Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya.
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrim. Kebanyakan kasus nyeri karena
fraktur sekarang di akibatkan oleh tingginya angka kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang
di akibatkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat dalam menggunakan alat-alat yang
memenuhi standar keselamatan dalam berkendaraan. Seperti menggunakan helm yang
standar untuk pengendara sepeda motor dan menggunakan sabuk pengaman untuk
pengendara mobil. Mobilitas atau kemampuan fisik klien untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari perubahan dan klien perlu belajar bagaimana menyesuaikan aktivitas
dan lingkungan untuk mengakomodasikan diri dengan menggunakan alat bantu dan bantuan
mobilitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu fraktur?
2. Apa saja etiologi dari fraktur ?
3. Bagaimana patofisiologi dari fraktur ?Apa saja manifestasi klinik dari fraktur ?
4. Apa saja komplikasi fraktur ?
5. Bagaimana penanganan fraktur ?
6. Bagaimana konsep askep dari fraktur ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Apa itu fraktur
2. Untuk mengetahui Apa saja etiologi dari fraktur
3. Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi dari fraktur
4. Untuk mengetahui Apa saja manifestasi klinik dari fraktur
5. Untuk mengetahui Apa saja komplikasi fraktur
6. Untuk mengetahui Bagaimana penanganan fraktur
7. Untuk mengetahui Bagaimana konsep askep dari fraktur

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Fraktur


Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004:
840).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. (Brunner & Suddarth. 2001 : 2357).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183).
Patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang
rawan yang disebabkan oleh kekerasan.(Oswari, 2000 : 144)
2.2 Etiologi
1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
Penyebab Fraktur adalah :
a. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang
ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan
penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

2
2.3 Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma Baik itu
karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak
langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga
bisa karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon,
karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi.
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan
ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-
sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran
darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di
tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala
untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang
baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru
mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan
dengan pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke
ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol
pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total
dapat berakibat anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun
jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth,
2002: 2287)

3
2.4 Pathway

Etiologi

Trauma (langsung atau tidak langsung), patologi

Fraktur (terbuka atau tertutup)

Kehilangan integritas tulang Perubahan fragmen tulang Fraktur terbuka ujung tulang
kerusakan pada jaringan dan menembus otot dan kulit
pembuluh darah

Luka
Ketidakstabilan posisi
Perdarahan lokal
fraktur, apabila organ fraktur
digerakkan
Gangguan
Hematoma pada daerah fraktur integritas kulit
Fragmen tulang yang patah
menusuk organ sekitar
Kuman mudah masuk
Aliran darah ke daerah distal
Gangguan rasa berkurang atau terhambat
nyaman nyeri Resiko tinggi
infeksi
(warna jaringan pucat, nadi
lemas, cianosis, kesemutan)
Sindroma kompartemen
keterbatasan aktifitas
Kerusakan neuromuskuler
Defisit perawatan diri
Gangguan fungsi organ distal

Gangguan mobilitas fisik

4
2.5 Pengobatan
Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi
konservatif meliputi proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif
terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi internal, reposisi tertutup dengan kontrol
radiologis diikuti fiksasi interna
Pada pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada
bagian yang patah. Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan
densitas tulang agak cepat. Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan
menderita komplikasi dari imobilisasi antara lain: adanya rasa tidak enak, iritasi kulit
dan luka akibat penekanan, hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat
terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan mengakibatkan berkurangnya kemampuan
perawatan diri
Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan
dengan pin, sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya
infeksi, pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur
yang sebelumnya tidak mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami
kerusakan selama tindakan operasi. Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot
dan sendi dapat mengakibatkan nyeri yang hebat.

2.6 Klasifikasi
1. Fraktur Tertutup (Simple Fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen
tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh
lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar
2. Fraktur Terbuka (Compound Fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur yang
mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak,
dapat berbentuk from within (dari dalam), atau from without (dari luar).
3. Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture). Fraktur dengan komplikasi adalah
fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-union, delayed union, non-
union, dan infeksi tulang

5
2.7 Manifestasi Klinis
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat
di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
tulang tempat melengketnya obat.
3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi
struktur fraktur yang kompleks.
2. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan
lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah
2.9 Komplikasi
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.

2.10 Pengertian Luka

6
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera
atau pembedahan ( agustina,2009).
Luka adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan keseimbangan terhadap
integritas kulit ( kehilangan /kerusakan sebagai struktur jaringan utuh), akibat trauma
mekanik, termal, radiasi, fisik, pembedahan, zat kimia (Sorensen, 1997).
Luka adalah terganggunya (distruption) integritas normal dari kulit dan
jaringan dibawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau
terbuka, bersih atau terkontaminasi, supervisial atau dalam (koiner dan taylan)
2.11 klasifikasi luka
Luka dilkasifikasikan dengan berbagai macam cara. Masing-masing pengklasifikasian
tersebut, antara lain :
1. Berdasarkan kedalaman dan luasnya
a. Luka supervisial adalah terbatas pada lapisan dermis
b. Luka “partial thicknees” adalah hilangnya jaringan kulit pada lapisan
epidermis dan lapisan bagian atas dermis
c. Luka “full thicknees” adalah jaringan kulit yang hilang pada lapisan
epidermis, dermis, dan fasia, tidak mengenai otot.
d. Luka mengenai otot, tendon dan tulang
2. Luka berdasarkan kedalaman dan luasnya tersebut, juga dapat dinyatakan menurut
stadium luka, berikut ini:
a. Stadium I: Luka supervisial, yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis
kulit.
b. Stidium II: ‘Partial thickness’,yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis.
c. Stidium III: Luka ‘Full Thinkness’, yaitu hilangnya kulit keseluruhan sampai
jaringan subkutan yang dapat meluas tetapi tidak mengenai otot
d. Stidium IV: Luka ‘Full Thickness’, yaitu yang telah mencapai lapisan
otot,tendon, dan tulang dengan adanya destruction / kerusakan yang luas.
3. Luka di klasifikasikan berdasarkan kedalaman dan luasnya dengan pembagian
berdasarkan tingkat keparahannya, dapat di bagi menjadi:
a. Tingkat 1: Kemerahan (Perubahan Warna),teraba hangat,bengkak/terasa lebih
keras
b. Tingkat II: Luka lebih dalam melibatkan sebagian jaringan kulit
c. Tingkat III: Luka melibatkan seluruh jaringan kulit & bagian di bawahnya
termasuk lemak tetapi tidak menembus fascia.

7
d. Tingkat IV: Luka lebih dalam melibatkan otot atau tulang dan jaringan di
sekitarnya
4. Terminologi Luka yang di hubungkan dengan waktu penyembuhan/waktu
kejadiannya,luka dapat di bagi menjadi luka akut dan luka kronik:
a. Luka Akut:
 Luka baru,mendadak dan penyembuhannya sesuai waktu yang di
perkirakan.
 Luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang
telah di sepakati.
 Luka Akut merupakan luka trauma yang biasanya segera mendapat
penanganan dan dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi.
Contoh: luka sayat,luka bakar,luka tusuk,crush injury
 Luka Operasi dapat di anggap luka akut adalah luka yang mengalami proses
penyembuhan, yang terjadi akibat proses perbaikan integritas fungsi dan
anatomi secara terus menerus, sesuai dengan tahap dan waktu yang normal.
b. Luka Kronis:
2.12 Pengantar:
 Luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,dapat karena
faktor eksogen atau endogen
 Luka gagal sembuh pada waktu yang di perkirakan, tidak berespon baik
terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali.
 Luka yang berlangsung lama atau sering rekuren dimana terjadi gangguan
pada proses penyembuhan yang biasanya di sebabkan oleh masalah multi
faktor dari penderita.
 Dapat di simpulkan bahwa luka kronik adalah luka yang gagal meleawati
proses perbaikan untuk mengembalikan intergris fungsi dan anatomi sesuai
dengan tahap dan waktu yang normal.

3. Karakteristik Luka Kronik:


1. Luka Kronik disebabkan inflamasi kronik yang di tandain dengan siklus aktivitas
sel yang tidak mendukung penyembuhan.
2. Aktivitas Proteolitik dan tidak adekuat (I.e.melampaui periode bermanfaat)
sehingga berperan dalam kronisitas luka.

8
3. Kadar Matrix Metalloproteinase dan protease serine meningkat di bandingkan
cairan luka akut.
4. Kadar Laktat pada luka kronik semakin turun selama penyembuhan.
5. Pada Luka Kronik,Kadar Albumin, Protein Total, Dan Glukosa Semakin meningkat
menuju kesembuhan. Contoh: Leg Ulcers/Ulkus Kaki Pressure sores/Luka tekan,
decubitus, diabetic ulcers, luka diabetes, malignant ulcers/Luka kanker, luka bakar
yang terinfeksi
4. Klasifikasi berdasar jenisnya antara lain luka memar, luka abrasi/ babras/ lecet; Luka
robek/ lacerasi; Luka tusuk; Luka tembak; Luka gigitan; Luka Avulsi; Luka hancur,
yang masing-masing di jelaskan sebagai berikut:
1. Luka Memar
2. Luka Abrasi/ Babras/ Lecet
3. Luka Robek/ Lacerasi/ Vulnus Laceratum (Lacerated Wound)
4. Luka Tusuk/ Puncture/ Vulnus Punctum ( Punctured Wound)
5. Luka Tembak
6. Luka Gigitan
7. Luka Avulsi
8. Luka Hancur
5. Klasifikasi Berdasarkan tingkat kontaminasi terhadap luka:
1. Luka Bersih (Clean Wound)
2. Luka Bersih Terkontaminasi ( Clean-Cotaminated Wounds)
3. Luka Terkontaminasi (Contaminated Wounds)
4. Luka Kotor atau Infeksi (Dirty Or Infected Wounds)
6. Klasifikasi berdasar ada tidaknya hubungan dengan luar/ integritas luka.
1. Luka tertutup (Vulnus Occlusum)
2. Luka terbuka (Vulnus Apertum)

7. Klasifikasi berdasarkan kedalaman dan luasnya luka / struktur anatomis


1. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka/ struktur anatomis
a. Superficial –batas epidermis
b. Partial Thickness
c. Full Thickness –Sampai Fasia
d. Deep (Dalam) –Sampai Otot
2. Klasifikasi berdasarkan dalam dan luasnya luka
a. Luka ‘Partial Thickness’

9
b. Luka ‘Full Thickness’
3. Klasifikasi berdasarkan dalam dan luasnya luka
a. Stadium I : Luka Superficial
b. Stadium II : Luka Partial Thickness
c. Stadium III : Luka Full Thickness
d. Stadium IV : Luka Full Thickness

2.13 Pengertian Dislokasi


Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka
mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu
dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun
menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami
dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan
gampang dislokasi lagi.
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan,secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner &
Suddarth)Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.(Arif Mansyur,
dkk. 2000)Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah
tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi.( Buku Ajar Ilmu Bedah,
hal 1138) Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot, kontraksi cedera dan
tarikan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.

2.14 Klasifikasi
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
7.9.1 Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
7.9.2 Dislokasi patologik

10
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang
7.9.3 Dislokasi traumatic.
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress
berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang
dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan
tipe kliniknya dibagi
7.9.4 Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi
7.9.5 Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya
sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya
ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan
tarikan.

Berdasarkan tempat terjadinya :


1. Dislokasi sendi rahang
a. Menguap terlalu lebar
b. Terkena pukulan keras saat rahang terbuka,akibatnya penderita tidak dapat
menutup mulutnya
2. Dislokasi sendi rahang
a. pergeseran kaput humerus dari sendi glenuhumeral berada dianterior dan
medial glenoid (dislokasi anterior,posterior,inferior )
4. Dislokasi sendi siku
a. merupakan mekanisme cidera biasanya trejadi pada tangan yang menyebabkan
dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan jelas siku berubah bentuk dengan
kerusakan tonjolan-tonjolan tulang siku
5. Dislokasi sendi jari

11
a. Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan apabila tidak ditolong dg
segara,sendi tersebut akan menjadi kaku kelak.Sendi jari dapat mengalami
dislokasi kearah telapak tangan dan punggung tangan.
6. Dialokasi sendi Methacarpopalangeal dan interpalangeal
a. Dislokasi yang disebabkan karena hiperekstensi ekstensi persendian
7. Dislokasi Panggul
a. Bergesernya caput femur dari sendi pamggul berada dianterior dan atas
acetabulum(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior),
dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
8. Dislokasi Patella
a. Paling sering terjadi ke arah lateral.
b. Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan
c. Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara
bedah.
2.15 Etiologi
Dislokasi disebabkan oleh:
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam,
volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi
pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain
lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
3. Terjatuh
a. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
b. Tidak diketahui
c. Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
d. akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
e. Trauma akibat kecelakaan.
f. Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin tentang tulang
g. Terjadi infeksi disekitar sendi.
2.16 Patofisiologi

12
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan
,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian
posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput
ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini
hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid). Dislokasi terjadi
saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari
posisinya yang normal didalam sendi,karena terpeleset dari tempatnya maka
mengalami macet,selain itu juga mengalami nyeri.Sebuah sendi yang pernah
mengalami dislokasi ligamen-ligamennya menjadi kendor,akibatnya sendi itu akan
mudah mengalami dislokasi lagi.

2.17 Pathways

13
2.18 Mamifestasi Klinis
1. Deformasi pada persendian
Jika sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat celah .
2. Gangguan gerakan
Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.

3. Pembengkaan
Pembengkan ini bisa parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas
4. Nyeri
Sendi bahu,sendi siku,metakarpal palangeal dan sendi pangkal paha servikal
5. Kekakuan

2.19 Komplikasi
1. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
2. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3. Fraktur
4. disloksi.

Komplikasi lanjut:

1. Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan


sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
2. Dislokasi yang berulang : terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas
dari bagian depan leher glenoid
5. Kelemahan otot
2.20 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat menunjang diagnosa adalah sebagai berikut :
1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan
adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna
putih.

14
2. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara
3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak
berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat
diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti
halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari
mangkuk sendi.

2.21 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dislokasi sendi sebagai berikut:
a. Medis
 Farmakolog
Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
1. Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit
kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah
agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul,
anak: sehari 3×1/2 kapsul.
2. Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau
sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri
otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah
mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis
awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
b. Pembedahan
 Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu
melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur
pembedahan yang sering dilakukan meliputi:

15
1. Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang
yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang
yang patah.
2. Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.
3. Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka

c. Non medis

 Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan

anastesi jika dislokasi berat.

 Dengan RICE (rest, ice, compression, elevation)

16
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

kasus
Os datang ke rumah sakit pasar rebo mengakui mengalami kecelakaan lalu lintas. Os
mengendarai motor dalam keadaan mabuk bersama seorang temannya dengan kecepatan
tinggi kemudian menabrak lintasan kereta api, Os terlempar dari motor ke arah depan dan
jatuh dalam posisi terguling dengan kepala terbentur aspal terlebih dahulu serta bahu
terbentur rel kereta. Setelah jatuh, Os tidak sadar selama ± 30 menit, dan dilarikan ke UGD
RSUD PASAR REBO Setelah sadar, Os merasakan sakit pada bahu sebelah kiri, tangan kiri
tidak dapat digerakkan dan sakit kepala, tampak odem pada pergelangan tangan sebalah kiri
pasien tampak gelisah dan meringis kesakitan, Klien mengatakan bertanya tentang penyakit
yang ia alami saat ini , klien mengatakan tidak bisa menggerakan tangan nya skala nyeri 4 .,
sesak (-), nyeri dada (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut (- ), nyeri punggung (-), riwayat
BAB/BAK ditempat (-) dankesemutan (-).

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn Y
Tempat / Tgl lahir : 05 januari 1966
Umur : 23 Thn
Jenis Kelamin : Laki -laki
Agama : islam
Alamat :jln lapan 66 rembani II RT14/01
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Betawi
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pengantar cetring

2. Penanggungjawab
Nama : Tn K
Usia :35 Tahun
Jeniskelamin :laki-laki

17
Pekerjaan : buruh
Hubungandenganklien : ayah
Pendidikan : SLTA
Alamat : bekasi
I. Keluhan utama
pasien nyeri di bagian bahu kiri,terjatuh dari motor karna kecelakaan lalu lintas

II. Nyeri Riwayat penyakit sekarang


Osmerasakan sakit pada bahu sebelah kiri, tangan kiri tidak dapat digerakkan dan
sakit kepala . sesak (-), nyeri dada (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut (- ), nyeri
punggung (-), riwayat BAB/BAK ditempat (-) dan kesemutan (-).
III. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti itu sebelumnya
IV. Riwayat penyakit keluarga

Keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit serupa
V. Riwayat psikososial

Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga ditandai dengan pasien
selalu ditemani dengan keluarga setiap harinya selama di rumah sakit.
VI. Riwayat spiritual

Keluarga pasien mengatakan suaminya sering beribadah.


VII. Pemerksaan fisik
1. Kondisi umum klien
 Kondisi umum pasien sakit berat.
2. Tanda-tanda vital
- Suhu : 36°C
- N : 56 x/mnt
- TD : 133/71mmhg
- RR : 20 x/mnt
 Kesadaran
- Composmentis
-
3. Sistem pernafasan

Pola pernapasan pasien terganggu,polif (-)


 Hidung : bentuk simetris, terdapat penumpukan secret,terdapat
gangguan indra penciuman.
 Leher : Tidak terdapat peningkatan JPV
 Dada : inspeksi : bentuk dada normal,simetris kiri dan k
 Palpasi : Fremitus kanan dan kiri simetris

18
 Perkusi : sonor disemua lapang paru
4. Auskultasi: terdengar suara regular dan tidak ada suara tambahan.

5. Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
 Palpasi : iktus kordis teraba di IC5
 Perkusi : pekak
 Auskultasi : Bj 1 dan Bj 2 murni
6. Sistem pencernaan
 Mukosa mulut kering, tidak terdapat karies gigi, gusi berdarah
 Abdomen inspeksi bentuknya cembung
 Auskultasi : bising usus 6 x/menit ( N = 3-5 x/menit )
 Palpasi : terdapat nyeri tekan, hepar tidak teraba
 Perkusi : timpani
7. Sistem indra
 Mata : Mata tampak cekung
 Hidung : fungsi penghidungan tidak normal dan terdapat
penumpukan secret
 Telinga : fungsi pendengaran baik dan tidak terdapat
penumpukan serumen
8. Sistem musculoskeletal
 Kepala : bentuk kepala mesosepal
 Terdapat keterbatasan gerak
 Nyeri +Clavikula
 Kekakuan
 Pola latihan gerak :skala kekuatan otot 3
9. Sistem integumen
 Kulit : turgor kulit kering dan bersisik, kulit kembali
lebih dari 2 detik.

10. Aktivitas sehari-hari


 Nutrisi : nutrsi tidak terpenuhi
 Cairan : Pasien minum 3 gelas per hari
 Eliminasi : fases keras.
 Istirahat dan tidur : orangtua pasien mengatakan anaknya rewel
dan sulit tidur

19
DATA FOKUS

Nama klien :Tn.Y tanggal masuk :08/10/2019


Ruangan :Cempaka tanggal pengkajian :08/10/2019
Diagnosa Medis :Closed Fraktur clavikula

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- Klien mengatakan nyeri pada - Keadaan umum : Sakit Sedang
bagian bahu - Kesadaran : Composmetis
P: Trauma Pemeriksaan Fisik
Q: Ditusuk-tusuk - Wajah : klien tampak
R: Clavikula sinistra meringis menahan nyeri
S: 8 - Muskuloskeletal
T: setiap saat -Inpeksi : klien tampak meringis
- Klien mengatakan baru menahan nyeri
mengalami kecelakaan lalu lintas -Palpasi : klien tampak menahan
- Klien mengatakan sulit nyeri saat di palpasi
mengerakan tangan dan bahu - Thorak PA (11/08/19)
sebelah kiri FRAKTUR OS CLAVIKULA
- Klien mengatakan lebih baik SINISTRA
tidak bergerak di banding - Skala kekuatan otot (3)
merasakan nyeri - Tampak odem pada bagian
- Klien mengatakan sulit pergelangan tangan
melakukan aktivitas karena nyeri - Klien tampak selalu bertanya tentang
- Klien mengatakan kaku di bagian penyakit yang ia alami
lengan atas - TTV : TD : 133/71mmhg
- Klien mengatakan tidak bisa - Rr : 20 x/mnt
menggerakan lengan karena N : 56x/mnt S :36,1ᵒC
nyeri
- Klien mengatakan bertanya
tentang penyakit yang ia alami
saat ini
- Klien bertanya tentang tindakan
apa saja yang akan di lakukannya
- Klien bertanya kapan akan di

20
lakukan pembedahan (operasi)

21
ANALISA DATA

Nama klien :Tn.Y tanggal masuk :08/10/2019


Ruangan :Cempaka tanggal pengkajian :08/10/2019
Diagnosa Medis :Closed Fraktur clavikula

NO. Data Subjektif Data Objektif Masalah Etiologi


Keperawatan
1. -Klien mengatakan nyeri ○ keadaan umum :sedang Nyeri akut Agen pencenderaan fisik
pada bahu ○ kesadaran : composmetis (trauma)
P :trauma ○ pemeriksaan fisik:
Q :ditusuk-tusuk - Wajah :klien tampak
R :bahu bagian kiri meringis dan gelisah
S :8 -Muskuloskeletal:
T :Setiap saat Insfeksi :klien meringis
-Klien mengatakan baru menahan nyeri
mengalami kecelakaan Palpasi: klien tampak
lalu lintas menahan nyeri saat di palpasi
-Klien mengatakan silit ○ Thorak PA:
melakukan aktivitas  Fraktur os clavikula
karena nyeri sinistra
2 -klien terasa kaku pada ○ keadaan umum :sedang Resiko Penurunan aliran darah
bagian lengan atas ○ kesadaran : composmetis disfungsi (edema)
-klien mengatakan tidak ○ pemeriksaan fisik: neurovasikul
bisa menggerakan lengan  klien tampak meringis er perifer
karna nyeri  tampak odem pada
bagian pergelangan
tangan
 skala kekuatan otot
(3)

22
3 -klien bertanya tentang ○ keadaan umum :sedang Ansietas Kekhawatiran yang di
penykait yang di alami ○ kesadaran : composmetis alami
-klien mengatakan ○ pemeriksaan fisik:
tentang tindakan apa saja  Wajah tampak gelisan
yang di lakukan ○ klien tampak selalu
-klien bertanya kapan bertanya tentang penyakit
akan di lakukan operasi yang di alami
Td: 133/71mmhg Rr:20x/mnt
N :56x/mnt S: 36,1

23
RENCANA KEPERAWATAN
Nama klien :Tn.Y tanggal masuk :08/10/2019
Ruangan :Cempaka tanggal pengkajian :08/10/2019
Diagnosa Medis :Closed Fraktur clavikula

No. Dx. Tujuan & KH Rencana Tindakan Rasional


Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Mandiri : 1. Nyeri merupakan
b.d agen tindakan keperawatan 1. Kaji keluh nyeri pengalaman subjektif
pencederaan selama 3x24 jam di ,lokasi,faktor dan harus di perjelas oleh
fisik (trauma) harapkan nyeri dapat pencetus/memperberat pasien identifikasi
berkurang dengan KH: kateristik nyeri dan
1. Skala nyeri 3 faktor yang berhubungan
2. Klien dapat merupakan suatu hal
mengontrol nyeri yang amat penting untuk
3. Klien tampak memilih intervensi yang
tenang cocok untuk
4. Tidak ada panjang mengevaluasi
episode nyeri keefektifan dari trapi
2. Lakukan pendekatan yang di berikan
pada klien dan keluarga 2. Hubungan yang baik
membuat keluarga dari
klien koperatif
3. Jelaskan pada klien
penyebab nyeri 3. Memberi penjelasan
akan menambah
pengetahuan klien
4. Tinggikan posisi mengenai nyeri
ekstermitas yang terkena
4. Meningkatkan aliran
5. pertahankan (mobilisasi balik vena ,mengurangi
bagian yang sakit edema /nyeri
dengan tirah baring 5. Mengurangi nyeri dan
,bebat. informasi

6. Ajarkan teknik
managemen nyeri 6. Mengalihkan perhatian
relaksasi dan distraksi nyeri,meningkatkan
(latihan nafas dalam kontrol terhadap nyeri
,main game yang mungkin
,mendengarkan berlangsung lama
ceramah)

7. Kolaborasi pemberian 7. Menurunkan nyeri


analgetik sesuai indikasi melalui mekanisme
penghambat rangsang
nyeri baik sentral
maupun perifer

24
2 Resiko Setelah dilakukan Mandiri
disfungsi tindakan keperawatan 1. Dorong klien secara 1. Meningkatkan
neurovaskular selama 3x24 jam di rutin melakukan latihan sirkulasi darah dan
perifer b.d harapkan tidak terjadi aktif menggerakan jari mencegah kekakuan
penurunan disfungsi neurovaskular sendi
aliran darah perifer dapat dengan KH:
1. Tidak ada 2. Pertahankan letak tinggi 2. Meningkatkan aliran
kekakuan otot ekstermitas yang cedera darah balik
2. Odema berkurang vena,mengurangi
/tidak ada edema
3. Tidak ada
matirasa otot 3. Pantau kualitas nadi
4. Tidak pucat perifer ,aliran kapiler 3. Mengevaluasi
5. Tidak sianosis ,warna kulit dan ke perkembangan
hangatan kulit cidera masalah klien
,bandingkan dengan sisi ,perlunya intervensi
yang normal sesuai keadaan
3 Ansietas b.d Setelah dilakukan Mandiri
kekhuwatiran tindakan keperawatan 1. Lakukan pendekatan 1. Hubungan yang baik
penyakit yang selama 3x24 jam di pada klien dan keluarga membuat keluarga
di alami harapkan tingkat dan klien koperatif
kecemasan klien hilang
dengan KH: 2. Ajarkan tanda dan gejala 2. Meningkatkan
1. Klien dapat klinis yang memerlukan kewaspadaan klien
mengungkapkan evaluasi medik (nyeri untuk
apa yang berat ,demam,perubahan mengembalikan
dirasakan sensasi kulit cedera). tadan/gejala dini
2. Klien dapat yang memerlukan
menunjukan intervensi lebih
bahasa lanjut.
tubuh,wajah
berkurang 3. Dorong keluarga untuk 3. Keluarga adalah
kecemasan terus mendampingi salah satu sumber
3. Klien mengerti kekuatan
dan memahami 4. Persiapkan klien untuk pasien,untuk terus
tentang mengikuti terapi memotivasi
penyakitnya. pembedahan bila di
perlukan. 4. Upaya pembedahan
mungkin di perlukan
untuk mengatasi
masalah sesuai
kondisi klien

25
TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama klien :Tn.Y tanggal masuk :08/10/2019


Ruangan :Cempaka tanggal pengkajian :08/10/2019

No. Waktu Dx. Kep. Tindakan keperawatan Respon Paraf


1 08-10- Nyeri akut 1. Mengkaji keluhan S: P: Trauma
19 b.d agen nyeri,lokasi,faktor Q: Di tusuk tusuk
pencedera pencetus/memperberat R: clavikula sinistra
fisik S: 8
T:timbul hilang
O:klien tampak meringis saat bergerak ke
kanan dan ke kiri

09.00 2. Malakukan pendekatan S: Pasien mengatakan lebih nyaman


setelah perawat melakukan pendekatan
mengenai keluhan nyeri yang ia rasakan

O:Pasien dan keluarga terlihat lebih


nyaman dan koperatif saat di ajukan
sebuah pertanyaan

09.05 3. Menjelaskan kepada klien S: Pasien mengatakan nyeri di bahu


penyebab nyerinya saat ini sebalah kiri
O: Pasien tterlihat tulang bahunya sedikit
bergeser

09.05 4. Meningkatkan posisi S: pasien mengatakan lebih nyaman jika


ekstermitas yang terkena posisinya di tinggikan khususnya bagian
estermitas atas
O: Mendapat posisi semi flower

26
09.00 5. Mempertahankan S : pasien mengatakan saat ini ia
imobilisasi bagian yang menggunakan elastis perban untuk
sakit dengan ekstermitas mengurang rasa nyeri
perban O : pasien terlihat mengunakan elastis
perban untuk mengurangi rasa nyeri dan
mencegah maiformasi

09.10 6. Mengajarkan teknik S: Pasien mengatakan ia di ajarkan teknik


managemen nyeri relaksasi relaksasi nafas dalam dan mengajurkan
&distraksi pasien untuk mendengar kan musuk
kesukaannya
10.00 O: pasien terlihat mendengarkan musik –
musik lawas dan melakukan
relaksasinafas dalam

Kolaborasi
1. Memberikan analgesik S: Pasien mengatakan diberikan obat
sesuai indikasi paracetamol
O:pasien terlihat minum obat pct 3x1
gram (8jam sekali)
2 Resiko
09.00 disfungsi 1. Mendorong pasien untuk S: Pasien mengatakan di anjurkan untuk
neurovask melakukan pergerakan melakukan latihan aktif menggerakan jari
ular perifer
b.d O:pasien terlihat sedang menggerakan
penurunan jari-jarinya
aliran 2. Mempertahankan letak
darah tinggi ekstermitas yang
09.00 (edema) cedera S:pasien mengatakan lebih nyaman
dengan letak tinggi pada ekstermitas yang
cidera dan lebih nyaman

27
3. Memantau kualitas nadi O:pasien terlihat nyaman dengan posisi
perifer, aliran kapiler ini
,warna kulit distal cidera
bandingkan dengan sisi
09.05 yang normal S: -
O: Tampak edema pada pergelangan
tangan hingga telapak jari
3 09.15 Ansietas 1. Mengajarkan tanda dan S: Klien bertanya apa saja tanda dan
b.d gejala yang memerlukan gejala yang terjadi
kekhawatir evaluasi medik O: klien tampak mengerti tanda dan
an akan gejalannya
penyakitny
09.15 a yang di 2. Mendorong keluarga untuk S:-
alami mendampingi O: Tampak keluarga bergantian
mendampinginya

09.15 3. Mempersiapkan klien S:Kliern bertanya kapan akan dilakukan


untuk mengikuti terapi operasi
pembedahan bila di O: klien tampak gelisah
perlukan

Diagnosa Medis :Closed Fraktur clavikula

28
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien :Tn.Y tanggal masuk :08/10/2019


Ruangan :Cempaka tanggal pengkajian :08/10/2019
Diagnosa Medis :Closed Fraktur clavikula

No. Dx. Kep. Waktu SOAP Paraf


1 Nyeri akut S: -pengkajian nyeri
b.d agen -pasien mengatakan nyaman dengan
pencedera posisi sekarang.
fisik -pasien mengatakan di ajarkan teknik
relaksasi
-pasien mengatakan mendapakan obat

O: -pasien mengatakan meringis saat


bergerak ke kiri
-pasien mendapatkan posisi semi
folwer
-pasien mengunakan elastis perban
-pct 3x1 gram (8jam)
-pasien tampak latihan rom

A:masalah belum teratasi


P:intervensi di lanjutkan
2 Resiko S:
disfungsi -pasien mengatakan dianjurkan latihan
neurovaskular pada pergelangan tangan
perifer b.d -pasien mengatakan nyaman dengan
penurunan posisi semi flower
aliran darah
(edema) O:
-pasien tampak mampu menggerakan
jari-jarinya

29
-pasien tampak nyaman
-tampak edema pada jarinya
A:masalah di lanjutkan
P:intervensi di lanjutkan
3 Ansietas b.d S:
kekhawatiran -klien bertanya akan penyakitnya yang
akan di alami
penyakitnya O:tampak keluarga klien bergantian
yang di alami menjaganya
A:masalah belum teratasi
P:intervensi di lanjutkan

30
BAB IV

3.1 KESIMPULAN
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera
atau pembedahan. Luka adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan keseimbangan
terhadap integritas kulit ( kehilangan /kerusakan sebagai struktur jaringan utuh),
akibat trauma mekanik, termal, radiasi, fisik, pembedahan, zat kimia.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).

31
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.Jakarta:EGC


Syamsuhidayat.2004.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC
Irma Puspita.2013.Konsep Dasar:Manajemen Perawatan Luka.Jakarta:EGC

32

Anda mungkin juga menyukai