PENDAHULUAN
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi yang lembek biasanya
disertai dengan peningkatan frekuensi dan apabila diukur berat feses lebih dari
200 gram perhari. Dinyatakan akut bila berlangsung kurang dari 14 hari,
dinyatakan persisten bila terjadi antara 14-28 hari dan kronik bila lebih dari 4
minggu (Setiawati, 2014).
Diare merupakan keluhan yang paling banyak disampaikan pasien kepada
dokter keluarga. Penyakit ini masih menjadi masalah karena terkait dengan
kematian yang tinggi terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Pada dewasa,
walaupun mortalitas tidak terlalu tinggi, namun pada banyak kasus, seringkali
juga membutuhkan perawatan di rumah sakit (Setiawati, 2014).
Angka kejadian Incident Rate (IR) diare untuk semua kelompok umur di
Provinsi Lampung dari tahun 2005–2012 cenderung meningkat, yaitu dari 9,8 per
1.000 penduduk menjadi 18,24 per 1.000 penduduk tahun 2012. Angka ini bila
dibandingkan dengan rata-rata nasional, angka ini masih jauh dibawah angka
nasional 374 per 1.000 penduduk. Walaupun angka kesakitan meningkat namun
angka kematian diare masih dibawah 1% (Depkes RI, 2011).
Pada umumnya penyebab diare tidak terlepas dari infeksi bakteri. Bakteri
penyebab diare berbeda-beda berdasarkan umur, tempat, dan waktu. Penyakit
infeksi diperkirakan menyebabkan kematian 11 juta anak tiap tahunnya, 99% dari
kematian terjadi di Negara berkembang, dan 4 juta di antaranya kematian terjadi
pada tahun pertama kehidupan. Diare merupakan manifestasi salah satu penyakit
infeksi penyebab kematian di seluruh dunia. Diperkirakan setiap tahunnya 3,5 juta
anak di bawah 5 tahun meninggal akibat infeksi diare. Bakteri yang paling sering
menyebabkan infeksi pada diare diantaranya adalah Vibrio cholera 01, Vibrio
cholera 0139, Vibrio parahemoliticus, Echerichia coli, Aeromonas, Bacteroides
fragilis, Campylobacter jejuni, Salmonella, Clostridium difficile, Shigella
(Setiawati, 2014).
2.1 DIARE
2.1.1 Definisi Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi yang lembek biasanya
disertai dengan peningkatan frekuensi dan apabila diukur berat feses lebih dari
200 gram perhari. Dinyatakan akut bila berlangsung kurang dari 14 hari,
dinyatakan persisten bila terjadi antara 14-28 hari dan kronik bila lebih dari 4
minggu (Setiawati, 2014).
2.1.2 Epidemiologi
Diare di Asia Tenggara juga menempati urutan nomor tiga sebagai
penyebab kematian pada anak dibawah umur lima tahun dengan perinatal
mortality rate sebesar 18%. Di Indonesia diare masih merupakan masalah
kesehatan yang hingga kini masih menjadi penyebab utama kesakitan dan
kematian pada bayi dan anak-anak. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun
tajam tetapi angka morbiditasnya masih cukup tinggi. Di Indonesia dilaporkan
bahwa tiap anak mengalami diare sebanyak 1-3 episode per tahun (Setiawati,
2014).
2.1.3 Patogenesis
Tabel 1.1 Sumber yang berpotensi tercemar dan menyebabkan diare (Setiawati,
2014)
Patogen Sumber
Salmonella (non Telur, daging, produk susu
typhoidal)
Shigella 20% bersumber dari makanan, penularan bias terjadi
secara kontak langsung manusia ke manusia
Campylobacter jejuni Unggas
Staphylococcus aureus, Tersering pada keracunan makanan, pada B.cereus
Bacillus cereus bias disertai siare sekretorik terjadi 6 jam setelah
makan
Clostridium perfringens Keracunan makanan, diare sekretorik, terjadi 8-24
jam setelah makan
Vibrio cholera 01, 0139 Kerang, makanan mentah (sushi)
Eschericia coli 0157:H7 Daging setengah matang, air terkontaminasi
(EHEC)
ETEC, EAEC Wisatawan
Clostridium difficile Pemakaian antibiotika (dalam 2 bulan terakhir)
Cryptosporidium, Pada pasien HIV
microsporidia
Cyclospora, Giardia Wisatawan
1. Autotrof
Autotrof, menyusun makanan sendiri dari bahan-bahan anorganik. Bakteri
autotrof, berdasarkan sumber energinya dibedakan atas : fotoautotrof
(sumber energinya dari cahaya) dan kemoautotrof (sumber energi dari
hasil reaksi kimia)
2. Heterotrof
Heterotrof, tidak menyusun makanan sendiri, memanfaatkan bahan
organik jadi yang berasal dari organisme lain. Termasuk bakteri heterotrof
adalah bakteri saprofit, yaitu bakteri yang mendapat makanan dengan
menguraikan sisa-sisa organisme (Pelczar, 2006).
2.2.3 Struktur bakteri
Escherichia coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa
dipakai di laboratorium mikrobiologi, pada media yag digunakan untuk
isolasi kuman enteric, sebagai besar strain Escherichia coli tumbuh
sebagai koloni yang meragi laktosa Escherichia coli bersifat
mikroaerofilik. (Syahrurachman, 2010). Untuk isolasi Escherichia coli
menggunakan biakan yang ditanam pada agar darah dan medium
diferensial. Pada medium diferensil, identifikasi preliminer yang cepat
terhadap bakteri enterik gram negatif mungkin dilakukan (Jawetz et al.,
2013).
2.2.4.2 Shigella
Shigella adalah batang gram negatif yang ramping bentuk kokobasil
ditemukan di biakan yang muda Shigella bersifat fakultatif anaerob tetpi tumbuh
paling baik secara aerob. Koloni berbentuk konveks, bulat, transparan dengan tepi
yang utuh dan mencapai diameter sekitar 2mm. semua Shigella
memfermentasikan glukosa. Kecuali Shigella sonnei, Shigella tidak
memfermentasikan laktosa. Ketidakmampuannya memfermentasikan laktosa
membedakan Shigella pada medium diferensial. Shigella membentuk asam dari
karbohidrat tetapi jarang menghasilkan gas. Organisme ini juga dapat dibagi
menjadi organisme yang memfermentasikan mantol dan tidak memfermentasikan
manitol (Jawetz et al., 2013).
Biakan pada Shigella biasanya bahan yang digoreskan pada medium
diferensial (misalnya agar MacConkey atau EMB) dan pada medium selektif (agar
enteric Hektoen atau agar salmonella Shigella) yang menekan Enterobacteriaceae
lain dan organisme yang positif. Koloni yang tidak berwarna (laktosa-negatif)
diinokulasi pada agar triplet gula besi. Organisme yang menghasilkan gas pada
pangkal dan bagian miring yang basa di medium agar triplet gula besi, dan tidak
motil sebaiknya dilakukan pemeriksaan aglutinasi slide degan anti serum spesifik
Shigella (Jawetz et al., 2013).
2.2.4.3 Salmonella
Salmonella adalah bakteri basil gram negatif salmonella memiliki 2.500
serotipe tetapi hanya jumlah kecil serotipe yang berperan pada infeksi manusia.
Infeksi ini merupakan penyebab tersering kedua diare bakterial di negara maju,
dimana insidensinya meningkat secara bermakna dalam tiga dekade terakhir
(Mandal et al., 2008).
Salmonella umumnya bersifat patogen untuk manusia atau hewan bila
masuk melalui mulut. Organisme ini ditularkan dari hewan dan produk hewan ke
manusia, dan menyebabkan enteritis, infeksi sistemik, dan demm enterik (Jawetz
et al., 2013).
Lebih dari 2.500 serotipe Salmonellae, termaksud lebih dari 1.400 dalam
kelompok hibridisasi DNA grup 1 yang dapat menginfeksi manusia. Empat tipe
Salmonella yang menyebabkan demam enterik dapat diidentifikasikan di
laboratorium klinis melalui pemeriksaan biokimia dan serologik. Serotipe-serotipe
ini sebaiknya rutin diidentifikasi karena serotipe-serotipe ini bermakna secara
klinis. Serotipe tersebut adalah sebagai berikut: Salmonella Paratyphi A (serogrup
A), Salmonella Paratyphi B (serogrup B), Salmonella cholerasuis (serogrup C1),
dan Salmonella typhi (serogrup D) (Jawetz et al., 2013).
Metode bakteriologik untuk isolasi Salmonella yaitu terdapat bermacam-
macam diantaranya :
a. Biakan pada medium diferensial
Medium EMB, MacConkey, atau deoksikolat memungkinkan
deteksi cepat organisme yang tidak memfermentasikan laktosa (tidak
hanya Salmonella dan Shigella tetapi juga Proteus, Serratia,
Pseudomonas, dan lain-lain). Organisme gram positif sedikit dihambat.
Medium bismuth sulfit memungkinkan deteksi cepat Salmonella yang
membentuk koloni hitam karena H2S. Banyak salmonella menghasilkan
H2S.
b. Biakan pada medium selektif
Spesimen diletakkan pada agar Salmonella-Shigella (SS) dan agar
enterik Hotoen atau agar deoksikolat-sitrat, yang membantu pertumbuhan
Salmonella dan Shigella melebihi Enterobacteriaceae lain.
c. Biakan pada medium yang diperkaya
Spesimen (biasanya feses) juga diletakkan di dalam kaldu
tetrationat dapat menghambat replikasi bakteri normal usus dan
memungkinkan multipikasi Salmonella. Seteah inkubasi selama 1-2 hari,
spesimen tersebut diletakkan pada medium diferensial dan medium
selektif.
d. Identifikasi akhir
Koloni yang dicurigai pada medium padat diidentifikasi degan pola
reaksi biokima dan di uji aglutinasi slide dengan serum spesifik (Jawetz et
al., 2013).
2.2.4.4 Clostridium
Clostridium adalah batang anaerob, gram positif, besar yang motil. Banyak
yang melakukan dekomposisi protein atau membentuk toksin, dan beberapa
spesies melakukan keduanya habitat alaminya adalah tanah atau saluran cerna
hewan dan manusia, tempat mereka hidup sebagai saprofit, diantara patogen-
patogen tersebut adalah organisme yang menyebabkan botulisme, tetanus,
gangren gas dan colitis pseudomembran. Spesies yang sering menimbulkan diare
adalah Clostridium difficile. Di dalam tinja dan melalui endoobservasi endoskopik
adanya pseudomembran atau mikroabses pada pasien yang menderita diare atau
telah diberikan antibiotik. Plak dan mikroabses dapat terbatas pada satu area di
usus. Diare dapat berair atau berdarah, dan pasien sering mengalami kram
abdomen, leukositosis, dan demam. Meskipun banyak antibiotik yang
dihubungkan dengan ini, namun paling sering adalah ampisilin dan klindamisin.
Penyakit diobati dengan menghentikan pemberian antibiotik yang menggangu dan
memberikan metronidazol atau vankomisin secara oral (Jawetz et al., 2013).
2.2.4.5 Vibrio
Vibrio adalah bakteri batang gram negatif yang tersebar luas dialam.
Vibrio dapat ditemukan di laut dan perairan dangkal. Bateri ini berbentuk
bengkok, bersifat aerob dan motil, serta mempunyai satu flagel kutub. Vibrio
cholera serogrup O1 dan 0139 menyebabkan kolera pada manusia, sementara
Vibrio lainya dapat menyebabkan sepsis atau enteritis (Jawetz et al., 2013).
Selain Vibrio cholera yang dapat menyebabkan diare juga adalah Vibrio
parahaemolyticus adalah bakteri halofilik yang menyebabkan gastroenteritis akut
setelah memakan makanan laut seperti ikan mentah atau kerang. Setelah masa
inkubasi 12-24 jam, muncul gejala mual, muntah, kram perut, demam dan diare
encer sampai berdarah. Sering ditemukan leukosit feses. Vibrio membentuk
koloni konveks, halus, dan bundar yang tampak opak dan granular bila disinari
cahaya. Dan vibrio dapat tumbuh pada suhu 37OC pada berbagai macam medium,
termasuk medium khusus yang mengandung garam mineral dan asparigin sebagai
sumber karbon dan nitrogen. Vibrio tumbuh dengan baik pada agar Tiosulfat sitrat
empedu sukrosa (TCBS), tempat bakteri tersebut menghasilkan koloni kuning
yang dapat dilihat langsung dengan latar belakang yag berwarna hijau gelap
(Jawetz et al., 2013).
2.2.4.6 Aeromonas
Aeromonas adalah bakteri batang gram negatif yang tersebar luas dialam.
Aeromonas ditemukan paling banyak di air segar dan kadang-kadang pada hewan
berdarah dingin. Banyak genospesis yang telah dikenali beberapa jenis diberi
nama ulang, beberapa yang belum diberi nama. Tiga kelompok berikut
mempunyai makna klinis dalam infeksi manusia: kompleks Aeromonas
hydrophila, kompleks Aeromonas caviae, dan Aeromonas veronii biovar sobria.
Aeromonas yang dibiakan dari spesimen feses tumbuh dengan baik pada medium
deferensial yang digunakan untuk membiakan bakteri batang gram negatif enterik
serta dapat dengan mudah menjadi rancu dengan bakteri enterik. Spesies
aeromonas dapat dibedakan dari bakteri batang gram negatif dengan reaksi
oksidase positif pada pertumbuhan yang diambil dari lempeng agar darah (Jawetz
et al., 2013).
2.2.4.7 Campylobacter
Campylobacter termasuk bakteri batang gram negatif biasanya dapat
ditemukan di berbagai spesies hewan, termasuk hewan piaraan. Campylobacter
menyebabkan diare dan penyakit sistemik serta merupakan penyebab infeksi yang
tersebar paling luas di seluruh dunia. Infeksi Campylobacter pada binatang
piaraan juga terjadi secara meluas. Klasifikasi bakteri dalam famili
Campylobacter sering mengalami perubahan tetapu Campylobacter jejuni adalah
organisme prototype dalam kelompok Campylobacter dan merupakan penyebab
diare yang paling sering pada manusia. Karakteristik biakan adalah hal yang
paling penting dalam isolasi dan identifikasi Campylobacter jejuni dan
campylobacter lainnya. Diperlukan juga medium selektif, dan inkubasi harus
dlakukan dalam lingkungan dengan kadar O2 rendah (5% O2) dengan tambahan
CO2 (10% CO2). Medium cocok untuk isolasi Campylobacter jejuni pada suhu
420C jika medium Skirrow diinkubasi pada suhu 36-370C, jenis Campylobacter
lainnya dapat diisolasi (Jawetz et al., 2013).
2.2.4.8 Staphylococcus
Adalah bakteri kokus gram positif Staphylococcus berasal dari kata
Staphyle yang berarti kelompok buah anggur dan kokus yang berarti benih bulat.
Bakteri ini sering ditemukan sebagai flora normal di kulit dan selaput lendir
manusia. Dapat menyebabkan infeksi baik pada manusia dan hewan. Beberapa
jenis kuman ini dapat membuat enterotoksin yang dapat menyebabkan keracunan
makanan. Bakteri ii dapat diasingkan dari bahan-bahan klinik, karier, makanan
dan lingkungan (Staf Pengajar UI, 2010).
2.2.4.9 Streptococcus
Adalah bakteri kokus gram positif dan manusia termaksuk salah satu
makhluk paling rentan terhadap infeksi Streptococcus dan tidak ada alat tubuh
atau jaringan dalam tubuhnya yang benar-benar kebal. Bakteri ini dapat
menyebabkan penyakit epidemik antara lain scarlet fever, erisipelas, radang
tenggorokan, febris puerpuralis, rheumatic fever, dan bermacam macam penyakit
lainnya (Staf Pengajar UI, 2010).
2.2.4.10 Enterobacter spp
Saat lahir usus steril, tetapi organisme segera masuk bersama makanan.
Pada anak yag mendapat ASI, usus mengandung banyak Streptococcus asam
laktat dan laktobasilus. Organisme aerob dan anaerob, gram positif, non motil ini
(misalnya, spesies bifidobakterium) menghasilkan asam dan karbohidrat dan
menoleransi pH 5,0. Pada anak yang minum susu formula, lebih banyak flora
campuran di dalam usus, dan laktobasilus lebih sedikit. Seiring berkembangnya
pola makan menuju pola dewasa, flora usus berubah. Diet mempunyai pengaruh
yang nyata dalam komposisi relative flora usus dan feses. Usus neonatus dalam
ruang perawatan intensif cenderung terkolonisasi oleh Enterobacteriaceae (Jawetz
et al., 2013).
Pada orang dewasa, esophagus mengandung mikroorganisme yang masuk
bersama saliva dan makanan. Keasaman lambung menjaga jumlah
minkroorgaisme pada angka minimum (103-105/g kandungan) kecuali jika terjadi
obstruksi di pylorus yang menyebabkan ploriferasi kokus dan basilus gram positif.
pH asam yang normal pada lambung secara nyata melindungi dari infeksi dari
beberapa patogen enterik, misalnya, kolera. Pemberian simetidin untuk ulkus
peptikum menyebabkan peningkatan yang banyak dari flora mikroba lambung,
termasuk banyak organisme yang biasanya banyak dalam feses. Sering pH usus
menjadi basa, flora residen secara bertahan meningkat. Dalam duodenum orang
dewasa terdapat 103-106 bakteri per gram isi, dan jejunum dan ileum 105-108
bakteri per gram dan dalam sekum serta colon transverses 108-1010 bakteri per
gram. Dalam usus bagian atas, laktobasilus dan enterokokus menonjol, tetapi di
ileum bawah dan sekum, flora seperti yang ada di dalam feses. Di kolon
sigmoideum dan retum terdapat sekitar 1011 bakteri per gram isi, yang merupakan
10-30% massa feses. Organisme anaerob melebihin organisme fakultatif hingga
1.000 kali lipat. Pada keadaan diare, jumlah bakteri dapat berkurang secara nyata,
sedangkan pada statis usus jumlahnya meningkat (Jawetz et al., 2013).
2.3 Identifikasi Bakteri
2.3.1 Mikroskopis
1. Media
Fungsi dari media adalah untuk menumbuhkan mikroba, isolasi,
memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi, dan perhitungan
jumlah mikroba (Thomas, 2013).
2. Jenis Media
1. Media Diperkaya (Media Enrichment)
Media diperkaya adalah media yang mengandung
komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah
komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur sehingga
dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba tertentu (Thomas,
2013).
2. Media Selektif
Media yang mengandung bahan-bahan tertentu yang
bersifat selektif yang memungkinkan bakteri-bakteri tertentu
memang dapat tumbuh tetapi dengan masing-masing koloni yang
sangat khas. Media selektif selain mengandung nutrisi juga
ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan
pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba
yang diinginkan. Media selektif terdiri dari soda agar untuk Vibrio
cholera, TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Sucrose), MacConkey,
SSA (Salmonella Shigella Agar), Bismuth sulfite agar,
Campylobacter selektif media, dan ogawa medium (Thomas,
2013).
3. Media Diferensial
Media yang karena adanya komposisi kimia tertentu
mampu memberikan cirri khusus pda genus tertentu yang terdiri
dari media MacConkey, EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
(Thomas, 2013).
2.3.2Makroskopis
1. Pemeriksaan Langsung
Pemeriksaan langsung digunakan untuk mengamati pergerakan,
mengamati bentuk dan ukuran sel yang alami, yang pada saat mengalami
fiksasi panas serta selama proses pewarnaan mengakibatkan beberapa
perubahan (Thomas, 2013).
2. Pewarnaan
Teknik pewarnaan dikelompokkan menjadi beberapa tipe, berdasarkan
respon sel bakteri terhadap zat pewarna dan sistem pewarnaan yang
digunakan. Untuk pemisah kelompok bakteri digunakan pewarnaan gram
adalah pewarnaan diferensial merupakan pewarnaan gram yang
diperkenalkan oleh Dr. Christian Gram. Dia membagi sel-sel bakteri
kedalam 2 grup yaitu gram positif dan gram negatif. Pewarnaan gram
menggunakan 4 reagen yang berbeda. Keempat reagen tersebut adalah
Primary strain, mordant iodine, decolorizing agents, counter strain
(Thomas, 2013).
3. Uji Biokimia
1. Pemeriksaan Indol
Pemeriksaan dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam proses
pertumbuhannya bakteri dapat membentuk indol dari triptofan.
Adanya pembentukan indol dapat diketahui dengan reagen Ehrlich
atau Konvacs, yang mengakibatkan medium berwarna merah.
Medium pembiakan cair yang telah ditanam dieramkan selama 24 jam
sampai 48 jam dan berikan reagens Ehrlich
Paradimetilaminbenzaldehida 9 gram, Etilalkohol 190 gram, Asam
klorida 40 gram. Kedalam biakan ditambahkan 1 ml eter atau silil,
dikocok, sehingga tersebar rata diseluruh cairan, kemudian didiamkan
sampai semua eter atau silol berkumpul di permukaan. Reagens
diteteskan perlahan-lahan melalui dinding tabung sebanyak kira-kira
0,5 ml. bila indol positif maka tampak cincin merah terbentuk di batas
cairan medium dan eter atau xilol (Koes Irianto, 2012).
2. Metil Merah pengujian dengan metil merah dilakukan untuk
mengetahui apakah bakteri dapat membentuk asam sedemikian
banyaknya sehingga dapat mengubah indikator metil merah menjadi
merah. Beberapa jenis bakteri dapat membentuk asam tetapi tidak
cukup banyak untuk dapat mengubah indikator dan penurunan pH
sampai 5,0 pada umumnya sudah meghambat kelanjutan hidup
mikroorganisme (Koes Irianto, 2012).
3. Voges Proskauer
Menurut Voges Proskauer pengujian yang dilakukan adalah
untuk mengetahui apakah dalam proses pertumbuhan organisme
terbentuk asetil-metilkarbinol sebagai produk antara (intermediate
product) dari proses metabolisme karbohidrat (Koes Irianto, 2012).
2.4 Kerangka Teori
Keracunan Penggunaan
Infeksi Malabsorbsi Makanan antibiotik
E.coli
Clostridium botulinum
Shigella
Salmonella
Bacillus cereus
Vibrio
Campylobacter
Aeromonas
Berkembang di
usus
Hipersekresi air
& elektrolit
Peningkatan isi
usus
Pengambilan Spesimen
NA
SSA
Endo Agar
TCBS
NA miring
Gram (+)
Pengecatan
Inkubasi 370C, 24 jam
Gram
Gram (-)
Tes Biokimia Escherichia coli
TSIA, Urea, Sitrat, Voges Samonella
Proskauer, Metil Red (MR)
Shigella
Vibrio
Hasil
Pegumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis
Laporan
Revisi
Presentasi
Brooks G.F., Carroll K.C., Butel J.S., Morse S.A., & Mietzner T.A. (2013).
Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. Medical Microbiology. 26th ed. New York: Mc
Graw –Hill
Depkes RI. (2011). Situasi diare di Indonesia. Data dan informasi kesehatan, 15-
30.
Dorlan, Newman. (2012). Kamus Kedokteran Dorland. edisi 31. Jakarta: EGC.
Erdiansyah, R., Dina, A., & Faisal, J. (2014). Isolasi Dan Identifikasi genus
Salmonella Dan Shigella di feses orang hutan Sumatra Di Pusat Reintroduksi
Orang Hutan Jantho. Fakultas Kedokteran UNSYAH: Banda Aceh
Muttaqin, G.M., Hartyo, E., & Marisa, D., Isolat Bakteri. (2015). Gambaran
Isolat Bakteri Aerob Diare Pada Pada Anak Yang Dirawat Di RSUD Ulin
Banjarmasin, 87-93.
Pelczar, Jr., Michael, j., & Chan, E.C.S. (2006). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jilid
1. Jakarta: Penerbit Indonesia.
Reni, Z., (2014). Isolasi dan Identifikasi bakteri pada cairan lensa kontak. FK
UNMAL. Universitas Malahayati: Bandar Lampung.
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
pengembangan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 54-60.
Rusma, Y., Eka, P.J., & Boy, R.S. (2013). Viabilitas Bakteri Asam Laktat Dan
Aktifitas Antimikroba Susu Fermentasi Terhadap Streptococcus pyogenes, Vibrio
Cholerae dan Candida albicans.Universitas Atma Jaya: Yogyakarta
Setiawati, S., Alwin, I., Sudoyo, A.W., Simadibrata , M., Setiohadi, B., &
Syam, A.F. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing.
Siti, T.N., Waworuntu, O., & Porotu, O.J. (2015). E-Biomedik. Pola Bakteri
Aerob Pada Anak Di Instalansi Rawat Inap Anak RSU Monginsidi Teling, 3(1),
221-226.
SNI (Standar Nasional Indonesia). (2008). Metode Pengujian Cemaran Mikroba
dalam Daging, Telur dan Susus, Serta Hasil Olahannya. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Thomas, Margie & Mardiah. (2013). Teknik Isolasi dan Kultur FK UNPAD.
Universitas Padjadjaran; Bandung.
Zein, U., Sagala, K.H., & Ginting, J. (2004). Diare Akut Disebabkan Bakteri.
Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara.