Anda di halaman 1dari 15

KEPALA DESA PAGELARAN

KABUPATEN MALANG

PERATURAN DESA PAGELARAN


NOMOR 02 TAHUN 2022

TENTANG

BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDesa) CATUR BUANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA PAGELARAN,

Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 4 Peraturan


Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015
tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa, Desa dapat
mendirikan Badan Usaha Milik Desa berdasarkan Peraturan
Desa;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan pendayagunaan segala
potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi
sumberdaya alam dan sumber daya manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa, dipandang
perlu membentuk Badan Usaha Milik Desa;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Desa tentang Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa);

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan
Provinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 1950 Nomor 41), sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan
Batas Wilayah Kotpraja Surabay dan Daerah Tingkat II
Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya dengan mengubah
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan
Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah
Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan


dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran
Negara Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 131,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4443);
3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (Lembaran Negara Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4756);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 212, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5355);
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro (Lembaran Negara Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5394):
7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4916);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6
tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun
2014 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Perdes (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2093);
11.Peraturan Menteri Dalam Negeri omor 114 Tahun 2014
tentang Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2094);
12.Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman
Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan dalam
Musyawarah Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 159);

13.Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal


dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha
Milik Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 296);
14.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016
tentang Pengelolaan Aset Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 53);
15.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2016
tentang Kewenangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1037);
16.Peraturan Bupati Malang Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa;
17.Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2016
tentang Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun
2016 Nomor 1 seri D, Noreg Peraturan Daerah Kabupaten
Malang Nomor 44-1/2016);
18.Peraturan Desa Pagelaran Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Tahun 2014
– 2019 (Lembaran Desa Pagelaran Tahun 2016 Nomor 05).

Dengan Kesepakatan Bersama


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PAGELARAN
dan
KEPALA DESA PAGELARAN

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DESA TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Malang.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Malang.
3. Bupati adalah Bupati Malang.
4. Camat adalah Camat Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang sebagai
Perangkat Daerah Kabupaten yang mempunyai wilayah kerja satu
Kecamatan.
5. Desa adalah Desa Pagelaran, yaitu kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
6. Pemerintahan Desa adalah Pemerintah Desa Pagelaran, yaitu
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
7. Pemerintah Desa adalah Pemerintah Desa Pagelaran, yaitu Kepala Desa
atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
8. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang merupakan Mitra dari pemerintah Desa yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah
dan ditetapkan secara demokratis.
9. Kepala Desa adalah Kepala Desa Pagelaran, yaitu pejabat Pemerintah Desa
yang mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk
menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
10. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUMDesa, adalah Badan
Usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang
dipisahkan guna mengelola asset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya
untuk sebesar-besarnya untuk kesejahteraan Masyarakat Desa.
11. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan
unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan
Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
12. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan
Permusyawaratan Desa.
13. Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala
Desa dan bersifat mengatur.
14. Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit, individual
dan final.
15. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya.
16. Kekayaan Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli
Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.
17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Desa yang dibahas dan
disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan
Peraturan Desa.

BAB II
NAMA DAN KEDUDUKAN
Pasal 2

(1) Badan Usaha Milik Desa ini bernama ‘ CATUR BUANA ’.


(2) Badan Usaha Milik Desa sebagaimana di maksud dalam ayat (1)
berkedudukan di Desa Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten
Malang.

BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 3
Maksud pendirian BUM Desa Adalah :
a. untuk menampung kegiata-kegiatan dibidang ekonomi dan atau pelayanan
jasa publik dan atau barang publik yang di kelola oleh Desa dan atau
kerjasama antar Desa;
b. untuk meningkatkan nilai guna atas aset dan Potensi Desa untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa; dan
c. untuk meningkatkan kemampuan keuangan Desa Pagelaran dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui berbagai kegiatan ekonomi masyarakat.

Pasal 4
Tujuan pendirian BUM Desa adalah:
a. mewujudkan kelembagaan ekonomi masyarakat perdesaan yang mandiri
untuk memberikan peningkatan pelayanan terhadap kebutuhan
masyarakat;
b. mendukung kegiatan investasi lokal demi terwujudnya produktivitas usaha
masyarakat di Desa;
c. mendorong perkembangan perekonomian masyarakat desa dengan
meningkatkan kapasitas masyarakat dalam merencanakan dan mengelola
pembangunan perekonomian perdesaan yang adil dan merata;
d. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan pendapatan asli desa.

BAB IV
PERMODALAN DAN JENIS USAHA BUM DESA

Bagian Kesatu
Modal BUM Desa
Pasal 5
(1) Modal BUM Desa terdiri atas:
a. penyertaan modal desa;
b. penyertaan modal masyarakat desa;
c. kerjasama permodalan dengan pihak swasta atau pihak ketiga.
(2) Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
terdiri atas:
a. hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan
dan/atau lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme
APBDesa;
b. bantua Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten yang disalurkan melalui mekanisme APBDesa;
c. kerjasama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi
kemasyarakatan dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai
kekayaan kolektif Desa dan disalurkan melalui mekanisme APBDesa;
d. aset Desa yang diserahkan kepada APBdesa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang Aset Desa.

(3) Penyertaan modal masyarakat Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b berasal dari tabungan masyarakat dan atau simpanan masyarakat
serta investasi masyarakat pada kegiatan usaha BUMDesa;
(4) Kerjasama permodalan dengan pihak swasta atau pihak ketiga
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c berasal dari investasi pihak
swasta atau pihak ke tiga kepada satuan kegiatan usaha BUMDesa;
(5) Dalam rangka meningkatkan permodalan BUM desa dapat melakukan
pinjaman kepada lembaga perbankan atau jasa keuangan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(6) Pinjaman sebagaimana di maksud dalam ayat (5) hanya dapat dilakukan
setelah mendapatkan persetujuan Pemerintah Desa.

Bagian Kedua
Jenis Usaha BUM Desa
Pasal 6
(1) Usaha utama BUM Desa harus memanfaatkan semaksimal mungkin
potensi Desa.
(2) Usaha yang dapat dikembangkan oleh BUM Desa sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) antara lain seperti:
a. bidang layanan jasa Simpan Pinjam Kelompok Wanita dan Petani
berbentuk Koperasi;
b. bidang Perdagangan jual beli hasil Pertanian ( Toserba );
c. bidang pengelolaan dan pengembangan Wisata Water Park Pagelaran;
d. bidang pengelolaan air pertanian;
e. bidang pengelolaan sampah;
f. bidang pengelolaan pasar desa;
g. bidang pengelolaan kerajinan dan UMKM;
h. bidang lain yang menguntungkan.

Pasal 7
(1) BUM Desa dapat menjalankan usaha bersama (holding) sebagai induk dari
unit-unit usaha yang dikembangkan masyarakat Desa baik dalam sekala
lokal Desa maupun kawasan perdesaan.
(2) Unit-unit Usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berdiri
sendiri yang diatur dan dikelola secara sinergis oleh BUM Desa agar
tumbuh menjadi usaha bersama.
BAB V
PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN BUM DESA
Bagian Kesatu
Bentuk Organisasi BUM Desa
Pasal 8

(1) BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum;
(2) Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari
BUM Desa dan masyarakat;
(3) Dalam hal BUM Desa tidak mempunyai unit-unit usaha yang berbadan
hukum, bentuk organisasi BUM Desa didasarkan pada Peraturan Desa
ini.

Pasal 9
BUM Desa dapat membentuk unit usaha meliputi:
a. Perseroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan
perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian
besar dimiliki oleh BUM Desa, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan tentang Perseroan Terbatas;
b. Lembaga Keuangan Mikro dengan andil BUM Desa minimal sebesar 60
(enam puluh) persen, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
tentang Lembaga Keuangan Mikro.
c. Koperasi dengan kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan dan Petani
dengan modal dari iuran dan mengedepankan kesejahteraan anggota
sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang Perkoperasian.

Bagian Kedua
Organisasi Pengelola BUM Desa
Pasal 10

Organisasi pengelola BUM Desa terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa.

Pasal 11

(1) Susunan kepengurusan organisasi pengelola BUM Desa terdiri:

a. penasihat;
b. pelaksana operasional; dan
c. Pengawas
(2) Penamaan organisasi pengelola BUM Desa bisa di dasarkan pada kearifan
lokal Desa dengan menumbuhkan semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan.

Pasal 12

(1) Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a dijabat
secara ex officio oleh Kepala Desa.
(2) Penasihat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berkewajiban:
a. memberikan nasihat dan pembinaan kepada Pelaksana Operasional
dalam melaksanakan pengelolaan BUM Desa;
b. memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap
penting bagi pengelola BUM Desa; dan
c. mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM Desa.
(3) Penasihat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang:
a. meminta penjelasan dari Pelaksana Operasional mengenai persoalan
yang menyangkut pengelolaan BUM Desa; dan
b. melindungi usaha terhadap hal-hal yang dapat menurunkan kinerja
BUM Desa

Pasal 13
(1) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
huruf (b) mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUM Desa sesuai
dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).
(2) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berkewajiban:
a. melaksanakan dan mengembangkan BUM Desa agar menjadi lembaga
yang melayani kebutuhan ekonomi dan atau pelayanan umum
masyarakat;
b. menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi Desa untuk
meningkatkan Pendapatan Desa; dan
c. melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian Desa
lainnya.
(3) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang:
a. membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit usaha BUM Desa
setiap bulan;
b. membuat laporan keuangan seluruh seluruh unit-unit usaha BUM Desa
setiap bulan; dan
c. menyampaikan laporan perkembangan unit-unit usaha BUM Desa
kepada masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa sekurang-
kurangnya 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) tahun.

Pasal 14

(1) Persyaratan menjadi Pelaksana Operasional BUM Desa meliputi:


a. Masyarakat Desa yang mempunyai jiwa wirausaha;
b. Mempunyai kemauan dan kemampuan
c. Berdomisili dan menetap di Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;
d. Berkepribadian baik, jujur, adil, cakap dan perhatian terhadap usaha
ekonomi desa; dan
e. Usia sekurang-kurangnya 25 tahun dan tidak boleh lebih dari 55
tahun.
f. Pendidikan minimal setingkat SLTA atau sederajat.

(2) Pelaksana Operasional dapat diberhentikan dengan alasan:


a. meninggal Dunia;
b. telah selesai masa jabatan;
c. mengundurkan diri;
d. tidak dapat menjalankan tugas dengan baik sehingga menghambat
perkembagan kinerja BUM Desa; dan
e. terlibat kasus pidana dan telah ditetapkan menjadi tersangka.

Pasal 15

Masa jabatan pelaksana operasional BUM Desa selama 5 (lima) tahun


terhitung sejak tanggal ditetapkan dan dapat dipilih kembali.
Pasal 16

(1) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf c berasal
dari perwakilan masyarakat dan mewakili kepentingan masyarakat.
(2) Susunan kepengurusan Pengawas terdiri:
a. ketua;
b. wakil Ketua;
c. sekretaris merangkap anggota; dan
d. anggota.
(3) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai kewajiban
menyelenggarakan Rapat Umum untuk membahas kinerja BUM Desa
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
(4) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang
menyelenggarakan Rapat Umum Pengawas untuk:
a. pemilihan dan pengangkatan pengurus sebagaimana dimaksud pada
ayat (2)
b. penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha dari BUM Desa;
dan
c. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Pelaksana
Operasional.
(5) Masa bakti Pengawas disesuaikan dengan masa jabatan pelaksana
operasional BUM Desa dan dapat dipih kembali.

Pasal 17
Susunan kepengurusan BUM Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 11
dipilih oleh masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa dan di tetapkan
dengan Surat Keputusan Kepala Desa.

Bagian Ketiga
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Pasal 18
(1) Pelaksana Operasional BUM Desa wajib menyusun dan menetapkan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga setelah mendapatkan
pertimbangan Kepala Desa.
(2) Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat paling
sedikit nama, tempat kedudukan, maksud dan tujuan, modal, kegiatan
usaha, jangka waktu berdirinya BUM Desa, organisasi pengelola, serta tata
cara penggunaan dan pembagian keuntungan.
(3) Anggaran Rumah Tangga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat
paling sedikit tentang hak dan kewajiban, masa bakti tata cara
pengangkatan dan pemberhentian personel organisasi pengelola,
penetapan jenis usaha, dan sumber modal.
(4) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga di bahas dan di sepakati
melalui forum Musyawarah Desa.
(5) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga di tetapkan dengan Surat
Keputusan Kepala Desa.

Bagian Keempat
Kerjasama BUM Desa Antar Desa

Pasal 19

(1) BUM Desa dapat melakukan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau
lebih.
(2) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dapat dilakukan dalam satu
Kecamatan atau antar Kecamatan dalam satu Kabupaten.
(3) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih harus mendapat
persetujuan masing-masing Pemerintah Desa.

Pasal 20

(1) Kerjasama antar 2 BUM Desa atau lebih dibuat dalam naskah perjanjian
kerjasama yang paling sedikit memuat:
a. Subyek kerjasama;
b. Obyek kerjasama;
c. Jangka waktu;
d. Hak dan kewajiban;
e. Pendanaan;
f. keadaan memaksa;
g. pengalihan asset; dan
h. penyelesaian perselisian.
(2) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih
ditetapkan oleh Pelaksana Operasional dari masing-masing BUM Desa
yang bekerjasama.
(3) Kegiatan kerjasama antar 2 (dau) BUM Desa atau lebih
dipertanggungjawabkan kepada Desa masing-masing sebagai pemilik BUM
Desa.
(4) Dalam hal kegiatan kerjasama antar unit usaha BUM Desa yang berbadan
hukum diatur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

Bagian Kelima
Alokasi Hasil Usaha BUM Desa

Pasal 21
(1) Hasil usaha merupakan pendapatan BUM Desa yang diperoleh dari hasil
transaksi dikurangi dengan pengeluaran biaya dan kewajiban pada pihak
lain serta penyusutan atas barang-barang inventaris dalam 1 (satu) tahun
buku.
(2) Pembagian hasil usaha BUM Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
(3) Alokasi pembagian hasil usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat di kelola melalui system akuntansi sederhana.
(4) Tata cara, besaran dan ketentuan lain yang mengatur tentang hasil usaha
selanjutnya di atur dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga BUM
Desa.

Bagian Keenam
Kepailitan BUMDesa
Pasal 22
(1) Kerugian yang dialami BUM Desa menjadi beban BUM Desa.
(2) Dalam hal BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan axset dan
kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan rugi melalui Musyawarah Desa.
(3) Unit Usaha milik BUM Desa yang tidak dapat menutupi kerugian dengan
asset dan kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan pailit sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan mengenai kepailitan.
Bagian Ketujuh
Pertanggungjawaban Pengurus BUM Desa
Pasal 23

(1) Dalam melaksanakan pengelolaan BUM Desa, Pelaksana Operasional BUM


Desa wajib melaporkan perkembangan kegiatan dan laporan keuangan
kepada Kepala Desa selaku Penasehat dalam setiap 4 ( empat ) bulan
sekali.
(2) Laporan pertanggungjawaban Pelaksana Operasional BUM Desa
disampaikan kepada masyarakat melalui forum musyawarah Desa
sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun.

BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 24

(1) Kepala Desa sebagai Penasihat sebagai ex-officio wajib melakukan


pembinaan kepada Pelaksana Operasional BUM Desa secara berakala.
(2) BPD melakukan pengawasan terhadap kinerja Pengelola Operasional BUM
Desa secara berkala.
(3) Bupati melaui Camat melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi
terhadap pengembangan manajemen dan sumber daya manusia pengelola
BUM Desa.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini sepanjang mengenai


pelaksanaannya, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Desa
Pasal 26
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa Pagelaran.

Ditetapkan di Pagelaran
pada tanggal 28 Januari 2022
Pj. KEPALA DESA PAGELARAN,

RUSMAN

Diundangkan di Pagelaran
pada tanggal 28 Januari 2022
SEKRETARIS DESA PAGELARAN,

FARIS AGUNG HERMAWAN, S.IP


LEMBARAN DESA PAGELARAN NOMOR 02 TAHUN 2022

Anda mungkin juga menyukai