ASI jaminan rizki untuk setiap bayi, Dan tidak ada suatu binatang melata
pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui
tempat berdiam binatang itu, dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis
dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh) (QS. Hud [11]: 6).
ASI dalam Al-Qur’an dalam keadaan darurathak bayi t etap dilindungi, Dan
jika mereka (isteru-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlan
kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak)mu untukmu, maka berikanlah kepada mereka
upahnya, dan musyawarahkanlan diantara kamu (segala sesuatu) dengan baik;
dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan
(anak itu) untuknya. (QS. Ath Thalaaq [65]: 6).
Ayat diatas mengandung dua pengertian, yaitu: pertama, adalah perintah bagi
seorang ibu untuk menyusui anaknya selama 2 tahun penuh. Kedua, perintah
bagi anak untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Karena ibunya telah
merawatnya siang dan malam. Terdapat kewajiban anak untuk berbuat baik
kepada orangtuanya. Sementara terdapat hak anak untuk diberi ASI selama 2
tahun penuh. Terdapat kewajiban ibu untuk menyusukan anaknya selama dua
tahun penuh, sementara terdapat hak ibu agar anaknya berbakti kepadanya.
3. Komentar Ulama
Imam Amirul Mu’minin Ali ra. berkata, “Tidak ada air susu yang lebih
barokah bagi anak bayi dari air susu ibunya sendiri.” “Dengan menyusui,
hubungan cinta dan kasih sayang antara ibu dan anak, anak semakin erat dan
akan membuat anak merasa tenang dan aman”.
Nabi Muhammad Saw. ketika berkhutbah melihat kedua cucunya, Hasan dan
Husain, menghampiri beliau, maka beliau turun dari mimbar dan menggendong
keduanya ke atas mimbar, beliau pun bersabda, “Sesungguhnya aku melihat
kedua anak ini berjalan dan jatuh, aku tidak sabar hingga turun mengambil
keduanya” (HR.Abu Dawud).
Salah satu bentuk kasih sayang yang diajarkan Islam adalah penyusun atau
pemberian ASI (Air Susu Ibu), kepada anak yang baru lahir hingga dua tahun.
Allah SWT. berfirman: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama
dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS. Al-
Baqarah [2]: 233).
Ayat di atas menjelaskan tentang anjuran kepada para ibu, untuk menyusui
anak-anaknya hingga dua tahun. Dibolehkan bagi mereka untuk mencarikan ibu
susu, bila mereka mau. Ini menunjukkan betapa perihal pemberian ASI ini,
bukanlah hal yang sepele. Sampai-sampai anjurannya tercantum dalam Kitab
Suci umat Islam. Dan rahasia mengapa Allah SWT. menyebutkan “dua tahun”
sebagai masa menyusui yang sempurna. Manusia kini mengetahui tentang
manfaat yang luar biasa dari pemberian ASI selama dua tahun. Hal itu diperkuat
dengan anjuran dari WHO kepada para ibu di seluruh dunia, tidak hanya yang
muslimah, untuk menyusui anak-anak mereka yang disebutkan selama dua tahun
pula.
Dan Nabi Muhammad Saw. sebagai pembawa risalah ini, tidak pernah
melakukan hal yang bertentangan dengan apa yang telah beliau bawakan. Dalam
sebuah hadist shahih yang panjang, diriwayatkan oleh Al-Iman Muslim,
disebutkan ada seorang perempuan yang telah berbuat zina. Lalu datanglah ia
kepada Rasulullah Saw. untuk bertobat. Namun Nabi Muhammad Saw. menolak
pengakuan perempuan tersebut. Keesokannya perempuan itu datang lagi, dan
berkata bahwa ia telah hamil akibat perbuatan zina tersebut. Lalu Nabi
Muhammad Saw. menyuruhnya pulang sampai melahirkan. Setelah melahirkan,
perempuan itu datang lagi sambil membawa banyak laki-lakinya, yang
dibungkus dengan secarik kain. Dia mengatakan bahwa bayi itu adalah bayi
yang telah dia lahirkan. Lalu Nabi Muhammad Saw. bersabda, ”Pulanglah kamu
dulu dan susuilah dia sampai kamu menyapihnya.” Setelah tiba masa menyapih,
perempuan itu datang lagi membawa bayinya, dan di tangan bayi itu ada
sepotong roti. Dia mengatakan bahwa ia telah menyapih anaknya, dan dia sudah
bisa memakan makanan.