Anda di halaman 1dari 46

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT PADA PASIEN TRAUMA THORAKS (TRAUMA
DADA)” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah
kegawat darutan.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan
pembaca.

Majalengka, 27 Februari 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi
dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan
dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut (Sudoyo, 2010).
Trauma thorax sering ditemukan sekitar 25% dari penderita multi-trauma
ada component trauma toraks. 90% dari penderita dengan trauma thorax ini
dapat diatasi dengan tindakan yang sederhana oleh dokter di Rumah Sakit
(atau paramedic di lapangan), sehingga hanya 10% yang memerlukan operasi.
Jadi menurut kelompok trauma thorak (trauma dada) adalah luka atau
cedera fisik sehingga dapat menyebabkan kematian utama pada anak-anak
atau orang dewasa. Di dalam thoraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi
kehidupan manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat
pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa darah.

B. Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah
ini adalah :
1. Apa definisi Trauma Dada ?
2. Apa etiologi Trauma Dada ?
3. Apa Manifestasi Trauma Dada ?
4. Apa Patofisiologi Trauma Dada ?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Trauma Dada ?

C. Tujuan Penulisan
Diharapkan penulis atau pembaca dapat mengetahui serta dapat
mendemonstrasikan penatalaksanaan penderita Trauma Dada.
D. Manfaat penulisan
1. Mengetahui definisi trauma dada
2. Mengetahui etiologi trauma dada
3. Mengetahui manifestasi trauma dada
4. Mengetahui patofisiologi trauma dada
5. Mengetahui cara penatalaksanaan trauma dada
6. Mengetahui konsep asuhan keperawatan trauma dada
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Trauma Dada / Thorax


Trauma dada adalah trauma tajam atau tumpul thorax yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, pneumothorax, hematothorax, dan
sebagainya (FKUI, 1995). Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada
thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.
(Hudak, 1999).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-
paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun
tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Suzanne &
Smetzler, 2001).
Dari ketiga pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Trauma
Dada / Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik tumpul
maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang menyebabkan
abnormalitas (bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax
akibat trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ
bagian dalam rongga thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat
terjadi beberapa kondisi patologis traumatik seperti Haematothorax,
Pneumothorax, Tamponade Jantung, dan sebagainya.
B. Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul
65% dan trauma tajam 34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks
tersering adalah kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%) (Saaiq, et al.,
2010). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact)
yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang, berputar, dan terguling
(Sudoyo, 2010).
Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang
lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda.
Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3
berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi rendah seperti trauma tusuk,
berenergi sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti pada
tembakan senjata militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya
tekanan yang berlebihan pada paru-paru yang bisa menyebabkan
Pneumotoraks seperti pada aktivitas menyelam (Hudak, 2011).
Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan
sternum, rongga pleura saluran nafas intratoraks dan parenkim paru.
Kerusakan ini dapat terjadi tunggal ataupun kombinasi tergantung dari
mekanisme cedera (Sudoyo, 2010).
C. Epidemiologi
Peningkatan pada kasus trauma toraks dari waktu ke waktu tercatat
semakin tinggi.Hal ini banyak disebabkan oleh kemajuan sarana transportasi
diiringi oleh peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Trauma toraks
secara langsungmenyumbang 20% sampai 25% dari seluruh kematian akibat
trauma, danmenghasilkan lebih dari 16.000 kematian setiap tahunnya di
Amerika Serikatbegitu pula pada negara berkembang (Hudak, 2011).
Di Amerika Serikat penyebab paling umumdari cedera yang
menyebabkan kematian pada kecelakaan lalu lintas, dimana kematian
langsung terjadi sering disebabkan oleh pecahnya dinding miokard atau aorta
toraks. Kematian dini (dalam 30 menit pertama sampai 3 jam) yang diakibatan
oleh trauma toraks sering dapat dicegah, seperti misalnya disebabkan oleh
tension Pneumotoraks ,tamponade jantung, sumbatan jalan napas,
dan perdarahan yang tidak terkendali. Oleh karena seringnya kasus trauma
toraksreversibel atau sementara tidak mengancam nyawa dan tidak
memerlukantindakan operasi, sangat penting untuk dokter yang bertugas di
unit gawat daruratmengetahui lebih banyak mengenai patofisiologi, klinis,
diagnosis, serta jenis penanganan lebih (Nugroho, 2015).
Di antara pasien yang mengalami trauma toraks, sekitar 50% akan
mengalami cedera pada dinding dada terdiri dari 10% kasus minor, 35%
kasus utama, dan 5% flail chest injury. Cedera dinding dada tidak selalu
menunjukkan tanda klinis yang jelas dan sering dengan mudah saja diabaikan
selama evaluasi awal (Hudak, 2011).
Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks.
Dengan adanya trauma pada toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada
pasien dengan trauma. Trauma toraks dapat meningkatkan kematian akibat
Pneumotoraks 38%, Hematotoraks 42%, kontusio pulmonum 56%, dan flail
chest 69% (Hudak, 2011).
Trauma tumpul toraks menyumbang sekitar 75%-80% dari
keseluruhan trauma toraks dan sebagian besar dari pasien ini juga mengalami
cedera ekstratoraks.Trauma tumpul pada toraks yang menyebabkan cedera
biasanya disebabkan oleh salah satu dari tiga mekanisme, yaitu trauma
langsung pada dada, cedera akibat penekanan, ataupun cedera deselarasi.
D. Patofisiologi
Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah
ventilasi pernapasan yang normal. Pengembangan dinding toraks ke arah luar
oleh otot -otot pernapasan diikuti dengan turunnya diafragma menghasilkan
tekanan negative dari intratoraks. Proses ini menyebabkan masuknya udara
pasif ke paru – paru selama inspirasi. Trauma toraks mempengaruhi strukur -
struktur yang berbedadari dinding toraks dan rongga toraks. Toraks dibagi
kedalam 4 komponen, yaitudinding dada, rongga pleura, parenkim paru, dan
mediastinum.Dalam dindingdada termasuk tulang - tulang dada dan otot -
otot yang terkait (Sudoyo, 2009).
Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat
terisi oleh darah ataupunudara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim
paru termasuk paru – parudan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin
dapat mengalami kontusio, laserasi, hematoma dan pneumokel.Mediastinum
termasuk jantung, aorta/pembuluh darah besar dari toraks, cabang
trakeobronkial dan esofagus. Secara normal toraks bertanggung jawab untuk
fungsi vital fisiologi kardiopulmonerdalam menghantarkan oksigenasi darah
untuk metabolisme jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran udara dan
darah, salah satunya maupun kombinasi keduanya dapat timbul akibat dari
cedera toraks (Sudoyo, 2009).
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada
beberapa faktor, antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari
cedera, cedera lain yang terkait, dan penyakit - penyakit komorbid yang
mendasari. Pasien – pasien trauma toraks cenderung akan memburuk sebagai
akibat dari efek pada fungsi respirasinya dan secara sekunder akan
berhubungan dengan disfungsi jantung (Sudoyo, 2009).
Pathway
Trauma tajam atau
Tumpul

Thoraks

Cedera jaringan lunak,


cedera/hilangnya
kontinuitas struktur

Perdarahan jaringan interstitium,


pendarahan intra alveolar, kolaps
arteri dan arteri-arteri kecil,
hingga tahanan perifer pembulh
darah paru meningkat.

Reabsorbsi darah oleh pleura


tidak memadai/tidak optimal

Resiko infeksi
kerusakan integritas
kulit
Merangsang reseptor
nyeri pada periver kulit
Thorakdrains
bergeser
Pemasangan WSD
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas
Edema
tracheal/faringeal,
peningkatan produksi
secret dan penurunan
kemampuan batuk
efektif
Nyeri akut
Diskontinuitas jaringan
Merangsang reseptor
nyeri pada pleura viseralis
dan parietalis
Ketidakefektifan
pola nafas
Gangguan
ventilasi
Ekspansi paru
Akumulasi cairan
dalam kavum pleura
Hemathoraks
E. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak,
(2009) yaitu :
1. Temponade jantung
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung
b. Gelisah
c. Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)
d. Pekak jantung melebar
e. Bunyi jantung melemah
f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
g. ECG terdapat low Voltage seluruh lead
h. Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)
2. Hematothorax
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan (FKUI:2005)
3. Pneumothoraks
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas
b. Gagal pernapasan dengan sianosis
c. Kolaps sirkulasi
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
yang terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik
F. Komplikasi
Trauma toraks memiliki beberapa komplikasi seperti pneumonia 20%,
pneumotoraks 5%, hematotoraks 2%, empyema 2%, dan kontusio pulmonum
20%. Dimana 50-60% pasien dengan kontusio pulmonum yang berat akan
menjadi ARDS. Walaupun angka kematian ARDS menurun dalam decade
terakhir, ARDS masih merupakan salah satu komplikasi trauma toraks yang
sangat serius dengan angka kematian 20-43% (Nugroho, 2015).
 Kontusio dan hematoma dinding toraks adalah bentuk trauma toraks yang
paling sering terjadi.Sebagai akibat dari trauma tumpul dinding
toraks,perdarahan masif dapat terjadi karena robekan pada pembuluh darah
pada kulit,subkutan, otot dan pembuluh darah interkosta.
 Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung maupun
tidak langsung. Gejala yang spesifik pada fraktur kosta adalah nyeri, yang
meningkat pada saat batuk, bernafas dalam atau pada saat bergerak.
 Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta - kosta yang
berdekatan patah baik unilateral maupun bilateral dan terjadi pada daerah
kostokondral.
 Fraktur sternum terjadi karena trauma tumpul yang sangat berat sering
kalidisertai dengan fraktur kosta multipel.
 Kontusio parenkim paru adalah manifestasi trauma tumpul toraks yang
Paling umum terjadi.
 Pneumotoraks adalah adanya udara pada rongga pleura. Pneumotoraks
pada trauma tumpul toraksterjadi karena pada saat terjadinya kompresi
dada tiba - tiba menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraalveolar
yang dapat menyebabkan rupture alveolus..Gejala yang paling umum pada
Pneumotoraks adalah nyeri yang diikuti oleh dispneu
F. Penatalaksanaan
Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan pasien
trauma lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with
care ofcervical spine, B: Breathing adequacy, C: Circulatory support, D:
Disabilityassessment, dan E: Exposure without causing hypothermia
(Nugroho, 2015).
Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara keseluruhan
harus dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menangani
kondisi yang mengancam nyawa dengan segera, seperti obstruksi jalan
napas,tension Pneumotoraks, pneuomotoraks terbuka yang masif,
hemotoraks masif, tamponade perikardial, dan flail chest yang besar
(Nugroho, 2015).
Apnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat merupakan indikasi utama
untuk intubasi endotrakeal darurat.Resusitasi cairan intravena merupakan
terapi utama dalam menangani syok hemorhagik.Manajemen nyeri yang
efektif merupakan salah satu hal yang sangat penting pada pasien trauma
toraks.Ventilator harus digunakan pada pasien dengan hipoksemia,
hiperkarbia, dan takipnea berat atau ancaman gagal napas (Hudak, 2011).
Pasien dengan tanda klinis tension Pneumotoraks harus segera menjalani
dekompresi dengan torakosentesis jarum dilanjutkan dengan torakostomi tube.
Foto toraks harus dihindari pada pasien - pasien ini karena diagnosis dapat
ditegakkan secara klinis dan pemeriksaan x - ray hanya akan menunda
pelaksanaan tindakan medis yang harus segera dilakukan (Hudak, 2011).
2.9. Pencegahan
Pencegah trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari
faktor penyebabnya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya
banyak dialami pada kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma
tumpul serta menghindari kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun benda
tumpul yang menyebabkan keadaan gawat thorax akut (Patriani, 2012) .
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit
M.Yunus bengkulu pada tanggal 01 Januari 2019 karena mengalami
kecelakaan bermobil. Dari pengkajian pasien mengalami penurunan
kesadaran. Penolong mengatakan dada korban membentur stir mobil, setelah
kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian pasien tidak sadar. Keaadaan
pasien saat di IGD klien mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan
dangkal, auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok. Terdapat bengkak
dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran
sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR :
35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba dingin, tampak sianosis, penggunaan
otot-otot pernapasan, dan napas cuping hidung.
3.1. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
A. Circulation : Ada nadi, nadi 110x/menit, TD : 120/80 mmHg, akral
teraba dingin dan tampak sianosis, gangguan perfusi
jaringan
B. Airway : Pernapasan ada , napas ronchi, cepat dan dangkal dengan
RR 35x/menit, tampak gelisa dan sesak, ketidakefektifan
bersihan jalan napas.
C. Breathing : Pernapasan cuping hidung, pasien ngorok, penggunaan
otot – otot pernapasan, pasien sesak dengan RR
35x/menit, gangguan pola napas.
D. Disability : Penurunan kesadaran, kesadaran sopor GCS 8 (E2V2M4)
E. Exposure : Terdapat bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri,
akral teraba dingin, tampak sianosis dan bagian tubuh
lain nya baik.
2. Pengkajian Sekunder
1. Anamnesis
a). Identitas klien
Nama : Tn. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Alamat : Pagar dewa
Agama : Islam
Bahasa : Melayu
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Sopir travel
Golongan darah :B
No. register :
Tanggal MRS : 21 Mei 2018
Diagnosa medis : Pulmonalis embolus
b) Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. D
Jenis kelamin : Prempuan
Alamat : Pagar dewa
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : Istri
c) Keluhan utama
Pasien datang ke RSUD Dr. M. Yunus kota bengkulu, dengan
kecelakaan bermobil, pasien mengalami penurunan kesadaran dan
ada bengkak dan jejas di bagian dad sebelah kiri.
d) Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah
sakit karena mengalami kecelakaan bermobil. Pasien mengalami
penurunan kesadaran. Penolong mengatakan dada korban
membentur stir mobil, setelah kecelakaan pasien muntah
darah lalu kemudian pasien tidak sadar. Keaadaan pasien saat di
IGD klien mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan
dangkal, auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok.
Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil
pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil
pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR :
35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba dingin, tanpak sianosis,
penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas cuping hidung.
2. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan pasien sudah berberapa kali mengalami
kecelakaan tetapi belum perna separah ini sampai mengaami
penurunan kesadaran serta pasien tidak memiliki riwayat penyakit
apapun
3.2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Penurunan kesadaran dan sesak
Kesadaran : Sopor
TTV :
Tekanan Darah :120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 110x/menit
Pernapasan : 35x/menit
Suhu : 38,7oC
a). Kepala
Inspeksi : Distribusi rambut baik, bentuk kepala simetris
PalpasI : Tidak ada nyeri tekan
b). Mata
Inspeksi : Anemis, skelera an ikterik, bentuk simetris.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c). Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, pernapasan cuping hidung, penggunaan otot-
otot pernapasan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d). Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat darah
Palpasi : Ada lesi dan nyeri tekan
e). Mulut
Inspeksi : Bentuk simetris, sianosis, serta keluarnya darah segar dan
lendir
f). Leher
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,
tidak dicurigai fraktur cervikal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembenkakan
g). Toraks
Inspeksi : Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan bengkak, pergerakan
dinding dada tidak simetris, terdapat otot bantu pernapasan.
Palpasi : Terdapat nyeri tekn dan ada pembengkakan
Auskultasi : Bunyi napas ronchi, suara ngorok, frekuensi napas 30x/menit
Perkusi : Snoring
h). Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas
Palpasi : ada nyeri tekan pada supra pubik
Auskultasi : Bising usus normal 12x/menit
Perkusi : Tympani
i). Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter spool blase
j). Ekstremitas
- Atas : Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang ada
jejas ditangan kanan, terpasang infus ditangan kiri,
fleksi dan ekstensi (-)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Bawah : Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
k). Data tambahan pasien
1. Data psikologi
Keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses
keperawatan
2. Data social
Hubungan keluarga dan klien baik, terlihat dari keluarga yang selalu
menunggu klien.
3. Data spiritual
Klien beragama islam, keluarga selalu berdoa untuk kesembuhan klien.
3.3. Analisa data
No
Data
Etiologi
Masalah
1
Ds :- Penolong mengatakan pasien
muntah darah
Do : - suara napas ngorok
- Terdapat lendir dan gumpalan
darah di mulut pasien
- Frekuensi napas 35x/menit
Hematoraks
Ekspensi paru
Gangguan
ventilasi
Ketidakefek
tifan
bersihan
jalan napas
2
Ds : - Penolong mengatakan dada
korban membentur stir mobil
sebelum mengalami penurunan
kesadaran
- Penolong mengtakan pasien
bernapas cepat (sesak)
Do : - Suara napas ronchi
- Pasien bernapas menggunakan
cuping hidung dan oto-otot
pernapasan
- Frekuensi napas 30x/menit
Trauma thorak
Reabsorsi darah
Hemathorak
Ekspensi paru
Gangguan
ventilasi
Gangguan
pola napas
22
3
Ds : - penolong mengatakan bahwa
pasien sebelum tak sadarkan
diri mengalami muntah darah
Do : - Terdapat gumpalan darah di
area mulut dan menggangu
proses ventilasi
- Suara napas ngorok
- Pasien tampak sesak, pucat
- Napas cepat dan dangkal
dengan frekuensi nadi
35x/menit
- Pemeriksaan AGD : Saturasi
85%.
Trauma thorak
Perdarahan
jaringan
intersitium
Reabsorsi darah
Hemathorak
Ekspensi paru
Gangguan
ventilasi
Gangguan
pertukaran
gas
4
Ds : - penolong mengatakan bahwa
pasien mengalami
kecelakaan bermobil
dengan posisi dada
membentur stir mobil
kemudian mengalami
penurunan kesadaran
Do :- Pasien mengalami penurunan
kesadaran
- Terdapat bengkak dan jejas di
dada
- Pemeriksaan gcs 8 kesadaran
sopor
- Tampak sianosis, dan pucat
- Akral teraba dingin
- SPo2 85%
Trauma tajam dan
trauma tumpul
Trauma thorak
Perdarahan
jaringan
intersitium
Reabsorsi darah
Hemathorak
Gangguan
ventilasi
Gangguan
perfusi
jaringan
23
- CRT > 3 detik
- Pemeriksaan ttv :
TD :120/80 mmHg
N : 110x/m
P : 35x/m
S : 38,7oc
5
Ds : - Penolong mengatakan ada
bengkak dan jejas di bagian
dada pasien
- Penolong mengatakan dada
pasien membentur stir
Do : - Tampak ada bengkak dan jejas
di dada pasien
- Pengkajian PQRST
Region : Tampak ada bengkak
dan jejas didada pasien sebelah
kiri.
Trauma thorak
Perdarahan
jaringan
intersitium
Reabsorsi darah
Hemathorak
Merangsang
reseptor nyeri
dada pleura
viseralis dan
perientalis
Diskontinuitas
jaringan
Nyeri dada
24
3.4. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret yang
berlebih, gumpalan darah yang menghalangi pernapasan
2. Gangguan pola napas, dispneu berhubungan dengan penurunan
kemampuan paru
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadi sumbatan dan
suplai oksigen turun dalam jaringan
5. Nyeri dada berhubungan dengan bengkak, jejas dan infark paru-paru
3.5. Tindakan keperawatan
No
Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan Kriteria
(Noc)
Intervensi
(Nic)
1
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
berhubungan dengan
secret yang berlebih,
gumpalan darah
yang menghalangi
pernapasan
Definisi :
Ketidakmampuan
untuk membersihkan
sekresi atau
obstruksi dari
saluran pernapasan
untuk
mempertahankan
kebersihan jalan
napas
 Status
pernapasan :
pertukaran gas
 Airway status
Kriteria hasil :
 Suara napas
bersih, tidak ada
sianosis, mampu
bernapas dengan
mudah
 Menunjukan
jalan napas yang
pasten (irama
napas dalam
rentang normal,
tidak ada suara
napas abnormal)
 Mampu
- Pastikan kebutuhan
oral/suction
- Auskultasi suara
napas sebelum dan
sesudah suction
- Berikan oksigen
menggunakan nasal
kanul
- Monitor status napas
dan oksigen
- Buka jalan napas
gunakan tekhnik
chin lift
- Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasikeluarkan
secret dengan cara
25
mengidentifikasi
dan mencegah
faktor yang
menghambat
jalan napas
suction
- Monitor respirasi
dan status oksigen
2
Gangguan pola
napas, dispneu
berhubungan dengan
penurunan
kemampuan paru
Definisi : Inspirasi
dan / ekspirasi yang
tidak memberi
ventilasi
 Respiratory
Status :
ventilation
 Respiratory
Status : airway
patency
 Vital Sign
Status
Kriteria Hasil :
 Mendemonstrasi
kan batuk
efektif dan suara
napas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan
dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dngan
mudah, tidak
ada pursed lips)
 Menunjukkan
jalan nafas yang
paten (klien
tidak merasa
tercekik, irama
Airway Management
- Buka jalan nafas,
gunakan teknik chin
lift atau jaw thrust
bila perlu
- Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
- Keluarkan secret
dengan batuk atau
suction
- Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
- Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
- Monitor respirasi
dan status O2.
Respiratory Monitoring
- Monitoring rata-
rata,kedalaman,
irama dan usaha
26
napas, frekuansi
pernafasan
dalam, rentang
normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
 Tanda tanda
vital dalam
rentang normal
(tekanan darah,
nadi,
pernafasan)
respirasi
- Catat gerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostals
- Monitor suara nafas
seperti dengkur
- Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan/tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya.
3
Gangguan
pertukaran gas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi
Definisi: kelebihan
atau defisit pada
oksigenasi dan/atau
eliminasi karbon
dioksida pada
membran alveolar-
kapiler.
 Respiratory
Status : Gas
exchange
 Respiratory
Status :
ventilation
 Vital Sign
Status
Kriteria Hasil :
 Mendemonstrasi
kan peningkatan
ventilasi dan
oksigenasi yang
adekuat
Airway Management
- Buka jalan nafas,
gunakan teknik chin
lift atau jaw thrust
bila perlu
- Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
- Keluarkan secret
dengan batuk atau
suction
27
 Memelihara
kebersihan paru
paru dan bebas
dari tanda tanda
distress
pernafasan
 Mendemonstras
ikan batuk
efektif dan
suara nafas
yang bersih,
tidak ada
sianosis dan
dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak
ada pursed lips)
 Tanda tanda
vital dalam
rentang normal.
- Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
- Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
- Monitor respirasi
dan status O2.
Respiratory Monitoring
- Monitoring rata-
rata,kedalaman,
irama dan usaha
respirasi
- Catat gerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostals
- Monitor suara nafas
seperti dengkur
- Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan/tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
- Auskultasi suara
paru setelah tindakan
untuk mengetahui
hasilnya.
28
4
Gangguan perfusi
jaringan
berhubungan dengan
suplai oksigen dalam
jaringan.
Definisi :
Ketidakcukupan
energi psikologis
atau fisiologis untuk
melanjutkan atau
menyelesaikan
aktifitas kehidupan
sehari-hari yang
harus atau yang
ingin dilakukan.
 Energy
conservation
 Activity
tolerance
 Self care :
ADLs
Kriteria hasil :
 Berpartisipasi
dalam aktivitas
fisik tanpa
disertai
peningkatan
tekanan darah,
nadi dan RR
 Mampu
melakukan
aktivitas sehari-
hari (ADLs)
secara mandiri
 Tanda-tanda
vital normal
 Energy
psikomotor
 Level
kelemahan
 Manpu
berpindah :
denangan atau
tanpa bantuan
alat
 Status
kardiopulmonari
activity therapy
- Kolaborasikan
dengan tenaga medis
dalam merencanakan
program terapi yang
tepat
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
- Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kusi roda,
krek
- Bantu untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
- Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
29
adekuat
 Sirkulasi status
baik
5
Nyeri dada
berhubungan dengan
infark paru-paru .
Definisi:
pengalaman sensori
dan emosional yang
tidak menyenangkan
yang muncul akibat
kerusakan jaringan
yang aktual atau
potensial atau
digambarkan dalam
hal kerusakan
sedimikian rupa
 Pain level
 Pain control
 Comfort level
Kriteria hasil :
 Mampu
mengontrol
nyeri (tahu
penyebab nyeri,
mampu
mengguanakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
 Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen
nyeri
 Mampu
mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi dan
Pain management
- Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Gunakan tehnik
komunikasi
teraupetik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
- Kaji kultur yang
mempengaruhi
respon nyeri
- Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
- Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
30
tanda nyeri)
 Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
kontrol nyeri masa
lampau
Analgesic administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
- Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
- Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur.
31
3.6. Implementasi dan Evaluasi
Tanggal
No
Implemmentasi
Evaluasi
Paraf
Dx.
1
- Mempastikan kebutuhan
oral/suction
- Mengauskultasi suara
napas sebelum dan
sesudah suction
- Memberikan oksigen
menggunakan nasal
kanul
- Memonitor status napas
dan oksigen
- Membuka jalan napas
gunakan tekhnik chin lift
- Momposisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasikeluarkan secret
dengan cara suction
- Memonitor respirasi dan
status oksigen
S : - Keluarga
mengatakan suara
napas pasien
sudah tidak
ngorok lagi dan
sesak sudah
berkurang
O : - Bersihan jalan
napas pasien
tampak bersih
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Dx.
2
- Membuka jalan nafas,
gunakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
- Memposisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
- Melakukan fisioterapi
dada jika perlu
- Mengauskultasi suara
nafas, catat adanya suara
S : - keluarga
mengatakan
pasien masih
sesak
- Keluarga pasien
mengatakan
gerakan dinding
dada masih tidak
setabil
O : - klien tampak sesak
32
tambahan
- Mengatur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan
- Memonitor respirasi dan
status O2.
- Monitoring rata-
rata,kedalaman, irama
dan usaha respirasi
- Mencatat gerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostals
- Memonitor suara nafas
seperti dengkur
- Mengauskultasi suara
nafas, catat area
penurunan/tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan
- Mengauskultasi suara
paru setelah tindakan
untuk mengetahui
hasilnya.
- RR : 30x/m
A : masalh belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Dx.
3
- Membuka jalan nafas,
gunakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
- Memposisikan pasien
untuk memaksimalkan
S :- Klien mengatakan
sudah tidak sakit
kepala lagi pada saat
bangun tidur dan
tidak kesulitan lagi
33
ventilasi
- Melakukan fisioterapi
dada jika perlu
- Mengeluarkan secret
dengan batuk atau
suction
- Mengauskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
- Mengatur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan
- Memonitor respirasi dan
status O2.
- Monitoring rata-
rata,kedalaman, irama
dan usaha respirasi
- Mencatat gerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostals
- Memonitor suara nafas
seperti dengkur
- Mengauskultasi suara
nafas, catat area
penurunan/tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan
- Mengauskultasi suara
paru setelah tindakan
bernapas
O : Tampak klien tidur
dengan nyenyak dan
tidak mengalami
pusing dan kesulitan
bernapas
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
34
untuk mengetahui
hasilnya.
Dx.
4
- Mengkolaborasikan
dengan tenaga medis
dalam merencanakan
program terapi yang tepat
- Membantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
- Membantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
- Membantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti
kusi roda, krek
- Membantu untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
- Membantu
pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
S : - Klien tidak
mengeluhkan pusing
dan sakit kepala
- Klien mengatakan
sudah merasa tenang
O : Tingkat kesadaran
pasien
komposmetis
(GCS 12)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi selesai
Dx.
5
- Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas
S : - - keluarga
mengatakan pasien
sudah bisa
menenangkan nyeri
yang dialaminya
35
dan faktor presipitasi
- Mengobservasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Menggunakan tehnik
komunikasi teraupetik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
- Mengkaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
- Mengevaluasi
pengalaman nyeri masa
lampau
- Mengevaluasi bersama
pasien dan tim kesehatan
lain tentang
ketidakefektifan kontrol
nyeri masa lampau
- Menentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
- Mengecek intruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
- Mengecek riwayat alergi
- Memilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
- Pasien
mengatakan nyeri
berkurang setiap
selesai diberikan
obat
O : - Luka pasien tampak
bersih
- Bengkak pada
pasien sudah
mengecil
A : Masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
36
- Menentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
- Menentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur.
37
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma tumpul merupakan luka
atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul
yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan
rancu (Sudoyo, 2010)
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan
diseluruh kota besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat
trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan
insiden penderita trauma toraks di amerika serikat diperkirakan 12 penderita per
seribu populasi per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks
sebesar 20-25%. Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang
memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan
sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian (Sudoyo, 2010).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-
paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul
yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).
4.2. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga
penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca
sehingga makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca
sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
 Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.
Jakarta: Interna Publishing
 Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan
Holistik. Edisi - VIII Jakarta: EGC
 Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana
gawat darurat. Padang : Medical book
 Nurarif, A.H, dan Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC-NOC , jilid 1. jogjakarta :
penerbit buka Mediaction.
 Patriani. (2012). Asuhan Keperawatan pada pasien trauma dada.
http://asuhan-keperawatan-patriani.pdf.com/2008/07/askep-trauma-
dada.html. Diakses pada tanggal 02 Januari 2019
 Rendy , M.C, & Th, M. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah
penyakit dalam . yogjakarta : Nuha medika

Anda mungkin juga menyukai