Anda di halaman 1dari 15

KEPUTUSAN DIREKTUR RSU LINA

NOMOR : 004/SK/DIR/RSUL/X/2018

TENTANG

PEMBERLAKUAN SPO TRIAGE

DI RSU LINA

DIREKTUR RSU LINA

Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 43 Undang- undang Nomor 44


Tahun 2009 tentang Rumah Sakit perlu menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
b. Bahwa setiap pasien IGD wajib di Triage dan cepat dilakukan tindakan
pertolongan terhadap gawat darurat. Serta mengidentifikasi secara sistematik.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu
di tetapkan dengan Keputusan Direktur RS Harapan Bunda Lampung Tengah.

Mengingat : 1. Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.


2. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333 / Menkes / SK /XII / 1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 / Menkes / SK / II /2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah sakit.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 / Menkes / Per / III /2008 tentang
Rekam Medis.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 / Menkes / Per / III
/2008tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 / Menkes / Per / VIII /2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM LINA


TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN TRIAGE DI RSU LINA
Pertama : Panduan triage di RSU LINA Sebagaimana terlampir bersama surat
keputusan ini.
Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan dan diadakan
perbaikan/ perubahan apabila di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapanya.

Ditetapkan : di Aek Loba

Pada Tanggal : Agustus 2018

Direktur
RSU LINA

dr. Marisa

KATA PENGANTAN
Assalamualaikum. Wr.Wb.
Puji Syukur kami Panjatkan Kepada Allah. SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan Anugerah-Nya yang telah di berikan kepada penyusun sehingga
tersusunlah buku panduan Triage Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung Tengah.
Panduan triage pasien adalah proses pemilahan dan penilaian pasien selama
perawatan di IGD dimana pasien di triage berdasarkan kebutuhan medis.
Panduan triage bertujuan untuk memastikan pasien yang akan mendapatkan
perawatan emergensi akan mendapatkan perawatan yang tepat, di lokasi yang tepat, sesuai
derajat kegawatdaruratanya agar pelayanan pasien yang mengancam jjiwa segera
mendapatkan intervensi yang tepat waktu.
Semoga dengan adanya panduan ini dapat meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit
Harapan Bunda Lampung Tengah dan sebagai bahan panduan untuk pasien yang akan
melakukan triage.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.

Seputih jaya

Penyusun
Halaman Judul
Surat Keputusan Direktur
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I DEFISINI
A. Definisi
B. Tujuan
BAB II RUANG LINGKUP
BAB III TATA LAKSANA
A. Sistem Triage
B. Proses Triage
BAB IV DOKUMENTASI
KEPUSTAKAAN

PANDUAN
TRIAGE
INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA


LAMPUNG TENGAH
2016
BAB I
DEFINISI

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah Institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan


kepada masyarakat dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari
kematian atau kecacatan. Dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit harus pula
mengendalikan atau meminimalkan risiko baik klinis maupun non klinis yang
mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan berlangsung, sehingga
terlaksana pelayanan yang aman bagi pasien.

Triage merupakan proses formal dalam penilaian dan pemilahan pasien


yang sifatnya segera dari seluruh pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat
(IGD). Triage berasal dari bahasa Perancis 'otrier" yang berarti memilah,
mengidentifikasi, mengklasifikasi atau memilih. Awalnya diterapkan dalam perang
Napoleon, dimana para korban ditriage berdasar pada kebutuhan medis bukan pada
pangkat atau kelas sosial (Dong dan Bullard,2009).

Sistem triage bertujuan untuk memastikan pasien yang ingin mendapatkan


perawatan emergensi akan menerima perhatian yang tepat, di lokasi yang tepat,
yang sesuai dengan derajat kegawatannya. Suatu sistem triage yang efektif
mengklasifikasikan pasien ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan keluhan atau
cedera akutnya dan bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dengan keluhan atau
cedera yang mengancam jiwa segera mendapatkan intervensi dan alokasi
sumberdayayangterbesar serta tepat waktu. Suatu sistem triage IGD yang ideal
secara akurat memprioritaskan pasien berdasarkan intervensi kegawatannya untuk
menghindari underlriage atau overliage (mengkategorikan pasien lebih rendah atau
lebih tinggi dari temuan klinis sebenarnya) (Wulp, 1982).

Konsep kegawatan merupakan hal pokok dalam triage di kedokteran


emergensi. Kegawatan berhubungan dengan konsep waktu dan dibedakan dengan
keparahan. Kondisi urgent bisa saja tidak parah (misalnya: dislokasi sendi),
sementara penyakit yang parah bisa saja bukan kegawatan (Fitzgerald, 2010).
Beberapa sistem Triage telah di kembangakan, dalam literatur Seringkali di
sebut The Australian Triage Scale, The Manchester Triage System, The Canadia
Triage and Acuity Scale, dan The Emergency Severity Index. RS Harapan Bunda
Lampung Tengah Menerapkan Pelabelan Warna Sesuai dengan Mettag Triase
pelabelan Korban Massal. Dengan Kategori sebagai berikut. Pasien dengan label
merah berarti membutuhkan pertolongan darurat dan cepat (Resusitasi dan Pasien
Klinis) , Pasien dengan label kuning berarti membutuhkan pelayanan yang dapat
ditunda,(Emergency Mayor), pasien Pasien dengan label hijau berarti tidak dalam
kondisi gawat darurat dan dapat ditunda (Bukan Emergensi). Pasien dengan label
hitam berarti pasien sudah tidak dapat ditolong dan usia harapan hidup sangat tipis
atau DOA ( Death On Arivval).

Pasien-pasien yang datang ke IGD akan menjalani penilaian awal oleh


petugas IGD/petugas triase untuk memastikan kebutuhan klinis kegawatanya. Pada
penilaian awal ini, pasien akan memberikan riwayat singkat tentang penyakitnya
dan kemudian suatu kategori di terapkan kepada pasien tersebut.

Banyak sistem skoring dikembangkan untuk memprediksi kategori triage apa yang
harus diberikan kepada pasien yang datang ke IGD, namun dari banyak sistem
tersebut menggunakan beberapa parameter fisiologis klinis dan laboratoris yang
tidak tersedia pada proses triase awal di IGD. Penggunaan skor fisiologis yang
simpel dalam identifikasi dini pasien-pasien yang berrisiko mengalami
deteriorisasi, dapat memberikan kategori triage yang tepat kepada pasien-pasien
yang datang ke IGD. Skor fisiologis tersebut juga dapat menjadi dasar bilamana
terjadi tumpang tindih dalam memutuskan prioritas penanganan pasien-pasien yang
menjalani triage.

Mengartikan keluhan utama saja tidak akan berhubungan dengan situasi yang
dilihat dari diagnosis klinis saja, tetapi dapat pula dilihat dari perubahan fisiologis.
Pasien dengan keluhan sederhana namun dengan risiko memburuk akan
ditunjukkan oleh perubahan-perubahan fisiologis yang bisa diukur melalui tanda-
tanda vital (Labaf, dkk., 2010). The worthing Psycological scoring system (WPSS)
adalah suatu sistem skoring prognostik sederhana yang mengindentifikasi penanda
fisiologik pada tahap awal untuk melakukan tindakan secepatnya, yang dituangkan
dalam bentuk interuention-calling score. Pengukuran tanda vital pada WPSS
mencakup tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, temperature,
saturasi oksigen, dan tingkat kesadaran berdasar AVPU (alert, verbal, pain,
unresponsive) (Duckitt, dkk., 2007).

Triage adalah suatu proses yang dinamik, status atau keadaan pasien dapat berubah
meniadi tebih baik maupun menjadi lebih buruk karena cederanya maupun sebagai
dampak dan tindakan yang dilakukan. Triage harus diulang-ulang selama masih
dalam penanggulangan cederanya. Dapat dilakukan di tempat kejadian, di daerah
triage sebelum
dilakukan evakuasi, tiba di UGD, selama resusitasi maupun sesudahnya, sebelum
maupun sesudah operasi, dan setelah tiba di ruangan. Triage dilakukan hanya
dalam waktu 60 detik tanpa interverensi tindakan apapun.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum :

Tujuan dari triage dimanapun di lakukan, bukan saja supaya The Right Patien To
The Right Hospital By The Right Ambulance At The Right Time Tetapi Juga To Do
Most For The Most.

Jadi Tujuan triage adalah memilah dan menilai pasien agar mendapatkan
pertolongan medik secara cepat dan tepat sesuai dengan kategori kegawatdaruratan
dan sesuai dengan penyakitnya.

BAB II

RUANG LINGKUP
A. Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Kriteria Triage, evaluasi visual /pengamatan, pemeriksaan fisik / hasil dari
pemeriksaan fisik, psikologik (Prosedur Kerja IGD)
2. Laboratorium klinik (Prosedur Kerja Laboratorium)
3. Diagnostik Imajing sebelumnya (Prosedur Kerja Laboratorium)

B. Batasan Operasional

1. Instalasi Gawat Darurat

Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama


pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan
melibatkan berbagai multidisiplin.

2. Triage

Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma


/ penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.

3. Prioritas

Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan


pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.

4. Survey Primer

Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam
jiwa.

5. Survey Sekunder

Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan


anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak
segera diatasi.

6. Pasien Gawat darurat

Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila
tidak mendapat pertolongan secepatnya.

7. Pasien Gawat Tidak Darurat


Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut.

8. Pasien Darurat Tidak Gawat

Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.

9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat

Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya.

10. Kecelakaan ( Accident )

Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya

mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental


dan sosial.

Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :

1. Tempat kejadian :

 Kecelakaan lalu lintas

 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga

 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan

 Kecelakaan di sekolah

 Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat


rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.

2. Mekanisme kejadian

Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat,


terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.

3. Waktu kejadian

a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time )

b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.


BAB III

TATA LAKSANA
Sumber daya manusia sangat memegang peran penting untuk tercapainya kepuasan
para pasien di IGD. Dokter dan paramedis yang bertugas di IGD dituntut untuk dapat
melakukan triage secepat dan setepat mungkin, agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan pemilahan saat triage.

Triage dikelompokan dalam beberapa macam dengan tanda sebagai berikut :

A. Pasien Dengan Label Merah


Pasien dengan label merah berarti membutuhkan pertolongan darurat dan cepat
B. Pasien Dengan Label Kuning
Pasien dengan label kuning berarti membutuhkan pelayanan yang dapat ditunda
C. Pasien Dengan label Hijau
Pasien dengan label hijau berarti tidak dalam kondisi gawat darurat dan dapat ditunda.
Suatu keadaan yang tidak memerluka pertolongan segera.
D. Pasien Dengan Label Hitam
Pasien dengan label hitam berarti pasien sudah tidak dapat ditolong dan usia harapan
hidup sangat tipis. Atau Penderita yang Sudah Meninggal ( Death On Arivval/ DOA).
Tidak ada respon pada semua rangsangan, tidak ada respirasi spontan, tidak ada bukti
aktivitas jantung, tidak ada repon pupil terhadap cahaya.

Setiap pasien masuk IGD Rumah Sakit Harapan Bunda dilakukan pemeriksaan
dan terencana tindakan sesuai dengan kasusnya. Pasien yang tidak gawat darurat di
bagi dua yaitu pasien poliklinik atau pasien yang perlu rawat inap.

Sedangkan prosedur yang harus dilakukan saat pasien datang antara lain sbb :

1. Pasien datang ke IGD RSHB , baik yang datang sendiri ataupun rujukan, akan
langsung di terima oleh perawat atau dokter Jaga dan di triase.
2. Dokter/perawat melakukan Triage secara cepat dan tepat, kemudian pasien diberi
label warna yang sesuai (pada korban missal/ Mettag Triase).
3. Keluarga atau perujuk di arahkan untuk mendaftar di loket pendaftaran.
4. Dalam keadaan tertentu langsung dilakukan resusitasi di tempat resusitasi.
5. Pasien ditempatkan di ruangan sesuai dengan kasusnya
a. Apabila terdapat tanda-tanda gangguan Airway Breathing Circulation
(ABC) berat atau penurunan kesadaran, maka perawat triage langsumg
mengantar pasien ke ruang resusitasi atau P-l ( Merah ) dan melakukan
triage di ruangan tersebut.
b. Apabila tidak terdapat tanda ancaman jiwa, maka perawat menerima dan
melakukan pemeriksaan terhadap pasien di ruang triage untuk menentukan
prioritas terhadap pasien tersebut. Setelah perawat triage menentukan
tingkat kegawatan pasien, maka perawat triage mengirim pasien beserta
lembaran statusnya ke bilik prioritas sesuai kegawatan pasien. Pasien akan
dimasukkan kebilik P-2 (Kuning)
c. bila terdapat gangguan ABC ringan dan nilai Glasgow Coma Scale (GCS)
15, pasien terasa nyeri hebat atau mengalami fraktur terbuka. Apabila ABC
pasien tidak terganggu, dan mempunyai keluhan simptomatis atau luka
ringan, GCS 15, maka akan dimasukkan ke bilik P-3 (Hijau).
d. Penentuan prioritas oleh perawat triage adalah berdasarkan keluhan utama
dan diagnosis awal yang sesuai dengan pelabelan Triase Mettag dan tingkat
gangguan ABC.dan di validasi menggunakan WPSS untuk pengambilan
Keputusan.
6. Pelayanan di ruang kritis (critical care) mencakup pelayananan prioritas 1 (P-
1/merah) dan prioritas 2 (P-2/ kuning ). Semua kasus di ruang ini harus
sepengetahuan dokter spesialis on site maupun on call.

BAB IV

DOKUMENTASI
 Hasil triage pasien didokumentasikan tertulis dalam dari rekam medis pasien.
 Hasil re-triage pasien didokumentasikan tertulis dalam lembar status rekam medis
pasien IGD yang merupakan bagian dari rekam medis pasien'

KEPUSTAKAAN
 Advanced Trauma Life Support for Doctors, Student Course Manual, Eighth
Edition, American College of Surgeons Committee on Trauma, Diterjemahkan &
dicetak oleh komisi trauma .'IKABI", tahun 2008.
 Buku Panduan BT&CLS (Basic Trauma Life Support And Basic Cardiac Life
Support) Edisi Keempat, Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, tahun 2011.
 Emergency Severity Index (ESI : A Triage Tool For Emergency Departmnt
,www.ahrq-gov/pr:oI'essionals/systems/hospitaliesi/c'si.html;
 Emergency Care Singapore General Hospital. www.sgh.sorn.sg;
 Materi Pelatihan GELS (General Emergency Life Support), Departemen Kesehatan
RI - - Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Edisi ke-7, September 2006.
 Dong SL., Bullard M., 2009. Emergency Department Triage dalam Rowe BH. (Ed),
Evidence-based Emergency Medicine,Blacltwell Publishing Ltd. uK. p. 58-65
 Duckitt RW., et al. Worthing Physiological Scoring System: derivation and
validation of
 a physiological early-warning system for medical admissions. An observational,
 population-based single-centre study. British Journal of Anaesthesia 98 (6): 769-
774.
 2007
 Fttzgerald D, et al.Emergency department triage revisited. Emerg Med J, 27:86-
92.2010
 Labaf A, et al. Evaluation of the modified acute physiology and chronic health
evaluation scoring system for prediction of mortality in patients admitted to an
emergency department. Hong Kong J Emerg Med, l7(5). 2010
 Wulp I, et al. Association of the Emergency Severity Index triage categories with
patient's vital signs attriage: a prospective observational study. Emerg Med J.2010

Anda mungkin juga menyukai