Anda di halaman 1dari 2

Nama : AFIFAH NURUL MAULIDINA

NIM : A031171331

SEBUAH KRITIK ATAS FENOMENA UANG PANAIK SUKU MAKASSAR

Penulis: Syarifuddin dan Ratna Ayu Damayanti

Cara mengungkapkan latar belakang dari jurnal tersebut.

Latar belakang terkait adanya fenomena pernikahan di Makassar yang menjunjung


tinggi nominal dari uang panaik, sehingga mengenyampingkan mahar yang
sesungguhnya dalam pernikahan syariat Islam. Dimana penetapan uang panaik jauh
lebih besar jika dibandingkan dengan mahar.

Fenomena uang panaik yang berkembang dikalangan masyarakat saat ini


mendapatkan perhatian lebih dibandingkan dengan mahar dan dianggap sebagai
sesuatu hal yang sangat menentukan kelancaran jalannya proses perkawinan, dimana
jumlah uang panaik ditentukan oleh pihak wanita biasanya lebih banyak daripada
jumlah mahar yang diminta. Jumlah uang panaik yang di minta pun bisa mencapai
ratusan juta rupiah karena di pengaruhi banyak faktor sedangkan mahar yang
kewajiban dalam islam tidak terlalu di permasalahkan. Kisaran nominal nya pun
didasarkan atas sukarela dari suami yakni Rp 50.000 sampai Rp 5.000.000 ataupun
minimal seperangkat alat sholat.

Selain itu, fenomena dari uang panaik ini cukup meresahkan banyak orang, utamanya
pada generasi muda yang harus menunda melangsungkan pernikahan akibat uang
panaik yang sangat tinggi.

Setelah membaca salah satu cerpen tentang uang panaik yang menghalangi suatu
pernikahan, peneliti tertarik untuk mengkritisi sebuah tradisi yang
terkadang mengorbankan pihak yang saling mencintai hanya karena
ketidaksanggupan memenuhi permintaan tingginya uang panaik. Ditengah-tengah
adat Makassar, masyarakat memandang bahwa semakin tinggi uang panaik seorang
perempuan maka semakin dipandang tinggi pula kehormatan disematkan
kepadanya berikut juga kepada keluarganya.
Metodologi yang digunakan

Untuk mengkritisi praktek penetapan harga uang panaik, peneliti menggunakan


pendekatan metodologi etnografi kritis yaitu sebuah metode yang bertujuan
mengeksplorasi beberapa faktor tersembunyi seperti kekuasaan yang masyarakat,
serta membuka mitos yang tersembunyi dibalik fenomena uang panaik. Pendekatan
kritis menunjukkan bahwa etnografi bukan sebuah fiksi tetapi merupakan situasi yang
benar-benar terjadi.

Menjabarkan metodologi kedalam pembahasan

Secara etnografi, studi ini memahami interpretasi masyarakat atas budaya uang
panaik dan selanjutnya analisis plot digunakan untuk memahami bagaimana
interpretasi mengalami pergeseran makna ke arah budaya modern di mana plot
baru tercipta dan meninggalkan plot lama. Plot baru yang tercipta kemudian dikritisi
dengan konsep walimah yang syar’i menurut hukum Islam.

Kesimpulan

Uang panaik perkawinan adat Makassar seharusnya hanya memperhitungkan biaya


untuk memproduksi sebuah pesta perkawinan. Sehingga tidak perlu dicampurkan
dengan pembelian martabat, status sosial, dll. Karena semua hal tersebut tidak
dapat diukur. Maka dari itu, perlu adanya perubahan paradigma terkait dengan uang
panaik. Bercermin pada konsep walimah sebagai perayaaan pengantin sebagai
ungkapan rasa syukur atas pernikahannya, tidak ada hubungan sama sekali dengan
martabat manusia dan yang dibahas hanyalah penyelenggaraan pesta pernikahan.
Jadi, apabila uang panaik melibatkan martabat manusia dalam penetapan harganya,
maka sebenarnya ia telah melecehkan harga diri dan martabat yang seharusnya
dijunjung tinggi. Martabat tidak dapat dibeli sebab ia tidak ternilai harganya.
Karenanya, seberapapun besarnya uang panaik pada hakikatnya hanya bernilai
simbolis saja.

Anda mungkin juga menyukai