Anda di halaman 1dari 49

PENATALAKSANAAN GIZI BURUK

Natalia Desy Putriningtyas


DEPKES, 2011
• Tampak sangat kurus
• Wajah tampak tua
• Kulit keriput
• Cengeng, rewel
• Lemak sub-kutan sangat tipis
• Perut cekung
• Sering disertai penyakit
infeksi
• Sering disertai diare kronik
atau konstipasi
• Edema
• Wajah bulat (moon-face)
• Mata sayu
• Rambut tipis, mudah
dicabut, warna jagung
• Rewel/ cengeng
• Apatis
• Hepatomegali
• Kelainan kulit
• Sering disertai penyakit
infeksi, anemia, diare
• Gabungan beberapa
gejala klinis marasmus
dan kwashiorkor
• Disertai edema yang
tidak mencolok
PATOFISIOLOGI
MALNUTRISI PROTEIN-ENERGY :
BB turun
Timbunan LEMAK turun
Masa OTOT/MUSCLE turun .

ORGAN-ORGAN VITAL:
HEPAR
COR
DISFUNGSI MUSCLES
GIT
IMUNITAS

5 – 10 % masih
35 – 40 % dapat ditoleransi
FATAL
ORGAN-ORGAN VITAL:

sintesa protein-serum turun SISTEM


HEPAR
sistem imunitas terganggu IMMUNITAS

cardiac output turun CARDIO-


COR/JANTUNG atropi otot jantung/myofibril VASCULAR
edema interstistiel otot jantung

atropi otot respirasi


OTOT SKELET FUNGSI
volume tidal menurun
MUSCLE PARU-PARU
kapasitas vital turun

MORTALITAS
PROTEIN – ENERGY
MALNITRITION
atropi mukosa GIT
GASTROINTESTINAL hilangnya villi intestinal
GIT - SYSTEM defisiensi disaccharida intestinal
- mempengaruhi kelenjar Pancreas

MALABSORTION
INTAKE NUTRIENT

SISTEM jumlah dan fungsi T – Limfosit berkurang


IMMUNITAS sel Beta lebih bervariasi
kegagalan aktifitas komplemen
fungsi granulosit menurun
pertahanan tubuh menurun

DAYA TAHAN TUBUH TURUN


MUDAH TERJANGKIT INFEKSI
PENYEMBUHAN LUKA TERHAMBAT

TINGGINYA MORTALITAS
PROTEIN – ENERGY
MALNITRITION
DEPKES, 2011
 AWAL

• Kejadian mata cekung yang baru saja muncul


• Lama dan frekuensi muntah atau diare, serta tampilan dari bahan muntah
atau diare
• Saat terakhir BAK
• Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin
 LANJUTAN

• Kebiasaan makan sebelum sakit


• Makan/ minum/ menyusu pada saat sakit
• Jumlah makanan dan cairan yang didapat dalam beberapa hari terakhir
• Kontak dengan penderita campak atau TB paru
• Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir, kematian saudara kandung
• BBL, tumbuh kembang, riwayat imunisasi, riwayat penimbangan di
posyandu
ANTROPOMETRI BIOKIMIA
 Berat badan • Kadar Hemoglobin
 Panjang/ Tinggi badan • Kadar Glukosa Darah
 Lingkar lengan atas
FISIK KLINIK DIETARY
• Terlihat sangat kurus • Asupan makan
• Edema (pada kedua mengalami penurunan
punggung tangan/ kaki/ atau tidak mau/ bisa
seluruh tubuh) makan sama sekali
• Laju respirasi
• Suhu tubuh
• Denyut nadi
• Dehidrasi berat
• Tingkat kesadaran
• Tangan dan kaki dingin
• Keluhan: anoreksia
• Evident protein-energy malnutrition
NI-5.2
• Inadequate protein-energy intake
NI-5.3
• Underweight NC-3.1
DEPKES, 2011 MTBS: MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
DEPKES, 2019
• JANGAN berikan Fe sebelum masuk minggu ke-2
(Fe JANGAN diberikan pada fase stabilisasi).
• JANGAN berikan cairan intra-vena kecuali syok
atau dehidrasi berat.
• JANGAN berikan protein terlalu tinggi pada fase
STABILISASI
• JANGAN berikan diuretik pada penderita
kwashiorkor.
• Meningkatkan BB secara bertahap
• Mengupayakan kenaikan BB 0,5 kg/minggu
• Memberikan diet sesuai toleransi pasien untuk
memperbaiki status gizi
• Meningkatkan nafsu makan (Progress slowly 
Cukup Zn untuk merangsang nafsu makan)
• Fase stabilisasi  Mencegah/ mengatasi
hipoglikemia, hipotermia, dan dehidrasi
• Fase transisi/ rehabilitasi  Mendukung tumbuh
kejar
INTERVENSI GIZI: PRINSIP SYARAT DIET

 Melalui 3 fase  stabilisasi, transisi, dan rehabilitasi

• Kebutuhan energi mulai dari 80 sampai 220 kkal/kgBB/hari (sesuaikan


dengan fase anak gizi buruk).
• Kebutuhan protein mulai 1 – 4 gram/kgBB/hari (sesuaikan dengan fase
anak gizi buruk).
• Jumlah cairan 130 – 200 ml/kg BB/hari, bila edema berat cairan 100
ml/kg BB/hari (sesuaikan dengan fase anak gizi buruk).
• Pemberian suplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi.
• Porsi makanan kecil dan frekuensi makan sering
• Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa, rendah
serat
• Makanan fase rehabilitasi berdasarkan berat badan (BB < 7 kg 
makanan bayi / lumat, BB > 7 kg  makanan anak secara bertahap)
• Pemberian per oral atau lewat pipa nasogastrik
Tanda I II III IV V
Bahaya&Penting
Renjatan (syok) Ada ≠ ada ≠ ada ≠ ada ≠ ada
Letargis (tidak sadar) Ada Ada ≠ ada Ada ≠ ada
Muntah/Diare/Dehidra Ada Ada Ada ≠ ada ≠ ada
si
PERAWATAN AWAL PADA FASE STABILISASI
Pemeriksaan
Berat Badan + + + + +
Suhu Tubuh (aksila) + + + + +
Tindakan
Memberikan Oksigen + - - - -
Menghangatkan + + + + +
Tubuh
Antibiotika sesuai + + + + +
umur
Pemberian Makanan Rencan Rencan Rencan Rencan Rencan
dan Minuman aI a II a III a IV aV
• Tujuan: Memberikan makanan awal supaya anak dalam kondisi
stabil.
• Peningkatan jumlah formula diberikan secara bertahap.
• Hipoosmolar, rendah laktosa, porsi kecil dan sering.
• Diberikan F75 atau Modisco 0,5  setiap 100 cc mengandung
energi 75 kcal.
• ASI tetap diberikan setelah formula
• Berikan secara oral/ NGT (konsumsi F-75 kurang dari 80% dari
jumlah yang diberikan dalam dua kali pemberian makan)
• ReSoMal (Rehidration Solution For Malnutrition) : Bila
diare/muntah/dehidrasi anak diberikan resomal, 2 jam pertama
setiap ½ jam, selanjutnya 10 jam berikutnya diselang-seling
dengan F75 (sesuai kondisi anak).
 Jumlah energy/ kalori: 100 kkal/kgBB/hari dan protein: 1-1.5 g/kgBB/hari
 Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat maka diberi 100
ml/kgBB/hari)
 Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan tetapi pastikan bahwa balita
menghabiskan F-75 sesuai jumlah yang telah ditentukan
 Gunakan cangkir untuk memberi makan balita. Pada balita gizi buruk
yang sangat lemah gunakan sendok, syringe
 Peningkatan jumlah dan frekuensi pemberian F-75 dilakukan bertahap
bila makanan dapat dihabiskan dan tidak ada reaksi muntah atau diare.
 Jumlah F-75 yang diberikan disesuaikan dengan perubahan BB
• Infus RL : Dextrosa/ Glukosa 10% = 1:1
• Glukosa 10% diberikan secara iv bolus dengan dosis 5 ml/kgBB
bersama dengan ReSoMal 5 ml/kgBB melalui NGT
• Bila pemberian cairan iv selesai, berikan ReSoMal dan F-75 selama
10 jam berikutnya, secara berselang seling setiap 1 jam.
• ReSoMal dosis 5 – 10 mL/kgBB/pemberian.
• F-75 dosis menurut BB.
• Bila anak masih menetek, berikan ASI setelah pemberian F-75.
• Bila sudah rehidrasi dan diare (-), hentikan ReSoMal teruskan F75
setiap 2 jam dan berikan ASI setelah F-75 (bila anak masih
menetek).
• Bila sudah rehidrasi dan diare (+), setiap diare berikan ReSoMal
(tergantung usia), berikan F75 setiap 2 jam dan berikan ASI setelah
F-75 (bila anak masih menetek).
• Pemberian F75 dapat ditingkatkan durasinya ketika kondisi anak
membaik.
• Berikan bolus glukosa 10% iv, 5 mL/kgBB, lanjutkan
dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT
sebanyak 50 mL.
• Berikan ReSoMal secara oral/ NGT setiap 30 menit dosis 5
mL/kgBB setiap pemberian.
• 10 jam berikutnya teruskan pemberian ReSoMal 5-10
mL/kgBB/setiap pemberian berselang-seling dengan F75
(menurut BB) setiap 1 jam.
• Bila sudah rehidrasi dan diare (-) hentikan ReSoMal
teruskan F75 setiap 2 jam dan bila anak menetek berikan
ASI antara pemberian F75.
• Pemberian F75 dapat ditingkatkan durasinya ketika
kondisi anak membaik.
• Segera berikan 50 mL glukosa atau larutan gula pasir
10% (oral/ NGT)
• 2 jam pertama berikan ReSoMal secara oral/ NGT setiap
30 menit dengan dosis 5 mL/kgBB setiap pemberian.
• 10 jam berikutnya teruskan pemberian ReSoMal 5-10
mL/kgBB/setiap pemberian berselang-seling dengan
F75 (menurut BB) setiap 1 jam.
• Bila sudah rehidrasi dan diare (-) hentikan ReSoMal
teruskan F75 setiap 2 jam dan bila anak menetek berikan
ASI antara pemberian F75.
• Pemberian F75 dapat ditingkatkan durasinya ketika
kondisi anak membaik.
• Anamnesis Lanjutan: konfirmasi kejadian campak
dan TB paru
• Pemeriksaan Antropometri: Panjang/ Tinggi badan
• Pemeriksaan Biokimia: kadar glukosa darah,
hemoglobin
• Pemeriksaan Fisik: Ro-Dada (Thorax), Perut
(abdomen), otot, jaringan lemak, pemeriksaan mata,
pemeriksaan kulit, pemeriksaan telinga hidung dan
tenggorokan (THT).
• Tindakan: Vitamin A, asam folat, multivitamin tanpa
Fe, pengobatan penyakit penyulit, stimulasi.
• Tujuan: memperbaiki jaringan tubuh yang rusak
(catch up) sebab pada kondisi ini anak mulai
stabil.
• Merubah makanan dari F75 ke F100 atau Modisco
I/II  setiap 100 cc mengandung energi 100 kcal
• Modifikasi bubur atau makanan keluarga dapat
digunakan
• Fase transisi dimulai ketika komplikasi medis
teratasi, tidak ada hipoglikemia, nafsu makan
pulih, edema berkurang
• Pemeriksaan: Berat Badan
• Tindakan: Makanan tumbuh kejar, multivitamin
tanpa Fe, stimulasi, pengobatan penyakit kulit
 Tujuan: Mendukung tumbuh kejar

4-6 g/kgBB/hari
• Pemeriksaan: Monitoring tumbuh kembang
• Tindakan: Makanan tumbuh kejar, multivitamin
dengan Fe, pengobatan penyakit kulit, persiapan
ibu, stimulasi
• Tujuan Fase Rehabilitasi : menurunkan jumlah
formula yang diberikan, mempertahankan
kenaikan BB, melanjutkan pemberian ASI
• Terapi dietetik : Hanya F-100 yang diencerkan
yang digunakan dan diberikan sebanyak 2x
jumlah yang diberikan
• Komplikasi potensial yang mematikan (cardiac
failure) dari suatu peningkatan asupan kalori
setelah terjadi kelaparan
• Sekresi insulin meningkat, glukagon menurun 
penurunan glukoneogenesis, glikogenolisis dan
mobilisasi asam lemak  glukosa dengan cepat
masuk sel demikian pula dengan phospor 
hipophosphatemia
• Tanda2 hipophospatemia : anorexia, nyeri tulang,
gagal pernafasan, muscle weakness
• Hindari rapid refeeding, khususnya diet tinggi
karbohidrat
• Penambahan potassium, magnesium, phosphat
• Pembatasan sodium
• Membantu pasien memilih makanan  makanan
yang menarik selera makan.
• Mengidentifikasi bumbu-bumbu dan aroma lain
yang dapat meningkatkan nafsu makan.
• Makanan tinggi energi.
• Tambahkan “hiding” kcals dan protein dalam
makanan  susu dalam sop.
 Berat badan
 Derajat edema (0 sampai +3)
 Suhu tubuh diukur 2 kali sehari
 Gejala klinis: batuk, muntah, defekasi, dehidrasi, pernafasan,
ukuran organ hati
 Cat lain: menolak makan, rute asupan makanan (oral, NGT atau
parenteral), transfusi
 Z-skor BB/PB >= -2 SD selama 3 hari berturut- turut
 Tidak ada edema selama 2 minggu
 Kondisi klinis baik, anak sadar dan tidak ada masalah medis
 Saat dipulangkan, F-100 yang diencerkan dapat diganti dengan
formula bayi standar
 Kondisi klinis baik, bayi sadar dan tidak ada masalah medis
 Tidak ada edema
 Bayi dapat menyusui dengan baik atau mendapatkan asupan
yang cukup
 Kenaikan BB cukup (>5 g/kgBB/hari) selama 3 hari berturut-
turut
JENIS FORMULA GIZI BURUK
ReSoMal • Bubuk WHO- ORS utk 1 liter : 1 pak
• Gula pasir : 50 gram
• larutan elektrolit/mineral : 40 ml
• Ditambah air sampai larutan menjadi
2000 ml

Kandungan dalam 1000 ml ReSoMal :


- Natrium : 45 mEq
- Kalium : 40 mEq
- Magnesium : 1,5 mEq
MODIFIKASI RESOMAL
• Bubuk WHO-ORS utk 1 ltr : 1 pak
• Gula pasir : 50 gram
• Bubuk KCL : 4 gram
• ditambah air sampai larutan menjadi 2000 ml

Modifikasi resomal ini tdk mengandung Mg, Zn, Cu


maka diberikan makanan sumber mineral tersebut.
Seng : Daging sapi, hati, makanan laut,
kac.tanah., telur ayam
Cuprum : Tiram, daging, hati
Magnesium : Daun seledri, bubuk coklat,
kacang-kacangan, bayam
Bahan Jumlah  Karena larutan pengganti
Oralit 1 sachet (200 tidak mengandung Mg, Zn,
ml) dan Cu maka dapat
diberikan makanan sumber
Gula pasir 10 g mineral
Bubuk KCl 0,8 g
 Dapat pula diberikan
Ditambah air 400 ml MgSO4 40% IM 1x/hari
s/d dengan dosis 0,3 ml/kg BB,
maks 2 ml/hari
 Larutan ini digunakan untuk
pembuatan F-75; F-100 dan
ReSoMal
Bahan Jumlah  Jika ada, tambahkan Se (0,01 g
Natrium selenat) dan iodium
KCl 89,5 g (0,005 g KI) per 1000 ml
Tripotassium citrate 32,4 g  Larutkan bahan ini dalam air
matang yang sudah didinginkan
Magnesium klorida 30,5 g
 Simpan dalam botol steril
Seng asetat 3,3 g
masukkan lemari es
Tembaga sulfat 0,56 g
 Buang jika berkabut
Air tambahkan s/d 1000 ml
 Buat larutan baru tiap bulan
 Tambahkan 20 ml larutan mineral
mix setiap pembuatan 1000 ml F-
75/F-100
FORMULA WHO
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai