Anda di halaman 1dari 2

Ketika Sebuah Mimpi Dipahami a tak ada cara lain kecuali berlari sekencang-ken

cangnya untuk menyelamatkan diri.


Tidak kusangka, siang yang tadinya ingin kujad
ikan waktu bersantai untuk melepas lelah. Setela Beberapa saat kemudian aku terhenti ketika me
h seharian berolahraga seperti minggu biasanya, lihat nyawaku sudah tidak punya harapan lagi dit
malah berubah menjadi momen paling mengasyik ambah kaki yang sudah tak mampu melangkah d
an daripada hanya sekedar melepas rasa letih di alam peristiwa berbahaya ini, karena seekor sing
tubuhku hari ini.Pukul 13:00 tengah hari tadi, se a buas berada di depanku dengan jarak 50 meter.
waktu mataku yang terjaga ini mulai kehilangan “Astaga kalau begini, aku hanya bisa pasrah kep
arah dalam persiagaannya di tempat tidurku, ke adamu tuhan.” ucapku.Dalam keadaan yang mun
mudian ia (baca: mata) menutup dirinya dan me gkin tidak bisa dibayangkan. Aku mencoba mene
mbawaku ke alam lain. Dalam khayalnya aku ha nangkan hati, dan berdamai dengan diriku sendiri
nya mengikuti kemana alam bawah sadar mengal . Aku bertanya “Tunggu-tunggu, kenapa aku bera
ir, karena aku berharap bisa bermimpi indah. da di tempat ini?”

Di suatu tempat yang belum jelas asal usulnya, “Sedangkan aku tidak tahu jalan ke negeri ini.” l
cahaya matahari menyilaukan mataku yang masi anjutku dalam hati yang agak tenang.
h berkedip-kedip mulai memperhatikan keadaan
di sekitarnya. Terlihat bangunan batu bata besar Terbesit kesadaranku yang memahami tentang ke
memanjang ke arah pegunungan tinggi berkebut i jadian semua ini. Aku membuka mata melihat tu
ni seperti sebuah bentengraksasa tak berujung. D buhku masih berada di antara segerombolan sing
engan lebar sisinya sekitar 10 meter. Aku berada a dari belakang dan seekor singa paling besar da
di atasnya dan mulai tahu dimana aku berdiri. ri depan yang mendekat ke arah se’onggok dagin
Betul sekali, TEMBOK BESAR CINA biasa ora g segar, yah daging itu adalah diriku.
ng-orang menyebutnya. Singa-singa yang berlari langsung melompat ke a
“Senangnya bisa berada di tempat indah dan bers rahku dengan cakar dan taring-taringnya yang taj
ejarah seperti ini.” ujarku dalam hati. am wuuz… seketika terhanti begitu saja, saat me
reka melihatku tertawa.
Menikmati indahnya monumen paling terkenal, y
ang bahkan masuk dalam kategori 7 Keajaiban D “Hahahaha… Hey kalian mau makan apa dariku?
unia, membuatku LUPA bahwa dunia yang kute ” tubuhku dan kalian hanya ilusi dalam keadaan
mpati saat ini hanya sebuah fantasi belaka. sekarang ini, aku ini sedang bermimpi.”

“Andai aku membawa sebuah kamera, pasti suda “Kalian diciptakan oleh pikiranku sendiri, bahkan
h ku jepret setiap sudut yang kulihat ini.” pikirk bukan kalian saja, semua yang kulihat cuma ada
u. di halusinasiku.” lanjutku pada binatang-binatan
g itu yang sepertinya mengerti ucapanku.
Sejuknya angin membuatku penasaran untuk meli
hat setiap sudut di tembok ini. Ketika hendak m Sekarang singa-singa itu menunduk padaku kemu
elihat bagian bawah tembok dari atas, tiba-tiba te dian lenyap tak tahu kemana. Aku pun kembali
rdengar suara. Gedebuk gedebuk… Bunyi mulai menikmati pemandangan indah dari atas tembok
terngiang di telingaku, disaat indra penghlihatan besar, beberapa saat juga semuanya yang ku liha
mengarah ke kanan jalur perjalanan tembok. Aku t sirna seperti singa singa tadi. Mataku yang mul
melihat dari jarak ku berdiri sekitar 200 meter ai terbuka membuatku sadar, kalau aku sudah ke
disana segerombolan singa besar berlari ke arahk mbali ke kamarku lagi, dan dalam kelelahan kaki
u. yang kurasakan karena sudah berlarian dalam pi
kiranku sendiri, aku pun tersenyum puas telah m
Perasaanku yang saat itu bingung bercampur kes elewati mimpi yang mengasyikan hari ini.
al, langsung berlari dengan kencang lurus ke dap
an. Betapa tidak, jika aku melompat ke sisi luar Kejadian ini memberiku pesan bahwa ketakutan,
pun, mungkin nyawaku juga akan hilang karena keindahan, rasa senang atau derita semuanya han
tingginya benteng ini setara sebuah bukit dan leb ya ada di dalam pikiranku, bukan hanya di dunia
ih parahnya lagi di belakangku singa-singa ganas mimpi, tapi juga dunia nyata.
mulai menyerbuku. 1. Nilai Sosial
Berlari dan terus berlari walau kaki terasa sangat “Sekarang singa-singa itu menunduk padaku kemudian
lelah, tapi itulah yang sedang aku lakukan karen lenyap tak tahu kemana.”
2. Nilai Budaya

“Terlihat bangunan batu bata besar memanjang ke ara


h pegunungan tinggi berkebut ini seperti sebuah bente
ng raksasa tak berujung. Dengan lebar sisinya sekitar
10 meter. Aku berada di atasnya dan mulai tahu dima
na aku berdiri. Betul sekali, TEMBOK BESAR CINA
biasa orang-orang menyebutnya.”

3. Nilai Moral

“Singa-singa yang berlari langsung melompat ke arahk


u dengan cakar dan taring-taringnya yang tajam wuuz
…”Yo

END.

Cerpen Karangan: Al-kausarz Sabani

Unsur Intrinsik Cerpen :

1.Tema

– Khayalan.

2. Latar

-Waktu : Siang Hari.

-Tempat : Di Kamar Tidur.

-Suasana : Mengasyikan.

3. Alur

-Maju.

-Karena jalan cerita dijelaskan secara runtut mulai dari


pengenalan latar dan masalah sampai ke konflik dan
di akhir cerita terdapat penyelesaian konflik.

4. Penokohan :

– Aku : pemimpi, pemberani, periang.

5.Sudut pandang :

-orang pertama sebagai pelaku utama.

-Bukti : Cerpen bangkit menggunakan kata ganti “aku


” sebagai tokoh utama dan mengisahkan tentang diriny
a sendiri.

6. Gaya Bahasa

Bahasa yang digunakan menarik, dan dapat di mengert


i oleh pembaca.

7. Amanat

Kejadian ini memberikan pesan bahwa ketakutan, kein


dahan, rasa senang atau derita semuanya hanya ada di
dalam pikiran, bukan hanya di dunia mimpi, tapi juga
dunia nyata.

Unsur Ekstrinsik Cerpen

Anda mungkin juga menyukai