PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Mikroorganisme terdapat dilingkungan sekitar kita. Sebenarnya seseorang telah
terinfeksi sejak lahir, tetapi terinfeksi bagi seseorang tidak selamanya berarti penyakit. Penyakit
akan timbul bila mikroorganisme menyebabkan kerusakan fungsional dan struktural.
Mikroorganisme tersebut diantaranya adalah bakteri. Penyebaran dan penularan penyakit infeksi
pada manusia pada dasarnya terjadi melalui tiga cara, inhalasi, ingesti, dan melalui vektor hewan
atau manusia lain. Cara penularan inhalasi melalui sistem respirasi.
Keadaan sistem pertahanan tubuh pada individu menentukan kerentanannya terhadap
penyakit infeksi. Penekanan sistem pertahanan tubuh memudahkan orang terkena infeksi. Keadaan
dan respon sistem imun dapat dipengaruhi oleh keadaan nutrisi terutama status protein individu
yang bersangkutan. Upaya pencegahan dan pengobatan penyakit dengan antibiotik merupakan
suatu kemajuan dalam pelayanan kesehatan. Antibiotik merupakan suatu obat yang dapat
membunuh ataupun menghambat pertumbuhan bakteri. Akan tetapi antibiotik juga merupakan
kelompok obat yang termasuk sering memberikan efek samping misalnya reaksi alergi baik ringan
maupun berat, mual dan muntah. Masalah yang penting adalah masalah resistensi atau kekebalan
bakteri terhadap antibiotik.
Salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi pada manusia adalah infeksi Infeksi
staphylococcus pada manusia cukup sering terjadi, tetapi biasanya bersifat lokal pada tempat
masuknya kuman. Tempat masuknya kuman tersebut antara lain pada folikel rambut dan saluran
pernafasan. Tiga staphylococcus yang berkaitan dengan medis adalah Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus saprophyticus. Namun Staphylococcus mudah
resisten terhadap antibiotik, sehingga perlu dilakukan uji sensitivitas antibiotik agar antibiotik
yang dipilih tepat. (Garrity dkk, 2004:24,187 ).
Daun pandan telah banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai pewarna dan
pemberi aroma khas pandan pada beberapa produk pangan siap santap, seperti pada beberapa jenis
minuman dan makanan ringan dan juga ditambahkan saat menanak nasi sehingga memberikan
aroma khas pandan wangi. Kandungan kimia pandan wangi diantaranya alkaloid, saponin,
1
flavonoid, polifenol, tanin, dan zat warna.3 Pandan wangi merupakan salah satu tanaman yang
potensial untuk menghasilkan minyak atsiri.4 Kandungan kimia tersebut menghambat
pertumbuhan kanker, mikroba, sebagai antioksidan, menurunkan kolesterol darah, dan kadar
glukosa darah, bersifat antibiotik, serta menimbulkan efek peningkatan kekebalan (Prameswari,
O.M. dan Widjanarko 2014).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak daun pandan (Pandanus amaryllifolius) terhadap bakteri
Staphylococcus Sp?
2. Berapakah besar zona bening yang didapat dari ekstrak daun pandan terhadap bakteri
Staphylococcus Sp?
3. Berapakah Konsentrasi Hambat Minimum dari ekstrak daun pandan terhadap bakteri
Staphylococcus Sp?
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas antibakteri ekstrak daun
pandan (Pandanus amaryllifolius), besar zona bening dan Konsentrasi Hambat Minimum terhadap
bakteri Staphylococcus Sp
D. Manfaat
Manfaat Penelitian ini adalah
a. Bagi Pembaca Memberikan informasi kepada pembaca tentang aktivitas antibakteri ekstrak
daun pandan (Pandanus amaryllifolius) terhadap Bakteri Staphylococcus Sp.
b. Bagi Masyarakat Memberikan informasi bahwa daun pandan dapat dijadikan tumbuhan yang
dapat menghambat kerja bakteri yang ada di dalam tubuh kita. Sehingga penyakit yang disebabkan
oleh bakteri dapat diobati oleh ekstrak daun pandan ini.
c. Bagi Penulis Untuk menambah dan memperluas serta mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman penulis dalam bidang mikrobiologi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka tanaman yang dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan manusia. Masyarakat Indonesia sejak jaman dahulu telah mengenal dan
memanfaatkan tanaman yang mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan penyakit. Tanaman
tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat tradisional atau obat herbal. Salah satu tanaman
tersebut adalah daun pandan wangi (Prameswari, O.M. dan Widjanarko 2014).
3
C. Morfologi Daun Pandan
Pandan adalah jenis tanaman monokotil dari famili Pandanaceae. Daunnya merupakan
komponen penting dalam tradisi masakan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama antara lain: Pandan Rampe,
Pandan Wangi (Jawa); Seuke Bangu, Pandan Jau, Pandan Bebau, Pandan Rempai (Sumatera);
Pondang, Pondan, Ponda, Pondago (Sulawesi); Kelamoni, Haomoni, Kekermoni, Ormon Foni,
Pondak, Pondaki, Pudaka (Maluku); Pandan Arrum (Bali), Bonak (Nusa Tenggara). Pandanus
umumnya merupakan pohon atau semak yang tegak, tinggi 3–7 meter, bercabang, kadang-
kadang batang berduri, dengan akar tunjang sekitar pangkal batang. Daun umumnya besar,
panjang 1–3 m, lebar 8–12cm; ujung daun segitiga lancip-lancip; 10 tepi daun dan ibu tulang
daun bagian bawah berduri, tekstur daun berlilin, berwarna hijau muda–hijau tua. Buah
letaknya terminal atau lateral, soliter atau berbentuk bulir atau malai yang besar (Suryani dan
Tamaroh. 2014)
Pandan memiliki aroma yang khas pada daunnya. Komponen aroma dasar dari daun
pandan wangi itu berasal dari senyawa kimia 2-acetyl-1-pyrroline (ACPY) yang terdapat juga
pada tanaman jasmin, hanya saja konsentrasi ACPY pada pandan wangi lebih tinggi
dibandingkan dengan jasmin. Pandan wangi memiliki senyawa metabolik sekunder yang
merupakan suatu senyawa kimia pertahanan yang dihasilkan oleh tumbuhan di dalam jaringan
tumbuhannya, senyawa tersebut 11 bersifat toksik dan berfungsi sebagai alat perlindungan diri
dari gangguan pesaingnya (hama). Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) mengandung
alkaloida, saponin, flavonoida
Alkaloid pada serangga bertindak sebagai racun perut serta dapat bekerja sebagai
penghambat enzim asetilkolinesterase sehingga mengganggu sistem kerja saraf pusat, dan
dapat mendegradasi membran sel telur untuk masuk ke dalam sel dan merusak sel telur. Selain
itu, senyawa flavonoid juga memiliki sifat anti insektisida yaitu dengan menimbulkan kelayuan
4
syaraf pada beberapa organ vital serangga yang dapat menyebabkan kematian, seperti
pernapasan. Flavonoid yang bercampur dengan alkaloid, phenolic dan terpenoid memilki
aktivitas hormon juvenil sehingga memiliki pengaruh pada perkembangan serangga.
Saponin juga merupakan entomotoxicity yang dapat menyebabkan kerusakan dan
kematian telur, gangguan reproduksi pada serangga betina yang menyebabkan adanya
gangguan fertilitas.Dalam beberapa penelitian dilaporkan bahwa saponin konsentrasi rendah
dapat menyebabkan gangguan pengambilan makanan, penurunan pertumbuhan dan kematian
sedangkan dalam konsentrasi tinggi akan bersifat toksik. Selain itu, 12 saponin juga diketahui
mempunyai efek anti jamur dan anti serangga (Prameswari, O.M. dan Widjanarko 2014).
E. Klasifikasi Staphylococcus Sp
Klasifikasi
Domain : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli 9
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus (Garrity dkk, 2004:24,187 ).
5
BAB III
METODE PENELITIAN
Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri Staphyloccocus sp
yang akan diamati pertumbuhannya setelah pemberian ekstrak etanol daun pandan (Pandanus
amaryllifolius).
a. Alat
6
b. Bahan
Adapun prosedur kerja yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
7
DAFTAR PUSTAKA
Garrity. G. M., Bell. J. A. and Lilburn, T.G. 2004. Taconomic Outlineof The Prokaryotex bergey”s
Manual of Systematic Bacteriolog. 2th Edition. United States of America, Springer, New
York Berlin Hendelberg.
Suryani, C.L. dan Tamaroh, S. (2014). Aktivitas antioksidasi ekstrak etanol daun pandan wangi.
Prosiding Seminar Nasional Ketahanan Pangan. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat, Universitas Mercu Buana.
Pelczar, Michael J and Chan. E.C.S. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Terjemahan oleh
Hadioetomo, Ratna sari dkk. Universitas Indonesia : Jakarta
Prameswari, O.M. dan Widjanarko, S.B. (2014). Uji efek ekstrak air daun pandan terhadap
penurunan glukosa darah dan histopatologi tikus diabetes mellitus. Jurnal Pangan dan
Agroindustri 2(2): 16–27.