PERKEBUNAN
Haryono, M. Syakir, dan Elna Karmawati
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
PENDAHULUAN
Kakao
Tingkat produktivitas yang rendah dapat diatasi dengan varietas unggul dengan
tingkat produktivitas tinggi dan memiliki ketahanan terhadap hama penyakit yaitu ICCRI 01,
ICCRI 02, ICCRI 03, ICCRI 04 dengan produktivitas beturut-turut 2.51, 2.38, 2.30 dan 2.27
t/ha dan 1.8 – 2.7 t/ha. Penggerek dan pengisap buah dikendalikan dengan kantung plastik
untuk penyelubungan buah, Beauveria bassiana, pemangkasan eradikasi, varietas agak tahan
dan pemanenan sering.
Kelapa
Varietas unggul kelapa yang telah dilepas sebanyak 15 varietas kelapa dalam, 4
varietas kelapa genjah dan 5 varietas kelapa hibida. Potensi produksi varietas tersebut antara
2,8-4 t kopra/ha tergantung agroekosistemnya dengan kadar minyak 63-69%. Formula
pestisida biologis yang ramah lingkungan telah dirakit untuk mengendalikan hama Brontispa
yaitu Metarhizium anisopliae var anisopliae dan Tetrasichus brontispae.
Kopi
Beberapa klon unggul telah dilepas di Indonesia. Jenis kopi arabika antara lain
Kartika 1 dengan potensi hasil 1,8 t bij/ha , Kartika 2 dengan potensi 1,9 t/ha, Abesiana 0,7
t/ha, S 795 dengan potensi 1,2 t/ha, dan Andungsari 1 dengan potensi 1,9 t/ha. Jenis kopi
Robusta antara lain BP 42, BP 234, BP 288 dengan potensi hasil masing-masing 0,8-1,2
t/ha, 0,8-1,6 t/ha,0,8-1,5 t/ha. Di dunia telah dikenal kopi yang khas Indonesia seperti kopi
Toraja, kopi Lintong dan kopi luwak yang diproses melalui hewan luwak yaitu kopi luwak.
Luwak dapat menghasilkan 0,9-1,2 kg buah kopi/hari .
Kelapa sawit
Varietas unggul kelapa sawit yang dihasilkan dari persilangan antara Dura dan
Pisifera adalah PPKS 239, PPKS 540, PPKS 718, Simalungun Langkat La Me Dapros,
Yongambi, SJ-3, Topas I-IV dan Socfindo dengan potensi TBS 39 ton/ha /tahun. Perbaikkan
dan peningkatan efisiensi budidaya dilakukan melalui pemanfaatan limbah kelapa sawit,
misalnya tandan kosong kelapa sawit dapat menekan penggunaan pupuk kimia sebanyak
50%. Budidaya kelapa sawit di lahan pasang surut dilakukan dengan memperhatikan
beberapa aspek yaitu kedalaman lapisan pirit, sistem tata air dengan mempertahankan
ketinggian air pada level 70 cm dari permukaan tanah. Pengolahan produk sekunder yang
telah berkembang adalah oleokimia yang telah memenuhi 10,8% dari kebutuhan dunia.
Minyak atsiri
Minyak atsiri Indonesia yang telah dikenal adalah nilam dan seraiwangi. 3 varietas
yang telah di lepas adalah Tapak Tuan, Lhokseumawe dan Sidik Kalang dengan potensi
produksi 375,55 dan 315 kg /tahun. Kadar patchouli alkohol varietas tersebut di atas SNI
yaitu 33.31, 32.62 dan 32.95%. untuk pengendalian penyakit layu bakteri telah diperoleh 9
somaklon dan 4 hibrida somatik yang tahan terhadap penyakit tersebut. Varietas unggul
Serai wangi yang berproduksi tinggi adalah 61, 62 dan 63 dengan produktifitas minyak 470
kg/ha, 450 kg/ha dan 470 kg/ha dengan kadar sitronela 44,46 dan 44%. Limbah penyulingan
seraiwangi dapat diolah untuk pakan ternak ruminansia besar. Campuran pakan ternak
dengan limbah seraiwangi menghasilkan kotoran ternak yang tidak berbau.
Tebu
Teknologi yang telah dihasilkan untuk mendukung pengembangan tebu dan
swasembada gula adalah varietas unggul, bongkar ratoon, pengendalian hama penyakit dan
kultur jaringan. Varietas unggul yang diharapkan dapat meningkatkan produktifitas rendemen
adalah PS 865, Kidang Kencana PS 864, PS 891, PS BM 901, PS 921 dan PS 951 dengan
produktivitas tebu 110 -146 t/ha di lahan sawah dengan rendemen 8,5 - 11%. Taknologi
budidaya dengan sistem bongkar ratoon diikuti keprasan 3 kali dapat meningkatkan
rendemen tebu 3 kali lipat dibandingkan tanpa bongkar ratoon. Metode perbanyakan bibit
dengan jumlah yang besar dalam waktu relatif singkat dilakukan dengan metode in vitro
melalui media MS + 2 ppm 2,40+0,4 ppm BAP+3 g casein hidrosilat + 20 g sukrosa.
Pada masa lalu, paradigma Badan Litbang Pertanian disebut sebagai “Penelitian dan
Pengembangan “(Research and Development) dengan focus melakukan penelitian dan
pengembangan untuk menemukan atau menciptakan teknologi. Kegiatan diseminasi lebih
KESIMPULAN
1. Sub sektor perkebunan ,mempunyai peran yang cukup strategis dalam sumbangannya
terhadap 4 sukes kementerian pertanian, karena berbagai produk pekebunan Indonesia
memiliki keunggulan komparatif di pasar internasional namun demikian agribisnis
perkebunan memerlukan adanya inovasi teknologi perkebunan.
2. Banyak sekali teknologi perkebunan yang telah dihasilkan mulai dari varietas unggul,
teknogi perbanyakan benih, teknologi budi daya, pengolahan sampai dengan pemanfaatan
limbah.
3. Teknologi yang dihasilkan sangat lambat untuk diadopsi para penggunanya,oleh sebab itu
Badan Litbang Pertanian telah melakukan berbagai upaya untuk mempercepat adopsi
teknologi perkebunan.