4f8f910d21e52SAINS ARSITEKTUR 2
4f8f910d21e52SAINS ARSITEKTUR 2
Dosen :
Disusun Oleh :
Menjaga lingkungan yang asri, bersih dan tentunya membawa dampak sehat
untuk semua elemenmasyarakat memang sutu hal yang tidak mudah namun
perlu dilakukan. Bebagai gerakan jaga bumi kita, sayangi bumi kita dan tanam 1
pohon 1 manusia terus mendengung dan mungkin berhasil untuk meminimalisir
kerusakan bumi yang kita perbuat sendiri. Begitu banyak cara dan berbagai
inovasi nan kreatif yang manusia lakukan, tapi itu semua memang butuh waktu
yang konsisten dan biaya yang konsisten pula, mahal.
Saat ini konstruksi hijau atau Green Construction memang menjad terobosan
penting dan sudah banyak dalam pengaplikasiannya. Di Indonesia pun sudah
banyak bangunan dengan design dan materialnya yang ramah lingkungan, seperti
:
Aplikasi dari konstruksi hijau pada tahap perencanaan terlihat pada beberapa
desain konstruksi yang memperoleh award sebagai desain bangunan yang hemat
energy, dimana system bangunan yang didesain dapat mengurangi pemakaian
listrik untuk pencahayaan dan tata udara.Selain itu berbagai terobosan baru
dalam dunia konstruksi juga memperkenalkan berbagai material struktur yang
saat ini menggunakan limbah sebagai salah satu komponennya, seperti
pemakaian flyash, silica fume pada beton siap pakai dan beton pra cetak. Selain
itu terobosan sistem pelaksanaankonstruksi juga memperkenalkan material yang
mengurangi ketergantungan dunia konstruksi pada pemakaian material kayu
sebagai perancah.
Tak bisa dipungkiri penggunaan design hijau ini memakan biaya yang banyak.
Untuk konsep Green Building tentunya tidak akan sama dengan gedung-gedung
yang lainnya. Banyak faktor yang membuat Green Construction´ memakan modal
yang cukup besar, seperti contohnya dalam peggunaan pakar atau tenaga ahli
dalam pembuatan gedung yang berkonsep Green Building tentunya
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Setiap gedung atau suatu konstruksi dipastikan memiliki design yang berbeda-
beda, tentunya dalam prinsip Green Building design haruslah meningkatkan
efesiensi penggunaan sumber daya pelaksanaan dan pemakaian produk
konstruksi yang berkonsepkan ramah lingkungan.Tentunya hal itu menjadi
tantangan utama para ahli Green Building untuk membuat design yang cocok
pada kondisi eksternal internal lingkungan sekitarnya.
Mayoritas rumah saat ini dibangun dengan menggunakan bingkai kayu, Gedung
tradisional Bahan dan bahan pilihan bagi banyak orang. Namun membangun
rumah kayu berbingkai membutuhkan rencana yang sangat hati-hati dirancang
dan kru konstruksi dengan banyak pengalaman dan keterampilan. Membangun
rumah dengan bingkai kayu umumnya akan menghasilkan struktur yang handal
dan aman, namun juga rentan terhadap kegagalan prematur ketika rincian kecil
dibiarkan atau dibuat dengan produk kayu berkualitas buruk.Saat ini pemilik
rumah memiliki kesempatan untuk memilih dari alternatif Bahan Bangunan Hijau.
Namun dengan isu ilegal logging yang masih banyak penggunaan kayu sebagai
material mulai ditinggalakan untuk kelestarian lingkungan. Penggunaan bau alam,
gypsum, batu bata, gypsum, dan alumunium serta baja ringanpun menjadi piliha
yang tepat. Karena selain ramah lingkungan tapi juga mampu menunjang
ketahanan bangunan dan tentunya healthy conditional.
Di Indonesia saat ini , wacana konstruksi hijau mulai tampak pada penerapan
beberapa proyek seperti proyek ruas jalan tol bandara yang dikerjakan oleh PT.
Pembangunan Perumahan dan proyek Rusunami oleh PT Perumnas. Namun
sayangnya hingga saat ini belum ada payung hukum yang menaungi penerapan
konstruksi hijau di Indonesia apa lagi sejumlah insentif yang akan diberikan pada
pelaksanaan proyek yang menerapkan konsep konstruksi hijau.
Tidak mudah merawat suatu gedung atau bangunan apalagi bangunan dengan
konsep Green Building, yang harus mempertahankan manfaatnya untuk
lingkungan sekitar.
7. Faktor kesehatan
Green Building lebih dari sebuah konsep untuk hidup berkelanjutan, tetapi bisa
membangun harapan untuk masa depan. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat
Indonesia harus ditingkatkan untuk mengetahui pentingnya membuat bangunan
dengan konsep Green Construction
3. Mengatur tata letak kota yang sesuai dengan konsep Green Construction yang
berwawasan lingkungan.
4. Membangun sistem bangunan yang effisien dalam menggunakan energi.
7. Membangun Green Construction yang sesuai dengan kondisi alam, dan iklim
wilayah Indonesia.
9. Pemilihan material yang pas agar Green Building bisa bertahan lebih lama.
10. Penggunaan teknologi-teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan agar tidak
merusak ekosistem sekitar.
ARTIKEL 2
Sebaran penggunaan energi dalam rumah tinggal lebih banyak pada aspek fungsi
penghawaan atau penyegaran udara dan aspek fungsi pencahayaan, sehingga kedua
hal ini penting untuk menjadi fokus dalam pembahasan konsep penghematan energi
ini. Pembahasan tentang penghematan energi ditekankan pada langkah ekologis, yaitu
dengan menciptakan kesinambungan antara rumah tinggal dengan lingkungannya
atau adanya interaksi dengan alam. Di samping dua hal tersebut terdapat aspek
penting lainnya untuk rumah tinggal, adalah pemanfaatan air sebagai sumber daya
penunjang kualitas hidup, dengan sistem reduce, reuse, recycle. Sistim Surya Pasif
(passive solar system) merupakan suatu teknik pemanfaatan energi surya secara
langsung dalam bangunan tanpa atau seminimal mungkin menggunakan peralatan
mekanis, melalui perancangan elemen elemen arsitektur (lantai, dinding, atap, langit
langit, aksesoris bangunan) untuk tujuan kenyamanan manusia (mengatur sirkulasi
udara alamiah, pengaturan temperatur dan kelembaban, kontrol radiasi matahari,
penggunaan insulasi termal).( Pertukaran udara alamiNaiknya suhu dalam rumah
menyebabkan panas dan hal ini sangat terkait dengan kondisi iklim mikro skala
rumah dan kawasan sekitarnya. Untuk menurunkan suhu sekaligus memberikan
kenyamanan penghawaan diperlukan aliran udara yang cukup. Prinsip aliran udara
adalah adanya perbedaan suhu dan tekanan antara dua atau lebih space, baik space
antar ruang maupun antara ruang dalam dan ruang luar. Oleh sebab itu perlu
diciptakan bidang-bidang bangunan yang dapat membuat perbedaan suhu dan tekanan
udara. Beberapa aplikasi konsep penyegaran udara adalah :
Ventilasi Atap
Angin akan mengalir dari suhu rendah menuju suhu yang lebih tinggi. Ruang bawah
atap merupakan bagian yang menerima radiasi terbesar, sehingga memiliki suhu yang
panas. Sebaiknya ruang bawah atap dilengkapi lubang ventilasi, sehingga akan
menarik udara dari dalam ruang untuk dialirkan ke luar bangunan.
Plafon tinggi
Melalui lubang ventilasi yang terletak di bagian atap, maka tekanan udara panas di
dalam ruang akan tertarik dan terbuang ke luar melalui atap. Untuk mendapatkan efek
cerobong (stack effect), maka menara angin dibuat dengan bentuk penutup
menghadap arah datang angin, dan lebih baik lagi adanya void. Efek cerobong akan
optimal bila rumah tinggal/bangunan memiliki plafon tinggi atau minimal dua lantai.
Semakin tinggi plafon, maka semakin baik ventilasinya (aliran angin). Kita bisa
belajar dari karya Eko Prawoto yang diterapkan dalam rekonstruksi pasca bencana
Gempa di Yogyakarta. Desainnya mempunyai bentuk atap yang tinggi yang berguna
untuk ventilasi atap
Teras dan teritisan Teras berfungsi sebagai ruang peralihan antara ruang luar dan
ruang dalam.Pada daerah beriklim panas, seperti di Indonesia, kehadiran teras dapat
menciptakan iklim mikro yang memberikan kenyamanan di dalam bangunan dan
sekitarnya. Hal ini disebabkan tekanan udara yang ada di halaman menjadi
mengembang karena suhu yang panas, sementara itu teras merupakan daerah hisapan
angin yang bertekanan lebih tinggi dan bersuhu lebih dingin. Perbedaan suhu dan
tekanan menyebabkan udara mengalir, dari suhu dingin ke suhu yang lebih panas,
atau dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Udara di dalam ruang akan
tertarik ke luar dan segera berganti. Seperti juga teras, fungsi teritisan akan
mendinginkan suhu udara lebih dulu, sebelum masuk ke dalam ruang. Semakin lebar
teritisan, maka suhu ruangan akan semakin dingin.
Gambar 1.
Teras dan teritisan Teras berfungsi sebagai ruang peralihan antara ruang luar dan
ruang dalam.Pada daerah beriklim panas, seperti di Indonesia, kehadiran teras dapat
menciptakan iklim mikro yang memberikan kenyamanan di dalam bangunan dan
sekitarnya. Hal ini disebabkan tekanan udara yang ada di halaman menjadi
mengembang karena suhu yang panas, sementara itu teras merupakan daerah hisapan
angin yang bertekanan lebih tinggi dan bersuhu lebih dingin. Perbedaan suhu dan
tekanan menyebabkan udara mengalir, dari suhu dingin ke suhu yang lebih panas,
atau dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Udara di dalam ruang akan
tertarik ke luar dan segera berganti. Seperti juga teras, fungsi teritisan akan
mendinginkan suhu udara lebih dulu, sebelum masuk ke dalam ruang. Semakin lebar
teritisan, maka suhu ruanganakan semakin dingin.
Dengan fasilitas yang ada, warga mengolah air kotor serta memanfaatkan air hujan untuk
keperluan sehari-hari disesuaikan dengan kebutuhan serta syarat kesehatan, sehingga
konsumsi air di kawasan ini sangat rendah dibanding konsumsi rata-rata warga Inggris.
Dari parameter ekologi, jejak ekologi (ecological footprint) BedZED hanya mencapai 3,20
gha (globe hectares) jauh di bawah angka rata-rata jejak ekologi di Inggris yang mencapai
5,45 gha. Rendahnya angka jejak ekologi mengindikasikan turunnya angka eksploitasi
sumber daya alam. Hal ini tercapai melalui rancangan arsitektur pasif hemat energi,
penggunaan sumber energi terbarukan, minimalisasi penggunaan kendaraan pribadi,
dan perilaku warga yang hemat energi serta konsumsi makanan organik.
Transportasi Hemat Energi
Penggunaan kendaraan bermotor sangat dibatasi dengan membatasi jumlah tempat
parkir. Warga dituntut berjalan kaki, menggunakan sepeda atau transportasi umum
untuk bepergian. Kawasan perumahan ini dilengkapi dengan fasilitas mobil listrik
bersama, di mana setiap warga dapat menggunakannya.
Fasilitas charger listrik mobil dengan sumber energi photovoltaic sebesar 109 kW-peak
tersedia di
Perilaku Warga
Laporan penelitian dari berbagai sumber memperlihatkan setelah beberapa tahun
ditempati terjadinya peningkatan interaksi sosial di antara warga BedZED. Dari 70 orang
responden, 84% menyatakan lingkungan sosial di BedZED lebih baik dari tempat tingal
mereka sebelumnya, hanya satu orang yang menyatakan sebaliknya. Setiap warga secara
rata-rata mengenal 20 nama tetangganya dan seorang responden bahkan mampu
mengenali 150 nama tetangganya, suatu ukuran yang tinggi di negara dengan kultur
individualisme yang kuat. Sekitar 86% warga mengkonsumsi makanan organik dan 39%
memenuhi sebagian kebutuhan makanannya sendiri dari hasil tanaman yang ditanam di
halaman atau di roof-garden. Penurunan penggunaan air hingga 58% atau hanya 72
liter/orang/hari (secara umum di Indonesia minimum 200 liter/orang/hari), sekitar 60%
sampah berhasil didaur ulang. Demikian pula terjadi penurunan jejak ekologi (ecological
footprint) rata-rata 11% setiap tahunnya,
Relevansi BedZED di Indonesia
Dengan konsep rancangan pasif dan aplikasi teknologi sederhana, unit hunian BedZED
mampu mencapai tingkat kenyamanan termal yang baik, pencahayaan alami yang
optimal, udara ruang yang segar serta konsumsi energi yang sangat rendah. Kehidupan
manusia yang rendah emisi karbon tercapai di kawasan ini sebagai akibat dari
penggunaan sumber energi non-fosil. Hingga saat ini BedZED dinilai sebagai satu contoh
paling lengkap dari sebuah desain hunian yang sustainable di Inggris.
Pembangunan perumahan di Indonesia yang pesat dewasa ini barangkali perlu
mempertimbangkan konsep arsitektur bangunan semacam BedZED, meskipun masih
diperlukan penyesuaian terhadap iklim tropis lembab. Pembangunan perumahan di
Indonesia perlu memenuhi persyaratan kesehatan penghuni, perlu tingkat kenyamanan
fisik terkait dengan kenyamanan ruang, kenyamanan termal, pencahayaan dan
kenyamanan suara. Dalam rangka
pencapaian syarat sehat dan nyaman, bangunan perumahan harus hemat dalam
pengurasan sumber daya alam, hemat energi, mengoptimalkan penggunaan sumber
energi terbarukan, hemat air bersih, menggunakan material dengan kandungan
energi rendah (low embodied energy), material terbarukan, material pakai ulang
atau daur ulang.
Tidak kalah pentingnya, pembangunan perumahan di Indonesia harus minim
mengakibatkan dampak negatif terhadap alam, lingkungan dan manusia, minim
menghasilkan limbah. Bagaimana kualitas hidup manusia ditingkatkan tanpa
harus menguras sumber daya alam dan tanpa harus menimbulkan permasalahan
lingkungan. Konsepsi arsitektur bangunan BedZED mencoba menjawab semua
itu. Dan kita dapat belajar dari semua ini.