Anda di halaman 1dari 20

1

Lampiran Keputusan Ka RSPAD Gatot Soebroto


DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT Nomor Kep / / / 20……
RSPAD GATOT SOEBROTO Tanggal …………………………………………..

BUKU PEDOMAN

tentang

PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN


DI RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum.
a. Penyelenggaraan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah
sakit sangatlah perlu mendapat perhatian yang serius. Sebagai
konsekuensi dari fungsi rumah sakit maka potensi munculnya bahaya
kesehatan dan keselamatan kerja tidak dapat dihindari, seperti bahaya
pemajanan radiasi, bahan kimia toksik, bahaya biologis, temperatur
ekstrim, bising, debu, termasuk juga bahaya kebakaran.

b. Kebakaran menimbulkan kerugian berupa korban manusia, harta


benda, terganggunya proses produksi barang dan jasa, kerusakan
lingkungan dan terganggunya ketenangan masyarakat. Kendala umum
yang sering muncul pada setiap terjadinya kebakaran adalah upaya-
upaya penanganan kebakaran di lapangan seperti upaya
penyelamatan jiwa (evakuasi manusia), barang dan proses
pemadaman kebakarannya. Sarana penyelamatan dipersiapkan
untuk dipergunakan dalam upaya penyelamatan jiwa manusia
maupun harta – benda. Diperlukan kebijakan kebijakan guna
mencegah sedini mungkin kebakaran yang timbul dan dapat mengikat
seluruh pihak baik staf, pengunjung, pasien maupun keluarganya.

c. Rumah sakit merupakan salah satu tempat yang juga tidak lepas
dari berbagai kemungkinan bahaya kecelakaan ataupun kebakaran,
oleh karena itu perlu juga dibuat suatu sistem rancangan dan tanggap
darurat terhadap bahaya kebakaran yang baik, melakukan identifikasi
dan menyediakan peralatan tanggap darurat yang sesuai, serta
melakukan uji coba secara periodik. RSPAD Gatot Soebroto
mempunyai peran strategis untuk memfasilitasi suatu system
2

manajemen pengamanan kebakaran (fire safety management) yang


meliputi pengelolaan dan pengendalian manusia, informasi, organisasi
dan peralatan.

2. Maksud dan Tujuan.


a. Maksud. Penyusunan buku pedoman pengamanan
terhadap bahaya kebakaran di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ini
dimaksudkan sebagai acuan untuk mewujudkan fasilitas rumah sakit
yang aman terhadap bahaya kebakaran.

b. Tujuan. Buku Pedoman ini bertujuan untuk mengatur dan


menetapkan upaya upaya agar dapat terselenggaranya pelaksanaan
pengamanan terhadap bahaya kebakaran di RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad secara tertib, lancar, aman dan selamat.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup pengamanan


terhadap bahaya kebakaran di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dituangkan
dalam buku pedoman yang menjelaskan sarana pengamanan bahaya
kebakaran, sarana penyelamatan, sistem proteksi, pengawasan dan
pengendalian yang disusun dengan tata urut sebagai berikut :

a. Pendahuluan
b. Penyebab kebakaran
c. Sarana Pengamanan Kebakaran
d. Sarana Penyelamatan
e. Sistem Proteksi Pasif
f. Sistem Proteksi Aktif
g. Pengawasan dan Pengendalian
h. Penutup

4. Landasan.
a. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 24 Tahun 2007
tentang Pengamanan Bencana.

b. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009


tanggal 13 oktober 2009 tentang Kesehatan.

c. Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009


tanggal 28 oktober 2009 tentang Rumah Sakit.

d. Undang-undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1999 tanggal


20 April 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3

e. Undang-undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2009


tanggal 18 Juli 2009tentang Pelayanan Publik.

f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 /


Menkes / VIII/ 2011 tanggal 8 agustus 2011 tentang Keselamatan
Pasien.

g. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor


10 / KPTS / 200 tanggal 1 Maret 2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.

h. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor


11 / KPTS / 200 tanggal 1 Maret 2000 tentang Ketentuan Teknis
Manajemen Penaggulangan Kebakaran di Perkotaan.

i. Surat Perintah Ka RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Nomor Sprin /


1141 / VII /2011 tanggal 26 Juli 2011 tentang Tim Pokja Persiapan
Akreditasi Nasional dan Internasional RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.

j. Surat Perintah Ka RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Nomor Sprin /


1898 / XII /2011 tanggal 16 Desember 2011 tentang Champion Pokja
Akreditasi Internasional RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.

5. Pengertian.
a. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungan adalah segala upaya yang menyangkut
ketentuan dan persyaratan teknis yang diperlukan dalam
mengatur dan mengendalikan penyelenggaraan pembangunan
bangunan gedung, termasuk dalam rangka proses perizinan,
pelaksanaan dan pemanfaatan/pemeliharaan bangunan gedung,
serta pemeriksaan kelaikan dan keandalan bangunan gedung
terhadap bahaya kebakaran.

b. Bangunan gedung adalah bangunan yang didirikan dan atau


diletakkan dalam suatu lingkungan sebagian atau seluruhnya
pada, di atas, atau di dalam tanah dan/atau perairan secara tetap
yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya.

c. Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan


untuk dipergunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam
kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta-
benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan
lingkungan.
4

d. Sistem proteksi pasif adalah sistem perlindungan terhadap


kebakaran yang dilaksanakan dengan melakukan pengaturan
terhadap komponen bangunan gedung dari aspek arsitektur dan
struktur sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dan
benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran.

e. Sistem proteksi aktif adalah sistem perlindungan terhadap


kebakaran yang dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan
yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan
oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam
melaksanakan operasi pemadaman. Selain itu sistem ini
digunakan dalam melaksanakan Pengamanan awal kebakaran.

f. Pengawasan dan pengendalian adalah upaya yang perlu


dilakukan oleh pihak terkait dalam melaksanakan pengawasan
maupun pengendalian dari tahap perencanaan pembangunan
bangunan gedung sampai dengan setelah terjadi kebakaran pada
suatu bangunan gedung dan lingkungan.

g. Bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya


ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal
terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap, dan gas yang
ditimbulkan.

h. Eksit atau jalan ke luar adalah salah satu atau kombinasi dari
bagian dalam dan luar tangga, ramp, lorong yang dilindungi terhadap
kebakaran, bukaan pintu yang menuju jalan umum atau ruang
terbuka. jalan ke luar horisontal atau lorong yang dilindungi terhadap
kebakaran yang menuju ke eksit horisontal jika memberikan jalan ke
luar menuju ke jalan umum atau ruang terbuka.

i. Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut


pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan
bagi keperluan pemadaman kebakaran.

j. Hose-reel adalah slang gulung yang dilengkapi dengan mulut


pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan dalam slang
umumnya dari bahan karet berdiamater 1 inch.

k. Jalan penyelamatan/evakuasi adalah jalur perjalanan yang


menerus (termasuk jalan ke luar, koridor/selasar umum dan sejenis)
dari setiap bagian bangunan termasuk di dalam unit hunian tunggal ke
tempat yang aman.
5

l. Jalur lintasan yang dilindungi terhadap kebakaran adalah


koridor/selasar atau ruang semacamnya yang terbuat dari konstruksi
tahan api, yang menyediakan jalan penyelamatan ke tangga, ramp
yang dilindungi terhadap kebakaran atau ke jalan umum atau ruang
terbuka.

m. Sprinkler adalah alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran


yang mempunyai tudung berbentuk deflektor pada ujung mulut
pancarnya, sehingga air dapat memancar kesemua arah secara
merata. Dalam pertanian ada juga jenis sprinkler yang digunakan
untuk penyiram tanaman.

n. Sistem pengamanan kebakaran adalah satu atau kombinasi dari


metoda yang digunakan pada bangunan untuk:
1) memperingatkan orang terhadap keadaan darurat
2) penyediaan tempat penyelamatan
3) membatasi penyebaran kebakaran
4) pemadaman kebakaran, termasuk di sini sistem proteksi
aktif dan pasif.

o. Waktu penyelamatan/evakuasi adalah waktu bagi pengguna/


penghuni bangunan untuk melakukan penyelamatan ke tempat aman
yang dihitung dari saat dimulainya keadaan darurat hingga sampai di
tempat yang aman.
6

BAB II
PENYEBAB KEBAKARAN

6. Penyebab Kebakaran :
a. Manusia, kesalahan manusia dapat berupa kurang hati – hati
dalam menggunakan alat yang dapat menimbulkan api atau
kurangnya pengertian tentang bahaya kebakaran. Sebagai salah satu
contoh merokok atau memasak.
b. Alat, disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara
penggunaan yang salah, pemasangan instalasi yang kurang memenuhi
syarat. Sebagai contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan atau
kebocoran.
c. Alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat
dan terus menerus memancarkan panasnya sehingga dapat
menimbulkan kebakaran.
d. Penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran gudang
kimia akibat reaksi kimia yang disebabkan oleh kebocoran atau
hubungan pendek listrik.
e. Kebakaran disengaja, seperti huru – hara, sabotase dan untuk
mendapatkan asuransi ganti rugi.

BAB IV
SARANA PENYELAMATAN

7. Umum. Upaya penyelamatan bertujuan untuk mencegah


terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada saat
terjadi kebakaran. Setiap bangunan harus dilengkapi dengan sarana
evakuasi yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan untuk
menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan
oleh kebakaran.

8. Sarana Jalan Keluar. RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilengkapi


dengan sarana evakuasi pasien, keluarga, pengunjung dan staf. Setiap
bangunan mempunyai sedikitnya satu jalan ke luar eksit pada setiap
lantainya. Sarana atau jalan ke luar dari bangunan harus disediakan untuk
penyelamatan diri sesuai dengan jumlah, lokasi dan dimensi sarana ke luar
tersebut sesuai dengan jarak tempuh, jumlah, mobilitas dan karakter
pasien, keluarga, pengunjung dan staf, fungsi atau penggunaan bangunan
dan tinggi bangunan, arah sarana ke menuju tempat yang aman.

9. Helipad Untuk Penyelamatan (Rescue). Mengingat peran


fusngsi dan tugas pokok RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad maka diperlukan
landasan helikopter atau helipad untuk penyelamatan terbatas (rescue) pada
7

saat terjadi kebakaran yang memerlukan tindakan penyelamatan tersebut


melalui atap bangunan. Pengadaan helipad bukanlah dimaksudkan untuk
evakuasi penghuni bangunan melainkan untuk penyelamatan terbatas atau
beberapa orang dan lebih diutamakan untuk rescue.

BAB V
SISTEM PROTEKSI PASIF
10. Umum.
a. Proteksi pasif bertujuan untuk melindungi seluruh personel dari
sakit ataupun cedera akibat terjadinya kebakaran, menyediakan
fasilitas untuk menunjang kegiatan yang dilakukan petugas pemadam
kebakaran, menghindari penyebaran kebakaran antar bangunan dan
melindungi benda atau barang lainnya terhadap kerusakan fisik akibat
keruntuhan struktur bangunan saat terjadi kebakaran.
b. Dengan adanya proteksi pasif maka diharapkan mampu
memberikan waktu bagi personel untuk menyelamatkan diri dan
evakuasi secara aman, memberikan kesempatan bagi petugas
pemadam kebakaran untuk beroperasi dan menghindarkan kerusakan
benda atau barang akibat kebakaran, penyebaran api dan asap.

11. Persyaratan proteksi pasif.


a. Bangunan gedung di lingkungan rumah sakit harus mampu
mempertahankan stabilitas struktur selama terjadi kebakaran,
mencegah penjalaran asap kebakaran serta gas beracun yang
ditimbulkan oleh kebakaran khususnya ruang perawatan pasien
sehingga waktu cukup agar evakuasi penghuni bisa berlangsung
secara tertib, aman dan lancar.

b. Bahan dan komponen bangunan di lingkungan rumah sakit harus


mampu menahan penjalaran kebakaran untuk membatasi
pertumbuhan asap dan panas serta terbentuknya gas beracun yang
ditimbulkan oleh kebakaran sehingga cukup waktu untuk
melaksanakan evakuasi.

c. Bangunan di lingkungan rumah sakit harus mampu mencegah


penyebaran asap kebakaran, yang berasal dari peralatan utilitas yang
berpotensi bahaya kebakaran tinggi atau bisa meledak akibat panas
tinggi.

d. Bangunan di lingkungan rumah sakit harus mampu


menghindarkan penyebaran kebakaran, sehingga peralatan darurat
8

yang dipasang pada bangunan akan terus beroperasi selama jangka


waktu tertentu yang diperlukan pada waktu terjadi kebakaran.

e. Disediakan akses ke bangunan dan di sekeliling bangunan bagi


tindakan petugas pemadam kebakaran. Jalur akses masuk (access
way) ke Lingkungan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dibuat
sedemikian rupa agar dapat langsung mencapai bukaan akses
pemadam kebakaran. Jalur akses masuk tersebut dapat
mengakomodasi jalan masuk dan manuver mobil pemadam, snorkel,
mobil pompa, dan mobil tangga dan platform hidrolik. Jalur akses
masuk (access way) tersebut diberi tanda. Penandaan menggunakan
warna yang kontras dengan warna lingkungan sekitarnya dan bersifat
reflectif sehingga jalur masuk dapat terlihat pada malam hari.

12. Penangkal petir. Untuk melindungi bangunan gedung terhadap


kebakaran yang berasal dari sambaran petir, maka pada bangunan gedung
khususnya yang bertingkat harus dipasang penangkal petir. Ketentuan
mengenai peralatan dan pemasangan instalasi penangkal petir mengikuti
ketentuan seperti yang tercantum pada Peraturan Umum Instalasi Penangkal
Petir (PUIPP).

BAB VI
SISTEM PROTEKSI AKTIF

13. Umum.
a. Sarana Pemadam Kebakaran berdasarkan standar nasional
maupun internasional meliputi sistem deteksi, alarm kebakaran,
sistem pemadam kebakaran, sistem pengendali kebakaran dan
organisasi pengamanan kebakaran.

b. RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilengkapi dengan sarana


proteksi kebakaran sedemikian rupa sehingga pasien, keluarga,
pengunjung dan staf diperingatkan akan adanya suatu kebakaran
dalam bangunan sehingga dapat melaksanakan evakuasi dengan
aman, mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan evakuasi
secara aman sebelum kondisi pada jalur evakuasi menjadi tidak
tertahankan oleh akibat kebakaran.

c. Sistem peringatan otomatis pada sistem deteksi asap dipasang


agar dapat memberikan peringatan kepada seluruh personel sehingga
mereka dapat melakuan evakuasi ke tempat yang aman pada saat
terjadi kebakaran. Jalur evakuasi harus dijaga agar selama melakukan
9

evakuasi tidak membahayakan jiwa manusia, jalur/rute evakuasi


masih dapat terlihat jelas, aman dari keracunan asap.

14. Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran.


a. Sistem deteksi dan alarm kebakaran otomatis dirancang untuk
memberikan peringatan kepada personel adanya bahaya kebakaran,
sehingga dapat melakukan tindakan proteksi dan penyelamatan dalam
kondisi darurat. Sistem alarm memudahkan petugas pemadam
kebakaran mengidentifikasi titik awal terjadinya kebakaran.

b. Detektor Asap / Smoke Detektor merupakan peralatan yang


memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap
orang apabila ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan
berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam ruangan. Biasanya
pemasangannya disebelah sprinkler

c. Alarm Kebakaran. Alarm kebakaran secara umum


merupakan bunyi peringatan atau pemberitahuan adanya bahaya
kebakaran agar dapat segera ditangani. Pembagian alarm kebakaran
didasarkan kepada kepekaannya terhadap panas, asap dan nyala api..

15. Sistem Pemadam Kebakaran Manual.


a. Hidran kebakaran. Hidran merupakan koneksi di atas tanah
yang menyediakan akses ke pasokan air untuk tujuan pemadaman
kebakaran. Pasokan air dapat bertekanan (pressurized)/Jet Hidran
atau tanpa tekanan (unpressurized). Setiap hydrant memiliki satu atau
lebih gerai yang selang kebakaran mungkin terkait. Hidran kebakaran
ditempatkan di gedung maupun di halaman rumah sakit. Komponen
Hidran Kebakaran terdiri dari Sumber persediaan air, pompa-pompa
kebakaran, slang kebakaran, kopling penyambung dan perlengkapan
lain-lain. Sumber persediaan air untuk hidran kebakaran harus
diperhitungkan minimum untuk pemakaian selama 30 menit. Pompa
kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran listrik
tersendiri dari sumber daya listrik darurat. Slang kebakaran dengan
diameter maksimum 1½ inci harus terbuat dari bahan yang tahan
panas, panjang maksimum slang harus 30 m. Kopling penyambung
sama dengan kopling dari Unit Pemadam Kebakaran. Semua peralatan
hidran kebakaran harus di cat merah. Hidran gedung yang
menggunakan pipa tegak dilengkapi dengan kopling pengeluaran
dengan bentuk dan ukuran yang sama dengan kopling dari unit
pemadam kebakaran, dan ditempatkan pada tempat yang mudah
dicapai oleh unit pemadam kebakaran. Kotak hidran gedung harus
mudah dibuka, dilihat, dijangkau dan tidak terhalang oleh benda lain.
10

Hidran halaman disambung dengan pipa induk. Penempatan hidran


halaman mudah dicapai oleh mobil unit kebakaran.

b. Alat Pemadam Api Ringan / Fire Extinguishers / Racun Api.


Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah peralatan yang
dapat dibawa dan dioperasikan dengan tangan, berisi bahan pemadam
bertekanan yang dapat disemprotkan dengan tujuan memadamkan
api. Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna,
praktis karena tidak terlalu berat dan bisa dibawa dan ditempatkan
dimana – mana sesuai dengan kebutuhan. Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) dikemas dalam bentuk tabung dengan warna tabung yang
mudah dilihat (hijau, merah, biru, kuning). Pemasangan dan
penempatan pada posisi mudah dilihat dan dicapai. Alat pemadam api
ringan meliputi Alat Pemadam Api Portable (APAP) dan alat pemadam
api beroda.

c. Hidran Kebakaran dalam Bangunan. Instalasi hidran dalam bangunan


dimaksudkan untuk menyediakan sarana bagi personel setempat untuk melakukan
pemadaman kebakaran pada tahap awal hingga datangnya petugas dari Instansi Pemadam
Kebakaran.

16. Sistem Pemadam Kebakaran Otomatis.


a. Penggunaan Sprinkler sebagai pemadam kebakaran otomatis di
rumah sakit. Sistem sprinkler otomatik adalah kombinasi dari deteksi
panas dan pemadaman, ia bekerja secara otomatik penuh tanpa
bantuan orang atau sistem lain. Sehingga sistem, pemadam
kebakaran ini lebih efektif dibandingkan dengan sistem hidran dan
lainnya.

b. Sistem sprinkler terdiri dari penyediaan air, jaringan pipa air dan
kepala sprinkler. Penyediaan air melalui tangki gravitasi, tangki
bertekanan, jaringan air bersih dan tangki mobil kebakaran. Jaringan
pipa air menggunakan pipa baja, pipa baja galvanis, pipa besi tuang
dengan flens atau pipa tembaga. Kepala sprinkler merupakan bagian
sprinkler yang berada pada ujung jaringan pipa dan diletakkan
sedemikian rupa sehingga apabila ada perubahan suhu tertentu akan
memecahkan kepala sprinkler tersebut dan memancarkan air secara
otomatis.

c. Rancangan Sistem sprinkler untuk memadamkan kebakaran atau


sekurang-kurangnya mampu mempertahankan kebakaran agar
tetap/tidak berkembang, untuk sekurang-kurangnya 30 menit sejak
kepala sprinkler pecah.
11

17. Pengendalian Asap Kebakaran. Pengendalian asap kebakaran


dirancang dan dipasang untuk beroperasi sehingga sarana jalan keluar
aman. Dalam daerah perawatan pasien, tiap sistem pengolah udara mekanis
yang mensirkulasi udara. Sistem deteksi asap dan alarm otomatis dipasang
di ruangan, koridor umum dan ruang umum lainnya.

18. Instalasi Lift Kebakaran. Untuk penanggulangan saat terjadi


kebakaran sekurang-kurangnya ada satu buah lift yang disebut lift
kebakaran atau lift keadaan darurat (emergency lift). Lift kebakaran harus
terdapat dalam saf yang tahan api, memenuhi standar lift yang berlaku,
dihubungkan dengan sistem pembangkit tenaga darurat yang selalu siaga,
dioperasikan oleh petugas pemadam kebakaran untuk keperluan
penanggulangan keadaan darurat kebakaran, harus dapat berhenti disetiap
lantai. Keberadaan lift kebakaran diberikan dengan tanda tertentu di setiap
lantai dekat pintu lift. Sumber daya listrik untuk lift kebakaran harus
direncanakan dari dua sumber dan menggunakan kabel tahan api.

19. Pencahayaan Darurat dan Penunjuk Arah.


a. Untuk menyelamatkan penghuni dari kecelakaan ataupun
ancaman bahaya perlu menyediakan pencahayaan yang memadai,
memberikan petunjuk/rambu rambu yang cukup jelas untuk menuju
jalan keluar (eksit) dan alur pencapaian menuju eksit dan memberikan
peringatan kepada penghuni/pengguna bangunan akan terjadinya
keadaan darurat.

b. Pencahayaan yang cukup memadai bila sistem pencahayaan


buatan yang normal pada bangunan tidak berfungsi saat keadaan
darurat dan pencahayaan yang cukup diartikan masih mampu
berfungsi untuk memperingatkan penghuni/pengguna bangunan untuk
menyelamatkan diri, mengatur proses evakuasi dan mengenali tanda
eksit dan jalur menuju ke eksit. Sistem pencahayaan keadaan darurat
harus beroperasi otomatis, memberikan pencahayaan yang cukup
tanpa penundaan yang tidak perlu dalam upaya menjamin evakuasi
yang aman.

c. Penunjuk Arah. Tanda Keluar (Eksit) harus jelas terlihat bagi


orang yang menghampiri eksit dan harus dipasang pada, di atas atau
berdekatan dengan pintu yang memberikan jalan ke luar langsung dari
satu lantai ke tangga, jalan terusan atau ramp, yang berfungsi sebagai
eksit yang memenuhi persyaratan dan tangga luar, jalan terusan atau
ramp yang memenuhi syarat sebagai eksit dan serambi atau balkon
luar yang memberikan akses menuju ke eksit. Bila tanda eksit tidak
dapat terlihat secara langsung dengan jelas maka harus dipasang
12

tanda penunjuk dengan tanda panah menunjukkan arah yang


memberikan indikasi penunjukkan arah ke eksit.

20. Sistem Daya Darurat.


a. Sumber daya listrik darurat dapat berupa batere, generator.
Sumber daya listrik darurat harus direncanakan dapat bekerja secara
otomatis apabila sumber daya utama tidak bekerja. Sumber daya
listrik darurat harus dapat dipergunakan setiap saat (Stand by Power).

b. Sumber daya listrik darurat digunakan antara lain untuk


mengoperasikan, pencahayaan darurat, sarana komunikasi darurat, lift
kebakaran, sistem deteksi dan alarm kebakaran, hidran kebakaran,
sprinkler kebakaran, alat pengendali asap, ruang pusat pengendali
kebakaran dan Isntalasi/Departemen strategis.

c. Sumber Daya yang disuplai untuk mengoperasikan sistem daya


darurat diperoleh sekurang-kurangnya dari dua sumber yaitu PLN, dan
atau Sumber darurat berupa Batere dan Generator. Sumber daya
listrik darurat direncanakan dapat bekerja secara otomatis apabila
sumber daya utama tidak bekerja dan harus dapat bekerja setiap saat.
Bangunan atau ruangan yang sumber daya utamanya dari PLN harus
dapat juga dilengkapi dengan generator sebagai sumber daya darurat.

21. Pusat Pengendali Kebakaran.


a. Sarana yang ada di pusat pengendali kebakaran dapat
digunakan untuk melakukan tindakan pengendalian dan pengarahan
selama berlangsungnya operasi penanggulangan kebakaran atau
penanganan kondisi darurat lainnya, melengkapi sarana alat
pengendali, panel kontrol, telepon, mebel, peralatan dan sarana
lainnya yang diperlukan dalam penanganan kondisi kebakaran. Pusat
pengendali kebakaran tidak digunakan untuk keperluan lain selain
kegiatan pengendalian kebakaran dan kegiatan lain yang berkaitan
dengan unsur keselamatan atau keamanan bagi penghuni bangunan.

b. Ruang Pusat Pengendali Kebakaran ditempatkan sedemikian


rupa sehingga jalan keluar dari setiap bagian pada lantai ruang
tersebut kearah jalan atau ruang terbuka umum tidak terdapat
perbedaan ketinggian permukaan lantai lebih dari 30 cm.

c. Pintu yang menuju ruang pengendali membuka ke arah dalam


ruang tersebut, dapat dikunci dan ditempatkan sedemikian rupa
sehingga orang yang menggunakan jalur evakuasi dari dalam
bangunan tidak menghalangi atau menutup jalan masuk ke ruang
pengendali tersebut. Ruang pengendali haruslah dapat dimasuki dari
13

dua arahyaitu satu dari arah pintu masuk di depan bangunan dan satu
langsung dari tempat umum atau melalui jalan terusan yang menuju
ke tempat umum.

d. Ruang pengendali kebakaran dilengkapi dengan sekurang-


kurangnya panel indikator (panel pengendali utama, panel indikator
liff, sakelar pengendali jarak jauh untuk gas atau catu daya listrik dan
genset darurat; dan sistem keamanan bangunan, sistem pengamatan,
dan sistem manajemen jika dikehendaki terpisah total dari sistem
lainnya ), sakelar kontrol dan indikator visual yang diperlukan untuk
semua pompa kebakaran, kipas pengendali asap, dan peralatan
pengamanan kebakaran lainnya yang dipasang di dalam bangunan,
telepon yang memiliki sambungan langsung sebuah papan tulis
berukuran tidak kurang dari 120 cm x 100 cm, sebuah papan tempel
(pin-up board) berukuran tidak kurang dari 120 cm x100 cm, sebuah
meja berukuran cukup untuk menggelar gambar dan rencana taktis,
rencana taktis penanggulangan kebakaran yang ditetapkan dan diberi
kode warna. Ukuran ruang pengendali mempunyai luas lantai tidak
kurang dari 10 m2 dan panjang dari sisi bagian dalam tidak kurang
dari 2,5 m,

e. Ventilasi. Ruang pengendali diberi ventilasi dengan cara


alami dari jendela atau pintu pada dinding luar bangunan yang
membuka langsung ke ruang pengendali dari jalan atau ruang
terbuka, sistem udara bertekanan pada sisi yang hanya melayani
ruang pengendali, beroperasi secara otomatis melalui aktivitas sistem
isyarat bahaya kebakaran (fire alarm) atau sistem sprinkler yang
dipasang secara manual di ruang pengendali, mengalirkan udara segar
ke dalam ruangan tidak kurang dari 30 kali pertukaran udara per
jamnya pada waktu sistem sedang beroperasi dan salah satu pintu
ruangan terbuka mempunyai kipas, motor, dan pipa-pipa saluran
udara yang membentuk bagian dari sistem, tetapi tidak berada di
dalam ruang pengendali dan diproteksi oleh dinding yang mempunyai

f. Pemasok Daya. Mempunyai catu daya listrik ke ruang


pengendali atau peralatan penting bagi beroperasinya ruang
pengendali dan yang dihubungkan dengan pasokan daya dari sisi
masuk saklar hubung bagi daya dari luar bangunan, dan tidak ada
sarana/peralatan yang terbuka kecuali pintu yang diperlukan,
pengendali pelepas tekanan (pressure control relief) dan jendela yang
dapat dibuka oleh kunci yang menjadi bagian dari konstruksi ruang
pengendali.
14

BAB VII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

22. Umum.
a. Upaya pengawasan dan pengendalian pengamanan terhadap
bahaya kebakaran di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad agar fasilitas laik
fungsi serta aman bagi staf, pengunjung, pasien maupun keluarga
tersebut dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus. Dengan
demikian jaminan keselamatan terhadap bahaya kebakaran baik pada
personel rumah sakit, pasien dan penggunjung RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad dapat terpenuhi baik.

b. Pengawasan dan pengendalian pengamanan terhadap bahaya


kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan baik terhadap
bangunan baru maupun bangunan lama agar bangunan laik fungsi
serta aman bagi penghuni atau pengguna bangunan tersebut. Dengan
demikian jaminan keselamatan terhadap bahaya kebakaran baik pada
penghuni bangunan dan lingkungan yang terjadi sewaktu-waktu dapat
terpenuhi dengan baik.

c. Usaha pencegahan kebakaran dilakukan dengan memeriksa


semua peralatan yang menggunakan listrik dan pastikan bahwa telah
diputuskan hubungannya dengan listrik sebelum anda meninggalkan
ruangan kantor, tidak membebani suatu titik sambungan listrik secara
berlebihan dengan menggunakan adaptor. Tidak masukkan kabel lepas
kedalam soket dinding, gunakan Plug / Steker yang semestinya,
berhati – hati menggunakan kompor listrik maupun kompor gas LPG,
menjaga agar lingkungan tetap bersih, memberitahukan /
informasikan kepada Unit Teknik jika ada kesalahan atau kerusakan
pada Instalasi Listrik atau Plug kabel dan lain – lain sesegera mungkin.

d. Pada tahap perencanaan pengawasan dan pengendalian


dilakukan dengan pemeriksaan dan pengecekan melalui pengawasan
dan pengendalian terhadap gambar gambar perencanaan.

e. Pada tahap pelaksanaan dilakukan pemeriksaan dan pengecekan


oleh instansi teknis yang berwenang serta konsultan pengawas dalam
rangka pengawasan dan pengendalian agar spesifikasi teknis dan
gambar-gambar perencanaan seluruh instalasi system proteksi
kebakaran baik pasif maupun aktif serta seluruh sarana penyelamatan
sesuai dengan hasil perencanaannya. Juga dilakukan pengecekan
material, pengecekan beroperasinya seluruh sistem instalasi
kebakaran, tes persetujuan, tes kelaikan fungsi serta melakukan
laporan berkala.
15

22. Pelaporan Sistem Proteksi Kebakaran. Laporan sistem proteksi


kebakaran memuat informasi mengenai system proteksi yang terdapat atau
terpasang pada bangunan termasuk komponenkomponen sistem proteksi
dan kelengkapannya. Laporan sistem proteksi kebakaran ini disusun atau
dibuat sebagai pegangan bagi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.

23. Keandalan Sistem.


a. Kinerja sistem proteksi kebakaran sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor penentu seperti pemilihan standar dan sistem desain,
kualitas instalasi serta aspek pemeliharaan. Perancangan dan
pemilihan sistem proteksi kebakaran perlu memperhitungkan potensi
bahaya kebakaran pada bangunan yang mencakup beban api, dimensi
serta konfigurasi ruang, termasuk ventilasi, keberadaan benda-benda
penyebab kebakaran dan ledakan, jenis peruntukan bangunan, serta
kondisi lingkungan sekitar termasuk lokasi instansi kebakaran dan
sumber-sumber air untuk pemadaman (water supplies), serta
ketentuan dan standar yang berlaku.

b. Unsur manajemen pengamanan kebakaran (Fire Safety


Management), terutama yang menyangkut kegiatan pemeriksaan
berkala, perawatan dan pemeliharaan, audit keselamatan kebakaran
dan latihan penanggulangan kebakaran harus dilaksanakan secara
periodik sebagai bagian dari kegiatan pemeliharaan sarana proteksi
aktif yang terpasang pada bangunan.

c. Hal-hal yang berkaitan dengan masalah proteksi kebakaran,


meliputi latihan dan pengertian personel, pasien, keluarga serta
pengunjung terhadap potensi bahaya kebakaran, dan menghindarkan
terjadinya kebakaran, tindakan pemadaman dan pengamanan saat
terjadinya kebakaran dan tindakan penyelamatan baik bagi benda
maupun jiwa.

BAB VII
PENUTUP

24. Pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan untuk


menjamin keamanan dan keselamatan materiil, personel, pasien, keluarga
dan pengunjung RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dan lingkungan terhadap
bahaya kebakaran.

26. Keberhasilan rumah sakit dalam mengamankan bahaya kebakaran


tergantung kepada komunikasi, koordinasi dan kepedulian dalam
melaksanakan ketentuan dalam buku pedoman ini.
16

27. Penyempurnaan. Hal-hal yang dianggap perlu guna penyempurnaan


buku pedoman ini akan disarankan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad dengan mekanisme umpan balik.

Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad

dr. Komaruddin Boenjamin, Sp. U

Brigadir Jenderal TNI


17

DAFTAR ISI

Keputusan Ka RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Nomor Kep /....../ ....../ 20 ...
tangal ............ ............ tentang Pengesahan Berlakunya Buku Pedoman Manajemen
Penanggulangan Bencana .

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum ........................................................................ 1
2. Maksud dan Tujuan ...................................................... 1
3. Ruang lingkup dan tata urut ........................................ 2
4. Landasan ................................................................... 2
5. Pengertian .................................................................. 2

BAB II KERENCANAAN DALAM PENANGGULANGAN

6. Penylenggaraan Penanganan Bencana ........................ 3


7. Perencanaa dalam Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana ..................................................................... 4

8. Perencanaan Penaggulangan Bencana ........................ 4

BAB III PENGENALAN DAN PENGKAJIAN ANCAMAN

9. Bencana Internal ...................................................... 5

10. Bencana Eksternal ...................................................... 5

BAB IVKESIAPSIAGAAN

11. Umum ........................................................................... 7

12. Uraian Tugas ....................................................... 7

13. Pos Bencana ........................................................ 12

14. Pengosongan Ruangan .............................................. 16


18

15. Area dekontaminasi .............................................. 16

17. Aktivasi Sistem Bencana .............................................. 17

18. Garis komunikasi ........................................................ 17

19. Pengaturan Lalu – Lintas ............................................. 18

20. Peran Instansi jejaring .............................................

BAB V PENANGANAN BENCANA DI RUMAH SAKIT

21. Bencana Eksternal ............................................... ..... 20

22. Bencana Internal ........................................................ 32

BAB VI PENUTUP

23. Keberhasilan .................................................... 36

24. Penyempurnaan........................................................ .. 36

DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT


RSPAD GATOT SOEBROTO

KEPUTUSAN KEPALA RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD

Nomor kep / / / 20…

tentang
19

PENGESAHAN BERLAKUNYA

BUKU PEDOMAN MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

KEPALA RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD

Menimbang : 1. Bahwa kebutuhan piranti lunak berupa buku pedoman


manajemen penanggulangan bencana yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam menanggulangi kejadian bencana di RSPAD
Gatot Soebroto Ditkesad.
2. Bahwa dalam hal ini untuk memenuhi kebutuhan tersebut
perlu dikeluarkan keputusan mengenai buku pedoman v.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tanggal 28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Permenkes RI Nomor 59/Menkes/PER/VIII/ 2009 tanggal 14
Agustus 2009 tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia.
3. Permenkes RI Nomor 417 / Menkes / PER /II / 2011 tanggal
24 Pebruari 2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit

Memperhatikan : 1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 24 Tahun 2007


tentang Penanggulangan Bencana
2. Undang-undang republik Indonesia nomor 44 tahun 2009
tanggal 28 oktober 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerinta RI nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penaggulangan Bencana.
4. Peraturan Kepala Badan Penanggulangan Bencana nomor 4
tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Penganggulangan Bencana.
5. Peraturan Kepala Badan Penanggulangan Bencana nomor
10 tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat
Bencana
6. Surat Perintah Ka RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Nomor
Sprin / 1898 / XII /2011 tanggal 16 Desember 2011 tentang
Champion Pokja Akreditasi Internasional RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad
20

7. Hasil perumusan kelompok kerja penyusunan buku


pedoman tentang manajemen penanggulangan

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : 1. Mengesahkan berlakunya Buku Pedoman tentang


Manajemen Penanggulangan Bencana.
2. Buku Pedoman ini berklasifikasi BIASA
3. RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad sebagai pembina materi
buku pedoman ini.
4. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di J a k a r t a
Pada tanggal ................ 20....

Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad

Tembusan :
dr. Komaruddin Boenjamin, Sp. U

Brigadir Jenderal TNI


1. Para Penasehat Pokja Akreditasi Nasional dan
Internasional
2. Ketua Pokja 1 s/d 15 Akreditasi Nasional dan
Internasional
3. Sekretaris Pokja Akreditasi Nasional dan
Internasional

Anda mungkin juga menyukai