Anda di halaman 1dari 17

KEPALA DESA PANDANLANDUNG

KABUPATEN MALANG

RANCANGAN PERATURAN DESA PANDANLANDUNG


NOMOR 3 TAHUN 2019

TENTANG
BADAN USAHA MILIK DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA PANDANLANDUNG,


Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 4 Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015
tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa, Desa dapat
mendirikan Badan Usaha Milik Desa berdasarkan Peraturan
Desa;
b. Bahwa dalam rangka meningkatkan pendayagunaan segala
potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi
sumberdaya alam dan sumber daya manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa, dipandang
perlu membentuk Badan Usaha Milik Desa;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Desa
tentang Badan Usaha Milik Desa.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan
Provinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 1950 Nomor 41), sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabay dan Daerah
Tingkat II Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya
dengan mengubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1950, tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar
dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah,
Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2730);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
3. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4443);
4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4756);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro (Lembaran Negara Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5394):
6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4916);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5717);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang
Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 57), sebagaimana telah diubah tiga
kali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang
Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan
Dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5694);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun
2014 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Perdes (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2093)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 611);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014
tentang Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2094);
12. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman
Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
dalam Musyawarah Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);
13. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 296);
14. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
193/PMK.07/2018 tentang Pengelolaan Dana Desa
(Berita Negara Republik Indonesia tahun 2018 Nomor
1838);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016
tentang Pengelolaan Aset Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 53);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016
tentang Kewenangan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1037);
17. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2016 tentang Desa
(Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2016
Nomor 1 seri D, Noreg Peraturan Daerah Kabupaten
Malang Nomor 44-1/2016);
18. Peraturan Bupati Malang Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Daerah Kabupaten
Malang Tahun 2015 Nomor 12 Seri D) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Bupati Malang Nomor 38
Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita
Daerah Kabupaten Malang Tahun 2018 Nomor 12 Seri A);
19. Peraturan Desa Pandanlandung Nomor 2 Tahun 2014
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
Tahun 2014 – 2019 (Lembaran Desa Pandanlandung
Tahun 2014 Nomor 2) sebagaimana diubah dalam
Peraturan Desa Pandanlandung Nomor 1 Tahun 2015
Tentang Perubahan Peraturan Desa Pandanlandung
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa Tahun 2014-2019 (Lembaran
Desa Pandanlandung Tahun 2015 Nomor 1);
20. Peraturan Desa Pandanlandung Nomor 5 Tahun 2018
tentang Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2019
(Lembaran Desa Pandanlandung Nomor Tahun 2019 );
21. Peraturan Desa Pandanlandung Nomor 2 Tahun 2019
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
Pandanlandung Tahun Anggaran 2019.
Dengan Kesepakatan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PANDANLANDUNG
dan
KEPALA DESA PANDANLANDUNG

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DESA TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :
1. Desa adalah Desa Pandanlandung merupakan kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat Desa
Pandanlandung dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat Desa
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa di Desa
Pandanlandung.
4. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disebut BPD adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan di Desa
Pandanlandung yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
ditetapkan secara demokratis.
5. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUMDesa, adalah
Badan Usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Desa Pandanlandung melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan Desa Pandanlandung yang
dipisahkan guna mengelola asset, jasa pelayanan, dan usaha
lainnya, sebesar-besarnya untuk kesejahteraan Masyarakat
Desa.
6. Musyawarah Desa adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa Pandanlandung, Pemerintah Desa
Pandanlandung, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan
oleh Badan Permusyawaratan Desa Pandanlandung untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.
7. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Kepala Desa Pandanlandung setelah dibahas
dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa
Pandanlandung.
8. Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa Pandanlandung dan bersifat mengatur.
9. Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit,
individual dan final oleh Kepala Desa Pandanlandung.
10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut
APB Desa, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan
Desa Pandanlandung yang dibahas dan disetujui bersama oleh
Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Peraturan
Desa.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2
Maksud pendirian BUM Desa Adalah :
a. Untuk menampung kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi dan
atau pelayanan jasa publik dan atau barang publik yang
dikelola oleh Desa dan atau kerjasama antar Desa;
b. Untuk meningkatkan nilai guna atas aset dan potensi Desa
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat Desa; dan
c. Untuk meningkatkan kemampuan keuangan Desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui berbagai kegiatan ekonomi masyarakat.
Pasal 3
Tujuan pendirian BUM Desa adalah:
a. mewujudkan kelembagaan ekonomi masyarakat perdesaan yang
mandiri untuk memberikan pelayanan terhadap kebutuhan
masyarakat;
b. mendukung kegiatan investasi lokal demi terwujudnya
produktivitas usaha masyarakat di Desa;
c. mendorong perkembangan perekonomian masyarakat Desa
dengan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam
merencanakan dan mengelola pembangunan perekonomian
perdesaan yang adil dan merata;
d. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan
Asli Desa.

BAB III

STATUS DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Bagian Kesatu

Status
Pasal 4
(1) BUMDesa dibentuk berdasarkan kewenangan berdasar hak
asal-usul dan kewenangan lokal berskala Desa serta ditetapkan
dengan Peraturan Desa ini;
(2) BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah badan
hukum publik bercirikan Desa berdasarkan Peraturan Desa ini;
(3) BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bertanggungjawab kepada Kepala Desa.

Bagian Kedua

Tempat Kedudukan

Pasal 5
(1) BUMDesa berkedudukan di Desa Pandanlandung, Kecamatan
Wagir, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur;
(2) BUMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berkantor
di wilayah Desa, baik didalam kantor Pemerintah Desa maupun
diluar kantor Pemerintah Desa.
BAB IV
PERMODALAN DAN JENIS USAHA BUMDESA
Bagian Kesatu
Modal BUMDesa

Pasal 6
(1) Modal awal BUMDesa bersumber dari APBDesa;
(2) Modal BUMDesa terdiri atas:
a. penyertaan modal desa;
b. penyertaan modal masyarakat desa;
c. kerjasama permodalan dengan pihak swasta atau pihak
ketiga.

Pasal 7
(1) Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
huruf a terdiri atas:
a. hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi
kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang disalurkan
melalui mekanisme APBDesa;
b. bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
Pemerintah Daerah Kabupaten yang disalurkan melaui
mekanisme APBDesa;
c. kerjasama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi
kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang dipastikan
sebagai kekayaan kolektif Desa dan disalurkan melalui
mekanisme APBDesa;
d. aset Desa yang diserahkan kepada APBdesa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Aset
Desa;
(2) Tata cara penyaluran modal desa kepada BUMDesa diataur
dengan Peraturan Kepala Desa.

Pasal 8
(1) Penyertaan modal masyarakat Desa sebagaimana dimaksud
dalam pasal 6 ayat (2) huruf b berasal dari tabungan masyarakat
dan atau simpanan masyarakat serta investasi masyarakat pada
kegiatan usaha BUMDesa.
(2) Masyarakat yang dimaksud dalam ayat (1) adalah orang per orang
atau lembaga.
(3) Penyertaan modal masyarakat dapat dilakukan untuk jangka
waktu tertentu.
(4) Penyertaan modal masyarakat untuk jangka waktu tertentu
sebagaimana dimaksud ayat (3) sekurang-kurangnya untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun.
(5) Penyertaan modal masyarakat dibuktikan dengan sertifikat yang
telah mendapat persetujuan Kepala Desa.
(6) Jumlah keseluruhan penyertaan modal masyarakat paling
banyak sebesar 40% (empat puluh persen) dari jumlah total
modal BUMDesa.

Pasal 9
(1) Kerjasama permodalan dengan pihak swasta atau pihak ketiga
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c berupa pinjaman
permodalan.
(2) Kerjasama permodalan sebagaimana dimaksud ayat (1)
dituangkan dalam surat perjanjian antara direktur BUMDes
dengan pihak swasta atau pihak ketiga setelah mendapat
persetujuan Kepala Desa.

Bagian Kedua
Jenis Usaha BUMDesa

Pasal 10
(1) Usaha utama BUMDesa harus memanfaatkan semaksimal
mungkin potensi Desa.
(2) Usaha yang dapat dikembangkan oleh BUMDesa sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (1) antara lain:
a. bidang layanan jasa keuangan mikro,
b. bidang pengelolaan air bersih,
c. bidang pengelolaan limbah perusahaan dan sampah
rumahan,
d. bidang pengelolaan dan pengembangan wisata Desa,
e. bidang peternakan,
f. bidang usaha dagang, dan
g. bidang lain yang memiliki manfaat ekonomi dan sosial.
Pasal 11
(1) BUMDesa dapat menjalankan usaha bersama (holding) sebagai
induk dari unit-unit usaha yang dikembangkan masyarakat
Desa baik dalam sekala lokal Desa maupun kawasan perdesaan.
(2) Unit-unit usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
berdiri sendiri yang diatur dan dikelola secara sinergis oleh
BUMDesa agar tumbuh menjadi usaha bersama.

BAB V
PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN BUMDESA

Bagian Kesatu
Bidang Kegiatan BUMDesa

Pasal 12

(1) BUMDesa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan


hokum.
(2) Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dapat berupa lembaga bisnis yang kepemilikan
sahamnya berasal dari BUMDesa dan masyarakat.
(3) Saham BUMDesa sebagaimana dimaksud ayat (2) paling sedikit
60% (enampuluh persen) dari jumlah saham keseluruhan yang
dikelola unit.
(4) Dalam hal BUMDesa tidak mempunyai unit-unit usaha yang
berbadan hukum, bentuk organisasi BUMDesa didasarkan pada
Peraturan Desa ini.

Bagian Kedua
Organisasi Pengelola BUMDesa

Pasal 13

Organisasi pengelola BUMDesa terpisah dari organisasi


Pemerintahan Desa.

Pasal 14

(1) Susunan kepengurusan organisasi pengelola BUMDesa terdiri:

a. penasihat;
b. pelaksana operasional;
c. pengawas; dan/atau
(2) Penamaan organisasi pengelola BUMDesa bisa didasarkan pada
kearifan lokal Desa dengan menumbuhkan semangat
kekeluargaan dan kegotong-royongan.

Pasal 15

(1) Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf


a dijabat secara ex officio oleh Kepala Desa.
(2) Penasihat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berkewajiban:
a. memberikan nasihat kepada Pelaksana Operasional dalam
melaksanakan pengelolaan BUMDesa;
b. memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang
dianggap penting bagi pengelola BUMDesa; dan
c. mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan
BUMDesa.
(3) Penasihat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang:
a. meminta penjelasan dari Pelaksana Operasional mengenai
persoalan yang menyangkut pengelolaan BUMDesa; dan
b. melindungi usaha terhadap hal-hal yang dapat menurunkan
kinerja BUMDesa

Pasal 16
(1) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri dari:
a. Direktur Umum;
b. Direktur Administrasi dan Kantor; dan
c. Direktur Keuangan
(2) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (1) mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUMDesa
sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
Tangga (ART).
(3) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berkewajiban:
a. melaksanakan dan mengembangkan BUM Desa agar
menjadi lembaga yang melayani kebutuhan ekonomi dan
atau pelayanan umum masyarakat;
b. menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi Desa
untuk meningkatkan Pendapatan Desa; dan
c. melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga
perekonomian Desa lainnya.
(4) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berwenang:
a. membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit usaha
BUMDesa setiap bulan;
b. membuat laporan keuangan seluruh unit usaha BUMDesa
setiap bulan; dan
c. menyampaikan laporan perkembangan unit-unit usaha
BUMDesa kepada masyarakat Desa melalui Musyawarah
Desa sekurang-kurangnya 3 (tiga) kalai dalam 1 (satu)
tahun.

Pasal 17
(1) Persyaratan menjadi Pelaksana Operasional BUMDesa meliputi:
a. Masyarakat Desa yang mempunyai jiwa wirausaha;
b. Berdomisili dan menetap di Desa sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun;
c. Berkepribadian baik, jujur, adil, cakap dan perhatian
terhadap usaha ekonomi desa; dan
d. Usia sekurang-kurangnya 20 tahun setinggi-tingginya 60
tahun;
e. Berijazah minimal setingkat SMU atau sederajat.
(2) Penjaringan Pelaksana Operasional BUMDesa sebagaimana
dimaksud ayat (1) melalui proses seleksi administrasi dan
wawancara.
(3) Hasil Penjaringan Pelaksana Operasional BUMDesa
sebagaimana dimaksud ayat (2) disetujui dalam Musyawarah
Desa.
(4) Pelaksana Operasional BUMDesa sebagaimana dimaksud ayat
(1) dapat diberhentikan dengan alasan:
a. meninggal Dunia;
b. telah selesai masa jabatan;
c. mengundurkan diri;
d. tidak dapat menjalankan tugas dengan baik sehingga
menghambat perkembagan kinerja BUM Desa; dan
e. terlibat kasus pidana dan telah ditetapkan menjadi
tersangka.

Pasal 18
Masa jabatan pelaksana operasional BUMDesa selama 5 (lima) tahun
terhitung sejak tanggal ditetapkan dan setelahnya dapat diangkat
kembali untuk 2 (dua) kali masa jabatan.

Pasal 19
Penjaringan, pengisian, tugas dan fungsi, serta hak dan kewajiban
pelaksana operasional diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga BUM Desa

Pasal 20
(1) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (1) huruf c
berasal dari perwakilan masyarakat dan mewakili kepentingan
masyarakat.
(2) Susunan kepengurusan Pengawas terdiri dari Koordinator dan 2
(dua) orang anggota.
(3) Pemilihan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan dalam Musyawarah Desa.
(4) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai
kewajiban menyelenggarakan Rapat Umum untuk membahas
kinerja BUMDesa sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
(5) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang
menyelenggarakan Rapat Umum Pengawas untuk:
a. pemilihan dan pengangkatan Koordinator sebagaimana
dimaksud pada ayat (2);
b. penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha dari BUM
Desa; dan
c. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja
Pelaksana Operasional.
(6) Masa bakti Pengawas lebih lanjut akan diatur dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.
Pasal 21
(1) Kepengurusan pelaksana operasional BUMDesa dapat
membentuk divisi-divisi sebagai bagian dari pelaksana
operasional;
(2) Divisi-divisi dapat dibentuk sesuai dengan bidang usaha;
(3) Divisi-divisi diurus oleh manajemen divisi di bidang usaha yang
dipilih dan ditetapkan oleh Pengurus Pelaksana Operasional
setelah mendapat persetujuan Kepala Desa sebagai Penasihat.
(4) Tata cara ayat (3) diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga BUM Desa.

Bagian Ketiga
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Pasal 18
(1) Pelaksana Operasional BUMDesa wajib menyusun Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga setelah mendapatkan
pertimbangan Kepala Desa.
(2) Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat
paling sedikit nama, tempat kedudukan, maksud dan tujuan,
modal, kegiatan usaha, jangka waktu berdirinya BUM Desa,
organisasi pengelola, serta tata cara penggunaan dan pembagian
keuntungan.
(3) Anggaran Rumah Tangga sebagaiman dimaksud dalam ayat (1)
memuat paling sedikit tentang hak dan kewajiban, masa bakti
tata cara pengangkatan dan pemberhentian personel organisasi
pengelola, penetapan jenis usaha, dan sumber modal.
(4) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga di bahas dan di
sepakati melalui forum Musyawarah Desa.
(5) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga di tetapkan oleh
Kepala Desa.
Bagian Keempat
Kerjasama BUM Desa Antar Desa

Pasal 19
(1) BUMDesa dapat melakukan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa
atau lebih.
(2) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dapat dilakukan
dalam satu Kecamatan atau antar Kecamatan dalam satu
Kabupaten.
(3) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih harus mendapat
persetujuan masing-masing Pemerintah Desa.

Pasal 20
(1) Kerjasama antar 2 BUMDesa atau lebih diatur dalam perjanjian
kerjasama;
(2) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih
ditetapkan oleh Pelaksana Operasional dari masing-masing BUM
Desa yang bekerjasama.
(3) Kegiatan kerjasama antar 2 (dau) BUM Desa atau lebih
dipertanggungjawabkan kepada Desa masing-masing sebagai
pemilik BUM Desa.
(4) Dalam hal kegiatan kerjasama antar unit usaha BUM Desa yang
berbadan hukum diatur sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

Bagian Kelima
Alokasi Hasil Usaha BUM Desa

Pasal 21
(1) Hasil usaha merupakan pendapatan BUMDesa yang diperoleh
dari hasil transaksi dikurangi dengan pengeluaran biaya dan
kewajiban pada pihak lain serta penyusutan atas barang-barang
inventaris dalam 1 (satu) tahun buku.
(2) Pembagian hasil usaha BUMDesa sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
a. Penguatan Modal BUMDes;
b. Insentif Pengurus;
c. Pendapatan Asli Desa; dan
d. Keuntungan penyertaan modal masyarakat atau pihak ketiga.
(3) Alokasi pembagian hasil usaha sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat dikelola melalui sistem akuntansi sederhana.
(4) Tata cara, besaran dan ketentuan lain yang mengatur tentang
pembagian hasil usaha selanjutnya diatur dalam Anggaran Dasar
Anggaran Rumah Tangga BUMDesa.

Bagian Keenam
Kepailitan BUMDesa

Pasal 22
(1) Kerugian yang dialami BUMDesa menjadi beban BUMDesa.
(2) Dalam hal BUMDesa tidak dapat menutupi kerugian dengan aset
dan kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan rugi melalui
Musyawarah Desa.
(3) Unit Usaha milik BUMDesa yang tidak dapat menutupi kerugian
dengan asset dan kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan pailit
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
mengenai kepailitan.

Bagian Ketujuh
Pertanggungjawaban Pengurus BUM Desa

Pasal 23
(1) Dalam melaksanakan pengelolaan BUM Desa, Pelaksana
Operasional BUM Desa wajib melaporkan perkembangan
kegiatan dan laporan keuangan kepada Kepala Desa selaku
Penasehat dalam setiap bulan.
(2) Laporan pertanggungjawaban Pelaksana Operasional BUM Desa
disampaikan kepada masyarakat melalui forum musyawarah
Desa sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun.

BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 24
(1) Kepala Desa sebagai Penasihat sebagai ex-officio wajib melakukan
pembinaan kepada Pelaksana Operasional BUM Desa secara
berakala.
(2) BPD melakukan pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Desa
dalam membina dan mengendalikan pengelolaan BUM Desa.
(3) Bupati melaui Camat melakukan pembinaan, pemantauan dan
evaluasi terhadap pengembangan pengelola BUM Desa.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini sepanjang mengenai


pelaksanaannya, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Desa.

Pasal 26
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa
Pandanlandung.

Ditetapkan di Pandanlandung
pada tanggal 5 April 2019
KEPALA DESA PANDANLANDUNG

WIROSO HADI

Diundangkan di Pandanlandung
pada tanggal 7 April 2019
SEKRETARIS DESA PANDANLANDUNG,

ACHMAD BAGUS SADEWA


LEMBARAN DESA PANDANLANDUNG NOMOR TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai