zat Adiktif
Pasal 113
(1) Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat
adikti f d iar a hkan ag ar tid ak men gga ngg u dan m
emb aha ya kan k ese hat an pers eor ang an, kelu arg
a, mas yar akat , d an lin gku n gan.
(2) Zat ad ikt if se bag aima na di mak sud pada ay at (1 )
meli put i tembakau, produk yang mengandung
tembakau, padat, c a i r a n , d a n g a s y a n g b e r s i
fatadiktifyangpenggunaannyadapat
m e n i m b u l k a n k e r u g i a n b a g i diri nya da
n/a tau masy ara kat se kel ilin gny a.
(3) Prod uks i, per eda ran, da n pe ngg unaa n b aha n
yang me nga ndu n g zat ad ikt if h ar us me me nuh i
stan dar da n/a tau per sya rat an yan g di tet apk an.
Pasal 114 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-43-

Pasal 114

Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan rokok


ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan
kesehatan.

Pasal 115
(1) Kawa san ta npa rokok ant ara la in:
a. fasilitas pelayanan kesehatan;
b. tempat proses belajar mengajar;
c. tempat anak bermain;
d. tempat ibadah;
e. angkutan umum;
f. tempat kerja; dan
g. tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.
(2) Peme rin tah d aer ah waj ib me net a pkan kawa san
tanpa r oko k d i w i laya hny a.

Pasal 116

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengamanan bahan yang


mengandung zat adiktif ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

Bagian Kedelapan Belas


Bedah Mayat

Pasal 117

Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantung-


sirkulasi dan sistem pernafasan terbukti telah berhenti
secara permanen, atau apabila kematian batang otak telah
dapat dibuktikan.

Pasal 118
(1) Maya t ya ng ti d ak di ken al h ar us di lak uka n upay
a i den tif ika s i.

(2) Peme rin tah , …


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-44-

(2) Peme rin tah , p emer int ah d a erah , da n


masy ara kat ber t angg ung jaw ab atas u pay a
iden tif ika si se ba gaim ana d ima ks ud pad a ayat
(1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya identifikasi
mayat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Pe rat ura n M ente ri.

Pasal 119
(1) Untu k kep en ting an pe nel i tian d an
peng emb ang an pelayanan kesehatan dapat dilakukan
bedah mayat kl ini s d i r um ah s aki t.
(2) Beda h m aya t k lini s s eba gai ma na d ima ksu d
pada a yat (1 ) ditu juk an un tuk men eg akk an diag
nos is d an/ a tau m eny imp ulk an pe nye bab kema
tia n.
(3) Beda h m aya t k lini s s eba gai ma na d ima ksu d
pada a yat ( 1) dilak uka n ata s pers etu jua n
tert uli s pas ien semas a hid upny a atau pers etu jua
n t ert u lis kel uar ga ter de kat pas ien .
(4) Dalam hal pasien diduga meninggal akibat penyakit
yang memb aha yak an masy ara kat da n bed ah may
at klin is mu tla k di perl uka n unt uk meneg akk an
diag nos is da n/a tau pe nye bab kema tia nny a, tida k
d ipe rlu kan pers etu jua n.

Pasal 120
(1) Untu k k epe nti ng an p end idi kan di bid ang il mu
kedo kte ran dan biom edi k dap at dil ak uka n
beda h m aya t anat omi s d i r umah sa kit pend idi
kan at a u di in sti tus i pen did ika n kedo kte ran .

(2)Bedahmayatanatomissebagaimanad
i m a k s u d p a d a ayat (1) hanya dapat dilakukan
terhadap mayat yang ti dak dike nal a tau m ay at yan g
tid ak diur us ol eh keluarganya, atas persetujuan
tertulis orang tersebut semasa h idup nya at au pers
etu jua n t ert u lis kel uar gan ya.

(3) Mayat …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-45-

(3) Maya t se bag aim ana d ima ks ud p ada a yat (2 ) haru


s tel ah diawetkan, dipublikasikan untuk dicarikan
keluarganya, d an di sim p an sek ura ng-kura ngn ya 1
( sat u) b ula n s eja k k e mati ann ya.
(4) Kete ntu an leb ih lanj ut men gen ai beda h m aya t
anat omi s s e b a g a i m a n a dimaksu
d pada ayat
( 1 ) , a y a t ( 2 ) , d a n ayat (3 ) d iatu r den gan
Pera tur an Men ter i.

Pasal 121
(1) Beda h ma yat k li nis da n be dah m ayat a na tom is
hany a dapat dilakukan oleh dokter sesuai dengan
keahlian dan kewe nan gan nya .
(2) Dalam hal pada saat melakukan bedah mayat klinis
dan bedah mayat anatomis ditemukan adanya dugaan
tindak pida na, te nag a kese hat an waj ib mel apo rka
n kepa da penyidik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 122
(1) Untuk kepentingan penegakan hukum dapat dilakukan
b eda h maya t fo ren sik s esua i de nga n kete ntu an
per atu ran per undang-u ndan gan .
(2)Bedahmayatforensiksebagaimanadi
m a k s u d p a d a ayat (1) dilakukan oleh dokter ahli
forensik, atau oleh dok ter lain a pab ila ti da k a da
dok ter ahli f ore nsi k da n perujukan ke tempat yang
ada dokter ahli forensiknya t ida k d imu n gkin kan .
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab
ata s ter sed iany a pel aya nan beda h may at fore nsi k
d i w ila ya hnya .
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan bedah
mayat fo re nsik d iat ur de ng an Per atu ran Ment eri .

Pasal 123 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-46-

Pasal 123
(1) Pada tu buh ya n g tel ah ter buk ti mati ba tan g otak
da pat dil a kuka n t ind aka n pem anf aat an orga n se
bag ai dono r un tuk kepe nti nga n tran spl ant asi or g
an.
(2) Tind aka n pe manf aat an o r gan d ono r
seba gai man a di maks ud pa da a yat (1) h aru s
meme nuh i ket e ntua n per atu ra n peru nda ng-
unda nga n.
(3 Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan
kematian dan pemanfaatan organ donor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.

Pasal 124

Tindakan bedah mayat oleh tenaga kesehatan harus


dilakukan sesuai dengan norma agama, norma kesusilaan,
dan etika profesi.

Pasal 125
Biaya pemeriksaan kesehatan terhadap korban tindak pidana
dan/atau pemeriksaan mayat untuk kepentingan hukum
ditanggung oleh pemerintah melalui APBN dan APBD.

BAB VII
KESEHATAN IBU, BAYI, ANAK,
REMAJA, LANJUT USIA, DAN PENYANDANG CACAT

Bagian Kesatu
Kesehatan ibu, bayi, dan anak

Pasal 126
(1) Upay a k ese hat an ibu har us dit u juka n u ntu k
menj aga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan
generasi yang se hat da n be rku ali tas sert a m eng
ura ngi ang ka kem ati an ibu.

(2)Upaya…
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-47-

( 2 ) U p a y ak e s e h a t a n i b u s e b a g a i m a n a d i
m a k s u d p a d a ayat (1) meli pu ti u pa ya p rom oti
f, prev ent if, ku rat if dan reh abi lit ati f.
(3 Pemerintah menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas,
alat dan obat dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan ibu sec ara a man, be rmu tu, dan ter jan
gka u.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan
ibu dia tur de nga n Pe rat ura n P eme rint ah.

Pasal 127
(1) Up aya k eh am ilan d i lua r ca ra alami ah h any a
dapa t d ila kuk an oleh pa san gan su ami ist ri yan g
sah den gan ke ten tuan :
a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri
yangbersangkutanditanamkanda
l a m r a h i m i s t r i dari mana ovum berasal;
b. dila kuk an o leh tena ga k ese h atan yan g memp
uny ai keahlian dan kewenangan untuk itu; dan

c. pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.


(2) Ke te ntu an me ngen ai p ers yar at an ke ham ila n di
luar ca ra alamiah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Pe rat ura n P emer int ah.

Pasal 128
(1) Seti ap b ayi be rh ak me nd apa tka n air sus u ib u
eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecu
ali at as ind ik asi med is.
(2) Sela ma pe mbe ria n air su su ib u, pi hak ke lua rga ,
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat haru
s m end uku ng i bu bay i s ecar a p enu h deng an
penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat
sarana umu m.

Pasal 129 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-48-

Pasal 129
(1) Peme rin tah b ert angg ung j awa b menet apk an kebi
jak an dalam rangka menjamin hak bayi untuk
mendapatkan a ir s usu ibu se car a e k sklu sif .
(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pad ayat
(1 ) d iat ur de ngan Pe rat ura n P emer int ah.

Pasal 130

Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada


setiap bayi dan anak.

Pasal 131
(1) Upay a p eme lih ar aan kes eha tan b ayi d an ana k
haru s di tuj uka n untu k me mpe rsi a pkan gen era si
yang a kan d ata ng yan g seh at, cerda s, da n berk ual
ita s s ert a un tuk me nur unka n a ngk a kema tia n b
ayi da n an ak.
(2) Upay a pem eli har aan ke seh ata n a nak di lak uka n
seja k ana k ma sih dalam kan dun ga n, dil ahi rka n,
sete lah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan
belas) tahun.
(3) Upay a p eme lih ar aan kes eha tan b ayi d an ana k
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi
oran g tua , k elua rga , mas ya raka t, da n Peme rin
tah , d an peme rin tah da era h.

Pasal 132
(1) Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh
seca ra b ert a nggu ng j awa b seh ing ga
memu ngk ink an a nak t umb uh da n berk emb ang
seca ra seh at dan opti mal .
(2) Kete ntu an m eng enai ana k yan g dila hir ka n
seba gai man a d imak sud pa da aya t ( 1)
dila ksa nak an sesu ai den gan per atu ran
peru nda ng-un dan gan.
(3) Seti ap a nak b e rhak mem per ole h imu nis asi dasa r
s esu ai de ngan ke ten tua n yang be rla ku untu k
men ce gah terj adi nya p eny ak it yan g da pat dihi
nda ri mel alu i imu nis asi .

(4) Ketentuan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-49-

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis-jenis imunisasi


dasa r s eba gai ma na d ima ksu d p ada aya t ( 3) dite
tap kan de nga n Pe rat ura n M ent eri.

Pasal 133
(1) Seti ap b ayi d an anak b erh ak te rlin dun gi d an terh
ind ar dari segala bentuk diskriminasi dan tindak
kekerasan yang dapat mengganggu kesehatannya.
(2) Peme rin tah , p emerint ah d a erah , da n
masy ara kat b erk ewaj i ban u ntu k menj a min ters
ele ngg ara nya perlindungan bayi dan anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menyediakan
pelayanan kesehatan sesua i den gan kebu tuh an.

Pasal 134
(1) Pemerintah berkewajiban menetapkan standar
dan/atau krit eri a te rha dap kese hat an b ayi d an an
ak s ert a menj ami n p ela k sana ann ya da n mem
uda hk an seti ap penyelenggaraan terhadap standar
dan kriteria tersebut.
(2) Stan dar dan /a tau k rit eri a seba gai man a dima ksu
d pad a a yat (1 ) har us di s elen gga rak an sesu ai
dengan per tim ban gan mor al, ni lai agam a, da n ber
d asar kan k ete ntu an per atu ran peru nda ng-un
dan gan.

Pasal 135
(1) Peme rin tah , p emer int ah d a erah , da n
masy ara kat waj i b men yed iak an temp at da n
sara na l ai n ya ng dipe rlu ka n untuk bermain anak
yang memungkinkan anak tumbuh d a n be rke mba ng
seca ra opt ima l ser ta m amp u ber sos ial isa si
seca ra seh at.
(2) Temp at ber mai n da n sar ana lai n y an g
dipe rlu kan s eba gaim ana d ima ks ud pad a aya t
(1) waj ib dil eng ka pi sarana perlindungan terhadap
risiko kesehatan agar tida k memb aha yak an kese hat
an ana k.

Bagian Kedua …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-50-

Bagian Kedua
Kesehatan Remaja

Pasal 136
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan
untu k m emp ers i apka n m enj adi oran g d ewa sa
yang se hat d an prod ukt if, ba ik s osia l m aup un
ekonomi.

(2) Upay a pe mel ih araa n ke seh at an re maj a seba gai


man a dimaksud pada ayat (1) termasuk
untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari

berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat

kemampuan menjalani kehidupan reproduksi secara

sehat.

(3) Upay a pe mel ih araa n ke seh at an re maj a seba gai


man a dim aksu d p ada ay at (1) dil aku kan oleh Pe
mer int ah , pe mer int ah daer ah, da n masy ara kat .

Pasal 137
(1) Peme rin tah b erk e waji ban me nja mi n ag ar re maj
a dapa t me mpe rol eh ed uka si, i nf orma si, d an laya
nan men ge nai k ese hat an rema ja a gar mamp u h
idu p s eh at d an ber tan ggu ng j awa b.
(2) Kete ntu an men gena i k ewa jib an Pem eri nta h dala
m menjamin agar remaja memperoleh edukasi,
informasi dan l ayan an m eng en ai ke seh ata n
seba gai man a d imak sud pa da aya t ( 1) dila ksa nak
an s esua i d eng an pert imb ang an mora l nil ai ag am
a dan be rda sar k an ket ent uan pera tur an per und
ang-und ang an.

Bagian Ketiga
Kesehatan Lanjut Usia dan Penyandang Cacat

Pasal 138
(1) Up aya pem eli hara an k ese hat a n bagi lan jut u si a
haru s di tuj uka n untu k me nja g a aga r tet ap hidu
p s eha t d a n produktif secara sosial maupun
ekonomis sesuai dengan mar tab at kem anus iaa n.

(2) Pem eri nta h …


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-51-

(2) Peme rin tah waj ib me nja min kete rse dia an fasi lit
as pel aya na n ke seh ata n d an memf asi lit asi kelo
mpo k lan jut usia untuk dapat tetap hidup mandiri
dan produktif secara s osi al d an e kon omi s.

Pasal 139
(1) Upay a p eme lih a raan ke seh ata n pen yan dan g
caca t ha rus dit ujuk an u ntu k menj aga aga r teta p
hi dup seh a t dan pro duk tif seca ra s osi al, ekon omi
s, dan be rmar tab at.
(2) Peme rin tah waj ib me nja min keterse dia an fasi lit as
pelayanan kesehatan dan memfasilitasi penyandang
caca t untu k dap at tetap hi du p mand iri dan p rodu
kti f se car a sosi al d an ekon omi s.

Pasal 140

Upay a pem eli har a an kes eha tan b ag i lanj ut us ia da n


penyandang cacat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138
dan Pasal 139 dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan! atau masyarakat.

BAB VIII
GIZI

Pasal 141
(1) Upay a per bai ka n gizi m asy ara kat di tuj uka n untu
k pen ing kat a n mutu g izi pe rse oran gan d an masy
ara kat .
(2) Peningkatan mutu gizi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1 ) d ila kuka n m ela lui :
a. perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai
dengan gizi seimbang;
b. perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan
kesehatan;
c. peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang
sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dan

d. peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

(3) Pemerintah, …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-52-

(3) Peme rin tah , pe meri nta h da era h, da n/a tau masy
ara kat bersama-sama menjamin tersedianya bahan
makanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi secara
merata dan terja ngk au.
(4) Peme rin tah b erk ewaj iba n men jag a agar b aha n
maka nan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memenuhi standar mut u g izi yan g dit eta pk an deng
an per atu ran per und angun dan gan.
(5) Penyediaan bahan makanan sebagaimana dimaksud
pada a yat ( 1) d ila kuk an seca ra l int as sekt or d an
an tar prov ins i, a nta rka bupa ten ata u anta rko ta.

Pasal 142
(1) Upay a per bai kan gizi di lak uka n pada s elu ruh sikl
us kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan
lanjut u sia den gan pr io rita s k epa da kelo mpo k r
awa n:
a. bayi dan balita;
b . r e m a j a p e r e m p u a n ;d a n
c. ibu hamil dan menyusui.
(2) P eme rin tah bert ang gun g ja w ab me net apk an
stan dar angka kecukupan gizi, standar pelayanan gizi,
dan standar te naga g izi pa da berb aga i t ing kat pela
yan an.
(3) Peme rin tah ber ta nggu ng j awa b at a s pem enu han
kecukupan gizi pada keluarga miskin dan dalam situasi
darurat .
(4) Pemerintah bertanggung jawab terhadap pendidikan
dan informas i ya ng b ena r te nta n g gi zi k epa da
masy ara kat .
(5) Peme rin tah , p emer int ah d a erah , da n masy ara
kat m ela kuka n upa ya un tuk me nca pai stat us giz i
y ang b aik.

Pasal 143

Pemerintah bertanggung jawab meningkatkan pengetahuan


dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan
pengaruhnya terhadap peningkatan status gizi.

BAB IX …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-53-

BAB IX
KESEHATAN JIWA

Pasal 144
(1) Upay a kes eha t an jiw a dit uj ukan u ntu k menj ami
n set ia p oran g dap a t meni kma ti kehi dup an kej iw
aan y ang se hat , bebas dari ketakutan, tekanan, dan
gangguan lain yang dapa t m eng gan gg u ke seh ata n
j iwa .
(2)Upayakesehatanjiwasebagaimanadi
m a k s u d p a d a ayat (1 ) te rdir i at as pre ven tif,
pro mot if, kura tif , re hab ili t atif pas ien gan gg uan j
iwa dan masa lah ps iko sos ial.
(3)Upayakesehatanjiwasebagaimanadimaks
u d p a d a ayat (1) me njad i ta ngg ung ja wab b ers ama
Peme rin tah , p emer int ah d a erah , da n
masy ara kat .
(4) Peme rin tah , p emer int ah d a erah , da n
masy ara kat bertanggung jawab menciptakan kondisi
kesehatan jiwa yan g s eti n ggi-tin ggi nya dan men
jam in k e ters edi aan , aksesibilitas, mutu
dan pemerataan upaya kesehatan jiwa
seba gai man a d im aksu d d ala m p ad a ay at (2) .
(5) Peme rin tah d an pe mer int a h dae rah
berk ewa jib an u ntuk me nge mba ngka n u pay a
kese hat an jiwa berb asi s ma sy ar akat seb ag ai
bagi an d ari upay a ke seha tan jiw a
keseluruhan, termasuk mempermudah
akses masy ar akat ter ha dap pela ya nan
kese hat an jiw a.

Pasal 145

Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin


upaya kesehatan jiwa secara preventif , promotif , kuratif ,
dan rehabilitatif, termasuk menjamin upaya kesehatan jiwa
di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 144
ayat (3).

Pasal 146 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-54-

Pasal 146
(1) Masy ara kat ber h ak me nda pat kan info rma si d an
eduk asi ya ng ben ar m eng ena i k ese hata n j iwa .
( 2 ) H a k se b a ga i m a na d i ma k s u d p
ad a a ya t (1)
d i t u j uk a n untuk menghindari
pelanggaran hak
asasi seseorang yan g d ian gga p me nga lam i
gang gua n k ese ha tan jiw a.
(3) Peme rin tah d an pe mer int a h dae rah
berk ewa jib an m e nyed iak an l aya n an in for mas i
dan edu kas i t ent ang kes eha tan ji wa.

Pasal 147
(1) Upay a pe nye m buha n pe nde rit a gan ggu an kese
hat an j iwa merupakan tanggung jawab Pemerintah,
pemerintah daer ah dan masy ara kat .
( 2 ) U p a y ap e n y e m b u h a n s e b a g a i m a n a d i
m a k s u d p a d a ayat (1) d il akuk an o leh ten a ga
ke seh ata n yang b erw ena ng dan di te mpa t yang t
epa t deng an tet ap men ghor mat i h ak asa si p end
eri ta.
(3) Untu k mer awa t pend eri ta ga ngg u an kes eha tan
jiwa , d igu nak an fasi lit as pel aya n an k ese hat an
khus us ya ng me menu hi sy ara t d a n ya ng se sua i
deng an k ete nt uan p era tur an peru nda ng-unda
nga n.

Pasal 148
(1) Pend eri ta g ang gu an ji wa m emp un yai h ak y ang
sama se bag ai war ga n ega ra.
(2) Hak seb aga ima n a di mak su d p a da a yat ( 1) meli
put i p ers am aan per lak uan dala m s eti ap aspe k
keh id upa n , kecuali peraturan perundang-undangan
menyatakan lain.

Pasal 149 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-55-

Pasal 149
(1) Pend eri ta gan g guan ji wa ya ng t erl ant ar,
meng gel and ang , meng anc am kese lam ata n diri
nya d an/ at au ora ng lai n, dan /at au meng gan ggu
ket erti ban dan /at a u kea man an umum wajib
mendapatkan pengobatan dan perawatan di fasi lit as
pel aya na n ke seh ata n.
(2) Peme rin tah , p emer int ah d a erah , da n masy ara kat
wa ji b me lak uka n pe ngob ata n d an pera wat an d i
fa sili tas pelayanan kesehatan bagi
penderita gangguan jiwa yang terlantar,
menggelandang, mengancam keselamatan diri nya
dan/ ata u o ran g lai n, d an /at au men gga ngg u
kete rti ban da n/a t au k eam ana n u m um.
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab
atas pem erat aan pe nye di aan f asi lit as pela yan an
ke seh atan j iwa d eng a n meli bat kan pera n s ert a a
kti f masy ara kat .
(4) Tang gun g j awa b Pem eri nta h d a n pe mer int ah
daer ah seb ag aim ana dim aks ud p ada aya t (2)
term asu k pem biay aan p eng o bata n dan
pera wat an pen d erit a g ang gua n jiw a u ntu k masy
ara kat mi ski n.

Pasal 150
(1) Peme rik saa n ke se hata n ji wa u ntu k kepe nti nga n
penegakan hukum (visum et repertum psikiatricum) h
any a dap at di lak uka n ole h dok ter spes ial is ked ok
tera n j iwa pa da f asi lit as pela yan an kes eha tan.

(2) Pene tap an s tat us keca kap an huk um se seo ran g


yang diduga mengalami gangguan kesehatan jiwa
dilakukan oleh t im dok ter ya ng mempu nya i keah lia
n dan kom pete nsi s esu ai d e ngan s tan da r prof
esi .

Pasal 151

Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya kesehatan jiwa


diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BABX …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-56-

BABX
PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR

Bagian Kesatu
Penyakit Menular

Pasal 152

(1) Peme rin tah , pe me rint ah d aer ah d a n mas yar aka t


bert ang gun g j awab mel aku kan u pay a
penc ega han , pengendalian, dan pemberantasan
penyakit menular se rta a kiba t yan g
diti mbu lka nny a.
(2) Upay a pe nce g ahan , pe nge n dali an, d an pemb era
nta san p enya kit men ula r seba gai man a dima ksu d
p ada aya t (1 ) d ila kuka n u ntu k meli ndu ngi m asy
arak at da ri tertularnya penyakit, menurunkan jumlah
yang sakit, cacat dan /at au meni ngg al du nia , ser ta
un tuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat
penyakit m en ular .
(3) Upay a pe nce g ahan , pe nge n dali an, d an
pena nga nan pe n yaki t m enu lar seba gai man a
dima ksu d pa da ayat ( 1) d ila k ukan mel alu i
kegi ata n p ro moti f , pr eve nti f , kura tif , d an
reha bil ita tif ba gi indi vid u a tau ma syar aka t.
(4) Peng end ali an sumb er p eny a kit m enu lar seba gai
man a dimaksud pada ayat (3) dilakukan terhadap
lingkungan dan /at au o ran g dan sum ber penu lar an
lai nny a.
(5) Upay a se bag aim ana d ima ks ud p ada a yat (1 ) dila
ksa nak an den gan har us ber bas is w ila yah .
(6) Pela ksa naa n u p aya s eba ga ima n a dim aks ud
pada ay at (3) di la kukan m ela lui li n tas sek tor .
(7) Dalam melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1), P em erin tah dap at mela kuk an ker ja
sama de nga n n eg ara lai n.

(8) Upaya …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-57-

(8) Upay a p enc eg ahan pe nge nd alia n, dan pemb era


nta san p enya kit men ula r seba gai man a
dima ksu d p ad a ay at ( 1) dil aks ana kan berd asa
rka n k et entu an per atu ra n pe run dan g-unda nga
n.

Pasal 153

Pemerintah menjamin ketersediaan bahan imunisasi yang


aman , be rmu tu, efek tif , ter jan g kau, dan mer at a bagi
masyarakat untuk upaya pengendalian penyakit menular
melalui imunisasi.

Pasal 154
(1) Peme rin tah se ca ra b erk ala me n etap kan da n
meng umu mka n j enis d an pe rse b aran p eny aki t
yang berpotensi menular dan/atau menyebar dalam
waktu yan g si ngk at, s ert a m eny eb utka n d aer ah
yang da pat me nja di s umb er pen ula ran.
(2) Peme rin tahd apatme lak uka nsurve ila ns
terh ada p p eny akit me nul ar seb aga ima na dima
ksu d p ada a yat (1) .
(3) Dalam melaksanakan surveilans sebagaimana dimaksud
pada aya t (2 ), Peme rin tah dap a t mel aku kan kerj a s
ama de nga n ma sya rak at da n ne gar a l ain .
(4) Pemerintah menetapkan jenis penyakit yang memerlukan
kara nti na, tem pat k ara nti na, dan l ama kara nti
na.

Pasal 155
(1) Peme rin tah d aer ah sec ara be rka l a m ene tap kan
dan m eng um um kan j eni s d an pers eba ra n peny
aki t ya ng berpotensi menular dan/atau menyebar
dalam waktu yan g s ingk at, ser ta meny ebu tka n d
aera h yan g d a pat me nja di sumb er pen ula ra n.

(2) Peme rin tah dae ra h dap at m ela kuk an su rve ila ns
terh ada p p eny akit me nul ar seb aga ima na dima
ksu d p ada a yat (1) .

(3) Dalam …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-58-

(3) Dalam melaksanakan surveilans sebagaimana


dimaksud pada aya t (2 ), peme rin tah d aera h da pat
mela kuk an ker ja sama de nga n m as yara kat .
(4) Peme rin tah dae r ah me net apk an j enis pen yak it
yang mem erl uka n kara nti na, tem p at ka ran tin a,
dan lam a k ara nti na.
(5) Peme rin tah d aer ah d ala m men etap kan d an meng
umu mka n j enis d an pe rse b aran p eny aki t yang b
erp ote nsi menul ar da n/a tau me nye bar
dala m wak tu singk at da n pelak san aan surv eil ans
s ert a menet apk an je nis pe nya kit yang me mer luk
an karantina, tempat karan tin a,
dan lam a kara nti na berpedoman pada
kete ntu an seb aga iman a d ima ksu d pada ay at (1) .

Pasal 156
(1) Dalam melaksanakan upaya pencegahan,
pengendalian, d an pe mbe ran tas an pe nya kit menu
lar s eb aga i mana d ima ks ud dalam Pas al 154 a yat
( 1), P emer int ah d apa t m e n y at a k an w i l a ya h
d a la m ke a d a a n wa b a h, le t u s a n, atau keja dia
n l uar bi a sa ( KLB ).
(2) Pene ntu an wil ay ah d ala m kea d aan wab ah, letu
san , ata u kejadian luar biasa (KLB) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan berdasarkan
hasil penelitian ya ng diak ui kea kur ata nnya .

(3) Peme rin tah , p emer int ah d a erah , da n masy ara


kat melakukan upaya penanggulangan keadaan wabah,
letusan, atau kejadian luar biasa sebagaimana
dimaksud pada aya t ( 2).
(4) Pene ntu an wil ay ah d ala m kea d aan wab ah, letu
san , a ta u k e jadi an lua r bia s a da n upa ya pena
ngg ula nga n seba gai man a d i maks ud pad a ayat
( 1) dan a yat (3 ), dil aks a naka n ses uai
deng an k ete nt uan p era tur an peru nda ng-unda
nga n.

Pasal 157 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-59-

Pasal 157
(1) Penc ega han pe nu lara n pe nya kit m enul ar w aji b
dilakukan oleh masyarakat termasuk penderita
penyakit menu lar me lal ui per ila ku hi dup ber sih d
an seha t.
(2) Dalam pelaksanaan penanggulangan penyakit menular,
tena ga k ese hat an ya ng b erw enan g da pat
meme rik sa tempat-tempat yang dicurigai
berkembangnya vektor dan sum ber pe n yaki t l ain .
(3) Kete ntu an leb ih lan jut me nge nai pen yak it menu
lar se bag ai mana di mak sud pada ay at (1) diat ur
den gan Pe r atur an Men ter i.

Bagian Kedua
Penyakit Tidak Menular

Pasal 158
(1) Peme rin tah , pe me rint ah d aer ah d a n mas yar aka
t mela kuk an upa y a pen ceg ah an, peng end ali an,
dan penanganan penyakit tidak menular beserta akibat
yang diti mbu lka nny a.
(2) Upay a se bag aim ana d ima ks ud p ada a yat (1 )
untu k men ing kat kan pe nge tah uan , kesa dar an,
kema uan berperilaku sehat dan mencegah terjadinya
penyakit tidak men ula r b eser ta a kib at yang di tim
bul kan .
(3) Upay a pe nce g ahan , pe nge n dali an, d an
pena nga nan penyakit tidak menular sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) di lak u kan me lal ui
kegi ata n pro mo tif, p rev ent if, kura tif , dan
reha bil ita tif ba gi indi vid u a tau ma syar aka t.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
( 2), da n a yat (3 ) dila ksa n akan s esu ai
deng an k ete nt uan p era tur an peru nda ng-unda
nga n.

Pasal 159 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-60-

Pasal 159
(1) Peng end ali an pen yaki t t ida k m enu l ar d ila kuk
an deng an pendekatan surveilan faktor risiko, registri
penyakit, dan su rve ilan ke mat ian .
(2) Kegi ata n seb aga i mana d ima ksu d pada a yat (1 )
bert uju an m emp e role h in for mas i y ang e sen sia l
sert a da pat d i guna kan unt uk peng amb ila n kepu
tus an d ala m upay a pe nge nda lian pen yak it tida k
m enu lar .
(3) Kegi ata n seb aga i mana d ima ksu d pada a yat (1 )
dila kuk an melalui kerja sama lintas sektor dan
dengan membentuk j ejar i ng, ba ik n asi o nal ma up
un inte rna sio nal .

Pasal 160
(1) Peme rin tah ,p e meri nta h d aer a h be rsa ma
masy ara kat b erta ngg ung ja wab u ntu k
mela kuk an ko mu nika si, in for mas i, dan e duk asi
yang b ena r ten ta ng fak tor ri sik o p enya kit t ida k
menu lar ya ngmen cak up selu ruhfa se
kehi dup an.
(2) Faktor risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
antara lain meliputi diet tidak seimbang, kurang
aktivitas fisik, mero kok , me ngk o nsum si a lko hol ,
dan p eri lak u berl alu li nta s y an g ti dak be nar .

Pasal 161
(1) Mana jem en pel ay anan ke se hat an peny aki t t ida k
menu lar m eli p uti ke sel uru ha n spek tru m pela
yan an b aik p romo tif, pre ve ntif , kur atif dan reha
bil ita tif .
(2) Manajemen pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) dik elo la secar a pro fes io nal se hin gga pela
yan an kesehatan penyakit tidak menular tersedia,
dapat diterima, mudah dicapai, berkualitas dan
terjangkau oleh ma sya rak at.
(3) Manajemen pelayanan sebagaimana dimaksud pada a
yat (1) dit itik ber atk an p ad a det eks i di ni dan pen
gob ata n p enya kit ti dak me nula r.

BAB XI …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-61-

BAB XI
KESEHATAN LINGKUNGAN

Pasal 162

Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan


kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pasal 163
(1) Peme rin tah , pe me rint ah d aer ah da n mas yar aka
t menj ami n ket ers edia an li ngk ung a n y ang se hat
dan t ida k me mpun yai ris iko buru k ba gi kese hat
an.
(2) Ling kun gan s eha t seba gai man a di maks ud pa da
ayat ( 1) mencakup lingkungan permukiman, tempat
kerja, tempat r ekr eas i, s ert a tem pat dan fasi lit as
umum.
(3) Li ngk ung an s ehat s eba gai man a dima ksu d pad a
ayat (2) be ba s da ri u nsu r-unsu r y ang meni mbu
lka n g an ggua n k ese hat an, ant ara la in:
a. limbah cair;
b. limbah padat;
c. limbah gas;
d. samp ah ya ng tid ak d ipr ose s ses u ai d eng an
persyaratan yang ditetapkan pemerintah;
e. binatang pembawa penyakit;
f. zat kimia yang berbahaya;
g. kebisingan yang melebihi ambang batas;
h. radiasi sinar pengion dan non pengion;
i. air yang tercemar;
j. udara yang tercemar; dan
k. makanan yang terkontaminasi.

(4) Ketentuan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-62-

(4) Kete ntu an me n gena i sta nda r baku mu tu kese hat


an l ing ku ngan da n pr ose s peng ola ha n limb ah
seb aga im ana dimaksud pada ayat (2), dan ayat (3),
ditetapkan dengan P era tur an P emer int ah.

BAB XII
KESEHATAN KERJA

Pasal 164
( 1 ) U p a y a k e se h a tan k e rj a d i t uju k a n u n t uk
m e l i n du n g i pekerja a gar h idu p seha t dan terb
eba s da ri gang gua n ke seha tan ser ta peng aru h b
uru k yan g d iak i batk an o leh peke rja an.

(2) Upay a ke se hat an kerj a s eba gai ma na di mak su d


pada a yat ( 1) me lipu ti pe ker ja di sekt or fo rma l
dan inf orm al.
(3) Upay a ke se hat an kerj a s eba gai ma na di mak su d
pada ayat (1) berlaku bagi setiap orang selain pekerja
yang bera da d i l ing kun gan temp at ker ja.
(4) Upay a ke se hat an kerj a s eba gai ma na di mak su d
pada aya t (1 ) da n aya t (2) ber la ku ju ga b agi kese
hat an pad a lingkungan tentara nasional Indonesia
baik darat, laut, maupu n udara s ert a kepo lis ian Re
pub l ik I ndo nes ia.
(5) Peme rin tah me n etap kan st and a r ke seh ata n kerj
a se bag aim an a dim aks ud pada ayat (1) da n ayat
(2 ).
(6) Pengelola tempat kerja wajib menaati standar
kesehatan ker ja seba gai man a d i maks ud pad a
ayat ( 5) dan m e n j a m i n l i n g k u n g a n k e r j
a
y a n g s e h a t s e r t a bertangg un g jaw ab at as
terj adi nya ke cel a kaan ke rja .
(7) Peng elo la te mpa t kerj a w aji b ber ta nggu ng ja wab
atas kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan kerja
sesuai dengan ket ent uan pera tur an peru nda ng-un
dan gan.

Pasal 165 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-63-

Pasal 165

(1) Peng elo la te mp at kerja waji b me la kuka n se gal a


bent uk up aya keseh ata n mela lui u pay a
penc ega han , peningkatan, pengobatan dan
pemulihan bagi tenaga kerja.
(2) Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan
temp at ker ja yan g se hat da n m en aati pe rat ura n
yang be rla ku di t empa t k erj a.
(3) Dala m pe ny ele ks ian p emi lih an c alon pe gaw ai
pada perusahaan/ instansi, hasil pemeriksaan
kesehatan secara fisi k da n me nt al di gun aka n
seba gai bah a n pert imb an g an da lam
peng amb ila n k ep utus an.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan aya t (3 ) dila ksa nak an se suai de nga n kete
ntu an per atu ran per und ang-u ndan gan .

Pasal 166

(1) Maji kan a tau peng usa ha wa ji b menj ami n kese hat
an pe ker j a m elal ui up aya pe nce gah an, peni ngk
ata n, pe n goba tan d an pe muli han s ert a waji b me
nan ggu n g sel uru h bi aya pemelih ara an kese hat an
pek erj a.
(2) Maji kan ata u p engu sah a me na nggu ng b iay a atas
gangguan kesehatan akibat kerja yang diderita
oleh pekerja ses uai de n gan per atu ra n
peru nda ng-un dan gan.
(3) Peme rin tah m em beri kan d oro nga n dan ban tua n
untu k perlindungan pekerja sebagaimana dimaksud
pada ay at ( 1) dan ay at (2) .

BAB XIII …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-64-

BAB XIII
PENGELOLAAN KESEHATAN

Pasal 167
(1) Peng elo laa n ke s ehat an y ang di sele ngg ara kan
oleh Pem eri nta h, pemer int ah d aer ah da n/ at au
masy ara kat me l alui pe nge lol aan adm ini str asi
kese hat an, inf or masi kes eha tan , sumb er d aya
kese hat an, upa ya kes eh ata n, pembi aya an kese
hat an, pe ra n se rta da n p embe rda yaa n masy ara
kat , i lmu pen get ahu an da n te kno log i d i
bida ng ke se hat a n, ser ta p eng at uran h uk um
kese hat an sec ara ter pad u dan sal ing mend uku ng
g un a menj ami n te rca p ainy a de raj at kese hat an
yan g s etin ggi-ti ngg iny a.
(2) Pengelolaan kesehatan dilakukan secara berjenjang di
pusa t d an dae rah .
(3) Pengelolaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ay
at (1) dibu at dal am s uatu si ste m kese hat an nas ion
al.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), da n a yat ( 3) d iat ur d eng an P era tur an Pres ide
n.

BAB XIV
INFORMASI KESEHATAN

Pasal 168
(1) Untu k men yel eng gara kan u pay a k e seha tan y ang
efek tif da n e f isie n d ipe rlu ka n in for mas i kese hat
an.
(2) Informasi kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1 ) d ila kuk a n me lal ui sist em info rma si dan mela
lui li nta s s ek tor.
(3) Kete ntu an le bi h la nju t men gena i s ist em info rma
si s eba gai mana dim aks ud pada aya t (2 ) diat ur den
gan Pe r atur an Pem eri nta h.

Pasal 169 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-65-

Pasal 169

Pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat


untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB XV
PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pasal 170
(1) Pemb iay aanke seha tanber tuj uanu ntu k
peny edi aanpembiayaankesehatanyang
berkesinambungan dengan jumlah yan g menc uku pi,
ter alok asi sec ara adil , da n termanfaatkan secara
berhasil guna dan berdaya
guna untuk menja min ters ele ngg ara nya
pemb ang una n k eseh ata n a gar meni ngk atk an
dera jat k ese ha tan ma sya rak a t se tin ggi-
ting gin ya.
(2) Unsu r-u nsu r pembi aya a n kese hat a n
seba gai man a dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
sumber pembiayaan, alo kas i, dan pe manf aat an.
(3) Sumb er pem bia y aan kes eha tan bera sal da ri Peme
rin tah , pe m erin tah dae rah , masy ara kat , swas ta
dan su mb er l ain .

Pasal 171
(1) Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan min
i mal seb esa r 5% (lim a p ers en) dari an gg ara n p e
ndap ata n dan be lanj a n eg ara di l uar ga ji.

(2) Besa r ang gar an kese hat an pe mer inta h dae rah
prov ins i, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10%
(sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah di lua r g aji .
(3) Besarananggarankesehatansebagaimana
dimaksud p ada ayat (1) da n aya t ( 2) dipr ior ita ska n
u ntuk k epe nti nga n pela yan an publ ik ya ng b e
sara nny a se kur a ng-k ura ngn ya 2/3 (du a p erti g
a) d ari ang gar a n kesehatan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara dan ang gar an pen
dapa tan da n b ela nja dae rah .

Pasal 172 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-66-

Pasal 172
(1) Alok asi pem bia y aan k ese hat an seba gai man a
dima ksu d dal am Pas al 17 1 a yat (3) d itu juk an
untu k pel aya n an k e s e h a t a n d i b i d a n g p e l
a y a n a n p u b l i k , t e r u t a m a bagi penduduk
miskin, kelompok lanjut usia, dan anak t erl ant a r.
(2) Kete ntu an leb ih lan jut men ge n ai t ata car a alok
asi pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) d iat ur de ng an Per atu ran Peme rin tah
.

Pasal 173
(1) Alok asi p emb iay a an kes eha tan ya ng ber sum ber
dari swa sta seb ag aima na d ima ksu d dala m Pa sal
170 a yat (3) dimobilisasi melalui sistem jaminan sosial
nasional d an/ at au as ura nsi ke seh ata n kome rsi
al.
(2) Kete ntu an me nge nai tat a car a p en yele ngg ara an
sist em jam ina n sos ial na sio n al d an/ ata u asur
ans i kes eha tan ko mer sia l seba gai man a dima ksu
d p ada ayat (1 ) d ila ksa naka n s esu ai
deng an k ete nt uan p era tur an peru nda ng-unda
nga n.

BAB XVI
PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 174
(1) Masy ara kat b er pera n s ert a, baik se car a pers eor
ang an m aupu n t ero rga n isas i d ala m
sega la be ntu k dan ta hap an p emba ngu nan
kese hat an da lam ra ngk a memba ntu memp erc epa t
pe ncap aia n der aja t kese hat an masy ara kat ya ng
seti ngg i-t ing gin ya .
(2) Pera n se rta seb a gaim ana dim aks ud pa da a yat
(1) men ca kup ke ikut ser taa n sec a ra a kti f dan
krea tif .

BAB XVII …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-67-

BAB XVII
BADAN PERTIMBANGAN KESEHATAN

Bagian Kesatu
Nama dan Kedudukan

Pasal 175

Bada n p ert imb an gan kes eha tan m erup aka n b ada n
independen, yang memiliki tugas, fungsi, dan wewenang di
bidang kesehatan.

Pasal 176
(1) Bada n p ert imb an gan kes eh ata n b erke dud uka n
di P usa t d an dae r ah.
(2) Badan pertimbangan kesehatan pusat dinamakan
Badan Pert imb ang an K e seha tan Nas ion al sela nju
tny a disi ngk at BPK N ber ked ud uka n di ib uko ta
Nega ra Rep ubl ik I ndon esi a.
(3) Bada n p erti mb anga n k ese hat an d aer ah sela nju
tny a di si ngka t BP KD ber kedu duk an di prov ins i d
an kab upat en/ ko ta.
(4) Kedudukan BPKN dan BPKD sebagaimana dimaksud
pada ay at (2) da n ay at (3) be rad a sam pai pa da ting
kat ke cam ata n.

Bagian Kedua
Peran, Tugas, dan Wewenang

Pasal 177
(1) BPKN d an B PKD be rpe ran memba ntu peme rin tah d
an mas yar ak at d alam bi dan g kese hat an s esu ai
denga n li ngk up t ugas m asi ng-masi ng.

(2) BPKN d an BPK D sebag aim ana di maks ud pa da ayat


(1 ) m emp un yai tug as da n w e wena ng ant ara lain :

a. meng inv ent ari sas i ma sal ah mel alu i pene laa
han terhadap berbagai informasi dan data yang
relevan atau berpengaruh terhadap proses
pembangunan kesehatan;

b. memberikan …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-68-

b. memberikan masukan kepada pemerintah tentang


sasaran pembangunan kesehatan selama kurun
waktu 5 (lima) tahun;
c. menyusu n str ate gi pen cap aia n da n prio rit as
kegiatan pembangunan kesehatan;
d. memberikan masukan kepada pemerintah dalam
pengidentifikasi dan penggerakan sumber daya
untuk pembangunan kesehatan;
e. melakukanadvokasi tentang alokasi dan
penggunaan dana dari semua sumber agar
pemanfaatannya efektif, efisien, dan sesuai dengan
strategi yang ditetapkan;
f. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
pembangunan kesehatan; dan
g. merumuskan dan mengusulkan tindakan korektif
yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan yang menyimpang.
(3) BPKN d an B PKD be rpe ran memba ntu
peme rin tah d an mas yar ak at d alam bi dan g kese
hat an.
(4) Kete ntu an l ebi h lanj ut m eng ena i kean ggo taa n,
susu nan or gan is asi d an pem bia y aan B PK N da n
BPKD se bag aim a na d ima ksu d p ada aya t (1 ) diat
ur den gan Pe r atur an Pre sid en.

BAB XVIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu
Pembinaan

Pasal 178

Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan


terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara
kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan
di bidang kesehatan dan upaya kesehatan.

Pasal 179 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-69-

Pasal 179
(1) Pe mbi naa n se baga ima na di mak sud da lam P asa l
178 dia rah kan un tuk:
a. meme nuh i ke but uhan set iap ora ng da lam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang
kesehatan;
b. menggerakkan dan melaksanakan penyeleng-
garaan upaya kesehatan;
c. memfasilitasidan menyelenggarakan fasilitas
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan;
d. memenuhi kebutuhan masyarakat untuk menda-
patkan perbekalan kesehatan, termasuk sediaan
farmasi dan alat kesehatan serta makanan dan
minuman;
e. memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai
dengan standar dan persyaratan;
f. meli ndu ngi ma s yara kat te rha da p se gal a
kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya
bagi kesehatan.
(2) Pe mbi na an s ebag aim ana dim aksu d pa da ay at
(1) dil aks ana kan mela lui :
a. komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan
masyarakat;
b. pendayagunaan tenaga kesehatan;
c. pembiayaan.

Pasal 180

Dalam rangka pembinaan, Pemerintah dan pemerintah


daerah, dapat memberikan penghargaan kepada orang atau
badan yang telah berjasa dalam setiap kegiatan
mewujudkan tujuan kesehatan.

Pasal 181

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinan diatur dengan


Peraturan Menteri.

Bagian Kedua …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-70-

Bagian Kedua

Pengawasan

Pasal 182
(1) Menteri melakukan pengawasan terhadap masyarakat
dan seti ap p eny ele ng gara keg iat an yang ber hub
un g an de nga n su m ber d aya di bida ng kes eha tan
dan up aya ke seh atan .
(2) Ment eri d ala m mela kuk an p eng awas an d apa t
memb eri kan izin te rhad ap s eti a p peny ele nga raa
n u paya ke seh ata n.
(3) Ment eri d ala m melak san aka n penga was an seba
gai man a d im aksu d pada ay at (1) dan ayat (2)
dapat m en del e gasi kan k epa d a le mba ga peme rin
tah non k eme nte ria n, kepal a din as di prov ins i,
dan kabupaten/kota yang tugas pokok dan fungsinya
di bida ng kes eha tan .
(4) Ment eri dala m mela ksa nak an pengawasan meng
iku tse rta ka n ma sya rak at.

Pasal 183

Menteri atau kepala dinas sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 182 dalam melaksanakan tugasnya dapat
mengangkat tenaga pengawas dengan tugas pokok untuk
melakukan pengawasan terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan sumber daya di bidang kese-
hatan dan upaya kesehatan.

Pasal 184

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 183, tenaga pengawas mempunyai fungsi:
a. mema suk i set iap temp at ya ng di du ga dig una kan
dala m kegiatan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan upay a k ese hat an;
b. memeriksa perizinan yang dimiliki oleh tenaga
kesehatan dan fa s ilit as kes eha tan .

Pasal 185 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-71-

Pasal 185

Seti ap o ran g y an g ber tan gg ung ja wab a tas te mpa t


dilakukannya pemeriksaan oleh tenaga pengawas
mempunyai hak untuk menolak pemeriksaan apabila
tenaga pengawas yang bersangkutan tidak dilengkapi
dengan tanda pengenal dan surat perintah pemeriksaan.

Pasal 186

Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya dugaan


atau patut diduga adanya pelanggaran hukum di bidang
kesehatan, tenaga pengawas wajib melaporkan kepada
penyidik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 187

Ketentuan lebih lanjut tentang pengawasan diatur dengan


Peraturan Menteri.

Pasal 188
(1) Ment eri dap a t men gam bil tind aka n admi nis tra tiv
e te rhad ap te na ga k eseh ata n dan fasilitas
pelayanan kes eha tan y a ng mel ang gar kete ntu an
se bag aima na di atu r d alam U nda ng-Unda ng ini .

(2) Ment eri da pat men del ega sik a n ke wen ang an seba
gai man a di maks ud pa da ay at (1) k epa da lemb aga
pe mer i ntah no nke men t eria n, k ep ala dina s pr ovi
nsi , a tau kabupaten/kota yang tugas pokok dan
fungsinya di bidan g k ese h atan .
(3) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1 ) d ap at b eru pa:
a. peringatan secara tertulis;
b. pencabutan izin sementara atau izin tetap.
(4) Kete ntu an leb ih lan jut men ge n ai t ata car a peng
amb ila n tindakan administratif sebagaimana
dimaksud pasal ini diat ur ole h M ent e ri.

BAB XIX …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-72-

BAB XIX
PENYIDIKAN

Pasal 189
(1) Selain penyidik polisi negara Republik Indonesia, kepada
peja bat p ega wai neger i sip il terte ntu di
ling kun gan pem eri n taha n y a ng
meny ele ngg ara ka n u rus an di bi da ng kes eha tan
juga di ber i we we nang kh usu s s e baga i penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana u ntu k
mela kuk an p eny i dika n ti nda k pid ana d i bid ang
kese hat an.
(2) Peny idi k seb aga i mana d ima ksu d pada a yat (1 )
berw ena ng:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran lap oran
serta keterangan tentang tindak pidana di bidang
kesehatan;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang
diduga melakukan tindak pidana di bidang
kesehatan;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang
atau badan hukum sehubungan dengan tindak
pidana di bidang kesehatan;
d. mela kuk an pe meri ksa an ata s su rat dan/ ata u
dokumen lain tentang tindak pidana di bidang
kesehatan;
e. melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan
atau barang bukti dalam perkara tindak pidana di
bidang kesehatan;
f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan
tugas penyidikan tindak pidana di bidang
kesehatan;
g. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat
cukup bukti yang membuktikan adanya tindak
pidana di bidang kesehatan.
(3) Kewe nan gan s eb agai man a dim aks ud pad a aya t
(2) dil aks ana kan ole h pe nyi dik s esua i d eng an
kete ntu an Und ang-Und ang H ukum Ac ara Pida na.

BAB XX …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-73-

BAB XX
KETENTUAN PIDANA

Pasal 190
(1) Pimp ina n fas ili tas pel ay ana n ke seh ata n dan/ ata
u te nag a kesehatan yang melakukan praktik atau
pekerjaan pada fasilit as pel aya nan
kese hat an ya n g deng an se ngaj a tid ak memberikan
pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam
keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah ).
(2)D alamhal perbuatansebagaim anadi
m a k s u d p a d a ay at (1 ) meng aki bat ka n terj ad
iny a keca cat an at au kema tia n, pi mpi nan fa sil ita
s
pela yan an kes ehat an dan/atau tenaga kesehatan
tersebut dipidana dengan pidana penj ara pa lin g l
ama 10 ( sep ulu h) t ahu n da n denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar ru pia h).

Pasal 191

Setiap orang yang tanpa izin melakukan praktik pelayanan


kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) sehingga
mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat atau
kematian dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).

Pasal 192

Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ


atau jaringan tubuh dengan dalih apa pun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 193 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-74-

Pasal 193

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan bedah plastik


dan rekonstruksi untuk tujuan mengubah identitas
seseorang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 diancam
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah)

Pasal 194

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak


sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 195

Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan darah


dengan dalih apapun sebagaimana dimaksud dalam Pasal
90 Ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).

Pasal 196

Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau


mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan
yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan
keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).

Pasal 197

Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau


mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan
yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahundan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

Pasal 198 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-75-

Pasal 198

Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan


untuk melakukan praktik kefarmasian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 108 dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 199
(1) Seti ap ora ng ya n g de nga n sen gaj a mem pro duk si
atau mem asu kk an ro kok k e d alam w ila yah
Nega ra Ke sat uan Repub lik I ndo n esia d eng an tida
k me nca ntu mkan per ing ata n kes eha tan berb ent
uk ga m bar se bag aim an a d i m a k s u d d a l a m P
a s a l 1 1 4 d i p i d a n a p e n j a r a p a l i n g la ma
5 (l ima ) t ahu n dan de nda n p alin g b any ak Rp50
0.0 00. 00 0,0 0 (l ima ra tus ju ta rup iah );
(2) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar kawasan
tanpa rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115
dipidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
pul uh ju ta r upia h).

Pasal 200

Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program


pemberian air susu ibu eksklusif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah)

Pasal 201
(1) Dala m h al t i ndak pi dan a seb aga ima na dima ksu
d d ala m Pasal 190 ayat (1), Pasal 191, Pasal 192,
Pasal 196, Pasa l 197 , Pasa l 198 , Pasa l 199 , dan
Pasal 2 00 dilakukan oleh korporasi, selain pidana
penjara dan denda
terh ada p p eng u rusn ya, pi dan a yan g d apa t
dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
denga n p embe rat an 3 ( ti ga) k ali d ari pida na d end
asebagaimanadimaksuddalamPasal
1 9 0 a y a t ( 1 ) , Pasal 191, Pasal 192, Pasal
196 , Pasal 197, Pasal 198, Pas al 1 99, da n Pa sal
200 .

( 2 ) S el a i n …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-76-

( 2 ) S e l a i n p i d an a de n d a s eb a g ai m an a d i m ak
s u d p a d a ayat (1), k orpo ras i dap at di jatu hi pi
dan a tamb aha n b eru pa :
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.

BAB XXI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 202

Peraturan Perundang-undangan sebagai pelaksanaan


UndangUndang ini ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun
sejak tanggal pengundangan Undang-Undang ini.

Pasal 203

Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua peraturan


pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
Undang-Undang ini.

BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 204

Pada saat Undang-Undang ini berlaku, Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3495) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 205

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-77-

Agar se tia p o ran g me nge tah uin ya , me mer int ahk an


pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 13 Oktober 2009

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR.H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 13 Oktober 2009

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 144

Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT


NEGARA RI Kepala Biro Peraturan Perundang-
undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan
Rakyat,

Ttd

Wisnu Setiawan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 36 TAHUN 2009

TENTANG

KESEHATAN

I. UMUM
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum jelas cita-cita
bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa
Indonesia. Tujuan nasional tersebut adalah melindungi segenap bangsa I
ndones ia d an s e luru h tu mpa h da rah I ndo nes ia da n mem ajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi serta keadilan sosial.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian
pembangunan yang menyeluruh terarah dan terpadu, termasuk di
antaranya pembangunan kesehatan.
Kese hat an m er up akan hak as asi manu sia dan sa l ah sa tu u ns ur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Oleh karena itu, setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan
prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang
sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia,
peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta pembangunan
nasional.
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada
mulanya berupa upaya penyembuhan penyakit, kemudian secara berangsur-
angsur berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan untuk seluruh
masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat secara luas yang mencakup
upaya promotif , preventif, kuratif , dan rehabilitatif yang bersifat menyeluruh
terpadu dan berkesinambungan. Perkembangan ini tertuang ke

dalam …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-2-

dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) pada tahun 1982 yang selanjutnya
disebutkan kedalam GBHN 1983 dan GBHN 1988 sebagai tatanan untuk
melaksanakan pembangunan kesehatan.
Selain itu, perkembangan teknologi kesehatan yang berjalan seiring dengan
munculnya fenomena globalisasi telah menyebabkan banyaknya perubahan
yang sifat dan eksistensinya sangat berbeda jauh dari teks yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Pesatnya
kemajuan teknologi kesehatan dan teknologi informasi dalam era global ini
ternyata belum terakomodatif secara baik oleh Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Perencanaan dan pembiayaan pembangunan kesehatan yang tidak sejiwa
dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, yaitu menitikberatkan
pada peng oba tan (k ura tif) , m eny eba bka n po la pik ir y an g ber kem
ban g di masyarakat adalah bagaimana cara mengobati bila terkena
penyakit. Hal itu tentu akan membutuhkan dana yang lebih besar bila
dibandingkan dengan upaya pencegahan. Konsekuensinya, masyarakat
akan selalu memandang persoalan pembiayaan kesehatan sebagai sesuatu
yang bersifat konsumtif/ pemborosan.
Selain itu, sudut pandang para pengambil kebijakan juga masih belum
menganggap kesehatan sebagai suatu kebutuhan utama dan investasi
berharga di dalam menjalankan pembangunan sehingga alokasi dana
kesehatan hingga kini masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan
negara lain.
Untuk itu, sudah saatnya kita melihat persoalan kesehatan sebagai suatu
faktor utama dan investasi berharga yang pelaksanaannya didasarkan pada
sebuah paradigma baru yang biasa dikenal dengan paradigma sehat, yakni
paradigma kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif
tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
Dalam rangka implementasi paradigma sehat tersebut, dibutuhkan sebuah
undang-undang yang berwawasan sehat, bukan undang-undang yang
berwawasan sakit.
Pada sisi lain, perkembangan ketatanegaraan bergeser dari sentralisasi
menuju desentralisasi yang ditandai dengan diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2008
tentang Pemerintahan Daerah.

Undang- …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-3-

Undang-Undang tersebut memuat ketentuan yang menyatakan bahwa


bidang kesehatan sepenuhnya diserahkan kepada daerah masing-masing
yang se tia p d ae rah dib eri ke we nang an unt uk meng elo la dan
menyelenggarakan seluruh aspek kesehatan.
Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007 yang mengatur tentang pembagian urusan antara pemerintah,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/ kota. Berdasarkan hal
tersebut, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan perlu
disesuaikan dengan semangat otonomi daerah.
Oleh karena itu, perlu dibentuk kebijakan umum kesehatan yang dapat
dilaksanakan oleh semua pihak dan sekaligus dapat menjawab tantangan
era globalisasi dan dengan semakin kompleksnya permasalahan kesehatan
dalam suatu Undang-Undang Kesehatan yang baru untuk menggantikan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.
Pasal 2
Pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai asas yang
memberikan arah pembangunan kesehatan dan dilaksanakan melalui
upaya kesehatan sebagai berikut:
(1) asas perikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan kesehatan
harus dilandasi atas perikemanusiaan yang berdasarkan pada
Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membedakan golongan
agama dan bangsa.
(2) asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus
dilaksanakan antara kepentingan individu dan masyarakat, antara
fisik dan mental, serta antara material dan sipiritual.
(3) asas manfaat berarti bahwa pembangunan kesehatan harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanausiaan
dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga negara.

(4) asas …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-4-

(4) asas pelindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus


dapat memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada
pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
(5) asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa
pembangunan kesehatan dengan menghormati hak dan kewajiban
masyarakat sebagai bentuk kesamaan kedudukan hukum.
(6) asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus
dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua
lapisan masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau.
(7) asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa pembangunan
kesehatan tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan dan
laki-laki.
(8) asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus
memperhatikan dan menghormati serta tidak membedakan agama
yang dianut masyarakat.

Pasal 3
Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya.
Derajat kesehatan yang setinggi-tingginya mungkin dapat dicapai pada
suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata
dari setiap orang atau masyarakat.
Upaya kesehatan harus selalu diusahakan peningkatannya secara terus
menerus agar masyarakat yang sehat sebagai investasi dalam
pembangunan dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pasal 4
Hak atas kesehatan yang dimaksud dalam pasal ini adalah hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pasal 5
Cukup jelas

Pasal 6 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-5-

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9

Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Agar upaya kesehatan berhasil guna dan berdaya guna, Pemerintah
perlu merencanakan, mengatur, membina dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan ataupun sumber dayanya secara
sera si d an se im bang den gan me liba tka n pe ran s erta akt if
masyarakat
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 15 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-6-

Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang merata kepada
masyarakat, diperlukan ketersediaan tenaga kesehatan yang merata dalam
arti pendayagunaan dan penyebarannya harus merata ke seluruh wilayah
sampai ke daerah terpencil sehingga memudahkan masyarakat dalam
memperoleh layanan kesehatan.

Pasal 17
Cukup jelas.

Pasal 18
Peran serta aktif masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
perlu digerakkan dan diarahkan agar dapat berdaya guna dan berhasil
guna.

Pasal 19
Untuk melaksanakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
masyarakat diperlukan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan di
seluruh wilayah sampai daerah terpencil yang mudah dijangkau oleh
seluruh masyarakat.

Pasal 20
Cukup jelas.

Pasal 21

Ayat (1)
Pada prinsipnya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan,
pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan ditujukan kepada
seluruh tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan dapat dikelompokkan sesuai dengan keahlian dan
kualifikasi yang dimiliki, antara lain meliputi tenaga medis, tenaga
kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan masyarakat dan
lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian
medis, dan tenaga kesehatan lainnya.

Ayat (2) …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-7-

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pengaturan tenaga kesehatan di dalam undang-undang adalah
tenaga kesehatan di luar tenaga medis.

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Ayat (1)
Kewenangan yang dimaksud dalam ayat ini adalah kewenangan yang
diberikan berdasarkan pendidikannya setelah melalui proses registrasi
dan pemberian izin dari pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Selama memberikan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan harus
mengutamakan indikasi medik dan tidak diskriminatif, demi
kepentingan terbaik dari pasien dan sesuai dengan indikasi medis.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25
Cukup jelas.

Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2) …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-8-

Ayat (2)
Pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah dimaksudkan agar
memberikan kesempatan kepada daerah untuk mengatur sendiri
pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang diperlukan
sesuai kebutuhan daerahnya dengan tetap mengacu pada peraturan
perundang-undangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Kewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan kete
ram pil an d i maks udk an a gar tena ga k ese hat an ya ng
bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baru.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 28
Cukup jelas.

Pasal 29
Mediasi dilakukan bila timbul sengketa antara tenaga kesehatan pemberi
pelayanan kesehatan dengan pasien sebagai penerima pela yan an kes e
hata n. Med ias i dila ku kan ber tuju an unt uk menyelesaikan sengketa di
luar pengadilan oleh mediator yang disepakati oleh para pihak.

Pasal 30 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-9-

Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan dasar.
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan spesialistik.
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan sub spesialistik.
Ayat (3)
Cuku p j ela s.
Ayat (4)
Cuku p j ela s.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.

Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Cukup jelas.

Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2) …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-10-

Ayat (2)
Bagi tenaga kesehatan yang sedang menjalani proses belajar d i b e r i
kanizinsecarakolektifsesuaiketentuanperatu
r a n perundang-undangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 35
Cukup jelas.

Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Cukup jelas.

Pasal 38
Cukup jelas.

Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal 40
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Ayat (6) …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-11-

Ayat (6)
Yang dimaksud dengan "obat generik" adalah obat generik
dengan menggunakan nama Internasional Non Propertery Name
(INN).
Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 41
Cukup jelas.

Pasal 42
Ayat (1)
Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan ditujukan untuk menghasilkan informasi kesehatan,
teknologi, produk teknologi, dan teknologi informasi (TI) kesehatan
untuk mendukung pembangunan kesehatan. Pengembangan
teknologi, produk teknologi, teknologi informasi (TI) dan Informasi
Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hak kekayaan
intelektual (HKI). Untuk penelitian penyakit infeksi yang muncul baru
atau berulang (new emerging atau re emerging diseases) yang dapa t
me nye bab k an ke ped uli an k e seha tan dan ked arur ata n
kesehatan masyarakat (public health emergency of international
concern! PHEIC) harus dipertimbangkan kemanfaatan (benefit sharing)
dan penelusuran ulang asal muasalnya (tracking system) demi untuk
kepentingan nasional.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "teknologi kesehatan" dalam ketentuan ini
adalah cara, metode, proses, atau produk yang dihasilkan dari
penerapan dan pemanfaatan disiplin ilmu pengetahuan di bidang
kesehatan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan,
kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 43 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-12-

Pasal 43
Ayat (1)
Kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi terdiri atas unsur
perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, badan
usaha, dan lembaga penunjang. Lembaga penelitian dan
pengembangan kesehatan berfungsi menumbuhkan kemampuan
pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 44
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan uji coba adalah bagian dari kegiatan penelitian
dan pengembangan. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan
menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk
memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan de nga n
pema ham an d an pemb ukt ian keb e nara n at au ketidakbenaran
suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi serta menarik simpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang
telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat,
dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau
menghasilkan teknologi baru.
Ilmu pengetahuan adalah rangkaian pengetahuan yang digali, disu
sun , d an d ikem ban gka n se cara si ste mat is den ga n
menggunakan pendekatan tertentu yang dilandasi oleh metodologi
ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif, kualitatif, maupun eksploratif
untuk menerangkan pembuktian gejala alam dan/atau gejala
kemasyarakatan tertentu.
Ayat (2)
Semua uji coba yang menggunakan manusia sebagai subjek uji coba
wajib didasarkan pada tiga prinsip etik umum, yaitu menghormati
harkat martabat manusia (respect for persons) yang bertujuan
menghormati otonomi dan melindungi manusia yang otonominya
terganggu/kurang, berbuat baik (beneficence) dan tidak merugikan
(nonmaleficence) dan keadilan (~ustice).

Ayat (3) …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-13-

Ayat (3)
Uji coba pada manusia harus dilakukan dengan memperhatikan kesehatan
dan keselamatan yang bersangkutan. Penelitian dan pengembangan yang
menggunakan manusia sebagai subjek harus mendapat informed consent.
Sebelum meminta persetujuan subyek penelitian, peneliti harus memberikan
informasi mengenai tujuan p e n e l i t i a n d a n p e n g e m b a n g a n k e s e
h a t a n s e r t a p e n g g u n a a n hasilnya, jaminan kerahasiaan tentang
identitas dan data pribadi, metode yang digunakan, risiko yang mungkin
timbul dan hal lain yan g pe rlu di ket ah ui o leh ya ng bers ang kut an dal am
r ang ka penelitian dan pengembangan kesehatan.
Ayat (4)
Hewanpercobaanharusdipilihdenganmengutamaka
nhewandengansensitivitasneurofisiologikyangpali
n g rendah (nonsentient organism) dan hewan yang paling rendah pada s k a l a
e v ol u s i. K e b e r ha t i-h a t ia n (c au tio n ) y a n g w a j ar h ar u s
diterapkan pada penelitian yang dapat mempengaruhi lingkungan dan
kesehatan hewan yang digunakan dalam penelitian harus dihormati.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 45
Ayat (1)
Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat ini ditujukan bagi peng
emb ang an t ekno log i dan /at a u prod uk te kno l ogi ya ng
bertujuan untuk penyalahgunaan sebagai senjata dan/atau bahan
senjata biologi, yang menimbulkan bahaya bagi keselamatan
manu sia , kel es tari an fu ngs i lingk ung an, keru kun an
bermasyarakat, keselamatan bangsa, dan merugikan negara, serta
membahayakan ketahanan nasional.
Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 46 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-14-

Pasal 46
Cukup jelas.

Pasal 47
Cukup jelas.

Pasal 48
Cukup jelas.

Pasal 49
Cukup jelas.

Pasal 50
Cukup jelas.

Pasal 51
Cukup jelas.

Pasal 52
Cukup jelas.

Pasal 53
Cukup jelas.

Pasal 54
Cukup jelas.

Pasal 55
Cukup jelas.

Pasal 56
Cukup jelas.

Pasal 57
Cukup jelas

Pasal 58 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-15-

Pasal 58
Ayat (1)
Yang termasuk "kerugian" akibat pelayanan kesehatan termasuk
didalamnya adalah pembocoran rahasia kedokteran.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 59
Cukup jelas.

Pasal 60
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "penggunaan alat dan teknologi" dalam
ketentuan ini adalah yang tidak bertentangan dengan tindakan
pengobatan tradisional yang dilakukan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.

Pasal 62

Cukup jelas.

Pasal 63

Cukup jelas.

Pasal 64

Cukup jelas

Pasal 65 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-16-

Pasal 65
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "fasilitas pelayanan kesehatan tertentu" dalam
ketentuan ini adalah fasilitas yang ditetapkan oleh Menteri yang tela h
m eme nuh i pe rsy ara tan ant ara la in per ala tan , ketenagaan dan
penunjang lainnya untuk dapat melaksanakan transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 66
Cukup jelas.

Pasal 67
Ayat (1)
Pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh dilakukan dalam
rangka penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kesehatan,
pelayanan kesehatan, pendidikan serta kepentingan lainnya.
Kepentingan lainnya adalah surveilans, investigasi Kejadian Luar
Biasa (KLB), baku mutu keselamatan dan keamanan lab oratorium
kesehatan sebagai penentu diagnosis penyakit infeksi, upaya koleksi
mikroorganisme, koleksi materi, dan data genetik dari pasien dan agen
penyebab penyakit. Pengiriman ke luar negeri hanya dapat dilakukan
apabila cara mencapai maksud dan tujuan pemeriksaan tidak mampu
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan maupun fasilitas pelayanan
kesehatan atau lembaga penelitian dan pengembangan dalam negeri,
maupun untuk kepentingan kendali mutu dalam rangka
pemutakhiran akurasi kemampuan standar diagnostik dan terapi oleh
kelembagaan dimaksud. Pengiriman spesimen atau bagian organ
tubuh dimaksud harus dilegkapi dengan Perjanjian Alih Material dan
dokumen pendukung yang relevan.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 68 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-17-

Pasal 68
Cukup jelas.

Pasal 69
Cukup jelas.

Pasal 70
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "sel punca" dalam ketentuan ini adalah sel
dalam tubuh manusia dengan kemampuan istimewa yakni mampu
memp erb aha rui atau mer ege ne ra si di rin ya dan mamp u
berdiferensiasi menjadi sel lain yang spesifik.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 71
Cukup jelas.

Pasal 72
Cukup jelas.

Pasal 73
Cukup jelas.

Pasal 74
Cukup jelas.

Pasal 75
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3) …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-18-

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "konselor" dalam ketentuan ini adalah setiap
orang yang telah memiliki sertifikat sebagai konselor melalui
pendidikan dan pelatihan. Yang dapat menjadi konselor adalah dokter,
psikolog, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan setiap orang yang
mempunyai minat dan memiliki keterampilan untuk itu.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 76
Cukup jelas.

Pasal 77
Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman,
dan tidak bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan deng an pa ksa
an dan tan pa p erse tuj uan p ere mpua n yan g bersangkutan, yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak profesional, tanpa mengikuti
standar profesi dan pelayanan yang berlaku, diskriminatif, atau lebih
mengutamakan imbalan materi dari pada indikasi medis.

Pasal 78
Cukup jelas.

Pasal 79
Cukup jelas.

Pasal 80
Cukup jelas.

Pasal 81

Cukup jelas

Pasal 82 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-19-

Pasal 82
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "bencana" dalam ketentuan ini adalah peri sti
wa at au r angk aia n per ist i wa yan g men gan cam da n
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Pemerintah harus memfasilitasi tersedianya sumber daya dan
pelaksanaan pelayanan kesehatan pada prabencana, saat bencana
dan pascabencana.
Ayat (2)
Yang dimaksud "tanggap darurat bencana" dalam ketentuan ini adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan,
yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.

Pasal 90 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-20-

Pasal 90
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Guna menjamin ketersediaan darah untuk pelayanan kesehatan,
jaminan pemerintah diwujudkan dalam bentuk pemberian subsidi
kepada unit transfusi darah (UTD) yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN), anggaran pendapatan dan
belanja daerah (APBD) dan bantuan lainnya.
Ayat (3)
Darah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Pemurah kepada setiap
insan tidaklah sepantasnya dijadikan objek jual beli untuk mencari
keuntungan, biarpun dengan dalih untuk menyambung hidup.

Pasal 91
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "proses pengolahan" dalam ketentuan ini
adalah pemisahan komponen darah menjadi plasma dan sel darah
merah, sel darah putih dan sel pembeku darah yang dilakukan oleh
UTD dan biaya pengolahan tersebut ditanggung oleh negara.
Yang dimaksud dengan "proses produksi" dalam ketentuan ini adalah
proses fraksionasi dimana dilakukan penguraian protein plasma
menjadi antara lain albumin, globulin, faktor VIII dan faktor IX
dilakukan oleh industri yang harganya dikendalikan oleh Pemerintah.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "dikendalikan" dalam ketentuan ini termasuk
harga hasil produksi yang bersumber dari pengolahan darah transfusi.

Pasal 92
Cukup jelas.

Pasal 93
Ayat (1)
Lingkup masalah dari kesehatan gigi dan mulut ditinjau dari fase
tumbuh kembang:

a. Fase …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-21-

a. Fase janin;
b. Ibu Hamil;
c. Anak-anak;
d. Remaja;
e. Dewasa; dan
f. Lanjut Usia.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 94
Cukup jelas.

Pasal 95
Ayat (1)
Pemerintah menggerakan pemberdayaan masyarakat untuk donor
kornea dan operasi katarak dalam rangka mencegah kebutaan dan
pendengaran.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 96
Cukup jelas.

Pasal 97
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kesehatan matra" dalam ketentuan ini adalah
kondisi dengan lingkungan berubah secara bermakna yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "kesehatan lapangan" dalam ketentuan ini
adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan didarat
yang temporer dan serba berubah. Adapun sasaran pokok adal ah mel
aku k an d uku nga n k eseh ata n o per asi onal da n pembinaan
terhadap setiap orang yang secara langsung maupun tidak langsung
terlibat dalam kegiatan dilapangan.

Yang …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-22-

Yang dimaksud dengan "kesehatan kelautan dan bawah air" dalam


ketentuan ini adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan peke
rja an di l au t dan ya ng be rh ubun gan d en gan keada an
lingkungan yang bertekanan tinggi (hiperbarik) dengan sasaran pokok
melakukan dukungan kesehatan operasional dan pembinaan
kesehatan setiap orang yang secara langsung maupun tidak langsung
terlibat dalam pengoperasian peralatan laut dan dibawah air.
Yang dim aks ud deng an " kes eha t an ke dir gan tar aa n" dal am
ketentuan ini adalah kesehatan matra udara yang mencakup ruang
lingkup kesehatan penerbangan dan kesehatan ruang angkasa dengan
keadaan lingkungan yang bertekanan rendah (hipobarik) de nga n
memp uny ai s asa ran p oko k m ela k ukan du kun gan kesehatan
operasional dan pembinaan kesehatan terhadap setiap orang secara
langsung atau tidak langsung.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.

Pasal 99

Cukup jelas.

Pasal 100

Cukup jelas.

Pasal 101

Cukup jelas.

Pasal 102

Cukup jelas.

Pasal 103

Cukup jelas.

Pasal 104 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-23-

Pasal 104
Cukup jelas.

Pasal 105
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "buku standar lainnya" dalam ketentuan ini
adalah kalau tidak ada dalam farmakope Indonesia, dapat
menggunakan US farmakope, British farmakope, international
farmakope.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 106
Cukup jelas.

Pasal 107
Cukup jelas.

Pasal 108
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tenaga kesehatan" dalam ketentuan ini
adalah tenaga kefarmasian sesuai dengan keahlian dan
kewenangannya. Dalam hal tidak ada tenaga kefarmasian, tenaga
kesehatan tertentu dapat melakukan praktik kefarmasian secara
terbatas, misalnya antara lain dokter dan/atau dokter gigi, bidan, dan
pera wat , yan g dila ksa nak an se suai d eng an p erat ura n
perundang-undangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 109
Cukup jelas.

Pasal 110

Cukup jelas

Pasal 111

Cukup jelas

Pasal 112 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-24-

Pasal 112
Dalam pengaturan termasuk diatur penggunaan bahan tambahan
makanan dan minuman yang boleh digunakan dalam produksi dan
pengolahan makanan dan minuman.

Pasal 113
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan standar diarahkan agar zat adiktif yang dikandung oleh
bahan tersebut dapat ditekan untuk mencegah beredarnya bahan pals
u. Pen eta pa n pe rsy ara tan peng gun aan ba h an y ang
mengandung zat adiktif ditujukan untuk menekan dan mencegah
penggunaan yang mengganggu atau merugikan kesehatan.

Pasal 114
Yang dimaksud dengan "peringatan kesehatan" dalam ketentuan ini adalah
tulisan yang jelas dan mudah terbaca dan dapat disertai gambar atau
bentuk lainnya.

Pasal 115
Ayat (1)
Khusus bagi tempat kerja, tempat umum, dan tempat lainnya dapat
menyediakan tempat khusus untuk merokok.
Ayat (2)
Pemerintah daerah dalam menetapkan kawasan tanpa rokok
harus mempertimbangkan seluruh aspek secara holistik.

Pasal 116
Cukup jelas.

Pasal 117
Cukup jelas.

Pasal 118...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-25-

Pasal 118
Cukup jelas.

Pasal 119
Cukup jelas.

Pasal 120
Cukup jelas.

Pasal 121
Cukup jelas.

Pasal 122
Cukup jelas.

Pasal 123
Cukup jelas.

Pasal 124
Cukup jelas.

Pasal 125
Cukup jelas.

Pasal 126
Cukup jelas.

Pasal 127
Cukup jelas.

Pasal 128
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pemberian air susu ibu ekslusif" dalam
ketentuan ini adalah pemberian hanya air susu ibu selama 6 bulan,
dan dapat terus dilanjutkan sampai dengan 2 (dua) tahun dengan
memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sebagai
tambahan makanan sesuai dengan kebutuhan bayi.

Yang …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-26-

Yang dimaksud dengan "indikasi medis" dalam ketentuan ini adal ah


ko ndi si kese hat an ib u y ang ti dak m emu ngki nka n memb eri kan
a ir susu i bu ber das arka n i nd ika si m edis ya ng ditetapkan oleh
tenaga medis.
Ayat (2)

Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 129
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kebijakan" dalam ketentuan ini
berup pembuatan norma, standar, prosedur dan kriteria.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 130
Cukup jelas.

Pasal 131
Cukup jelas.

Pasal 132
Cukup jelas.
Pasal 133
Cukup jelas.

Pasal 134
Cukup jelas.

Pasal 135
Cukup jelas.

Pasal 136 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-27-

Pasal 136
Ayat (1)
Setiap anak usia sekolah dan remaja berhak atas informasi dan
edukasi serta layanan kesehatan termasuk kesehatan reproduksi
remaja dengan memperhatikan masalah dan kebutuhan agar terbebas
dari berbagai gangguan kesehatan dan penyakit yang dapat
menghambat pengembangan potensi anak.
Seti ap an ak us ia sekol ah da n re maja b erh ak me ndap atk an
pendidikan kesehatan melalui sekolah dan madrasah dan maupun
luar sekolah untuk meningkatkan kemampuan hidup anak dalam
lingkungan hidup yang sehat sehingga dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas.
Upaya pembinaan usia sekolah dan remaja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus ditujukan untuk menyiapkan anak menjadi orang
dewasa yang sehat, cerdas dan produktif baik sosial maupun ekonomi.

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 137
Cukup jelas.

Pasal 138
Cukup jelas.

Pasal 139
Cukup jelas.

Pasal 140
Cukup jelas.

Pasal 141
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2) …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-28-

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "gizi seimbang" dalam ketentuan ini adalah
asupan gizi sesuai kebutuhan seseorang untuk mencegah resiko gizi
lebih dan gizi kurang.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 142
Cukup jelas.

Pasal 143
Cukup jelas.

Pasal 144
Cukup jelas.
Pasal 145
Cukup jelas.

Pasal 146
Cukup jelas.

Pasal 147
Cukup jelas.

Pasal 148
Cukup jelas.

Pasal 149
Cukup jelas.

Pasal 150
Cukup jelas.

Pasal 151
Cukup jelas.

Pasal 152 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-29-

Pasal 152
Cukup jelas.
Pasal 153
Cukup jelas.

Pasal 154

Cukup jelas.

Pasal 155

Cukup jelas.

Pasal 156

Cukup jelas.

Pasal 157

Ayat (1)
Perilaku hidup bersih dan sehat bagi penderita penyakit menular
dilakukan dengan tidak melakukan tindakan yang dapat
memudahkan penularan penyakit pada orang lain.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 158
Cukup jelas.

Pasal 159

Cukup jelas.

Pasal 160

Cukup jelas.
Pasal 161
Cukup jelas.

Pasal 162 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-30-

Pasal 162
Cukup jelas.

Pasal 163
Cukup jelas.

Pasal 164
Cukup jelas.

Pasal 165
Cukup jelas.

Pasal 166
Cukup jelas.

Pasal 167
Cukup jelas.

Pasal 168
Cukup jelas.
Pasal 169
Cukup jelas.

Pasal 170
Cukup jelas.

Pasal 171
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Bagi daerah yang telah menetapkan lebih dari 10% (sepuluh persen)
agar tidak menurunkan jumlah alokasinya dan bagi daerah yang
belum mempunyai kemampuan agar dilaksanakan secara bertahap.

Ayat (3) …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-31-

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "kepentingan pelayanan publik" dalam
ketentuan ini adalah pelayanan kesehatan baik pelayanan preventif,
pelayanan promotif, pelayanan kuratif, dan pelayanan rehabilitatif
yang dibutuhkan masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatannya. Biaya tersebut dilakukan secara efisien dan efektif
dengan mengutamakan pelayanan preventif dan pelayanan promotif
dan besarnya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari APBN dan
APBD.

Pasal 172
Cukup jelas.
Pasal 173
Cukup jelas.
Pasal 174
Cukup jelas.
Pasal 175
Cukup jelas.
Pasal 176
Cukup jelas.

Pasal 177
Cukup jelas.
Pasal 178

Cukup jelas.

Pasal 179

Cukup jelas.

Pasal 180
Cukup jelas.

Pasal 181 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-32-

Pasal 181
Cukup jelas.

Pasal 182
Cukup jelas.

Pasal 183
Cukup jelas.

Pasal 184
Cukup jelas.

Pasal 185
Cukup jelas.

Pasal 186
Cukup jelas.

Pasal 187
Cukup jelas.

Pasal 188
Cukup jelas.

Pasal 189
Cukup jelas.

Pasal 190
Cukup jelas.

Pasal 191
Cukup jelas.

Pasal 192
Cukup jelas.

Pasal 193
Cukup jelas.

Pasal 194 …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-33-

Pasal 194
Cukup jelas.

Pasal 195
Cukup jelas.

Pasal 196
Cukup jelas.

Pasal 197
Cukup jelas.

Pasal 198
Cukup jelas.

Pasal 199
Cukup jelas.

Pasal 200
Cukup jelas.

Pasal 201
Cukup jelas.

Pasal 202
Cukup jelas.

Pasal 203
Cukup jelas.

Pasal 204
Cukup jelas.

Pasal 205
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5063

Anda mungkin juga menyukai