Anda di halaman 1dari 11

Setiap ras memiliki kekhasan dalam hal bentuk kepala.

Namun bentuk kepala harus normosefalik,


simetris pada kedua sisi kepala, serta memiliki kontur tulang yang halus.

Gerakan wajah simetris antara kedua sisi, dengan lipatan nasolabial tepat terletak di tengah.

Kebersihan kulit kepala menunjukkan higiene diri seseorang. Kulit kepala yang sehat akan tampak bersih
dan lembab, tidak ditemukan nodul, luka, iritasi ataupun massa.

Normalnya persebaran rambut merata dan tidak ada area yang tidak ditumbuhi rambut di kepala.

Ketebalan rambut bervariasi pada setiap individu. Diameter rambut umumnya tebal dan tidak mudah
patah.

Normalnya rambut teraba lembab, tidak terlalu kering ataupun berminyak.

Normalnya tidak akan teraba massa, perubahan kontur tengkorak, dan pasien tidak mengeluh nyeri.

Inspeksi

Lihat bentuk tengkorak serta kesimetrisannya.

Lihat kesimetrisan bentuk dan gerakan wajah.

Lihat kebersihan dan adanya infeksi pada kulit kepala.

Lihat persebaran rambut.


Lihat ketebalan dan diameter rambut.

Kelembaban rambut.

Palpasi

Rasakan adanya massa pada kepala, adanya perubahan kontur pada tengkorak

Temuan Abnormal

1. Beberapa jenis penyakit dapat menyebabkan perubahan bentuk kepala dan wajah.

• akromegali : ditandai dengan membesarnya tulang kepala, terutama tampak di dahi, hidung dan
rahang bawah. Hidung, bibir dan telinga membesar karena hormon pertumbuhan yang terlalu banyak.

• peningkatan hormon pertumbuhan akan menyebabkan pembesaran tulang yang abnormal.

2. • Pada klien dengan peningkatan hormon adrenal atau sedang menjalani terapi hormon adrenal
mungkin mengalami Cushing's syndrome, wajah berbentuk bundar (moon face) dengan pertumbuhan
rambut yang berlebihan.

• pada kelainan yang menderita gagal ginjal kronis, wajah tampak pucat, tampak edema di sekitar mata.

•penyakit parkinson menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk berekspresi dan


menggerakkan otot wajah. Wajah tampak kaku, disebut Mask-like Face. Hal ini disebabkan oleh kelainan
neurologis yang bersifat degeneratif dan progresif.

3. Kulit kepala yang tidak dibersihkan dengan baik akan memicu munculnya ketombe atau bahkan kutu
rambut (pediculus humanus capitis). Terkadang infestasi kutu atau jamur dapat menyebabkan bekas luka
pada kulit kepala. Periksa terutama pada area belakang telinga.

4. Rambut rontok secara berlebihan (alopesia), atau ada area pada kepala yang tidak ditumbuhi rambut.

5. Rambut tipis dan mudah patah (hipotiroidisme).


6. Rambut teraba sangat kering dan bercabang pada hipotiroidisme. Terkadang ditemukan juga rambut
yang terlalu berminyak.

7. Massa dapat teraba jika sebelumnya pasien mengalami trauma atau pasien menderita tumor. Pasien
yang memiliki riwayat trauma kepala dan pernah menjalani trepanasi tengkoraknya akan berlubang
sehingga kontur tengkorak tidak rata.

Prosedur

1. Inspeksi

Lihat kesimetrisan alis dan kedua mata, termasuk kebersihan rambut alis dan ke

simetrisan gerak. Minta pasien untuk mengangkat kedua alis secara bersamaan.

2. Inspeksi bulu mata pasien

3. Infeksi kulit kedua palpebra, posisinya, kemampuan berkedip, serta frekuensinya

4. Inspeksi sklera mata, minta klien melirik ke bawah, tarik kelopak mata bagian atas dengan kedua
tangan.

5. Inspeksi konjungtiva mata. Minta pasien melihat ke atas, lalu tarik kelopak mata bawah.
6. Inspeksi kejernihan kornea. Minta pasien melihat ke depan tanpa berkedip. Arahkan sinar dari arah
samping bawah hingga melewati kornea sambil mengamati kejernihan kornea.

7. Inspeksi pupil mata, warna, kesimetrisan, batasnya dan ukurannya.

8. Inspeksi refleks cahaya mata klien. Normalnya pupil mata akan mengecil jika terkena sinar.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan kondisi ruangan yang agak redup. Minta klien untuk melihat ke depan
dan tidak menutup mata. Letakkan tangan yang tidak dominan di antara mata kiri dan kanan, nyalakan
senter, lalu gerakkan senter dari bawah menuju pupil mata, lalu ke samping.

9. Kaji kemampuan 6 otot penggerak bola mata. Letakkan ujung jari anda 30 cm di depan pasien, tepat di
tengah mata. Minta pasien untuk mengikuti gerakan ujung jari anda tanpa menggerakan kepala (hanya
bola mata saja yang bergerak). Gerakan ujung jari perlahan-lahan agar pemeriksa dapat mendeteksi
adanya nistagmus.

10. Pemeriksaan tajam penglihatan, minta pasien untuk membaca tulisan pada buku yang diletakkan
sesuai dengan jarak baca (25-30 cm) di depan mata. Pemeriksaan dengan Snellen Chart dilakukan pada
masing-masing mata. Snellen Chart dipasang 6 meter dari klien. Klien diminta menutup salah satu mata,
kemudian diminta untuk menyebutkan huruf atau angka yang ditunjuk oleh pemeriksa. Kemampuan
menyebutkan sampai daratan huruf yang sama tercantum di tepi Snellen Chart.

Temuan normal

1. Alis dan kedua mata tampak simetris. Kulit di sekitarnya tampak bersih dan lembab. Kedua alis
bergerak simetris saat diangkat.

2. Bulu mata simetris terdapat pada kedua mata. Bulu mata mengarah keluar dan sedikit melengkung ke
arah luar.

3. Kedua palpebra simetris, kulit tampak utuh, tidak ada perubahan warna, tidak ada produksi cairan
abnormal dari mata.
Palpebra dapat menutup sempurna.

Kedipan mata berjumlah 15-20x/menit dan dilakukan secara involunter dan simetris.

Saat mata membuka, tidak tampak sklera dari luar dan bisa membuka atau menutup dengan sempurna.

4. Normalnya berwarna putih susu, terkadang ada sedikit bintik kecoklatan, atau pembuluh darah tipis
berwarna kemerahan.

5. Konjungtiva berwarna merah cerah

6. Kornea tampak jernih, permukaannya tampak halus, dan iris tampak dari luar. Pada orang tua dapat
ditemukan cincin berwarna putih keabu-abuan di sekitar kornea (arkus senilis). Arkus senilis pada lansia
adalah normal.

7. Normalnya pupil berwarna hitam, ukurannya simetris (isokor), berbatas tegas dan lurus. Pupil normal
memiliki diameter 3-7 mm.

8. Pupil mata akan mengecil saat menerima cahaya dan akan kembali membesar saat tidak menerima
rangsang cahaya. Didokumentasikan refleks cahaya +/+.

9. Kedua bola mata dapat mengikuti gerakan ujung jari pemeriksa secara bersamaan.

10. Pasien dapat membaca tulisan dengan lancar dan jelas.

Emetropia : penglihatan sempurna, proyeksi bayangan dari benda yang dilihat jatuh tepat pada retina.

• visus mata emetrop diberi lambang 6/6

• visus 6/60 hanya bisa menghitung jari-jari dari jarak 6 meter


• visus 6/300 hanya bisa melihat gerak jari-jari dari jarak 6 meter

• visus 6/ hanya bisa melihat terang dan gelap

• mata buta atau anopsia tidak bisa melihat terang

Temuan Abnormal

1. Alis tidak simetris, tampak pada kulit yang mengelupas pada alis. Pada kondisi luka bakar, rambut alis
dapat rontok karena terbakar. Temuan abnormal lainnya adalah saat alis tidak dapat bergerak bersamaan
saat diangkat

2. Bulu mata tertekuk ke arah dalam dan mengenai kornea disebut dengan istilah trichiasis.

3. Ditemukan kemerahan, bengkak, ada cairan abnormal yang keluar dari mata, lesi, atau benjolan
lainnya. Abnormalitas lain yang mungkin didapatkan (Markum, 2003).

• Xantelesma : bercak kekuningan pada kulit kelopak mata. Dihubungkan dengan peningkatan kadar
lemak dalam darah.

• Blefaritis : radang kelopak mata.

• Perdarahan karena trauma.

Palpebra tidak menutup dengan sempurna atau terasa nyeri saat menutup.

Mata berkedip sangat cepat, asimetris, mata jarang berkedip, atau bahkan tidak bisa berkedip.

Saat mata membuka, tampak sebagian kecil sklera (enteropion, ekteropion), atau kelopak mata tidak
bisa membuka dengan maksimal (ptosis)
4. Sklera berwarna kuning (jaundice), dapat ditemukan pada penderita penyakit hepar. Sklera yang
mengalami trauma akan berwarna merah karena ada pembuluh darah yang pecah. Sklera juga tampak
sangat pucat pada penderita anemia berat.

5. Konjungtiva pucat dapat ditemukan pada penderita anemia berat. Abnormal atas lain yang dapat
ditemukan antara lain (Markum, 2003) :

• Pinguekula : bercak putih kekuningan, terdiri dari jaringan ikat, berjalan pada kedua sisi kornea.
Biasanya karena hiperlipidema.

• Flikten : nodul kecil, banyaknya satu atau lebih, berwarna abu-abu agak kekuningan, bisa ditemukan
pada beberapa bagian conjunctiva dan kornea.

• Bercak butir : bercak segitiga pada kedua sisi kornea, warnanya pucat keabu-abuan, berisi epitel yang
kasar dan kering, Terkadang juga ditemukan mikroorganisme. Ditemukan pada penderita Avitaminosis A.

• Radang : Ditandai dengan adanya warna kemerahan, mengeluarkan air mata dan terkadang sekret
mukopurulen.

6. Kornea tampak opak opak (tidak jernih) dan permukaannya kasar (dapat disebabkan oleh trauma).
Arkus senilis menjadi abnormal jika ditemukan pada orang berusia kurang dari 40 tahun.

7. Warnanya menjadi keruh ditemukan masa masa masa atau beberapa kelainan berikut.

• Anisokor : diameter pupil tidak sama

• Midriasis : pupil berdilatasi maksimal

• Miosis : diameter pupil kecil

• Pint poin : pupil hanya berupa titik, dengan diameter kurang dari 1 mm

8. • Pupil tidak berespons terhadap rangsang cahaya yang diberikan

• hanya salah satu pupil yang merespons cahaya

9. Bola mata tidak dapat mengikuti gerakan ujung jari ke salah satu arah (strabismus), atau muncul
gerakan involunter bola mata yang sangat cepat (nistagmus).
10. Kesulitan membaca tulisan pada buku, biasanya karena proses penuaan atau ada kelainan mata:

• Hipermetropia : gangguan penglihatan di mana bayangan benda jatuh dibelakang retina

• Miopia : gangguan penglihatan di mana bayangan benda jatuh di depan retina

• Presbiopia : gangguan penglihatan karena menurunnya daya akomodasi mata, sehingga bayangan
benda jatuh dibelakang retina

• Buta warna : ketidakmampuan mengenali satu atau beberapa warna, biasanya diturunkan secara
genetik. Pemeriksaan dengan menggunakan buku pemeriksaan khusus (Ishihara).

• Hemianopsia : penyempitan lapang penglihatan, misalnya tidak bisa melihat separuh bagian sebelah
kanan lapang penglihatan, disebut hemianopsia homonim dekstra.

• Skotoma : daerah yang tidak bisa dilihat pada lapangan penglihatan.

Palpasi

Prosedur

1. Kaji kekenyalan bola mata. Caranya, minta klien menutup kedua mata, tekan perlahan dengan kedua
tangan pemeriksa.

Temuan Normal

Normalnya bola mata teraba kenyal dan melenting.

Temuan Abnormal

Bola mata yang teraba seperti batu dan tidak melenting menandakan adanya peningkatan tekanan
intraokuler. Peningkatan tekanan intraokuler biasanya terjadi pada klien yang menderita glaukoma.
Penderita glaukoma biasanya berusia > 40 tahun.

Prosedur
1. Inspeksi

Perhatikan otot leher pasien, lihat adanya pembengkakan, massa, atau kekakuan leher. Minta pasien
untuk mendengokkan kepala

2. Kaji kemampuan gerak otot leher :

• Minta pasien untuk menekuk kepala ke arah dada, memiringkan kepala ke bahu, dan menoleh ke sisi
kiri dan kanan untuk mengevaluasi otot Sternoklei-domastoideus

• minta pasien untuk menengah dah kan kepala ke atas untuk mengevaluasi otot trapezius

3. Kaji kekuatan otot Sternoklei-domastoideus dan trapezius :

• Letakkan tangan anda pada salah satu pipi pasien, minta pasien untuk menoleh dan melawan tahanan
pada sisi pipi yang anda pegang. Lakukan pada sisi sebaliknya.

• Pegang bahu pasien, minta pasien untuk melawan tahanan pada kedua bahu yang ditekan dengan cara
mengangkat bahunya.

1. Palpasi

Lakukan palpasi pada seluruh kelenjar limfe leher

2. Palpasi adanya deviasi atau pergeseran trakea. Posisikan klien agar menengadah, dalam posisi semi
fowler (45 derajat). Menggunakan 3 jari tengah tangan dominan, 2 jari yang samping menempel pada
ujung clavicula, jari tengah menyusur trakea.

3. Palpasi kelenjar tiroid :

Letakkan jari tangan pada sisi kiri dan kanan anak tekak, minta klien untuk menelan, rasakan kelenjar
tiroid yang ikut bergerak saat menelan menelan

Temuan Normal
1. Tidak ada massa, pembengkakan, atau kaku otot leher

2. Gerakan terkoordinasi dengan baik dan tidak ada keluhan rasa tidak nyaman saat melakukan gerakan
tersebut.

3. Kekuatan otot terasa sama pada kedua sisi

1. Tidak ditemukan massa atau pembesaran kelenjar limfe limfe atau pembesaran kelenjar limfe limfe

2. Trakea tepat berada di tengah dan tidak bergeser

3. Kelenjar tiroid tidak dapat dilihat saat bergerak.

Tidak teraba kelenjar tiroid

Temuan Abnormal

1. Terdapat massa abnormal dan pembengkakan pada otot, serta ditemukan kekakuan otot.

2. Otot mengalami tremor kekakuan atau spasme terdapat keterbatasan gerak atau nyeri saat melakukan
gerakan leher. Dapat ditemukan pula gerakan mengangguk-angguk secara involunter yang
mengindikasikan penyakit. Parkinson tortikolis : pada kondisi ini, leher akan miring ke tempat tempat ke
tempat tempat yang sakit dan sulit digerakkan karena terasa nyeri. Kondisi ini ditemukan pada infeksi M.
Sternoklei-domastoideus, M. Trapesius dan Tuberkulosis vertebra servikalis.

Pada pasien yang mengalami meningitis dan tetanus akan mengeluhkan nyeri nyeri nyeri hebat pada
leher dan leher tidak dapat ditekuk (kaku kuduk)

3. Kekuatan tahanan otot terasa berbeda pada kedua sisi.


1. Kelenjar limfe terasa menonjol dan nyeri nyeri terasa menonjol dan nyeri nyeri saat di palpasi.
Pembesaran kelenjar limfe mengindikasikan adanya infeksi atau tumor.

2. Bergeser pada salah satu sisi, bisa disebabkan karena desakan massa pada leher, atau pada pasien
dengan hemathorax dan flail chest.

3. Kelenjar tiroid membesar dan tampak dari luar.

Kelenjar tiroid terasa membesar

Anda mungkin juga menyukai