Anda di halaman 1dari 19

MINI RESEARCH PRAKTIKUM IPA

“GELOMBANG BUNYI”

Dosen : Dr. Fauziyah Harahap, M.Si.

DISUSUN OLEH :
NORA DESELIA SARAGIH
8186182002

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN DASAR


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala
kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini tepat pada waktunya. Adapun penyususna laporan ini bertujuan
untuk memenuhi tugas perkuliahan pada mata kuliah Praktikum IPA. Oleh karena itu,
terselesaikannya laporan ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis semata, namun karena
adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait, baik moril maupun materil.

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan hati
mengucapkan terima kasih, kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari pengetahuan dan pengalaman yang sangat
terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi
peningkatan mutu selanjutnya.

Medan, November 2019

Penulis

Nora Deselia Saragih


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan alam memberikan definisi dan berbagai penjelasan tentang bunyi.
Ilmu pengetahuan alam modern mengungkapkan bahwa bunyi bukanlah sarana berkomunikasi
bagi manusia saja. Beberapa hewan bahkan menggunakan bunyi sebagai alat untuk Mencari
makan. Beberapa menggunakan pendengaran pada bunyi untuk menghindari pemangsa.
Informasi dan komunikasi bagi perkembangan manusia dapat terjadi karena adanya peranan
bunyi, hal ini menunjukkan betapa pentingnya bunyi bagi kehidupan manusia. Betapa sunyinya
kehidupan ini tanpa adanya bunyi. Bunyi bukan hanya dikeluarkan oleh manusia dan hewan,
tapi juga beberapa benda yang tidak bernyawa, pada saat benda itu dipukul maka terdengarlah
suara, sedangkan jika benda itu tidak dipukul maka benda itu tidak akan mengeluarkan
suara. Proses keluarnya suara pada manusia dan hewan terjadi saat pita tenggorokan bergetar,
sehingga mengeluarkan bunyi.

Bunyi memilki keterkaitan erat dengan gelombang. Wawasan tentang kejadian di


lingkungan yang menyangkut bunyi, getaran dan gelombang dapat kita dapatkan dari
mempelajari teori-teori tentang getaran dan bunyi. Pembelajaran tentang bunyi tidak hanya
dapat digunakan oleh orang yang masih bersekolah saja tapi lebih bersifat terbuka, luas untuk
semua kalangan. Karna dengan mempelajari bunyi kita dapat menerapkan konsepnya dalam
kehidupan sehari-hari, dan tentunya bermanfaat bagi aktifitas hidup manusia.

B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam mini riset ini
adalah:
1. Untuk mengetahui gelombang dan bunyi
2. Untuk mengetahui sifat-sifat dasar gelombang bunyi
3. Untuk mengetahui pembiasan gelombang bunyi
4. Untuk mengetahui manfaat gelombang bunyi dalam kehidupan sehari-hari
5. Untuk mengetahui cara pelaksanaan kegiatan gelombang bunyi dalam kegiatan
pembelajaran
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Bunyi

Bunyi adalah hasil dari getaran suatu benda. Kita dapat mendengar bunyi karena bunyi
tersebut merambat dari sumbernya sampai ke telinga. Sumber bunyi adalah benda atau alat yang
dapat menggetarkan bunyi. Misalnya, kaleng jika dipukul menjadi sumber bunyi. Gitar kalau
dipetik merupakan sumber bunyi. Bunyi terjadi dari getaran. Demikian juga halnya dengan
getaran benda yang lain. Misalnya, getaran gong, getaran gender, getaran senar biola atau senar
gitar. Semuanya menimbulkan bunyi. Semua bunyi ditimbulkan oleh getaran benda-benda.
Benda disebut bergetar kalau ia bergerak bolak-balik., berikut prosesnya. Sumber bunyi yang
bergetar akan menggetarkan molekul-molekul udara yang ada disekitarnya. Selanjutnya,
molekul- molekul udara yang bergetar akan menjalar getarannya ke molekul-molekul udara
didekatnya. Demikian seterusnya, sampai molekul-molekul udara yang ada disekitar telinga kita
ikut bergetar sehingga kita mndengar bunyi.

Getaran molekul-molekul udara membentuk rapatan (R) dan renggangan (r), getaran
yang dihasilkan dari sumber getar hanya berupa getaran maju-mundur disekitar posisi
sekitimbangnya. Gerakan ini mengakibatkan pada suatu saat terdorong mendekat (terjadi
rapatan) dan pada saat yang lain molekul-molekul udara terdorong menjauh (terjadi
renggangan). Rapatan dan renggangan yang terbentuk menjalar ke segala penjuru. Oleh sebab
itu gelombang bunyi tergolong gelombang longitudinal. Bunyi termasuk gelombang mekanik
karena dalam perambatannya bunyi memerlukan medium. Bunyi tidak dapat merambat dalam
ruang hampa. Berdasarkan medium perambatannya, bunyi merambat paling cepat pada zat
padat, lalu zat cair dan yang terkecil dalam zat gas. Hal ini disebabkan jarak antar partikel pada
zat padat sangat sangat rapat sehingga memudahkan getaran merambat dari satu partikel ke
partikel lainnya, sedangkan pada zat gas jarak antar partikel sangat renggang sehingga getaran
partikel sangat sulit merambat.

Sumber bunyi menghasilkan gelombang longitudinal yang merambat di udara, berupa


getaran-getaran udara yang memaksa gendang telinga kita bergetar. Tetapi gelombang bunyi
juga dapat merambat melalui zat lain. Dua batu yang saling ditumbukkan dalam air dapat
didengar oleh perenang di bawah permukaan air, karea getaran dibawa air ke telinga. Apabila
kita menempelkan telinga pada tembok ruang tunggu distasiun kereta api, kita dapat
mendengarkan suara kereta yang datang, karena getaran kereta mengirimkan gelombang bunyi
melalui rel, tanah, lantai, dan tembok. Jelaslah bahwa bunyi tidak dapat merambat tanpa adanya
zat. Sebagai contoh, bel listrik yang berdering dalam tabung kaca yang dihampakkan tidak
terdengar bunyinya. Adanya medium belum menjadi jaminan kita bias mendengar bunyi, masih
ada syarat lain agar kita dapat mendengar bunyi , berikut syarat bunyi agar bisa terdengar :

1) Ada benda yang bergetar (sumber bunyi).

2) Ada medium yang merambatkan bunyi.

3) Ada penerima (pendengar) yang berada dalam jangkauan sumber bunyi.


2.2 Karakteristik Bunyi

Bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar, misalnya gitar yang dipetik, gong yang
dipukul, terompet yang ditiup, dan sebagainya. Sumber bunyi menghasilkan gelombang
longitudinal yang merambat di udara, berupa getaran-getaran udara yang memaksa gendang
telinga kita bergetar. Tetapi gelombang bunyi juga dapat merambat melalui zat lain. Dua batu
yang saling ditumbukan dalam air dapat didengar oleh perenang dibawah permukaan air, karena
getaran dibawa air ke telinga. Jelaslah bahwa bunyi tidak dapat merambat tanpa adanya zat.
Sebagai contoh, bel listrik yang berdering dalam tabung kaca yang dihampakan tidak terdengar
bunyinya. Ada dua aspek penting untuk bunyi bagi pendengar, yaitu keras (loudness) dan titik
nada (pitch), masing-masing berhubungan dengan perasaan dalam alam sadar pendengar.
Namun perasaan subjektif ini berhubngan dengan besaran yang dapat diukur sacara fisis. Keras
berhubungan dengan energi dalam gelombang bunyi.

Titik nada bunyi berhubungan dengan apakah bunyi itu tinggi, seperti bunyi biola, atau
rendah, seperti bunyi gitar bass. Besaran fisika menentukan titik nada adalah frekuensi. Makin
rendah frekuensi, makin rendah titik nada, dan makin tinggi frekuensi, maki tinggi pula titik
nadanya. Telinga manusia menanggapi frekuensi-frekuensi dalam jangkauan kira-kira 20 Hz
sampai kira-kira 20.000 Hz, yang disebut jangkauan terdengar (audible range). Batas-batas ini
agak bervariasi bagi masing-maisng orang. Satu kecendrungan umum adalah bahwa makin tua
usia seseorang, makin kurang mampu mendengar frekuensi tinggi. Bunyi dengan frekuensi
diluar jangkauan terdengar dapat mencapai telinga, tetapi kita biasanya tidak menyadarinya.
Frekuensi di atas 20.000 Hz disebut ultrasonik. Banyak hewan yang dapat mendengarkan
ultrasonik, misalnya anjing yang dapat mendengarkan bunyi setinggi 50.000 Hz, dan kelelawar
yang dapat mendengar frekuensi setinggi 100.000 Hz. Gelombang bunyi yang mempunyai
frekuensi di bawah jangkauan terdengar infrasonik. Sumber – sumber infrasonik antara lain
termasuk gempa, halilintar, gunung api, dan gelombang-gelombang yang dihasilkan oleh mesin-
mesin berat. Sumber bunyi terakhir ini secara khusus dapat mengganggu pekerjaan, karena
gelombang-gelombang infrasonik dapat merusak organ tubuh manusia. Gelombang frekuensi
rendah ini dapat bekerja sebagai resonan yang menyebabkan gerak yang luar biasa bear dan
iritasi organ-organ internal tubuh.

1. Tinggi rendah dan kuat lemah bunyi.

a) Pada orang dewasa, suara perempuan akan lebih tinggi dibandingakan suara laki-laki. Pita
suara laki-laki yang bentuknya lebih panjang dan berat, mengakibatkan laki-laki memiliki
nada dasar sebesar 125 Hz, sedangkan perempuan memiliki nada dasar satu oktaf (dua kali
lipat) lebih tinggi, yaitu sekitar 250 Hz. Bunyi dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan
telinga sakit dan nyeri karena gendang telinga ikut bergetar lebih cepat. Tinggi rendahnya
nada ini ditentukan frekuensi bunyi tersebut. Semakin besar frekuensi bunyi, akan semakin
tinggi nadanya. Sebaliknya, jika frekuensi bunyi rendah maka nada akan semakin rendah.
b) Garpu tala yang digetarkan pelan-pelan menghasilkan simpangan yang kecil, sehingga
amplitudo gelombang yang dihasilkan juga kecil. Hal ini menyebabkan bunyi garpu tala
terdengar lemah. Pada saat garpu tala digetarkan akan menghasilkan simpangan yang
besar dan amplitudo gelombang yang dihasilkan juga besar sehingga bunyi garpu tala
terdengar keras. Kuat lemahnya suara ditentukan oleh amplitudonya.
Sumber : http://jannahnuraisyah.blogspot.com/2017/10/

2. Nada

Sumber : ipod-2194567__340

Bunyi musik akan lebih enak didengarkan karena bunyi music memiliki frekuensi
getaran teratur yang di sebut nada, sebaliknya bunyi yang memiliki frekuensi yang tidak teratur
disebut desah.

3. Warna dan Kualitas Bunyi

Setiap usik akan


mengeluarkan
suara yang khas. Suara yang khas ini di sebut timbre. Begitu pula pada manusia, juga memiliki
kualitas bunyi yang berbeda – beda, ada yang memiliki suara merdu atau serak.

4. Resonansi
Ikut bergetarnya udara yang ada di dalam kentongan benda setelah di pukul
mengakibatkan bunyi kentongan semakin keras. Hal inilah yang disebut resonansi. Resonansi
dapat terjadi pada kolom udara. Bunyi akan terdengar kuat ketika panjang kolom udara
mencapai kelipatan ganjil dari ¼ panjang gelombang bunyi. Resonansi kolom udara ternyata
telah di manfaatkan oleh manusi dalam berbagai alat music , antara lain pada gemelan, alat
music pukul, tiup, dan petik/gesek. Telinga manusia juga memanfaatkan prinsip resonansi.
Ketika bebicara, kita dapat mengatur suara menjadi lebih tinggi atau rendah. Organ yang
berperan dalam pengaturan terjadinya suara adalah pita suara dan kontak suara yang berup pipa
pendek. Pada saat berbicara pita suara akan bergetar. Getaran itu di perkuat oeleh udara dalam
kotak suara yang beresonansi dengan pita suara pada frekuensi yang sama. Akibatnya,
amplitudo lebih besar sehingga kita dapat mendengar suara yang nyaring.

Telinga manusia memiliki selaput tipis. Selaput itu mudah sekali bergetar apabila diluar
terdapat sumber getar meskipun frekuensinya tidak sama dengan selaput gendang telinga.
Selaput tipis ini sangat mudah beresonansi , sehingga sumber getar yang frekuensinya lebih
kecil atau lebih besar dengan mudah menyebabkan selaput tipis itu ikut bergetar. Prinsip kerja
resonansi digunakan manusia karena memiliki beberapa keuntungan , misalnya dapat
memperkuat bunyi asli untuk berbagai alat musik. Selain itu, ada dampak yang merugikan dari
efek resonansi, yaitu bunyi ledakan bom dapat memecahkan kaca walaupun kaca tidk terkena
langsung oleh bom , bunyi gemuruh yang di hasilkan oleh Guntur beresonansi dengan kaca
jendela rumah sehingga bergetar dan dapat mengakibatkan kaca jendala pecah, serta bunyi
kendaraan yang lewat di depan rumah dapat menggetarkan kaca jendela rumah.

2.3 Kualitas Bunyi

Sifat lain dari bunyi, selain tinggi dan keras bunyi adalah kualitas bunyi atau warna
bunyi, atau dissebut juga timbre. Beberapa alat musik yang dimainkan dalam satu orkes dapat
kita bedakan bunyinya walaupun memiliki nada dan intensitas yang sama. Hal ini bisa terjadi
karena ada sifat bunyi yaitu kualitasnya. Jika satu kawat gitar dipetik di tengah-tengahnya,
kawat tersebut bergetar. Getaran kawat itu tidak hanya merupakan satu macam tapi lebih dari
satu. Pertama, getaran dengan panjang kawat merupakan setengah panjang gelombang, dan
kedua, getaran dengan panjang kawat merupakan satu gelombang. Dengan kata lain, kawat gitar
itu tidak hanya mengeluarkan satu frekuensi, tapi dua frekuensi dengan perbandingan 1 banding
2. Yang pertama dinamakan nada dasar, dan yang kedua dinamakan harmonik pertama.

Pada bermacam-macam alat musik, banyaknya frekuensi yang dikeluarkan tidak sama,
ada yang tiga frekuensi, empat frekuensi,dan sebagainya. Pada tiap alat musik, perbandingan
frekuensinya adalah 1:2:3 dan seterusnya. Banyaknya frekuensi yang dikeluarkan inilah yang
menentukan kualitas bunyi. Dengan demikian, alat-alat musik itu ada yang memiliki nada dasar
saja, ada yang memiliki nada dasar+ harmonik pertama, ada yang nada dasar + harmonik
pertama + harmonik kedua, dan sebagainya. Banyaknya harmonik yang menyertai nada dasar
menentukan kualitas bunyi. Selain itu, kualitas bunyi ditentukan juga oleh intensitas relatifnya.

2.4 Bunyi Berdasarkan Frekuensi

 Infrasonik adalah bunyi dengan frekuensi di bawah 20 Hz


 Audiosonik adalah bunyi dengan frekuensi antara 20 Hz sampai dengan 20 kHz.
 Ultrasonik adalah bunyi dengan frekuensi di atas 20 kHz. Beberapa jenis hewan dapat menerima
gelombang ultrasonik, misalnya anjing dan kelelawar. Kelelawar bahkan memancarkan dan
menerima gelombang-gelombang ultrasonik untuk memperkirakan jarak di dalam yang gelap,
serupa dengan cara radar menentukan jarak. Kapal-kapal laut menggunakan gelombang
ultrasonic untuk menentukan kedalaman laut. Dalam industri, gelombang ultrasonic juga
digunakan untuk menentukan adanya kekurang sempurnaan dalam sambungan yang di las, untuk
membersihkan alat-alat untuk mengebor logam atau kaca dan untuk menjalankan pesawat TV
dari jarak jauh.

2.6 Keras Bunyi

Kerasnya bunyi yang kita dengar bergantung pada intensitas bunyi tersebut. makin tinggi
intensitas bunyi makin keras pula kedengarannya. Intensitas bunyi adalah besarnya energi bunyi yang
melewati satu satuan luas penampang tiap satu satuan waktu dalam arah tegak lurus.

Bila intensitas dinyatakan dengan I, energi tiap satuan watu dinyatakan dengan P, dan luas dengan A,
maka dapat dirumuskan :

2.7 Spektrum Bunyi

Didalam medium yang memiliki sifat-sifat elastik dan inersial, gelombang-gelombang kompresi
merambat sebagai gangguan longitudinal. Gangguan-gangguan itu terdiri atas kompresi dan renggangan
yang menimbulkan gaya elastik terhadap medium yang berada di dekatnya. Perubahan energi ini
berlangsung terus selama partikel-partikel menerima dan meneruskannya.

Daeah frekuensi terjadinya gelombang longitudinal sangat besar. Daerah frekuensi ini disebut
spektrum sonik. Suatu gelombang tidak dilewatkan oleh suatu medium bila panjang gelombangnya lebih
kecil dibandingkan dengan jarak antar partikel-partikel medium tersebut. Dalam medium gas jarak rata-
rata antar molekul merupakan dimensi pembatas. Jadi pada temperatur dan tekanan yang biasa batas
teratas frekuensi sonik besarnya dalam orde 109 Hertz dalam medium gas. Dalam zat cair dan zat padat
batas frekuensi atasnya lebih tinggi karena memiliki jarak antarpartikel yang lebih kecil. Dalam spektrum
sonik terletak daerah bunyi, suatu daerah frekuensi gelombang kompresi dimana telinga manusia sensitif
terhadapnya. Daerah frekuensi yang bisa didengar ini disebut dengan audio atau spektrum audio yang
panjangnya dari frekuensi 20 Hertz sampai 20.000 Hertz. Gelombang kompresi yang frekuensinyadiatas
daerah audio disebut ultrasonik, dan yang dibawah daerah audio disebut dengan infrasonik.

2.8 Sumber Bunyi

Bunyi yang dihasilkan oleh gangguan rapatan dan renggangan dalam suatu medium yang dapat
meneruskan gangguan getaran. Energi yang dilepaskan oleh sumber getar diberikan pada partikel-partikel
medium. Tiap partikel medium menerima energi dan kemudian memeberikannya pada partikel medium
yang ada didekatnya. Sumber bunyi adalah materi yang bergetar. Dalam suling sumber bunyinya adalah
udara, dalam pengeras suara sumber bunyinya adalah membran, dalam gitar, biola dan kecapi sumber
bunyinya adalah kawat (senar). Sebagai contohnya sumber bunyi bisa kita gunakan sekeping baja yang
tipis atau mistar. Jepitlah salah satu ujung keping baja itu dengan kuat, lalu tarik ujungnya yang lain ke
samping, kemudian lepaskan. Ssetelah dilepaskan ujung tersebut bergetar, kita dapat mendengarkan
bunyi bila getarannya cukup tinggi. Ketika keping baja itu bergerak dari a ke b, molekul-molekul gas
sebelah kanan tertekan dalam arah ke kanan, sedangkan molekul-molekul gas sebelah kiri keping
menjadi sebelah kiri keping, dan renggangan terjadi di sebelah kanan. Pada saat ini energi berpindah dari
keping baja ke molekul-molekul gas sebelah kiri, sama dengan arah tekanan. Sekarang kita perhatikan
terjadinya rapatan dan renggangan dalam arah ke kanan. Tekanan paling besar terjadi pada saat keping
tersebut bergerak melalui kedudukan setimbangnya, O, waktu bergerak dari a ke b. Renggangan paling
besar terjadi ketika keping bergerak melalui kedudukan setimbang, O, waktukeping bergeak dari b ke a.
Sudah tentu pada waktu yang bersamaan dalam arah ke kiri dihasilkan rapatan dan renggangan.
Jadi getaran keping baja menghasilkan gelombang longitudinal. Dalam gelombang, longitudinal
ini molekul-molekul gas yang bergetar bolak balik dalam arah rambatan gelombang, menerima
dan memberikan energi dari molekul gas di dekatnya di sisi lain. Gelombang bunyi merupakan
gelombang longitudinal. Perubahan dalam usaha yang dilakukan untuk menimbulkan getaran keping
baja mengubah besarnya amplitudo, tetapi tidak mengubah besarnya frekuensi. Makin besar energi
keping yang bergerak, makin besar pula amplitudo getarannya, dan dengan demikian dihasilkan
gelombang longitudinal yang ampliudonya makin besar.

2.9 Intensitas Bunyi

Intensitas didefiniskan sebagai energy yang diangkut oleh gelombang persatuan waktu melewati
satu satuan luas. Intensitas gelombang sebanding dengan kuadrat amplitudonya. Karena energy persatuan
adalah daya, satuan intensitas adalah W/m2. Telinga manusia dapat mendeteksi bunyi dengan
intensitas terendah 10-12 W/m2 ( bahkan lebih tinggi, meskipun diatas nilai ini akan
menyakitkan). Ini merupakan rentangan intensitas yang luar biasa lebarnya yang membentang
denga faktor 1012 dari yang terendah sampai yang tertinggi. Mungkin karena rentangan yang
lebar ini, apa yang kita rasakan sebagai keras bunyi tidak berbanding lurus dengan intensitas.
Untuk menghasilakn bunyi yang bersuara kira-kira dua kali kerasnya memerlukan suatu
gelombang bunyi yang mempunyainintensitas bunyi kira-kira 10 kali. Hal ini secara kasar
berlaku pada sembarang tingkat bumi untuk frekuensi-frekuensi disekitar pertengahan rentangan
yang dapat terdengar. Sebagai contoh, gelombang bunyi dengan intensitas 10-2 W/m2 bersuara
kira-kira 2 kalikeras gelombang bunyi yang mempunyai intensitas 10-3 W/m2 , dan 4 kali keras
gelombang bunyi dengan intensitas 10-4 W/m-2
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN

A. Setting
Hari, Tanggal : Sabtu,
Waktu : 09.40 WIB
Tempat : Ruangan 14 Gedung Pascasarjana UNIMED

B. Alat dan Bahan


 Gelas bentuk melengkung 3 buah • Air
 Gelas bentuk datar 3 buah • Paku
 Meteran baju/ bangunan • Kaleng susu 2 buah
 Stopwatch/ handphone • Benang wol
 Tali • Karet gelang
 3 buah batu • Balon
 Penggaris • Pensil
 Kaleng rokok 6 buah

C. Prosedur Kerja
1. Percobaan I
 Untuk mengetahui proses perambatan pada gelombang mekanik
 Alat dan bahan : gelas datar, melengkung, air.
 Prosedur kerja :
 Air dimasukkan ke masing-masing gelas & gelas melengkung dan gelas datar yang
isinya masing-masing ¼ , ½ dan ¾
 Masing-masing gelas melengkung dan datar diberi perlakuan yaitu dengan
menggetarkan bibir gelas dengan jari telunjuk tangan.

2. Percobaan II
 Untuk memperkenalkan gelombang transversal
 Alat dan bahan :
 Tali sepanjang 2 meter
 Tali sebagai pengikat

3. Percobaan III
 Untuk memperkenalkan cepat rambat gelombang
 Alat dan bahan : kaleng, tali (benang), batu, headset

4. Percobaan IV
 Alat dan bahan : 2 buah Kaleng susu, balon, karet
 Proses Kerja :
 Kaleng susu pertama dilubangi kedua sisi bundarnya kemudian tutup salah satu
lubang dengan balon lalu ikat dengan karet gelang dan biarkan sisi satunya lagi
terbuka, lalu pukul atau getarkan balon tersebut menggunakan alat pemukul.
 Kaleng susu kedua dilubangi salah satu sisi bundarnya, dan tutup lubang tersebut
dengan balon. Lalu pukul sisi kaleng yang tidak dilubangi tersebut dengan alat
pemukul.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Percobaan I
Jenis gelas ¼ ½ ¾
Melengkung Nyaring sekali Cukup nyaring Tidak terlalu nyaring
Mendatar Bersuara Sedikit bersuara Suara sangat sedikit

Pada gelas melengkung suara yang paling nyaring terdengar adalah pada ketinggian ¼
karena dengan lebih sedikit air maka ruang kosong lebih banyak sehingga dari getaran yang
diberikan mengeluarkan bunyi yang paling nyaring.Pada gelas datar suara yang terdengar
lebih banyak adalah dengan ketinggian ¼. Namun jika dibandingkan gelas melengkung
dengan gelas datar maka yang mengeluarkan suara lebih nyaring adalah gelas melengkung
karena luas permukaannya lebih besar dibandingkan gelas datar

B. Percobaan III
Jarak Jumlah Jumlah Gelombang
(panjang tali) bukit Lembah (jumlah)
1m 2 1 1
2m 2 1 1
3m 2 2 1

C. Percobaan IV
1. Telephone dari kaleng

Panjang benang Waktu (detik)


5m 0,64
10m 0,71
15m 0,80
2. Telephone menggunakan headset

Jarak Waktu (detik)


5m 0,64
10m 0,71
15m 0,80

3. Percobaan bunyi yang dihasilkan batu


Bunyi yang Dihasilkan Bunyi yang Dihasilkan
Ukuran Batu
diluar Baskom didalam Air (Baskom)
Batu besar Kuat Sedang
Batu sedang Agak kuat Sedang
Batu kecil Kecil Sangat kecil

D. Percobaan IV
Kaleng Bunyi yang Dihasilkan Kesimpulan
Kaleng yang salah satu Kurang nyaring dan tidak Kaleng yang keduanya tertutup
tertutup balon dan tertutup terlalu kuat bunyinya tidak kuat bunyinyan karena
kaleng gelombang yang dihasilkan sedikit.
Kaleng yang salah satu Bunyi terdengar kuat dan Kaleng yang salah satu tertutup
tertutup balon dan satunya nyaring balon dan yang satunya terbuka
lagi terbuka bunyi yang dihasilkan akan kuat
karena rongga udaranya terbuka dan
gelombang yang dihasilkan besar.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak akan pernah bisa lepas yang ada kaitannya
dengan bunyi. Bunyi merupakan gelombang longitudinal yang dihasilkan dari benda-benda yang
bergetar. bunyi memiliki sifat-sifat dan karakteristik tertentu. Dalam perambatannya bunyi
memerlukan waktu dan medium untuk merambat dari satu benda menuju benda yang lainnya.
Tiap medium memiliki waktu yang berbeda dalam perambatannya. Perambatan bunyi tidak
dipengaruhi oleh frekuensi. Dengan adanya bunyi, kehidupan manusia dapat terbantu.Bunyi
mengalami gejala gelombang seperti interferensi, pemantulan, pembiasan dan difraksi. Bunyi
merupakan gelombang mekanik karena hanya dapat merambat melalui medium (zat padat, cair
atau gas) dan tidak dapat merambat dalam vakum.

Bunyi memiliki banyak manfaat yang berguna untuk kehidupan kita di bumi ini. Dalam
memanfaatkannya pun kita tidak boleh sampai menyalah gunakannya, apalagi sampai
menimbulkan dampak negatif untuk hidup kita. Misalnya dalam pemanfaatan speaker untuk
keperluan mengajar di sekolah atau untuk membantu sebuah presentasi dalam suatu forum,
maka janganlah menyalahgunakannya seperti mengatur volume speaker pada tingkat paling
nyaring. Bunyi adalah hasil dari getaran suatu benda yang dapat kita dengar karena bunyi
tersebut merambat dari sumbernya sampai ke telinga. Oleh karena itu dalam mendengarkan
berbagai jenis bunyi kita juga sangat perlu memperhatikan seberapa kuat bunyi yang akan kita
dengar, jangan mendengarkan bunyi yang sangat nyaring dan berdekatan dengan telinga
langsung karena telinga kita bisa menjadi tul
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, I. Astuti, D. UPEJ 5 (3) (2016). PENGEMBANGAN ALAT EKSPERIMEN CEPAT


RAMBAT BUNYI. DALAM MEDIUM UDARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE
TIME OF FLIGHT (TOF) DAN BERBANTUN SOFTWARE AUDACITY. ISSN 2252-6935

Nurkolis, Junaidi, Suturno, A. 2014. Rancang Bangun Sistem Akuisisi Data Resonansi
gelombang Bunyi Menggunakan Transduser Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler
ATmega853. Vol. 02, No. 02, Juli 2014.

Hadiat, Nyoman kertiasa. 1981. Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Spesialisasi. Jakarta : PT. Alam
Mekar Harapan Jakarta.

Halliday, Resnick. 1998. Physics. Jakarta : Erlangga.

Sumardi, Yosaphat dkk. 2008. Konsep Dasar IPA di SD. Jakarta : Universitas terbuka.
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 02, No. 02, Juli 2014 165

Rancang Bangun Sistem Akuisisi Data Resonansi gelombang Bunyi


Menggunakan Transduser Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler
ATmega8535
Nurkholis, Junaidi, Arif Surtono
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung-Bandar Lampung 35145, Indonesia
Email: junaidi.1982@fmipa.unila.ac.id
Diterima (13 Maret 2014), direvisi (03 Juni 2014)

Abstract. The research has been conducted by design a data acquisition system of measure
sound waves resonance instruments via USB serial communication that using PING tranduser.
This study was purposed to determine magnitude propagation of sound in the air. PING
ultrasonic tranduser used to measure water levels. This tranduser has a height range 2-500 cm
with a resolution of 0,5 cm. The water level detector using 5 volt power supply. This instrument
will measured water level when the resonance occurs and detected by a sensor michrophone that
will be sent to the microcontroller. This study used variation tuning fork frequency’s (288, 341,
426 and 512) Hz to determine value of the propagation of sound in the air. Rapid propagation of
sound in the air at room temperature’s by using frequency of 341 Hz is 341 ± 0,634 m/s and has
the highest accuracy with an error 0,2%.
Keyword. Ultrasonic, PING, level detector, frequency, Rapid propagation of sound

Abstrak. Telah dilakukan penelitian dengan merancang suatu sistem akuisisi data pada alat ukur
resonansi gelombang bunyi melalui komunikasi serial USB dengan menggunakan tranduser
PING. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besarnya cepat rambat bunyi di udara.
Tranduser ultrasonik PING digunakan untuk mengukur ketinggian air. Tranduser ini memiliki
range ketinggian 2 - 500 cm dengan resolusi 0,5 cm. Pendeteksi ketinggian muka air ini
menggunakan catu daya sebesar 5 volt. Alat ini akan mengukur ketinggian muka air saat terjadi
resonansi dan dideteksi oleh sensor mikrofon yang akan dikirimkan ke mikrokontroler.
Penelitian ini menggunakan variasi frekuensi garputala (288, 341, 426 dan 512) Hz untuk
menentukan nilai cepat rambat bunyi di udara. Cepat rambat bunyi di udara pada suhu ruangan
dengan menggunakan frekuensi 341 Hz adalah 341 ± 0,634 m/s dan memiliki ketelitian tertinggi
dengan error 0,2%.
Kata Kunci. Ultrasonik, PING, pendeteksi ketinggian, frekuensi, cepat rambat bunyi
UPEJ 5 (3) (2016)

Unnes Physics Education Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

PENGEMBANGAN ALAT EKSPERIMEN CEPAT RAMBAT BUNYI DALAM


MEDIUM UDARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIME OF FLIGHT
(TOF) DAN BERBANTUAN SOFTWARE AUDACITY

Irnin Agustina Dwi Astuti 


Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indraprasta PGRI

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel:
Proses pembelajaran di dalam fisika memerlukan eksperimen untuk memperoleh pemahaman
Diterima Juli 2016 yang baik tentang konsep-konsep yang terkandung di dalamnya. Metode eksperimen dimaksudkan untuk
mempelajari serta mengamati langsung fenomena-fenomena yang terjadi di dalam fisika. Tujuan dari
Disetujui Juli 2016 penelitian ini adalah mendesain rancang bangun alat eksperimen dan menentukan menentukan nilai
Dipublikasikan Oktober 2016 cepat rambat bunyi dalam medium udara dengan metode Time Of Flight (ToF) dengan bantuan software
audacity. Alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen ini yaitu laptop, garpu tala, 2 buah
Keywords:
microphone, mistar, adaptor, dan software audacity. Eksperimen ini dilakukan dengan memukul
garpu tala sehingga suara ditangkap oleh microphone yang nantinya akan ditransfer ke laptop dan
velocity, air medium, Time of
Flight (ToF), audacity terbaca oleh software audacity. Selanjutnya data yang terekam dalam audacity dianalisis dengan
metode regresi linear. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa alat layak digunakan dalam
praktikum dan memiliki kemampuan untuk membaca dan menangkap gelombang bunyi dengan baik.
Nilai cepat rambat bunyi di udara yang diperoleh sebesar v = (335,27±5,80) m/s dengan presentase
ralat relatif sebesar 1,3 %. Hasil percobaan kurang mendekati nilai secara teori (vteori = 340 m/s), ini
dikarenakan oleh perbedaan suhu dan keadaan ruang yang bising yang menimbulkan adanya
tumbukan frekuensi sehingga pembacaan suara garpu tala tergangg

Abstract
The learning physics needs the experiments to take good understanding of the concept. The experimental
method for studying and observing directly the phenomena in physics. This study aims to design
Experimental tools and determine of velocitu in air medium with Time of Flight (ToF) method with
audacity. The istruments and the materials are computer, tuning fork, two microcphone, ruler, adaptor, and
audacity softwere. This experiments done by hitting a tuning fork so the sound captured by a microphone,
then be transferred to the computer and read by audacity softwere. Then, the data recorded in audacity
analyzed by linear regression method. From the results of this study concluded that the tools fit for use in
practicum and have ability to read and capture the sound waves well. The velocity in air medium is v =
(335,27±5,80) m/s with error relative 1,3 %. Results of the experiment less approaching the theoretical
value (vteori = 340 m/s), because of differences in temperature and state of the noisy room which gave rise to
the collision frequency of the tuning fork so that the reading voice interrupted.

© 2016 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi:
ISSN 2252-6935
Gedung D7 Jalan Raya Tengah No.80 Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur E-mail :
am_nien@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai

  • Absen Feb 22
    Absen Feb 22
    Dokumen21 halaman
    Absen Feb 22
    Nora Deselia Saragih
    Belum ada peringkat
  • Penjas kls3
    Penjas kls3
    Dokumen3 halaman
    Penjas kls3
    Nora Deselia Saragih
    Belum ada peringkat
  • Bahan Ajar
    Bahan Ajar
    Dokumen7 halaman
    Bahan Ajar
    Nora Deselia Saragih
    Belum ada peringkat
  • Lks Kalor
    Lks Kalor
    Dokumen1 halaman
    Lks Kalor
    Nora Deselia Saragih
    Belum ada peringkat
  • Fenomena Mekanika
    Fenomena Mekanika
    Dokumen7 halaman
    Fenomena Mekanika
    Nora Deselia Saragih
    Belum ada peringkat
  • Ujian Kenaikan Kelas Semester 2 Kelas 1
    Ujian Kenaikan Kelas Semester 2 Kelas 1
    Dokumen10 halaman
    Ujian Kenaikan Kelas Semester 2 Kelas 1
    Nora Deselia Saragih
    Belum ada peringkat
  • RI B.indo Nora
    RI B.indo Nora
    Dokumen8 halaman
    RI B.indo Nora
    Nora Deselia Saragih
    Belum ada peringkat
  • Bahan Ajar PPL
    Bahan Ajar PPL
    Dokumen15 halaman
    Bahan Ajar PPL
    Nora Deselia Saragih
    Belum ada peringkat
  • Lks PPL
    Lks PPL
    Dokumen4 halaman
    Lks PPL
    Nora Deselia Saragih
    Belum ada peringkat
  • MM Uts
    MM Uts
    Dokumen1 halaman
    MM Uts
    Nora Deselia Saragih
    Belum ada peringkat
  • Critical Journal Review CJR
    Critical Journal Review CJR
    Dokumen12 halaman
    Critical Journal Review CJR
    Nora Deselia Saragih
    100% (1)